Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera


ditindaklanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupakan
suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan salurannya,
sedangkan proteinuria lebih memiliki arti dalam hal diagnostik dan prognostik
penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan
sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan
yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan.
Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga
oleh karenanya sangat penting untuk dipastikan adanya sel darah merah dalam
saluran kemih serta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting
dalam menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut,
sembab, atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin,
dan sering kencing maka kemungkinan besar berasal dari saluran kemih. Kolik
pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu
ginjal atau batu ureter, yang bila ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar
pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi
kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah
glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama
berbentuk kupu-kupu di daerah wajah, mungkin suatu lupus eritematosus
sistemik atau berbetuk purpura maka kemungkinannya adalah Henoch Schonlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat
trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya
riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki
sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit
ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan
diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau

1
adanya ruam kulit atau nyeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis
pada pasien dengan hematuria.
Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai
bagian dari suatu episode hematuria makroskopik, sebagai gejala dari infeksi
saluran kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan
dalam pemeriksaan rutin.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .1,2 Secara visual terdapatnya sel-
sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik
yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria
didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada
kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik.
American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah
merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3
spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. 3 Namun,
pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara

3
klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel
darah merah pada lapangan pandang besar .4

Gambar 1.Gross Hematuria dan Microscopic Hematuria

Terdapat beberapa istilah yang dipakai dalam klinik yaitu :

1. Hematuria asimtomatik : Hematuria yang merupakan gejala tunggal


atau hematuria tanpa rasa sakit (painless hematuria).

2. Hematuria simtomatik : Hematuria yang ditemukan bersama


dengan gejala lain atau hematuria yang disertai rasa sakit kalau miksi
(disuria).

3. Hematuria persisten : Hematuria yang timbul pada tiap kali miksi


(biasanya bersifat mikroskopis).

4
4. Hematuria rekuren : hematuria yang diselingi oleh urine normal
(kuning jernih) (biasanya bersifat makroskopik).

5. Hematuria makroskopik : Terdapat darah dalam urine yang


menyebabkan urine berwana merah atau coklat.

6. Hematuria mikroskopik : Terdapat eritrosit dalam urine tanpa


perubahan warna urine yang diketahui dengan test kimia atau dilihat
dibawah mikroskop. Diagnosis hematuri dapat dibuat bila pada
pemeriksaan sedimen urin yang sudah disentrifus, di bawah mikroskopis
dengan memakai kamar hitung ditemukan 10 eritrosit/ml atau secara
langsung ditemukan 3-5 eritrosit/lpb. Pada umumnya 3 eritrosit/lpb
diterima sebagai batas atas nilai normal; tetapi batasan ini tidak berlaku
bagi perempuan yang sedang menstruasi atau bila urin diperoleh dengan
cara kateterisasi. Pendapat lain mengatakan bahwa hematuria terjadi bila
jumlah eritrosit >1-2/LPB.

II.2. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa yaitu
termasuk infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak,
dan keganasan dalam urologi.1,2,4 Namun, diferensial lengkap sangat luas,
beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi
dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa
gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan
sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma
dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6
Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan
asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan penyebabnya.1 Akibatnya,
dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari
tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.

5
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan
hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain
adalah:
Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
SLE,
Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung
maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)

6
Gambar 2. Lokasi penyebab hematuria

Cause of Hematuria

7
Urinary tract infection
Urinary calculi
Urinary tract malignancy
Urothelial cancer
Renal cancer
Prostate cancer
Benign prostatic hyperplasia
Radiation cystitis and/or nephritis
Endometriosis
Anatomic abnormalities
Arteriovenous malformation
Urothelial stricture disease
Ureteropelvic junction obstruction
Vesicoureteral reflux
Nutcracker syndrome
Medical or renal disease
Glomerulonephritis
Interstitial nephritis
Papillary necrosis
Alport syndrome
Renal artery stenosis
Metabolic disorders
Hypercalciuria
Hyperuricosuria
Coagulation abnormalities
Miscellaneous
Trauma
Exercise-induced hematuria
Benign familial hematuria
Loin painhematuria syndrome
Tabel 1. Penyebab Hematuria
II.3. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis ; harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien
menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis

