Hampir enam tahun yang lalu (yakni, 2010), Presiden Putin
mengusulkan pembentukan sebuah komunitas ekonomi yang harmonis yang terbentang dari Lisbon ke Vladivostok kepada Jerman. Gagasan ini menunjukkan sebuah emporium perdagangan besar yang menyatukan Russia dan Uni Eropa, atau, seperti kata Putin, pasar benua bersatu dengan kapasitas yang bernilai triliun dollar. Singkatnya: Eurasia integration (penggabungan Eurasia). Washington langsung jadi panik. Catatan menunjukkan bagaimana visinya Putin meskipun sangat menggoda para pengusaha Jerman namun akhirnya tergelincir karena penghancuran (demolition) Ukraina yang dikendalikan oleh Washington. 3 tahun yang lalu (2013), di Kazakhstan dan kemudian Indonesia, Presiden Xi Jinping memperluas visinya Putin, dengan mengusulkan One Belt, One Road, alias New Silk Road (Jalur Sutra baru), memperkuat integrasi geo-ekonomi Asia-Pasifik via jaringan luas jalan tol, rel kecepatan tinggi, jalur pipa, pelabuhan dan kabel fiber-optik. Singkatnya: sebuah versi integration Eurasia yang bahkan lebih ambisius, diuntungkan dengan 2/3 populasi dunia, ekonomi dan perdagangan. Perbedaannya adalah bahwa OBOR ini kini dilengkapi dengan keuangan besar yang mendukungnya, via Silk Road Fund, yakni Asian Infrastruktur Investment Bank (AIIB), New Development Bank (NDB) milik BRICS, dan ofensif komersial yang habis-habisan di seluruh Eurasia, dan masuknya yuan dalam Special Drawing Rights IMF secara resmi; yaitu, penetapan yuan sebagai mata uang utama yang bernilai sementara oleh setiap bank sentral pasar tunggal. Pada pertemuan G20 di Huangzou, Presiden Xi Jinping menunjukkan secara jelas bagaimana OBOR benar-benar penting bagi visi China bagaimana globalisasi seharusnya dilanjutkan. Beijiing berani bertaruh bahwa sebagian besar negara-negara di seluruh Eurasia lebih suka berinvestasi yang sama-sama menguntungkan (win-win) dalam proyek pembangunan ekonomi daripada terjebak dalam permainan strategis antara AS dan China yang tidak akan manfaatnya. Dan itu merupakan Empire of Chaos, yang benar-benar terkutuk. Bagaimana mungkin membiarkan China menang melalui Permainan Besar Baru pada abad ke21 di Eurasia dengan membangun New Silk Road? Dan jangan lupakan Silk Road di Suriah Beberapa pihak yang ada di Barat telah memperhatikan, seperti yang dilaporkan oleh RT, bahwa G20 telah diawali dengan Forum Ekonomi Timur di Vladisvostok. Pada intinya, masih tahap awal de facto integrasi Eurasia, yang melibatkan Russia, China, Jepang dan Korea Selatan. Dan integrasi wilayah penting lainnya akan segera terjadi melalui Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin oleh Russia di mana merupakan New Silk Road-nya Russia. Semua ruas jalan ini menghasilkan konektifitas total. Anggap mislanya, kereta kargo yang kini menghubungkan Guangzhou secara teratur, yang merupakan pusat utama di China tenggara, dengan pusat logistik di kawasan industri Vorsino dekat Kaluga. Pengiriman barang hanya membutuhkan waktu dua minggu menghemat waktu satu bulan jika dibandingkan dengan pengiriman barang via kapal, dan menghemat biaya sekitar 80 % jika dibandingkan dengan kargo udara. Inilah tahap awal New Silk Road-style yang menghubungkan China dan Eropa via Rusia. Dan yang lainnya, yang jauh lebih ambisius, akan ada ekspansi rel kereta berkecepatan tinggi Transiberian; Siberian Silk Road.
