Anda di halaman 1dari 8

Sekarang, setelah kita mengetahui program pra-sekolah yang unggul, sangat

penting kita memahami penelitian yang memberikan informasi tentang


penerapannya. Saya juga akan mendiskusikan sejarah, terori, penelitian dan
peraturan yang telah membentuk program pra-sekolah sekarang.
Sejarah, Teori, Penelitian dan Penerapan yang mempengaruhi Program Pra
Sekolah.
Filsuf telah memberikan pengaruh terhadap intruksi pendidikan sejak dini
dan ahli teori terfokus kepada pengemabangan anak, pendidikan masa
kanak kanak sejak dini dan pengembangan literasi. Filus seperi Johan
Heinrich Pestalozzi dan Friedrich Froebel mengatakan tentang lingkungan
alami dimana anak akan berkembang dari pengalaman sensor,
mengikutsertakan belajar dengan menyentuh, aroma, rasa, bentuk dan
ukuran. Bermain merupakan hal yang penting sama seperti hubungan sosial,
emosi dan perkembangan fisik dari anak. Perkembangan intelektrual sangat
penting namun sekarang bukan merupakan prioritas dibandingkan hubungan
sosial, emosional dan perkembangan fisik anak. Filosofi pendidikan progresif
John Dewey memiliki pengaruh besar terhadap penerapan pra-sekolah dan
taman kanak kanak dari tahun 1920 hingga abad 20. Dewey membawa kita
untuk memberikan tema terhadap proses pembelajaran yang terhubung
kepada makna dan tujuannya. Dia memberikan pengaruh terhadap
lingkungan pra-sekolah dan taman kanak kanak, dimana kelas disiapkan
dengan konten aktivitas yang beragam. The block corner, music dan
perpustakaan merupakan salah satu ide Dewey. Salah satu contoh lainny
sebagai berikut :
Jam(waktunya) posisi melingkar untuk menceritakan tentang cuaca dan
kalender dan diskusi yang terfokus pada tema sains / studi sosial. Misalkan,
jika temanya tentang Kesehatan yang baik, kelas akan mendengarkan
sebuah cerita dan menyanyikan lagu yang berhubungan dengan tema.
Jam bermain bebas, dimana anak dapat bermain membangun blok dan
bermain drama dengan memakai jubah sesuai tema atau bermain masak
masakkan. Anak anak mengeksplorasi dan mencoba dengan material di
lingkungan sekitar dengan sedikit arahan diluar dari arahan pencegahan
keselamatan anak.
Jam makan dan istirahat, penekanan terhadap pentingnya kesehatan yang
baik dan belajar tentang nutrisi yang baik juga dilibatkan.
Bermain diluar untuk perkembangan motoric
Membaca cerita di jam terakhir.
Tidak ada upaya untuk memasukkan pelajaran format, karena hal ini akan
membuat mereka dan akan berakibat tidak baik terhadap perkembangan
anak. Namun, momen pengajaran 18 pengembangan literatsi di pra-sekolah
memiliki kelebihan untuk diterapkan. Di program ini tidak ada tempat untuk
instruksi membaca formal. Montenssori memiliki pengaruh kuat terhadap
instruksi literasi kepada anak anak sejak dini, dimana program ini dipercaya
dibutuhkan anak anak dan menjadi tujuan dari pembelajaran. Dia
membentuk aktivitas manipulasi untuk mengembangkan kemampuan yang
terfokus terhadap memperoleh jawaban yang benar. Pada program ini sedikit
grup belajar kecuali dalam pengenalan materi pengajaran baru di kelas.
Anak anak bekerja secara mandiri dan pada tingkatan serta kecepatannya
masing masing. Menurut montenssori, anak muda butuh menggunakan
indera mereka untuk belajar sehingga dia membuat banyak materi yang
berhubungan dengan indera seperti tactile letters dan wooden letters
dengan bermacam warna untuk tiap beda ukuran.