8
makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang
berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara
lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-
uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses
miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C
Stoppler, 2010)
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis.
Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera
otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase
plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka
remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi,
koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang
berkepanjangan.
Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan
akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat
berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit
urin.
Tabel 2. Penyebab Positif Palsu Pada Tes Hematuria
Heme Positif
Hemoglobin
Mioglobin
Heme Negatif
Obat-Obatan
Chloroquine
Deferoxamine
Ibuprofen
Iron sorbitol
Metronidazole
Nitrofurantoin
Phenazopyridine
Phenolphthalein
Phenothiazines
Rifampin
Salisilat
Sulfasalazine
Bahan Pewarna Buah atau Sayuran
Bahan Pewarna Makanan Sintetik

9
Metabolit
Asam homogentisat
Melanin
Methemoglobin
Porfirin
Tirosinosis
Urat

Penyebab hematuria dapat dilihat pada tabel, sumber hematuria dari


saluran kemih bagian atas berasal dari nefron (glomerulus, tubulus kontortus dan
interstisium). Hematuria di saluran kemih bagian bawah berasal dari sistem
pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra. Hematuria yang berasal dari nefron
seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola, atau merah keunguan,
disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick), terdapat cast SDM dan
akantosit atau kelainan bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin.
Hematuria yang berasal dari tubulus kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast
leukosit atau sel epitel tubulus renal. Hematuria dari saluran kemih bagian bawah
umumnya dihubungkan dengan hematuria berat, hematuria terminal (hematuria
terjadi pada saat aliran urin akan berakhir), bekuan darah, morfologi urin SDM
normal, dan proteinuria minimal pada dipstick (<100 mg/dL).

Bagan 1. Alur diagnosis Hematuria

Tabel 3. Perbedaan Hematuria Glomerular dan Non-glomerular

10
Feature Glomerular Hematuria Non Glomerular Hematuria
History
Burning of Micturation No Urethritis, Cystitis
Systemic Complication Edem, fever, pharingitis, Fever with UTI
rush, athralgia Severe pain with calculi
History of trauma No Yes
Family History Deafness in Alport Usually negative
Syndrome, renal failure May be positif with calculi
Physical Examination
Hypertension Often present Unlikely
Edema May be present No
Abdominal masa No Important with Wilms Tumor,
Polycystic kidney
Rash, arthritis Lupus Eritematosus, No
Henoch Schonlein Puspura
Urine Analysis
Color Brown, tea, cola Bright red
Proteinuri Often Present No
Dysmorphic RBCs Yes No
RBS cast Yes No
Crystal No May be informative

A. Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat
episode hematuria, antara lain:
a. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
b. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
c. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
d. Apakah diikuti dengan perasaan sakit? (Mellisa C Stoppler, 2010)
Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien
dengan hematuria mikroskopis
Riwayat merokok
Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine)
Riwayat gross hematuria sebelumnya
Usia di atas 40 tahun
Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran
kemih
Penyalahgunaan analgetik
Riwayat radiasi panggul
Tabel 4. Porsi hematuria pada saat miksi

11
INISIAL TOTAL TERMINAL

Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir misi

Tempat kelainan Uretra Buli-buli, ureter, atau Leher buli-buli


ginjal

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir
bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema
terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan
ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan
suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada
pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab
potensial.

Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin


merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia
mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda
perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan
darah yang bersifat sistemik.
Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan
anemia.
Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis
atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi,
atau obat sitotoksik.
Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi
dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat
dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa
diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus.
Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal
akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis

12
mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai
mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma
prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai
prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat
masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke
kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma
prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat.
Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat
dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat
dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah
bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat
dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan
skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan
diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan
tiga. (Wim de Jong, dkk, 2004)

C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,
ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang
mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang
dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat,
asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan
urolithiasis.
Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada
hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non
glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses
mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis
vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya
antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.

