Anda di halaman 1dari 31

TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PARADIGMA SEHAT

NAMA DOSEN : Seftika Sari, M. Ph, Apt

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Adla Nur shofa (1500004)

Desy jayanti (1500009)

Khoyrin Azizah (1500016)

Nisa Fitriana (1500023)

Sintia Nanda Meilani (1500033)

Sri Eka Ravitha (1500034)

Ulbis Zulhamdi (1500037)

PROGRAM STUDI D- III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih pula kami ucapkan kepada Ibuk Seftika Sari, M.Ph, Apt selaku
dosen mata kuliah IKM dan Promosi kesehatan. Terima kasih kami ucapkan kepada
teman-teman serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
khususnya semua anggota kelompok I, sehingga makalah yang berjudul Paradima
Sehat ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta dapat digunakan dengan
sebaik mungkin. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah IKM
dan Promosi Kesehatan.

Kami sadari, dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Pekanbaru ,Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1

1.1................................................................................................................................
Latar Belakang
...............................................................................................................................
1
1.2................................................................................................................................
Rumusan Masalah
...............................................................................................................................
2
1.3................................................................................................................................
Tujuan Makalah
...............................................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................


3

2.1. Paradigma Sehat


...............................................................................................................................
3
2.1.1. Defenisi Paradigma Sehat
........................................................................................................................
3
2.1.2. Dasar pemikiran Paradigma sehat
........................................................................................................................
5
2.1.3. Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat
........................................................................................................................
6

2.2. Indonesia Sehat........................................................................................................


6
2.2.1. Visi Dan Misi Indonesia Sehat
..........................................................................................................................
6
2.2.2. Indikator Utama Indonesia Sehat
..........................................................................................................................
12

2.3. Sasaran Pembangunan Kesehatan............................................................................


13
2.3.1. Pengertian Pembangunan Kesehatan
..........................................................................................................................
13
2.3.2. Arah Pembangunan Kesehatan
..........................................................................................................................
14
2.3.3. Tujuan Pembangunan Sehat
..........................................................................................................................
14

2.4. Sasaran Pembangunan Kesehatan............................................................................


15
2.4.1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
..........................................................................................................................
16

2.5. Strategi Pembangunan Kesehatan............................................................................


18
2.5.1. Upaya Kesehatan Yang Ada
..........................................................................................................................
21

2.6. Kesehatan Komitmen Dan Politik...........................................................................


23
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
24

3.1. Kesimpulan..............................................................................................................
24

3.2 Saran........................................................................................................................
25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pola hidup sehat merupakan suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-
faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan juga olahraga.
Pengertian pola hidup sehat sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan suatu pola atau gaya hidup yang diterapkan seseorang dalam
kesehariannya. Karena disebut sebagai pola hidup sehat maka pola ini mengutamakan
aspek kesehatan dalam penerapannya. Pola hidup sehat juga erat kaitannya dengan hal-
hal yang menjadikan tubuh sehat seperti makanan yang dikonsumsi setiap hari, olahraga
yang rutin, serta gaya hidup yang dapat menunjang tubuh menjadi sehat dan bugar.

Pola hidup sehat juga bisa diartikan sebagai suatu perencanaan yang dilakukan
untuk tujuan mencapai kualitas hidup yang sehat dan terhindar dari segala jenis
penyakit.

Pola hidup sehat dalam konteks ini tentunya berkaitan dengan paradigma sehat.
paradigma sehat merupakan model atau cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi
oleh banyak faktor dan multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehat

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud Dengan Paradigma Sehat?
2. Apakah Visi Dan Misi Indonesia Sehat?
3. Apakah Sasaran Pembangunan Kesehatan?
4. Bagaimana Strategi Pembangunan Kesehatan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian paradigma sehat
2. Mengetahui Visi Dan Misi Indonesia Sehat
3. Mengetahui sasaran pembangunan Kesehatan
4. Mengetahui Strategi Pembangunan Kesehatan

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2
2.1. Paradigma Sehat
2.1.1. Definisi Paradigma Sehat

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya
penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.

Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik


secara makro maupun mikro.

Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus


memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.

Secara makro, berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada


upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif.
Paradigma sehat dengan sebutan :Gerakan Pembangunan Yang Berwawasan
Kesehatan dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1999.

Lebih dari itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan peradaban
dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah perubahan mental dan
watak dalam pembangunan.

Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi ( mindset ), yaitu


sebagai berikut:

1. Pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif,
menjadi sesuatu yang bersifat aktif, yang mau tidak mau harus diupayakan,
karena kesehatan merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia
(HAM).

3
2. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin
tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.

3. Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat jangka


pendek ke depannya akan menjadi bagian dari upaya pengembangan SDM yang
bersifat jangka panjang.

4. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari
yang sakit/ penyakit, tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang
memandang manusia secara utuh.

5. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.

6. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah-pecah (fragmented), tetapi terpadu


(integrated).

7. Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetapi juga bergantung pada permintaan
pasar.

8. Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat umum (pelayanan


kesehatan pada fasilitas kesehatan umum), melainkan juga masyarakat swasta
(pelayanan kesehatan untuk perorangan/pribadi, misalnya homecare ).

9. Kesehatan bukan hanya menjadi urusan pemerintah, melainkan juga menjadi


urusan swasta.

10. Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti
pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan), sedangkan keperluan
lainnya perlu ditanggung bersama dengan pengguna jasa.

11. Biaya kesehatan bergeser dari pembayaran setelah pelayanan menjadi


pembayaran di muka dengan model Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat.

4
12. Kesehatan tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga dapat berfungsi ekonomi.

13. Pengaturan kesehatan tidak lagi diatur dari atas (top down), tetapi berdasarkan
aspirasi dari bawah (bottom up).

14. Pengaturan kesehatan tidak lagi tersentralisasi, tetapi telah terdesantralisasi.

15. Pelayanan kesehatan tidak lagi bersifat birokratis tetapi entrepreuner.

16. Masyarakat tidak sekedar ikut berperan serta, tetapi telah berperan sebagai mitra.

2.1.2. Dasar Pemikiran Paradigma Sehat

Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang
sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat
merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif. Sehat bukanlah hal yang
konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.

Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan
(ekonomi). Oleh karena itu, kualitas kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan.
Sehat juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Mensyukuri karunia dapat
ditunjukan dengan perkataan, perasaan, dan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan
ditunjukan dengan memelihara kesehatan dan berupaya untuk meningkatkannya.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati


penyakit. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan (promosi) dan pencegahan
penyakit (preventif) perlu ditekankan tanpa mengesampingkan upaya penyembuhan
dan pemulihan.

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan


kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku memiliki konstribusi yang
sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan. Di pihak lain, faktor lingkungan dan

5
perilaku terkait dengan banyak sektor di luar kesehatan.Oleh karena itu, perlu
diperhatikan dampak pembangunan semua sektor dibidang kesehatan.

Adanya transisi demografis dan epidemologis, tantangan global dan regional,


perkembangan iptek, tumbuhya era desentralisasi, serta maraknya demokratisasi
disegala bidang, mendorong perlunya upaya peninjauan kebijakan yang ada serta
perumusan paradigma baru dibidang kesehatan.

2.1.3. Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat

Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat diantaranya adalah :

a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak
efektif.
b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan
unsur sehat produktif sosial ekonomis.
c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik
degeneratif.
d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan
khusus.
e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.

2.2. Indonesia Sehat


2.2.1. Visi Dan Misi Indonesia Sehat

Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi, misi dan strategi pembangunan


kesehatan.

2.2.2.1. Visi Indonesia Sehat 2010 adalah

Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan Visi, yaitu


gambaran, prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat indonesia pada masa
yang akan datang, yaitu: Indonesia Sehat 2010.

