Secara umum, sifat fisik dari senyawa-senyawa kimia ini akan diubah dari yang
lebih mudah diabsorpsi (lipofil) menjadi yang lebih mudah dieksresi baik dalam
urin maupun feses (hidrofil). Namun pengecualian dalam aturan ini adalah
eleminasi senyawa volatil melalui ekshalasi. Modifikasi kimia xenobiotik akan
mengubah efek biologis senyawa toksik menjadi lebih tidak toksik.
per satuan waktu. Namun pada umumnya konsentrasi substrat di dalam organisme
tetap berada di bawah konsentrasi pada kejenuhan sehingga jumlah metabolit
yang dibentuk per satuan waktu adalah sebanding dengan konsentrasi substrat.
Fase 1
Terdapat tiga reaksi utama dalam biotransformasi fase satu, antara lain hidrolisis,
reduksi dan oksidasi.
i. Hidrolisis
ii. Reduksi
Beberapa logam dan senyawa tokson yang mengandung gugus aldehid, keton,
disulfida, sulfoksida, quinon, N-oksida, alkena, azo atau nitro seringkali direduksi
secara in vivo. Reaksi akan dilakukan secara enzimatik maupun non enzimatik
melalui interaksi dengan agen pereduksi, seperti bentuk terduksi glutathion. FAD,
FMN dan NADP. Reaksi reduksi yang umum terjadi pada biotransformasi antara
lain reduksi azo dan nitro, reduksi karbonil, reduksi disulfida, reduksi sulfoksida
dan N-oksida, reduksi quinon dan dehalogenase.
iii. Oksidasi
Aktivitas oksidasi seringkali dilakukan dengan bantuan enzim antara lain, alkohol
dehidrogenase, aldehid dehidrogenase, xantin dehidrogenase, aldehid oksidase,
monoamin oksidase, kooksidase bergantung peroksidase, serta flavin
monooksigenase.
Sitokrom P450
Fase 2
Dalam reaksi ini, kosubstrat untuk reaksi-reaksi ini akan bereaksi dengan gugus
fungsional yang ada pada tokson pada biotransformasi fase 1. Glukoronidasi,
sulfasi, asetilasi, dan metilasi akan terlibat reaksi dengan kosubstrat yang telah
teraktifasi atau berenergi tinggi, sementara konjugasi melibatkan reaksi dengan
tokson yang telah teraktivasi. Reaksi fase 2 ini pada umumnya berlangsung di
sitosol.
i. Glukoronidasi
ii. Sulfasi
iii. Metilasi
Golongan metil yang berikatan dengan ion sulfonium pada SAM di transfer ke
tokson dengan penyerangan nukleofilik dari heteroatom kaya elektron. Pada
reaksi ini, SAM akan diubah menjadi S-adenosilhomosistein. S-metilasi penting
untuk jalur biotransformasi tokson yang mengandung sulfhidril. Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim thiopurin metiltransferase di sitosol dan tiolmetiltransferasi
di RE.
iv. Asetilasi
dieksresikan utuh ke dalam empedu atau diubah ke asam mercapturat di ginjal dan
dieksresikan dalm urin.
Induksi enzim
Proses induksi enzim adalah proses dimana terjadi peningkatan aktivitas yang
diakibatkan peningkatan kecepatan sintesis dari enzim biotransfomasi dan
paparan bahan kimia tertentu dapat juga menginduksi enzim tersebut.
Inhibisi enzim
Faktor Genetik,
Penyakit
Umur
Fetus dan bayi baru lahir menunjukkan kemampuan yang terbatas untuk
biotransformasi xenobiotik sehingga kemungkinan terjadinya keracunan lebih
meningkat pada binatang percobaan yang lebih muda.
Faktor Instrinsik
Faktor penting yang mengontrol jalannya reaksi enzymatik dari bahan asing
adalah konsentrasinya dalam pusat aktivitas dari enzym. Konsentrasi ini
tergantung pada Lipophilicity, Protein binding, Doses, dan Route
administration. Lipophilicity penting karena dapat mengatur banyaknya
absorbsi dari xenobiotik dari jalan masuknya (kulit, usus, paru). Bahan kimia
yang bersifat lipofilik lebih mudah diabsorbsi dalam darah, sedangkan bahan
yang larut dalam air kurang cepat diserap.