13
Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit
(pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura
trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena
ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan
saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular,
morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH
urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan
sel-sel urotelial.
IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria
& sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya,
menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan
kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat
menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor
urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran
kemih.
USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit
kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra,
bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat
berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal,
disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman
dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara
uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah
obstruksi dihilangkan
Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran

14
jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan
penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim
de Jong, dkk, 2004)

Penentuan Asal Pendarahan

Dengan mengetahui asal pendarahan , etiologi hematuria akan lebih mudah


ditentukan. Suatu pemeriksaan sederhana yang dipakai untuk menentukan asal
pendarahan, yaitu :

1. Uji tabung 3 gelas


Urin ditampung pada awal, pertengahan, dan akhir miksi dalam tabung
yang berbeda:

- Hematuria awal (initial hematuria) : bila tabung pertama lebih


merah dari tabung lain, menunjukkan perdarahan dari uretra
posterior atau stenosis meatus.
- Hematuria akhir (terminal hematuria) : bila tabung ketiga lebih
merah, menunjukkan perdarahan berasal dari leher buli-buli atau
uretra bagian proksimal
- Hematuria total (total hematuria) : bila semua tabung berwarna
merah, menunjukkan perdarahan berasal dari ginjal atau
perdarahan buli-buli yang hebat, misalnya sistitis hemoragik akut
yang disebabkan oleh virus.
2. Pemeriksaan dibawah mikroskop
- Bila ditemukan torak eritrosit atau torak granuler berarti berasal
dari ginjal.
- Morfologi eritrosit : bila hematuria berasal dari glomerulus, maka
tampak eritrosit dengan bentuk, besar, dan kandungan hemoglobin
yang tidak sama. Sebaliknya, bila perdarahan berasal dari non

15
glomerulus, seperti dari tumor, batu, ISK bagian bawah, maka
tampak eritrosit dengan besar, bentuk dan kandungan hemoglobin
yang sama.

Bagan 2. Alur Pemeriksaan Penunjang Hematuria

Tabel 5. Imaging Modalities for Evaluation of the Urinary Tract


Modality Advantages and disadvantages
Intravenous Considered by many to be best initial study for evaluation
urography of urinary tract
Widely available and most cost-efficient in most centers
Limited sensitivity in detecting small renal masses
Cannot distinguish solid from cystic masses; therefore,

16
further lesion characterization by ultrasonography,
computed tomography or magnetic resonance imaging is
necessary
Better than ultrasonography for detection of transitional cell
carcinoma in kidney or ureter
Ultrasonography Excellent for detection and characterization of renal cysts
Limitations in detection of small solid lesions (< 3 cm)
Computed Preferred modality for detection and characterization of
tomography solid renal masses
Detection rate for renal masses comparable to that of
magnetic resonance imaging, but more widely available
and less expensive
Best modality for evaluation of urinary stones, renal and
perirenal infections, and associated complications
Sensitivity of 94% to 98% for detection of renal stones,
compared with 52% to 59% for intravenous urography and
19% for ultrasonography

Tabel 6. Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their
limitations

Imaging Modality Limitations

Intravenous Urography Poor sensitivity for parenchymal masses, intravenous contrast


and ability to characterize renal exposure
Retrograde Pyelography Poor sensitivity for parenchymal masses, invasive
and ability to characterize renal
Ultrasonography Limited ability to detect mass, and urothelial abnormality
urolithiasis, small (<3 cm) renal
Magnetic Resonance Imaging Expensive, CTU Largest cumulative radiation
time consuming, poor sensitivity for exposure, expensive
urolithiasis
Intravenous Urography Poor sensitivity for parenchymal masses, intravenous contrast
and ability to characterize renal exposure

17
Bagan 3. Initial evaluation of newly diagnosed asymptomatic microscopic
hematuria.

18
Bagan 4. Workup of hematuria in adults based on AUA best practice policy
recommendations.

19
II.4. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab terbanyak hematuria kasar ditunjukan pada gambar 2 dan 3. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram,
yaitu keluar darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan
ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.