6
1. Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat indonesia di masa depan
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman sehat, perencanaan
kawasan berwawasan kesehatan, dan kehidupan masyarakat saling tolong
menolong.
3. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan,mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

2.2.2.2. Misi indonesia sehat 2010


1. Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel
Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak semata-mata
ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi
oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan
lainnya. Departemen Kesehatan berperan sebagai penggerak utama dan
memfasilitasi sektor-sektor lain agar segala upaya memberikan kontribusi yang
positif terhadap perwujudan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel di lingkungan
Departemen Kesehatan, diharapkan fungsi-fungsi administrasi kesehatan dapat
terselenggara secara efektif dan efisien yang didukung oleh sistem informasi,
IPTEK serta hukum kesehatan.
Melalui penyelenggaraan manajemen kesehaaatan yang akuntabel dengan
menerapkan tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance),
diharapkan upaya pembangunan kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan
dipertanggung-gugatkan kepada semua lapisan masyarakat, serta bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Upaya Kesehatan

7
Peningkatan kinerja dan mutu upaya kesehatan dilakukan oleh Departemen
Kesehatan melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang
meliputi kebijakan manajerial dan kebijakan teknis serta pengembangan standar
dan pedoman berbagai upaya kesehatan. Disamping itu Departemen Kesehatan
juga melakukan fasilitasi sumber daya kesehatan, baik tenaga, pembiayaan
kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku upaya
pembangunan kesehatan.
Dengan meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, diharapkan upaya
kesehatan dapat terselenggara dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan dapat
dijangkau ( affordable ) oleh segenap kalangan masyarakat, serta terjamin
mutunya (quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.

3. Memberdayakan Masyarakat dan Daerah


Peran aktif masyarakat termasuk swata, sangat penting dan akan menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan. Departemen Kesehatan melaksanakan
pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subjek
pembangunan kesehatan.
Diharapkan masyarakat termasuk swasta dapat berpartisipasi aktif dalam
melayani (to serve), melaksanakan advokasi (to advacate ), serta mengkritisi (to
watch) pembangunan kesehatan baik secara individu, kelompok, maupun bersama
masyarakat luas. Potensi masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi,
upaya,tenaga, dana, sarana, tekonologi, serta mekanisme pengambilan keputusan,
merupakan aset yang cukup besar yang perlu digalang.
Pelaksanaan desentralisasi dibidang kesehatan sedang berproses. Untuk itu
perlu adanya fasilitasi dari Departemen Kesehatan, terutama kepada daerah-
daerah yang sangat memerlukan. Fasilitasi lebih diutamakan pada pengembangan
kapasitas (capacity building ), pelembagaan institusi disemua tataran, serta
pengembangan sistem kesehatan daerah, sehingga ada kesinambungan program
kesehatan dari tingkat nasional sampai daerah dan advokasi guna peningkatan
sumber daya kesehatan diaerah.

8
4. Melaksanakan Pembangunan Kesehatan yang Berskala Nasional.
Disamping berperan dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan,
Departemen Kesehatan melakukan pula pelaksanaan pembangunan kesehatan
yang berskala nasional, seperti pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin,
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan penyakit
menular dan gangguan gizi, promosi kesehatan, pembangunan kesehatan didaerah
terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan, serta pendayagunaan tenaga
kesehatan. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan
melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan Strata III sehingga mampu
melayani rujukan.
5. Menggerakan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.
Berbagai sektor pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan
dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak
berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap
kesehatan seyogyanya tidak diselenggarakan.
6. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat.
Kesehatan dalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai.
7. Memelihara dan Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau.
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
serta swasta.
8. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warganya. Oleh karena itu upaya kesehatan yang harus

9
diutamakan adalah yang bersifat promotif-preventif yang didukung oleh upaya
kuratif-rehalibitatif. Selain itu upaya penyehatan lingkungan juga harus
diprioritaskan.
Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi, misi dan strategi
pembangunan kesehatan.
2.2.2.3. Visi Indonesia Sehat 2015
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui:
1. Pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
2. Memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata,
3. Serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republic Indonesia.
4. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai, indonesia sehat
2015 Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa depan adalah:

1) lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu:


lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-
nilai budaya bangsa.
2) Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif,
Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya
resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisifasi akif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang tersedia adalah layanan
yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata dindonesia.
Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.