Ahli teori Piaget dan Vygotsky juga memberika pengaruh besar dalam
pendidikan literasi masa kanak kanak sejak dini. Keduanya menyarankan
mengatur kondisi sosial untuk belajar. Teori perkembangan kognitif Piaget
yaitu kurikulum yang memicu eksplorasi dari lingkungan alami dan belajar
dibandingkan pengajaran secara eksplisit atau langsung. Cygotsky
menjabarakan pengajaran yang sama dengan Piaget, namun dia
menganjurkan orang tua sebagai pembatas dan contoh model perilaku yang
ingin diajarkan kepada anak anak. Teori dan filosofi yang memberikan
pengaruh terhadap pendidikan anak sejak dini terkait sebagai berikut :
Menyiapkan lingkungan alami untuk pembelajaran
Penekanan pada kondisi sosial, emosi, fisik dan perkembangan intelektual
yang sama.
Dukungan orang tua memicu interaksi sosial untuk pembelajaran
Terfokus pada proses belajar dibandingkan mengajar
Kesadara bahwa anak seharusnya aktif dalam proses belajar.
Kesiapan Membaca dan literasi sejak dini
Morphet dan Washburne percaya pada penundaan arahan membaca formal
hingga kondisi perkembangan anak sudah cukup untuk di ajari. Penelitian
mereka menyimpulkan bahwa anak dengan mental usia 6 tahun dan 6 bulan
lebih baik dalam tes perkembangan membaca dibandingkan dengan anak
yang lebih muda. Meskipun, banyak pendidik percaya bahwa kedewasaan
secara alami didahulukan untuk literasi dibandingkan ketidaknyamanan
dalam berkembang dengan menunggu anak untuk dapat siap membaca.
Mereka tidak menganjurkan membaca secara formal pada anak anak sejak
dini tetapi dimulai dengan memberikan pengalaman yang dapat membantu
anak untuk siap membaca. Daripada menunggu kedewasaan anak untuk
membaca, pendidik focus kepada mengasuh kedewasaan dengan
mengajarkan kepada anak prasyarat kemampuan yang diperlukan untuk
dapat membaca, dimana termasuk, memfokuskan pada membedakan secara
audio suara yang mirip, pengejaan kata dan kalimat, sedangkan pembedaan
secara visual seperti pengenalan warna, bentuk dan identifikasi huruf,
sedangkan perkembangan kemampuan motorik visual seperti memotong
sesuai dengan garis yang diberikan emnggunakan gunting dan mewarnai di
dalam batas garis, kemampuan motorik seperti bermain skipping, loncat tali
dan berjalan di garis lurus. Meskipun praktek ini sering terlihat di kelas
sekarang, penelitian terbaru meluaskan pemahaman terhadap cara terbaik
mengembangkan kemampuan literasi anak dan secara tidak langsung
mempengaruhi praktek di kelas.
Penelitian literasi sejak dini sejak 35 tahun yang lalu
Peneliti dari tahun 1960 hingga 1990 memberikan informasi baru tentang
pentingnya perkembangan kemampuan oral anak, perkembangan menulis
sejak dini, kebiasaan membaca dan pengalaman literasi keluarga. Dengan
informasi terbaru dan perkembangan bahasa, pendidik berpindah dari
aktivitas kesiapan membaca abstarak menjadi membaca secara langsung
merupakan cara amalim untuk mengembangkan bacaan. Meskipun,
pengajaran secara eksplisit kemampuan membaca dilihat tidak tepat baik
anak anak memicu dan dikenal sebagai kemunculan kebiasan literasi.
Marie Clay (1996) mempromosikan penggunaan istilah kemunculan
literasi dan membacakan literasi yang tepat untuk anak. Konsep
kemunculan literasi dikenal dengan tulisan cakar ayam dan ejaan sebagai
awal dari terpicunya penulisan konvensional.