Bagan 5. Diferensial diagnosis hematuria kasar/Gross Hematuria 1

Bagan 6. Diferensial diagnosis hematuria mikroskopik

20
Hematuria kasar mungkin berasal dari saluran kencing atas seperti
pada penyakit glomerulus atau tubulointersitsial, atau saluran kencing bawah,
paling sering akibat dari infeksi atau batu ginjal. Penyebab lain dari hematuria
kasar adalah penyakit kongenital maupun kalainan vaskular, dan koagulopati.
Banyak diagnosis seperti infeksi, hiperkalsiuri, glomerulonefritis, mungkin
menyebabkan hematuri mikroskopik (lihat gambar 3). Bagaimanapun kebanyakan
etiologi dari hematuria mikroskopik asimptomatik adalah penyakit membran
basement tipis thin basement membrane disease (TBMD), yang juga dikenal
sebagai Thin Basement Membrane Nephropaty, Benign Famial Hematuria,
atau Benign Heriditari Nephritis, Hiperkalsiuri Idiopatik, Nepropati IgA, dan
Penyakit Sickle Sell.1

Umur, jenis kelamin, dan ras dari pasien mungkin mempengaruhi etiologi
hematuria secara umum: sebagai contoh, Post Infection Acut Glomerulonefritis
(PIAGN) sering terjadi pada anak usia sekolah, sedangkan Renal Vein
Thrombosis, sering terjadi pada bayi, Sindrom Alport terkait kromosom X lebih
sering tampak pada anak laki-laki, dan Nepropati IgA sering terjadi diantara anak
keturunan Asia.1

Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk


memperkirakan lokasi lokasi penyakit primernya, yaitu apakah terjadi pada awal
miksi, semua proses miksi, atau pada akhir miksi.4

BPH (Benign Prostate Hyperplasia)


Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
USG transrectal dari
Kencing tidak lampias, prostat: ukuran prostat
aliran lemah, pembesaran meningkat, volume> 40
intermittency, frekuensi prostat pada g, meningkatkan ukuran
kencing meningkat, kandung kemih lobus median prostat
PSA
urgensi, nokturia, digital dubur, uroflowmetry dengan
riwayat BPH ataupun vesica urinary ultrasonografi kandung
kanker prostat , riwaat bulding (+) kemih: puncak laju
retensi urine sebelumnya aliran rendah, volume
residual tinggi postvoid

21
Urinary Tract Infection
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang lainnya
dysuria, meningatnya
urine
frekuensi berkemih, demam, nyerio
culture
volume urine sedikit saat tekan urinalysis:
and
berkemih, nocturia, nyeri suprapubic, (+) leukocyte
sensitivi
suprapubic , pernah bladder esterase, (+)
ty:
menderita isk distention pada nitrite, pyuria
>10,000
sebelumnya dan retensio urine, (>10 WBC
colony
mendapatkan cystocele pada per HPF),
forming
pengobatan, riwayat pemeriksaan bacteriuria
unit/mL
pyelonephritis, riwayat panggul
urine
gagal pengobatan

Pyelonephritis, acute
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
renal ultrasound :
urinalysis: pembesaran renal , hypo-
positive echoic parenchyma with
Nyeri pinggang, leukocyte loss of corticomedullary
demam, menggigil, esterase, positive differentiation
Nyeri ketok
mual, muntah, sakit nitrite, pyuria contrast CT abdomen:
kostovertebral,
perut, nyeri (>10 WBC/HPF), heterogeneous uptake of
nyeri suprapubik,
suprapubik, hx dari bacteriuria contrast (lobar nephronia),
demam, penurunan
nefrolitiasis, ISK urine culture oedematous renal
bising usus
dan diabetes, and sensitivity: parenchyma, perinephric
imunosupresi >10,000 colony stranding,
forming unit/mL intraparenchymal gas in
urine emphysematous
pyelonephritis