10
2.2.2.4. Misi Indonesia sehat 2015
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh
hasil kerja keras sector kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja
keras serta kontribusi positif berbagai sector pembangunan lainnya. Untuk
optimalisasi hasil kotribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya
wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan.
Dengan perkataan lain untuk dapat terwujunya INDONESIA SEHAT
2015, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan
pembangunannya.
Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap
kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya
pembangunan yang berwawsasan kesehatan, adalah seluruh tugas yang
berelemen dari system kesehatan untuk berperan sebagai penggerak utama
pembanguanan nasional berwawasan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat


Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai.
Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan
mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sector kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.

11
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu tanggung jawab sektor
kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada ditangan
pemerintah, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap
anggota masyarakat dan berbagai potensi swasta.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya mengandung makna bahwa tugas utama
sector kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap
warga negaranya, yakni setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia,
tanpa meninggakan upaya menyembuhkan penyakit atau memulihkan
kesehatan penderita.
Untuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraan upaya kesehatan yang
harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan preventif yang didukung
oleh upaya kuratif dan rehabilitative. Agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat diperlukan pula
terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh karena itu tugas-tugas penyehatan
lingkungan harus pula lebih dprioritaskan.

2.2.2. Indikator Utama Indonesia Sehat

Indikator utama Indonesia sehat, yaitu :

12
1. Lingkungan sehat: 80% rumah sehat, 90% keluarga menggunakan air bersih,
85% keluarga menggunakan jamban sehat, 80% sekolah sehat, 80%
Kabupaten/kota sehat.

2. Perilaku sehat: 80% penduduk berperilaku sehat (aktivitas fisik, makan


dengan gizi baik, dan tidak merokok); 80% tatanan keluarga sehat.

3. Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau: Setiap


kecamatan memiliki 1,5 puskesmas; pemanfaatan sarana yankes 80%;
pengunjung/pasien puas akan pelayanan kesehatan; rasio desa terhadap
posyandu adalah 1:5 (minimal salah satunya purnama/mandiri); 100% balita
telah diimunisasi.

4. Derajat kesehatan: Angka harapan hidup 67,9 tahun, angka kematian bayi
35 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu 125 per 100.000 kelahiran,
angka kematian kasar 7,5 per 1000 penduduk.

2.3. Sasaran Pembangunan Kesehatan


2.3.1. Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang


bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang


memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat
sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk
menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan
pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan
hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan

13
kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan
mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta

2.3.2. Arah Pembangunan Kesehatan


Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan
arah pembangunan nasional selama ini, yakni :

1. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.

2. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus


diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan
khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang
terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan.

3. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan


profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.

4. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan


melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan
sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, informasi
dan manajemen yang handal.

5. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.

6. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki
semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin,
kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi.

2.3.3. Tujuan Pembangunan Kesehatan

14
Adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.

2.4. Sasaran Pembanguan Kesehatan


a. Perilaku hidup sehat
Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan
(contih: aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya penyakit (contoh:
tidak merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit (contoh: memakai helm dan
sabuk pengaman, JPKM), berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh: aktif di
posyandu).
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang mendapatkan
imunisasi lengkap, jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif, jumlah anak balita,
PUS yang ber KB, jmlah penduduk, makanan dengan menu seimbang, air bersih dan
penduduk yang memenuhi syarat kesehatan.

b. Lingkungan sehat
Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat,
yakni bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahan-
pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang saling
tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah atau kawasan sehat, tempat-
tempat pariwisata sehat, saran air minum dan sarana pembuangan limbah.

c. Upaya kesehatan

15
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, pemanfaatan pelayanan promotif dan
preventif.

d. Derajat kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya angka
kematian bayi dan ibu, menurunnya angka kesakitan dan kecacatan dan
meningkatnya status gizi.

e. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau semua
lapisan masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan standar dan
etika profesi, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta memberi kepuasan
kepada pengguna jasa.