Alibaba tertarik meluncurkan platform untuk mempromosikan produk
Russia. Kemudian integrasi wilayah yang lebih dekat dengan China dan Kazakhtan yang juga merupakan anggota EEU (Uni Ekonomi Eurasia). Pembebasan bea cukai jalur kereta api telah berlaku, dari Chingqing di Sichuan, melintasi Kazakhtan, Russia, Belarus dan Polandia sampai Duisburg di Jerman. Beijing dan Astana sedang mengembangkan sebuah zona perdagangan bebas bersama di Horgos. Dan secara paralel, Zona Kerjasama Ekonomi Lintas-Batas China-Mongolia yang bernilai $135 juta mulai dibangun bulan lalu (september 2016). Bahkan Kazakhtan menarik perhatian dengan gagasan ambisius-nya, yakni Kanal Eurasia dari Kaspia ke Laut Hitam dan kemudian dilanjutkan ke Mediterania. Cepat atau lambat, perusahaan kontraktor China akan datang untuk studi kelayakan. Agenda Washington nyaris tak terlihat di Suriah yang terintegrasi dengan obsesi Pentagon yang tidak mengizinkan gencatan senjata, atau untuk mencegah gugurnya pemberontak moderat di Aleppo untuk memecah pusat New Silk Road. China sudah lama terhubung dengan suriah secara komersil sejak Silk Road kuno, jalur yang berliku-liku melalui Palmyra dan Damaskus. Sebelum terjadinya Arab Spring di Suriah, kehadiran pengusaha Suriah di Yiwu sangat vital, selatan Shanghai, pusat grosir terbesar produk-produk jadi berukuran kecil di dunia, di mana mereka (pengusaha Suriah) membeli produk dalam jumlah besar untuk dijual kembali di Levant. Danau-nya Amerika Para Neocon/neoliberal yang ada di Washington, benar-benar lumpuh (hilang akal) dalam hal menanggapi atau paling tidak membuat usulan serang balik terhadap integrasi Eurasia. Setidaknya, membutuhkan IQ yang lebih untuk memahami bahwa ancaman yang ditimbulkan China bagi AS adalah semua hal tentang kekuatan ekonomi. Anggap saja dendam mendalam Washington kepada penopang-China, yakni AIIB (Asia Infrastructure Investment Bank). Kita pasti gila jika menyetujui TPP yang tidak mengikutsertakan China, sebuah kesepakatan kerjasama perdagangan bebas yang dibantu oleh NATO yang berporos di Asia yang merupakan kue manis dari kebijakan ekonomi global Obama. Namun TPP bisa dibilang sudah mati. Rincian kondisi geopolitik saat ini adalah Angkatan Laut AS bersedia untuk menghentikan China dari mendominasi Pasifik secara strategis, sementara TPP dikerahkan sebagai senjata ekonomi untuk menghentikan China mendominasi Asia-Pasifik. Berporos pada Asia merupakan alat untuk menghalangi agresi China. Apa yang dibutuhkan AS adalah; industri kunci, finansial, komersial yang menghubungan titk-titik di Asia untuk membangun kembali ekonominya, bukannya menghalangi China. Ketika terjadi krisis ekonomi di AS, pada Maret 1949, MacArthur bersukacita, the Pacific is now an Anglo-Saxon lake. Bahkan setelah berakhirnya Perang Dingin, Pasifik menjadi danaunya Amerika secara de facto; AS melanggar wilayah laut dan udara China sesuka hatinya. Sebaliknya, kini Akademi Perang AS dan Seluruh Think Tank-nya sulit untuk tidur setelah hadirnya rudal canggih China yang mampu menolak akses Angkatan Laut AS menuju Laut China Selatan. Danau-nya Amerika? Tidak lagi. Inti permasalahannya adalah bahwa China membuat taruhan yang sangat besar dengan membangun infrastruktur yang jika diterjemahkan menjadi koneksi kelas-satu semua orang sebagai dunia bersama abad ke-21, cara yang lebih penting daripada keamanan. Memecah dan memusuhi ribalnya. Nah, hal yang tidak banyak berubah secah Dr. Zbig Gran Chessboard Brzenzinski bermimpi pada akhir 1990an tentang perpecahan China dari dalam, yang merupakan jalan mulus bagi Strategi Keamanan Nasional Obama tahun 2015, yang tidak lebih dari sekedar nostalgia retorika sia-sia tentang membendung Russia, China dan Iran. Jadi, mitos-mitos seperti kebebasan bernavigasi adalah istilah halus (tipu muslihat) Washington yang terus-menerus mengendalikan jalur laut, yang merupakan rantai pasokan China serta propaganda berlebihan agresi China yang tak henti-hentinya, ditambah dengan propaganda agresi China, setelah, integrasi Eurasia yang berbasis kemitraan strategis Beijing-Moskow yang harus memangkas semua biaya.
Kenapa? Karena hagemoni global AS harus selalu dianggap sebagai
yang tidak dapat dipindahkan dari alam, seperti ajal dan pajak (kecuali Apple di Irlandia). 24 tahun setelah Panduan Perencanaan Pertahanan Pentagon, pola pikir yang sama terjadi: Tujuan utama kami adalah mencegah munculnya kembali rival baru ... untuk mencegah kekuatan musuh dari mendomiinasi sebuah wilayah yang memiliki sumber daya, di bawah kendali konsolidasi, yang cukup untuk menghasilkan kekuatan global. Wilayah tersebut adalah Eropa Barat, Asia Timur, wilayah bekas Uni Soviet dan Asia tenggara Uuups. Bahkan kini Dr. Zbig Grand Chessboard Brzezinski ketakutan. Bagaimana Pentagon membendung jalur sutra ini dengan ancaman eksistensial China dan Russia yang tepat berada di jantung aksi mereka? Pemecahan dan Autran apa lagi? Demi kebingungan Brzezinski, AS seharusnya membuat sebuah kebijakan di mana, paling tidak menjadikan mitra salah satu dari dua negara yang berpotensi mengancam negara dalam upaya untuk menciptakan stabilitas regional dan kemudian global secara luas, dan jadi dengan sedikit membendung sesuatu yang terprediksi, namun kemungkinan besar berpotensi membuat rival melampaui batas. Saat ini, kemungkinan besar yang melampaui batas adalah Rusia, tapi dalam jangka panjang adalah China. Semoga menikmati mimpi buruk.