22
Alport Syndrome
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
Hematuria
mikroskopis
urinalysis:
berulang,
dysmorphic red skin biopsy: positive
disertai
cells, red cell immunohistochemistr
dengan
casts, y
episode gross
Hipertensi, proteinuria, renal biopsy: diffuse
hematuria,
oedema, microalbuminur thickening and
gangguan
sensorineuronal ia splitting of the
pendengaran,
hearing loss, urea and basement membrane,
riwayat
anterior creatinine: focal
keluarga
lenticonus, erosi creatinine >2.0, glomerulosclerosis
dengan kanker
kornea urea >20 and tubular atrophy;
dari
24-hour urine negative
hematuria,
collection for immunohistochemistr
gangguan
protein : >1 y
pendengaran,
atau penyakit gram/24 hours
ginjal
Kanker Buli
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
hematuria tanpa rasa urinalysis: RBCs
sakit, disuria,
massa panggul, urine cytology: atypical or malignant
frekuensi, urgensi,
nyeri tekan sudut cells, signified by increased clustering,
usia > 50, hx iradiasi
kostovertebral dari increased cellularity, or altered nuclear
panggul, hx merokok,
obstruksi; sering morphology
penurunan berat
tidak ada kelainan CT abdomen/IVU : ureteral or renal
badan, paparan
terdeteksi collecting system mass or filling defect
lingkungan/kimia
karsinogen cystoscopy: bladder tumour
Kanker Prostat
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
lanjut usia, Pada rectal PSA: transrectal
riwayat keluarga toucher ditemukan meningkat, ultrasound-guided
dengan kanker, pembesaran PSA> 0,75 prostate biopsy :
gejala obstruktif prostat, dengan mikrogram / L confirmed
berkemih, konsistensi keras per tahun (0,75 adenocarcinoma
penurunan berat dan permukaan ng / mL per

23
yang berbenjol-
badan tahun)
benjol
Batu Ginjal
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
nyeri pinggang, nyeri
yang menjalar ke urinalysis :
selangkangan, haematuria, pyuria,
hematuria, mual, crystalluria, cysteine
muntah, hx crystals, acidic or BNO:
Nyeri ketok
sebelumnya kalkuli, alkaline pH radiodense
costovertebral angle
riwayat keluarga non-contrast CT stones
dengan kanker dari abdomen:
nefrolitiasis, hx gout, urolithiasis,
hx penyakit radang hydronephrosis
usus
Instrumentasi Pada Saluran Kemih
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
Riwayat Adanya kateter urinalysis:
cystoscopy, uretra, kateter diagnosis is clinical, BNO: ureteral stent
ureteroscopy, suprapubik, stent and tests are not and drain
prostat biopsi ureter dengan string routinely visualisation
jarum dalam uretra recommended
Trauma Ginjal
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
CT abdomen: laserasi
trauma tumpul pada parenkim
pada pinggang, ginjal, sistem
hypotension,
menembus pengumpulan, dan
takikardia, nyeri BNO IVP:
panggul atau luka pembuluh ginjal;
panggul, memar menegaskan fungsi
perut (tembakan hematoma
panggul, nyeri perut, ginjal kontralateral
atau tikaman), perinephric,
perut kembung
patah tulang rusuk perdarahan aktif,
yang lebih rendah dan ekstravasasi
urin
Trauma Buli
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
trauma tumpul panggul, Nyeri tekan suprapubic, retrograde cystogram:
menembus luka panggul atau ekimosis pada lower extravasation of contrast
perut (tembakan atau abdominal revealing bladder injury
tikaman), fraktur panggul,

24
ketidakmampuan berkemih

Trauma Uretra
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang lainnya
contrast CT
Trauma genitalia eksterna, Perdarahan OUE,
abdomen:
straddle injury, bilateral hematom scrotum, retrograde
contrast
pubic rami fracture and floating prostat, urethrogram
extravasation
Malgaigne's fracture, eimosis pada : contrast
from the
perineal lacerations, tidak batang penis, extravasation
urethra
bisa berkemih, riwayat butterfly- from the
cystoscopy:
intervensi kolorektal atau ecchymosis pada urethra
urethral
ginekologi perineum
disruption
Sickle cell anemia
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
Keturunan
Afrika-Amerika,
hepatosplenomegaly,
riwayat keluarga Hb electrophoresis
nyeri tean abdomen , peripheral blood
dengan kanker (whole blood):
testicular atrophy, smear: sickle cells
penyakit sel haemoglobin S
oedema of extremities
sabit, migrasi,
nyeri intermiten
Coagulopathy
Pemeriksaa Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
n fisik penunjang
mudah
memar, LFTs: hypoalbuminaemia
kecenderunga von Willebrand factor
n untuk antigen (whole blood):
berdarah, reduced in von Willebrand's
epistaksis PT, PTT, INR: disease
ecchymoses,
berulang, Normal atau ristocetin cofactor activity
perdarahan
riwayat FBC: (whole blood): reduced in
memanjang
keluarga thrombocytopenia von Willebrand's disease
dengan factor VIII, IX activity
kanker dari (whole blood): reduced in
diastesis haemophilia, VIII reduced in
perdarahan, von Willebrand's disease
hx sirosis