2.4.1. Kebijakan Pembanguan Kesehatan


a. Pemantapan kerjasama lintas sektoral
Kerja sama lintas sektoral harus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaaan dan
penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
kesehatan.

b. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta


Masyarakat dan swasta pelu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak dini perlu ditingkatkan
melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi
bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sendiri.

c. Peningkatan kesehatan lingkungan


Kesehatan lingkungan perlu dilaksanakan untuk mewujudkan kwalitas
lingkungan yang sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari resiko yang

16
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kwalitas air, udara dan
tanah harus ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif, sehingga
masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan.

d. Peningkatan upaya kesehatan


Penyelenggaraan usaha kesehatan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinnambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemilihan kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar yang
diselenggarakan melalui puskesmas, Puskesmas pembantu, Bidan desa dan upaya
pelayanan kesehatan swasta ditingkatkan pemerataan dan mutunya.

e. Peningkatan sumber daya kesehatan


Pengembangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan
kesehatan dan di arahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang terampil sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam upaya meningkatan perbekalan
kesehatan, pengan dan produksi bahan baku obat secara ekonomis dan
menguntungkan terus ditingkatkan.

f. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan


Peningkatan dan manajemen pembanguna kesehatan perlu makin ditingkatkan
terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerja sama antar sektor lain
yang terkait. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan,
penggerakan, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian yang diselenggarakan secara
sistemik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Untuk itu
perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik yang berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja nasional.

g. Peningkatan lingkungan sosial budaya


Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan
sosial dan budaya masyarakat yang berpengaruh negatif terhadap pembangunan
kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial budaya

17
masyarakat melalui peningkatan sosio-ekonomi masyarakat, sehingga dapat
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak
negatif dari globalisasi.

h. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan


Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan
secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya
untuk mendukung perumusan kebijakan, membantu memecahkan masalah
kesehatan dan mengatasi kendala di dalam pelaksanaan program kesehatan.

2.5. Strategi Pembangunan Kesehatan


Untuk mencapai tujuan dan upaya pokok pembangunan kesehatan, maka
strategi pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah:
a) Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Kebijakan nasional yang diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-
tidaknya harus memberi kontribusi positif terhadap pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus sebagai
investasi pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan kesehatan
merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini pembangunan
nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program pembangunan
nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar pembangunan kesehatan.
Untuk terselenggaranya pembangunan berwawasan kesehatan, perlu
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosi-alisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan,
sehingga semua penyelenggara pembangunan nasional (stake-holders) memahami
dan mampu melaksanakan pemba-ngunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu
perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional berwawasan
kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian
dan dampak yang dihasilkan.

18
b) Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah (Desentralisasi)
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus didasarkan pada masalah dan potensi
spesifik daerah tertentu, yaitu pengaturannya disesuaikan dengan rumah tangga
masing-masing daerah.
Masyarakat makin penting untuk berperan dalam pembangunan kesehatan.
Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu,
banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada di
luar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai stakeholders
pembangunan kesehatan terkait. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah
melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengabdian masyarakat (to serve), aktif
dalam pelaksanaan advokasi kesehatan (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi
pelaksanaan upaya kesehatan (to watch).
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh karenanya
dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya pendelegasian wewenang yang
lebih besar kepada daerah.
Kesiapan daerah dalam menerima dan menjalankan kewenangannya dalam
pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang
meliputi perangkat organisasi serta sumber daya manusianya. Untuk itu harus
dilakukan penetapan yang jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah
daerah di bidang kesehatan, upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah,
dan pengembangan serta pemberdayaan SDM daerah.

c) Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan (Jaminan Pemeliharaan


Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Penataan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin pemeliharaan kesehatan


masyarakat luas. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu.