Anak anak yang terlibat dalam membaca secara pura pura biasanya
menggunakan gambar atau model untuk membantu mereka membaca
cerita. Kemunculan literas memperlihatkan hubungan dinamis antara
kemampuan komuniasi (membaca, menulis, oral dan mendengarkan) karena
tiap kemampuan mempengaruhi satu dengan lainnya dalam
perkembangannya. Perkembangan muncul setiap hari di segala konteks baik
itu di rumah, komunitas dan sekolah melalui pengalaman berarti dan
berperan yang membutuhkan kemampuan literasi secara alaminya. Sebagai
contoh, ketika belajar dengan tema seperti dinausaurus, dari segi segala
bahasa dan perspektif literasi, pendidik mungkin dapat terfokus pada bentuk
kata dan suara dari awal konsonan yang terdapat di nama dinausaurus.
Keikutsertaan keluarga juga dapat mendorong perkembangan kemampuan
literasi anak.
Perkembangan literasi dalam dunia Pra-sekolah, Komprehesif dan Instruksi
Literasi yang Seimbang
Pernyataan yang dikeluarkan oleh International Reading Assoociation yang
berjudul using multiple method of beginning reading instruction (1999),
menyarankan bahwa tidak ada satu metode atau satu emtode kombinasi
yang dapat sukses mengajarkan semua anak untuk membaca. artikel
merekomendasikan pendidik harus mengetahui beragam strategi ketika
mengajar membaca dan meluangkan waktu untuk belajar kebutuhan tiap
individu siswa untuk membuat desain program yang sesuai. Prespektif
komprehensif yang seusai dalam membaca yaitu memilih secara cermat
teori terbaik yang tersedia dan menggunakan strategi pengajaran untuk
mencocokkan model belajar tiap individu anak. Hal ini memungkinkan
penggunaan kemampuan berdasarkan instruksi eksplisit untuk beberapa
masalah sebagai strategi pemecahan masalah untuk yang lainnya. (Morrow
& Tracey, 1997). Menurut Pressley (2006), pengajaran secara eksplisit
tentang kemampuan gmerupakan awal konstruksi yang baik dalam aktivitas
pemecahan amsalah dan aktivitas kontruktif memperkenankan konsolidasi
dan kolaborasi dari beberapa kemampuan. Satu metode tidak dapat
mengabaikan yang lainnya. Prespektif yang seimbang bukan merupakan
strategi acak yang sederhana. Pendidik mungkin memilih strategi
berdasarkan teori pengajaran yang berbeda untuk membentuk
keseimbangan. Sebagai contoh, salah satu anak mungkin memiliki gaya
belajar visual dan memanfaatkan dari intruksi penglihatan. Anak yang lain
kuat di kemampuan pendengaran dan dia akan belajar lebih baik melalui
instruksi suara. Pendekatan keseimbangan terfokus pada apa yang penting
bagi tiap individu anak dibandingkan arahan terbaru dari literature. Instruksi
keseimbangan didasarkan kepada keluasan model pengajaran litarasi yang
meliputi dua hal yaitu keeleganan dan kekompleksitasan dari membaca dan
proses pembahasaan. Model pengajaran tersebut mengakui penting dua hal
tersebut, bentuk ( suara, mekanisme dll) dan fungsi (komprehensif, tujuan
dan makna) dari proses literasi dan pengenalan, pembelajaran tersebut
muncul secara efektif dalam tiap bagian proses pembelajaran.
Tahun pra-sekolah, umur 3 dan 4 merupakan umur yang penting untuk
bersosial, emosional, fisik dan perkembangan kognitif. Pengalaman pra-
sekolah yang berkualitass dapat diterjemahkan dalam kompetensi akademik
dan sosial (Barnett, 1995, Neumann & Dickinson, 2001). Studi dan sintesis
penelitian yang dilakukan selama masa lampau telah membantu memahami
pentingnya pengalaman anak dalam membahasakan secara lisan dan tulisa.
Tahun tahun di pra-sekolah sangat penting untuk mengembangkan
kemampuang bahasa lisan serta seabagai pengalaman awal terhadap
membaca dan menulis untuk dilanjutkan pada jenjang sekolah selanjutnya
(Snow, Burnds, & Griffin, 1998).