25
Kista ginjal
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
Nyeri tekan
sering tanpa gejala, serum creatinine:
costovertebral
panggul nyeri, diri renal elevated
angle, panggul
terbatas hematuria, ultrasound : cystic CT abdomen:
teraba massa pada
infeksi saluran lesions well-defined, oval
ginjal polikistik,
urin, ginjal kolik lesions
Hipertensi

Arterial-venous malformation
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
contrast CT
Hipertensi, renal angiography:
gumpalan abdomen: massa
cardiomegaly, bruit pengisian simultan dari
berbentuk ulat, lesi, filling defect,
(+) pada panggul sistem arteri dan vena,
nyeri pinggang, nephrogram
dan abdomen nephrogram tertunda
terlambat pengisian

Renal vein thrombosis


Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
fisik
CT abdomen: kehilangan
diferensiasi
corticomedullary, trombus
Doppler
Mendadak pada vena ginjal,
Trauma ultrasonography:
nyeri panggul, pembesaran ginjal dengan
panggul, membesar, edema
hx of nephrotic kekeruhan parenkim
oedema ginjal, echogenic
syndrome BNO IVP: tertunda
dengan sinyal vena
absent ekskresi kontras dari
ginjal, pembesaran ginjal
karena kongesti

26
Tuberculosis extrapulmonary
Pemeriksaa Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
n fisik penunjang
urinalysis:
Nyeri saat IV
orchalgia pyuria (>10
berkemih, urography:
dengan WBC/HPF)
nokturia, hx dari moth-eaten
reaktif with no
pajanan TB, hx calyces with
hidrokel, visualised
cystitis tidak ulceration ,
rectal bacteria
responsif terhadap obliterasi
toucher urine culture,:
antibiotik, hx dari calyceal,
prostat >10,000
epididimitis, ISK hidronefrosis,
nodular colony forming
berulang kalsifikasi,
unit/mL urine
.Benign familial haematuria (thin basement membrane nephropathy)
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
urinalysis: dismorfik
merah sel, sel merah,
proteinuria,
Berulang dan
mikroalbuminuria
terus menerus renal biopsy: ipisan
urea and creatinine:
hematuria oedema and membran basal
creatinine >2.0, urea
mikroskopik hipertensi glomerulus (150-225
>20
atau gross nM)
24-hour urine
hematuria,
collection for
protein : >1 gram/24
hours
Postinfectious glomerulonephritis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
urinalysis:d
ismorfik merah sel,
tiba-tiba timbul edema,
gips sel merah,
kelemahan, malaise,
proteinuria,
hematuria gross, sakit periorbital
mikroalbuminuria
kepala, 1 sampai 2 and
urea and serum
minggu postpharyngitis, peripheral
creatinine: antistreptolysin O
2 sampai 4 minggu oedema,
creatinine >2.0, urea titer : elevated
setelah dermatitis hipertensi,
>20
streptokokus, yang rash kulit
24-hour urine
paling umum dari usia 2
collection for
sampai 10 tahun
protein : >1 gram/24
hours

27
Membranoproliferative glomerulonephritis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
urinalysis: dysmorphic
tiba-tiba
red cells, red cell casts, serum complement levels
timbuledema
periorbital and proteinuria, (C3, C4): low
dependen atau
peripheral oedema, microalbuminuria renal biopsy:
periorbital,
Hipertensi, urea and creatinine: hypercellular glomeruli,
kelelahan,
konjungtiva pucat, creatinine >2.0, urea >20 mesangium diperluas,
hematuria gross,
drusen retina 24-hour urine collection imunofluoresensi positif,
sakit kepala,
for protein : >1 gram/24 deposito padat elektron
oliguria
hours

Rapidly progressive glomerulonephritis


Pemeriks
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
aan fisik
prodromal urinalysis: dysmorphic red
gejala malaise, Hipertensi cells, red cell casts,
demam, , nodules proteinuria,
renal bx:
arthralgias, kulit yang microalbuminuria

hypercellular,
anoreksia, dan nyeri,
sklerotik
mialgia, sakit conjuncti urea and creatinine:
glomeruli dengan
perut, nodul vitis, creatinine >2.0, urea >20
inklusi bulan sabit
kulit yang uveitis, 24-hour urine collection
menyakitkan oliguria for protein : >1 gram/24
atau ulserasi hours