Kesimpulan
Penghasil utama enzim-enzim tersebut adalah hati. Selain itu, enzim juga terdapat
di kulit, paru-paru, mukosa nasal, ginjal, mata, serta saluran pencernaan. Enzim-
enzim ini terutama terdapat di retikulum endoplasma, adan bagian sitoplasma
yang terlarut (sitosol), serta sedikit di mitokondria, nukleus dan lisosom.
Reaksi fase II (Reaksi konjugasi), terdiri dari reaksi sintesis dan konjugasi. Oleh
reaksi konjugasi maka zat yang memiliki gugus polar (-OH, -NH2, -COOH),
dikonjugasi dengan pasangan reaksi yang berasal dari tubuh sendiri dan lazimnya
diubah menjadi bentuk yang larut dalam air, dan dapat diekskresikan dengan baik
oleh ginjal. Reaksi fase II ini merupakan proses biosintesis yang mengubah bahan
asing atau metabolit dari fase I membuat ikatan kovalen dengan molekul endogen
menjadi konjugat.
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
Daftar Pustaka
E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar.
University Press.
Press.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya
sehingga menyebabkan tidak normalnya mekanisme di dalam tubuh. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Muntah adalah disebabkan oleh iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)
dapat menghambat (inktivasi) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam
keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun
lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi
penumpukan Akh di tempat tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala
rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik,
nikotinik, dan ssp (menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP).
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
Macam-Macam Keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan
racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
4) Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
5) Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Menurunkan peningkatan suhu.
7) Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
8) Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
9) Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
10) Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
11) Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan
tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan
ulang.
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
12) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha
bunuh diri
13) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada
pasien atau keluarga.
2. Keracunan melalui inhalasi
Penatalaksanaan umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan
jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan
yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan:
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-
banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi
badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Keracunan Akibat Gigitan Binatang
Kondisi lingkungan dipedesaan memungkinkan berbagai jenis bintang
peliharaan maupun binatang liar dapat hidup berdampingan dengan
masyarakatnya walaupun binatang peliharaan kita sudah jinak namun
bahaya dari binatang ini perlu di waspadai.
Pada kondisi tertentu jenis binatang berdarah panas seperti pada
anjing, kucing, dan monyet yang terkena rabies dapat membahayakan
kesehatan masyarakat. Demikian pula jenis binatang melata yang memiliki
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
racun seperti ular, kalajengking, dan lipan (kelabang) yang masih banyak
terdapat dialam pedesaan. Binatang-binatang tersebut akan menggigit
siapa saja yang ada didekatnya bila mereka akan merasa terganggu. Bila
hal ini terjadi maka gigitan tersebut akan meninggalkan racun dalam tubuh
orang yang digigitnya.
a. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai
efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama
neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti
cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka
dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi
jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen
kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :
a) Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b) Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c) Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d) Menentukan keparahan dampak keracunan.
e) Memantau tanda vital.
f) Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau
area pada beberapa titik.
g) Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
b. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan
kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan
kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling
buruk.
Penatalaksanaan umum:
1. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut
untuk mempercepat absorbsi.
2. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan
yang tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Farmakologi
a. Suportif
Setelah penilaian kondisi penderita, langkah ABC resusitas harus segera
dilaksanakan untuk mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yang
adekuat, sebelum dilakukan penanganan lain
Jika sumber racun tidak diketahui, atasi gejala yang timbul :
1. Depresi pernafasan
a) Bebaskan jalan nafas
b) Bantuan nafas dan berikan O2
c) Beri nalokson (Narcan*) jika diduga overdosis narkotika:
flumazenil (Anexate*) jika diduga benzodiazepin
2. Syok
a) Posisi kaki lebih tinggi dari tempat tidur
b) Beri cairan untuk menambah volume intravaskular:
monitor CVP (bila ada) dan output urin. Obat-obat yang
dapat meningkatkan tekanan darah hanya digunakan pada
keadaan khusus.