Bukit perkembangan bahasa dan literasi di program pra-sekolah di masa kini
Semua anak pada usia pra-sekolah membutuhkan pengalaman bahasan dan
literasi yang kaya untuk menyiapkan mereka mengambil manfaat dari
menulis dan membaca selama di sekolah. Saat ini, hanya Peneliti yang
menerangkan manfaat praktik pra sekollah. Anak pada usia 3 4 tahun
memperlihatkan manfaat pengalaman literasi sebagai hasil dari keterlibatan
keluarga dan aksesl pada program pra sekolah yang berkualitas. Anak yang
memiliki pengalaman pra sekolah yang berkualitas dengan penekanan
terhadap bahasa dan lliterasi biasanya menghasilkan kemampuan bahasa
dan literasi yang kuat yang dapat diterjemahkan dalam prestasi nilai dan
melalui program sekolah. Anak yang hadir dalam pra-sekolah berkualitas
memiliki kemungkinan lebih kecill tidak di tahan ditingkatannya dari TK
hingga tingkat 3, mereka memiliki tingkat kelulusan yang tinggi dari sekolah
dan memiliki masalah yang minim pada sikap/sifat (Barnett, 1995, Campbell
& Raney, 1995, Cunningham & stanovich, 1997, Peisner Feinberg &
Burchinal, 1997, Reynolds, Temple, Robertson & Mann, 2001). Jika anak tidak
memiliki perkembangan bahasa yang tepat pada umur 3, dia kemungkinan
tidak sukses di sekolah. Dengan pra-sekolah yang berkualitas, anak dapat
menangkap lebih cepat dan bias lebih sukses. Keuntungan yang dapat
diperoleh dari pendidikan pra-sekolah yang berkualitas dapat dilihat dari
tingkat latar belakang ekonomi, meskipun anak dari keluarga dengan
pendidikan formal yang minim dan incomes yang lebih sedikit Nampak lebih
mendapat banyak manfaat dibandingkan yang lain. (Barnet, 2001, Barnet,
1995, Fuerst & Fuerst, 1993, Scheweinhart, Barness, Weikart, Barnett &
Epstein, 1993).
Publikasi dari asosiasi pemerintah dan professional seperti, Preventing
Reading Diffuculties in Young Children (Snow et al, 1998), Learning to Read
and Write : Developmentally Appropriate Practice (IRA/NAEYC, 1998) dan
Teaching Children to Read (National Reading Panel, 2000), semua itu
perhatiannya kepada literasi sejak dini dan bagaimana untuk
mengembangkannya. Pada musim spring 2002, Elementary and Secondary
Education Act telah lulus dan termasuk No child Left Behind Legislation.
Meskipun pengembangan literasi sejak dini telah menjadi focus hingga akhir
tahun, topik ini menjadi sorotan dibandingkan sebelumnya diakibatkan oleh
dokumen ini. Laporan National Reading Panel meyarankan literasi sejak dini
dibutuhkan untuk diorganisir dan sistematis. Hal ini juga dapat
mengidentifikasi TK melalui prediksi kesuksesan literasi tingkat 3 : 1. Suara,
2. Komprehensi, 3. Kosa kata, 4. Kelancaran, 5. Kesadaran font kata. Hal ini
sangat penting untuk diketahui bahwa organisasi tidak melakukan studi ke
segala area pengembangan literasi. NRP tidak mengkaji hubungan menulis
terhadap kesuksesan membaca dan tidak juga mengkaji motivasi. Menurut
NRP, beberapa area studi tidak dihilangkan karena tidak ada bukti scientific
yang dapat menunjukkan bukti pentingnya faktor tersebut. Organisasi hanya
meninjau studi yang dianggap dapat terukur secara scientific berdasarkan
penelitian dengan desain eksperimen kuantitatif.
Studi penelitian National Early Literacy Panel yang mengidentifikasi
kesadara, pengetahuan alphabet, pengetahuan menyalin dan pengejaan.
Peneliti telah enemukan bahwa pengalaman dari membaca cerita di buku,
diskusi tentang buku, mendengarkan secara komprehensif dan menulis
merupakan hal yang krusial dalam pengembangan literasi sejak dini.