Ig A nephropathy
Pemeriksa
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
an fisik
urinalysis: RBC casts, mild
rulang
proteinuria
makroskopik Pada renal bx: adanya IgA
urea and creatinine:
hematuria terkait umumnya pada mesangium,
creatinine >2.0, urea >20
dengan infeksi asimtomatik proliferative crescents
24-hour urine collection
saluran ,hipertensi pada kasus berat
pernapasan for protein : >1 gram/24
hours

28
Systemic lupus erythematosus
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan lainnya
fisik penunjang
urinalysis:
pyuria, RBCs,
renal bx :
arthralgias, granular casts,
glomerulitis ringan
demam ringan, kupu-kupu atau proteinuria
deposisi imunoglobulin
kelelahan, ruam diskoid, urea and
dan pembentukan bulan
malaise, borok mulut atau creatinine:
sabit
anoreksia, mual, vagina, creatinine >2.0,
proliferatiflupus
penurunan berat vaskulitis retina, urea >20
serologies: elevated
badan, kejang, murmur sistolik 24-hour urine
fotosensitifitas serum complement
collection for
(C3, C4): low
protein : >1
gram/24 hours

Renal cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Nyeri pinggang, hx merokok, renal ultrasound: solid or
HTN, panggul massa,
riwayat keluarga dengan cystic renal mass
adenopati, varikokel kiri,
kanker karsinoma sel ginjal, CT abdomen with and
edemas ekstremitas
penyakit ginjal polikistik, without IV contrast: contrast
bawah
paparan kimia karsinogen enhancing renal mass

Grawitz tumor
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
nyeri pinggang, hematuria
dan massa pada pinggang
merupakan tanda tumor dalam PIV biasanya dikerjakan atas indikasi
stadium lanjut, nyeri pada sisi adanya hematuria tetapi jika diduga ada
ginjal yang terkena , massa pada ginjal, pemeriksaan
bisa diraba/dirasakan
penurunan berat badan , dilanjutkan dengan CT scan atau MRI.
benjolan di perut
kelelahan , demam yang Dalam hal ini USG hanya dapat
hilang-timbul, anemi , menerangkan bahwa ada massa solid
Varikokel akut , atau kistik
hipertensi

29
Tumor Wilms
Pemeriksaan Pemeriksaan lainnya
Anamnesis Pemeriksaan fisik
penunjang
tumor abdomen,
Hematuri
IVP tampak distorsi
(makroskopis)
sistem pielokalises kadar lactic
Hipertensi
dan berguna untuk dehydrogenase (LDH)
anemia, penurunan
mengetahui fungsi meninggi dan Vinyl
berat badan, infeksi
Massa abdomen ginjal. mandelic acid (VMA)
saluran kencing,
demam, malaise dan dalam batas normal
pemeriksaan USG,
anoreksia
tumor Wilms nampak
nyeri perut yang sebagai tumor padat
bersifat kolik
di daerah ginjal.
Urethral cancer
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
fisik
lebih umum pada
wanita putih dan IVU: filling defect, mass
pada mereka> 50 Teraba massa, voiding urethroscopy:
usia, frekuensi, stricture cystourethrogram: visible urethral mass
keraguan, gejala filling defect, mass
kencing obstruktif
Penile cancer
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lainnya
penunjang
hx lesi penis, eritematosa patch, skin biopsy:
hx dari indurasi, massa teraba, squamous cell MRI/CT pelvis
kondiloma limfadenopati inguinal carcinoma
Bladder stone
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
fisik
suprapubik nyeri, urinalysis: haematuria,
hematuria, gejala leukocyte esterase,
Nyeri tekan BNO: radio-opaque
saluran kandung nitrites
suprapubic bladder stone
kemih obstruktif, non-contrast CT
operasi sebelumnya abdomen: bladder stone

30
Cytotoxic medications
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
fisik
hx dari penggunaan
analgesik atau urinalysis: dismorfik
penyalahgunaan, merah sel, gips sel
aminoglikosida, merah, proteinuria, cystoscopy:
hypotension,
cyclophosphamide, mikroalbuminuria amyloid deposits,
oedema,
cyclosporine, penisilin, FBC: peripheral blood haemorrhagic
suprapubic pain
sulfonamid, non-steroid eosinophilia inflammation
anti-inflamasi, serum creatinine:
hematuria berulang, elevated
nyeri pinggang, disuria