3. Kejang
a) Diazepam atau klonazepam (Rifotril*)i.v.
b) Fenitoin i.v. aman jika diberikan perlahan-lahan
c) Untuk status konvulsivus diatasi dengan anestesia umum
4. Nyeri
Nyeri hebat gunakan analgetik narkotik
5. Aritmia jantung
Anti-aritmia sesuai dengan kelainan klinis dan EKG
6. Keseimbangan air dan elektrolit
a) Monitor dan koreksi secara hati-hati
b) Periksa AGD
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
7. Hipotermia
Selimuti penderita dengan selimut unutk mencegah kehilangan
panas. Selimut plastik mungkin lebih efektif tetapi ini dapat
membahayakan anak menjadi sulit bernafas.
2) Bilas lambung
Tidak sebaik rangsang muntah pemasangan NGT
menimbulkan truma
2. Terapi non farmakologi
Air kelapa sebagai penawar racun
Air kelapa selain mengandng berbagai ion yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh, juga memiliki kemampuan untuk menawarkan racun yang
Rangkuman Materi 6 & 7
Lolindah Chin Mai Yen 260110152018
masuk kedalam tubuh. Air kelapa ini sudah lama digunakan oleh nenek
moyang untuk mengobati berbagai penyakit seperti: panas
dalam,demam,kekurangan cairan.
Selain itu ,air kelapa juga dapat digunakan untuk mengatasi
keracunan obat. Keracunan obat ini dapat menimbulkan berbagai gejala
dan tanda (symptom and sign) mulai dari urtikaria, syndrom steven
johnson (SJS). Di mana pada keadaan ini timbulnya berbagai kelainan
pada kulit yaitu keluarnya bintik bintik kemerahan dan terasa gatal.
Selain itu gejala keracunan obat lainnya pada keadaan lebih berat
menimbulkan syok anafilaktik yang membahayakan keselamatan jiwa
penderita. Gejala mulai dari ringan sampai berat seperti: penglihatan
teraa gela, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat sampai
menimbulkan hilangnya kesadaran. Dan bila tidak ditangani segera akan
menimbulkan kematian. Keracunan obat ini dapat terjadi dimana saja bila
kita mengalami hal tersebut atau ada orang lain yang mengalami
keracunan obat, cara yang terbaik adalah dengan membawa orang
tersebut ke rumah sakit segera. Di fasilitas kesehatan biasanya sudah
disediakan berbagai obat yang dapat digunakan untuk mengatasi syock
anafilaktik ini. Akan tetapi apabila hal tidak dapat dilakukan cara yang
terbaik adalah dengan meletakan kepala lebih rendah dari anggota badan
lainnya (posisi trendelenburg). Posisi ini bertujuan untuk meningkatkan
tekanan prefusi di dalam jaringan otak. Tindakan selanjutnya adalah
dengan memberi minum orang tersebut dengan air kelapa, penggunaan
air kelapa ini baik untuk mengatasi berbagai keracunan uang disebabkan
oleh obat.
Kesimpulan
bervariasi tergantung jenis racun , jumlah dan dimana dan darimana racun tersebut
masuk. Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara
mengeluarkan atau memuntahkan makanan apabila terjadi keracunan makanan,
dan memberikan udara yang segar bagi yang menderita keracunan gas.
Diagnosis keracunan terutama ditegakan secara klinis dan di bantu
identifikasi visual, tampa mengganggu hasil penujang diagnosis lain. penaganan
keracunan akut terutama ditujukan pada penaganan umum yang terdiri dari
tindakan ABCDE, pemberian antidot dan penaganan suportif.
Daftar pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Gunawan, Sinshe. 2008. Definisi dan Gejala Keracunan Bahan Kimia dalam
Makanan. www.ahliwasir.com/news/918/Keracunan-Bahan-Kimia-Dalam-
Makanan, diakses tanggal 8/04/2017.
Hendrotomo. 1986. Keracunan dan Penaggulangannya 1. PCCMI. SA.1.,
Jakarta: Konas PCCMI SA.1
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Keracunan. 1993. Perawatan Dini Penderita Keracunan. The Committe on Toxic:
American College of Surgeon. Di alihbahasakan Yayasan Essentia Medica,
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.