Berdasarkan bukti yang diperoleh, akses pada pengalaman bahasa dan
literasi yang kayak dapa meningkatkan perkembangan anak. Pra-sekolah
dibutuhkan untuk focus pada tingkat keluasaan pengalaman bahaasan dan
literasi yang tersusun dalam kurikulum.
PENGALAMAN BAHASA DAN LITERASI MENGHASILKAN PROGRAM PRA-
SEKOLAH YANG BERKUALITAS
Program prasekolah yang berkualitas memperhatikan sosial, emosional, fisik
dan perkembangan kognitif anak. Program pra-sekolah yang berkualitas
memberikan intruksi letrasi yang terintegrasi dalam kurikulum. Tema pada
kelas dapat membuat pendidik mendesain aktivitas yang bermakna untuk
perkembangan litrassi yang menggabungkan pengalaman dalam sains, studi
sosial, perhitungan, seni dan music.
program berkualitas mengarah pada pengembangan bahasa dan literasi dan
mengikutsertakan standar pembelajaran, dengan hasil yang dapat
dijelaskan. Program pra-sekolah ini memiliki rencana pengajaran yang
khusus dan cocok untuk perkembangan anak-anak. Artinya instruksi tersebut
sudah diatur sehingga dapat diterapkan dalam suatu kelompok kecil,
interaksi langsung guru-murid, dan dalam pengalaman yang dimulai dari si
anak itu sendiri. Menyediakan pengajaran bahasa dan literasi di pra-sekolah
bukan berarti memindahkan instruksi membaca dan menulis dari jenjang TK
dan sekolah dasar tingkat pertama menjadi pra-sekolah; melainkan, untuk
meningkatkan aktivitas literasi melalui kurikulum pembelajaran pra-sekolah
secara lebih terarah (Dickinson 2002). Para guru mengupayakan suasana
kelas menjadi lebih kaya dengan materi literasi, seperti buku, majalah,
artikel, dan alat tulis (Hendrick, 2004). Para guru mengintegrasikan literasi
menjadi suatu permainan dengan membuat sebuah kondisi yang mirip
dengan kondisi nyata, misalnya sebuah restaurant, atau klinik dokter hewan.
Dalam kondisi ini, anak-anak akan memplajari bagaimana sikap dan perilaku
yang cocok diterapkan dalam situasi tersebut, dan mereka akan belajar
bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain dalam kondisi tersebut
(Whitehurst & Lonigan, 1998). Para guru memberikan contoh untuk
membaca dan menulis ketika materi literasi diikutsertakan, misalnya
bagaimana membaca menu dan menerima pesanan makanan di restaurant.
Di klinik hewan, bagaimana seorang perawat hewan mencatat janji antara
pasien dan dokter, dokter menuliskan resep pasien, dan pasien lain yang
membaca sambil menunggu di ruang tunggu klinik. (Morrow & Gambrell,
2004; Vukelich & Christie, 2004).

pra-sekolah berkualitas mencakup pengalaman berbahasa yang mengarah


pada gerak tubuh, ekspresi verbal, mengembangkan kosakata, membangun
pengetahuan dasar, dan mendengarkan orang lain untuk memahami dan
menganalisis apa yang dibicarakan (dickinson, cote, & smith, 1993). Anak
akan mempelajari phonologi, yaitu beberapa kata yang tersusun atas
masing-masing bunyi. Mereka dapat mempelajari ini melalui oral language
misalnya membaca puisi, menyanyikan lagu, dan bertepuk tangan dengan
mengikuti suara dari kata-kata yang dinyanyikan dan didengungkan.