Anticoagulation
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
panggul massa, nyeri
hx fibrilasi atrium, katup
tekan sudut
mekanik, stroke, memar, coagulation studies: elevated
kostovertebral, memar,
perdarahan gusi
perdarahan gusi

.Exercise-induced haematuria
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

Setelah olahraga berat Normal urinalysis: RBCs

Loin pain haematuria syndrome


Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
perempuan muda, hematuria
intermiten, panggul nyeri urinalysis: diagnosa klinis,
intermiten mulai dari yang ringan low-grade fever dan tes tidak secara rutin
sampai parah, penggunaan direkomendasikan
kontrasepsi oral

Medication
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
penggunaan obat seperti
Pyridium, rifampin, fenitoin, urinalysis : diagnosa klinis, dan tes
Normal
levodopa, metildopa, dan tidak secara rutin direkomendasikan
kina

Food-related

31
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan penunjang
fisik

Riwayat makan bit, urinalysis: : diagnosa klinis, dan tes


Normal
blackberry, rhubarb tidak secara rutin direkomendasikan

II.5. PENATALAKSANAAN

Bagan 7. Alur tatalaksana hematuria


Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai
cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya
dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus
menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan
anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi
infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria
dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C
Stoppler, 2010).
Karena hematuri hanya merupakan salah satu gejala berbagai penyakit,

32
maka penatalaksanaannya ditujukan kepada penyakit primernya. Hematuri sendiri
tidak memerlukan pengobatan khusus. Meskipun demikian setiap kasus dengan
hematuri sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk menetapkan etiologi. Bila
hematuri ternyata hanya merupakan gejala satu-satunya, (hematuri
monosimtomatik), tidak memerlukan tindakan khusus selain istirahat saat
serangan karena keadaan ini dianggap benigna. Tatalaksana untuk hematuria
bergantung kepada etiologinya. Pengobatan lain: simtomatis seperti spasmolitik,
antibiotik, koagulasia, transfusi darah. Jika terjadi gross hematuria maka harus di
rawat di Rumah Sakit.

BAB III

33
KESIMPULAN

Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit


ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal
diagnostic dan prognostic penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan
terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan
pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% . Secara visual terdapatnya sel-sel
darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per
lapangan pandang. American Urological Association (AUA)
mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena
terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan
pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama
2 sampai 3 minggu.
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk
saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan
keganasan dalam urologi. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan
hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria
ditemukan pada neoplasma dari urinary tract, genitourinari. Sebaliknya, pada
hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan
penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak

34
jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan
kemungkinan suatu keganasan.
Diagnosis dan evaluasi pasien harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang
pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo
atau false hematuria dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria,
mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum
bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau
setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin,
piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah
keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini
sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.
Agar diagnosis penyebab hematuria dapat ditegakkan secara pasti,
diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan terarah meliputi anamnesis,
pemerikasaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khsusus lainnya, dan
menghindari pemeriksaan yang tidak perlu. Tatalaksana untuk hematuria
bergantung kepada etiologinya. Pengobatan lain: simtomatis seperti spasmolitik,
antibiotik, koagulasia, transfusi darah. Jika terjadi gross hematuria maka harus di
rawat di Rumah Sakit.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, BB. Dasar - Dasar Urologi Edisi Ketiga. Sagung Seto. Jakarta: 2003
2. W.B, Saunders. Campbells Urology Sixth Edition. WB Saunders Company.
Philadelphia : 1992
3. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta :
2005
4. http//www/bmj.bmjjournals.hematuria.com
5. http//www/emedicine.com
6. http//www/googlehematuria.com
7. https://www.scribd.com/doc/174589482/Referat-Hematuria
8. http//www/Renalhematuria@ed.ac.uk
9. Shearin B Robert, M.D. Clinical Adolsent Medicine Morbidity and Mortality.
G. K. Hall Medical Publishers. Boston, Massachusetts. 1983.

36

Anda mungkin juga menyukai