19
Penyelenggaraan upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Menghadapi lingkungan strategis pembangunan keseha-tan, perlu dilakukan re-


orientasi upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi,
globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan bencana.
Pengembangan upaya kesehatan perlu menggunakan teknologi
kesehatan/kedokteran dan informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan
berbagai vaksin, pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan intervensi
bedah yang minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi kesehatan
kedokteran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan komputerisasi, serta
telekomunikasi jarak jauh (tele-health).

Dalam 20 tahun mendatang, pelayanan RS terus di-kembangkan dan kegiatan-


kegiatannya harus bertumpu kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan sistem
jaminan kesehatan sosial nasional. Puskesmas harus mampu melaksanakan
fungsinya sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari pemerintah,
masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya kesehatan,
dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Jaminan kesehatan untuk
menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan, diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas.

Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus dikembangkan secara strategis
dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Interaksi upaya publik
dan sektor swasta penting untuk ditingkatkan secara bertahap.

20
d) Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(Profesionalisme)

Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung dengan penerapan berbagai


kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapan nilai-nilai agama, moral,
dan etika.

Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-jangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia
kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan
etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung
tinggi sumpah dan kode etik profesi.

Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan tenaga


kesehatan, penentuan standar kom-petensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan atau
upaya peningkatan kualitas tenaga lainnya yang berdasarkan kompetensi, registrasi,
akreditasi, dan legislasi tenaga kesehatan. Di samping itu, perlu pula dilakukan
upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan termasuk pengembangan
karirnya. Upaya pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pemba-ngunan kesehatan serta dinamika pasar di era globalisasi.

e) Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan


Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena ben-cana, baik bencana alam
maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat
kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan
masyarakat di daerah bencana, namun juga pada kehidupan bangsa dan negara. Oleh
karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan yang mencakup upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, dilakukan secara
komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif
masyarakat.

21
Indonesia Sehat 2010 dicapai dengan terciptanya provinsi sehat, kota/kabupaten
sehat, dan desa/kawasan sehat, serta lebih jauh lagi melalui tatanan sehat (keluarga
sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat).

2.5.1. Upaya Kesehatan yang ada


Upaya kesehatan yang berorientasi pada penanggulangan penyakit, indikator
yang sering digunakan adalah cakupan pelayanan, ratio ketersediaan dokter,
banyaknya rumah sakit dan puskesmas dan sebagainya. Sebenarnya apabila kita
pikirkan secara lebih kritis, banyaknya dokter, rumah sakit atau puskesmas tidak
menjamin masyarakat menjadi sehat. Upaya kesehatan dengan pendekatan
penyembuhan terhadap penyakit membuat upaya kesehatan tersebut dinilai.
Oleh karena itu, pemerintah sekarang harus segera merencanakan perubahan
upaya kesehatan yang berorientasi pada Pembinaan Kesehatan Banga ( Shaping The
Health of The Nation ) yaitu Upaya Kesehatan yang dalam jangka panjang dapat
menjamin kemandirian dan ketahanan penduduk untuk membentuk manusia Indonesia
yang sehat dan membebaskan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap dokter
dan obat.
Upaya kesehatan yang selama ini dilakukan masih berorientasi pada upaya
penanggulangan penyakit secara episodik dan upaya penyembuhan saja. Upaya
kesehatan yang demikian ini sering kali menyesatkan pola pikir kita bahwa seolah
olah apabila semua orang sakit bisa diobati, maka masyarakat menjadi sehat. Upaya
kesehatan harusnya diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki
kesehatan yang optimal agar bisa hidup produktif. Orientasi baru upaya kesehatan
adalah orientasi memelihara dan meningkatkan kesehatan penduduk, yang merupakan
suatu orientasi sehat positif sebagai kebalikan dari orientasi pengobatan penyakit yang
bersifat Kuratif Responsif.
Dengan kata lain, Program kesehatan yang berorientasi pada upaya Kuratif
merupakan Health Program for Survival , sedangkan Program kesehatan yang
berorientasi pada upaya Promotif dan Preventif merupakan Health Program for
Human Development . Upaya kesehatan dengan Health Oriented Approach.
Dalam jangka panjang akan menjamin kemandirian yang lebih besar, meningkatkan