Research that informs good practice 23
Pra-sekolah berkualitas mencakup pengalaman untuk mengembangan
literasi, dengan membiarkan anak untuk memperbanyak materi bacaan dan
buku pegangan. Artinya, anak diharapkan dapat mempelajari buku tersebut
dari berbagai sisi (atas, bawah, depan, belakang). Mereka akan mempelajari
adanya urutan kiri-ke-kanan pada buku dan adanya perbedaan antara tulisan
dan gambar. Mereka akan mempelajari nama huruf dan bunyinya serta cara
mengidentifikasi huruf tersebut dengan mata. Hal tersebut merupakan
sebuah pengalaman yang sangat berharga ketika nama masing-masing anak
mengajarkan mereka bahwa sebuah kata tersusun atas bunyi yang berbeda
dan untuk mengidentiikasi huruf dan bunyi huruf tersebut. Namun demikian,
murid pra-sekolah tidak diharuskan untuk memahami seluruh bagian
tersebut sekaligus (Strickland & Schickedanz, 2004).
Sekolah pra-sekolah yang baik membantu anak-anak dalam mempelajari
tentang berbagai macam jenis kalimat misalnya cerita, buku panduan, menu,
tanda peraturan, dan koran, sekaligus memahami dan membaca kalimat
yang terdapat di sekelilingnya.
Pengembangan kualitas literasi di pra-sekolah membantu anak untuk belajar
memahami cerita dan meningkatkan ketertarikan pada buku. Penelitian
menunjukkan bahwa salah satu metode utama dalam membangun
kesuksesan literasi pada anak yaitu dengan membacakan cerita dengan
suara keras pada anak. Pengalaman tersebut akan semakin berharga ketika
dibarengi dengan adanya diskusi interaktif antara anak dan orang tua untuk
mengenalkan kosakata dan struktur bahasa baru. Diskusi ini akan mengarah
pada pemahaman yang lebih luas mengenai cerita yang dibaca (Morrow &
Gambrell, 2004; Storch & Whitehurst, 2002; Bus et al., 1995; Wells, 1985).
Terakhir, pengalaman menulis menjadi hal yang sangat penting dalam
pengembangan literasi, sebagaimana anak belajar untuk menulis pertama
kali dengan cara mencoret-coret, membuat bentuk gambar menyerupai
huruf, menggunakan ejaan yang sudah ada, dan menulis dengan cara yang
sesuai tata cara yang baik. Menulis mengajarkan anak mengenai huruf,
bunyi, dan arti kalimat (Schickedanz & Casbergue, 2004).
Kegiatan rutin dalam program pra-sekolah berkualitas mencakup diskusi grup
setiap pagi, yaitu anak-anak berkumpul dalam suatu kelompok kemudian
berdiskusi dan menulis pesan singkat berkaitan dengan tema yang sedang
dipelajari. Anak akan bekerja secara individu dan di grup kecil , untuk
membaca dan menulis secara berkelompok. Mislanya, mereka akan
membaca dengan teman kelompoknya di dalam grup literasi, menulis
laporan mereka di grup menulis, atau membuat suatu permainan dengan
pengembangan literasi yang dimiliki. Ketika anak-anak bekerja mandiri, para
guru akan mendatangi masing-nmasing kelompok kecil dan memeriksa
kegiatan literasi mereka yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-
masing. Pada siang hari, para guru akan membacakan cerita sesuai dengan
tema yang dipelajari, mengajak diskusi sebelum dan sesudah membacakan
cerita membantu untuk meningkatkan pemahaman. Kegiatan belajar
berkaitan dengan mengembangkan kemampuan phonologi seperti
menyanyikan lagu dan membacakan puisi. Selain itu, kegiatan belajar yang
bertujuan untuk mengenali huru di dalam kalimat juga dilakukan. Anak dapat
mengeksplorasi kegiatan yang menyenangkan selama waktu yang istirahat.
Kemudian, kelompok belaar tersebut kembali berdiskusi untuk mengambil
kesimpulan dari seluruh kegiatan yang dilakukan dari pagi hingga siang hari
dan memprediksi apa yang akan terjadi besok hari (Roskos, Tabors, &
Lenuart, 2004; Dickinson, McCabe, Anastasopoulos, Peisner-Feinberg, & Poe,
2003). Sepanjang hari pengaaran literasi diintegrasikan ke dalam konten
lainnya sehingga guru dapat membuat anak menyadari kemampuan literasi
yang mereka sudah pelajari. (Morrow, 2005).

Anda mungkin juga menyukai