22
ketahanan mental dan fisik penduduk, dan bermuara pada terciptanya SDM yang
berkualitas yang sangat diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
Upaya pelayanan kesehatan yang menekankan pada Upaya Kuratif-
Rehabilitatif kurang menguntungkan karena :
a. Intervensi yang dilakukan pada orang sakit tidak menguntungkan karena :
1. Penderita telah kehilangan produktifitas,
2. Yang bersangkutan harus berobat,
3. Untuk kembali pada keadaan sehat produktif memerlukan waktu lama.
b. Upaya Kuratif Rehabilitatif dalam jangka panjang tidak menguntungkan
karena, permintaan terhadap jenis pelayanan kuratif akan terus meningkat,
sementara itu pelayanan kuratif cenderung terkumpul pada tempat-tempat yang
tersedia banyak uang, yaitu di kota kota besar saja.
c. Dari segi Ekonomi, investasi pada orang yang tidak atau belum Sakit. Sehat
lebih Cost Effective dan lebih Produktif daripada terhadap orang sakit.
d. Untuk meningkatkan kesehatan penduduk, lebih baik tidak melalui
penyediaan banyak obat.

2.6. Kesehatan dan Komitmen Politik


Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik, oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Pembangunan sosial
ekonomi yang baik diperlukan tenaga pembangunan yang sehat dan memiliki daya
tahan tubuh yang tangguh. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur
kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak yang beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan
sektor konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia
yang berkualitas, sehingga apabila ada alokasi dalam sektor ini kurang diperhatikan.
Sementara itu para pakar kesehatan belum mampu memperlihatkan secara jelas
manfaat investasi bidang kesehatan dalam menunjang pembangunan negara.
Kesenjangan derajat kesehatan masyarakat antar wilayah perlu segera diatasi. Investasi
yang selama ini lebih ditekankan pada penambahan fasilitas, peralatan dan tenaga
medis perlu ditinjau kembali. Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Bidan,
Dokter, Perawat dll, bukan merupakan jaminan meningkatnya kesehatan penduduk.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa pemecahan masalah
kesehatan tidak bisa ditemukan di bangsal bangsal rumah sakit ataupun ruang tunggu

23
poliklinik atau puskesmas, melainkan di Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
juga gedung DPR. Pergeseran paradigma dari pelayanan medis ke pembangunan
kesehatan dengan paradigma sehat memerlukan pembaharuan komitmen politik dari
pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan
pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada
upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Dasar Pemikiran Paradigma Sehat Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya
sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu
dipertahankan dan dipelihara.
Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :
a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata
tidak efektif
b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan
unsur sehat produktif sosial ekonomis.
c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik
degeneratif
d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan
penangan khusus
e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk
Visi Indonesia Sehat 2015, Yaitu:
1. Pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
hidup sehat.
2. Memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata
3. Serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republic
Indonesia.

24
4. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai,
indonesia sehat 2015
Indikator utama Indonesia sehat, yaitu :
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
4. Derajat kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Sasaran Pembanguan Kesehatan
1. Perilaku hidup sehat
2. Lingkungan sehat
3. Upaya kesehatan
4. Derajat kesehatan
5. Pelayana Kesehatan

3.2. Saran
Saran yang penulis sampaikan hendaklah makalah ini dapat bermanfaat secara
teoritis dan praktis sesuai dengan tujuan makalah ini terutama bagi pembaca.

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyampaian isi,
maupun penyajian makalah oleh karna itu, diharapkan kepada Penulis lain yang ingin
membahas materi yang sama, agar lebih baik dan lebih detail lagi dalam membuat
makalah ini, karena masih ada bahkan masih banyak pembahasan tentang makalah
kami ini yang belum penulis sampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan


Kabupaten, Bandung : ITB

25
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung : Citra Aditya Bakti

M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Jakarta : Rineka Cipta

Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Binarupa

26

Anda mungkin juga menyukai