Anda di halaman 1dari 21

Michael Anthonius Lim / 07120100075

LAPORAN KASUS PASIEN RUMKITAL MARINIR CILANDAK

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Ciputat Raya 123
Pekerjaan : Supir Taksi
Pendidikan terakhir : SMA
Status : Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal masuk RS : 22 Juli 2014
Jam masuk RS : 22.10
Cekat tangan : Kanan
Nomor Rekam Medis : 33 08 01

2. ANAMNESA
Anamnesis : Autoanamnesis bangsal Paviliun Edelweis, pada tanggal 23 Juli
2014.
a. Keluhan Utama
Lemas sejak 3 hari SMRS.

b. Keluhan Tambahan
BAB berwarna hitam sejak 1 minggu SMRS.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasa lemas sejak 3 hari SMRS. Lemas dirasakan hilang
timbul, dan seringkali lemas dirasaakan setelah BAB. Saat lemas,
pasien merasa seperti tidak memiliki tenaga, merasa pusing seperti
berputar dan tidak seimbang, pandangan seperti berkunang-kunang,
dan terkadang berkeringat dingin. Pasien juga mengeluhkan BAB
berwarna hitam sejak 1 minggu SMRS. Menurut pasien terllihat
darah berwarna hitam tercampur dengan feses yang konsistensinya
keras, frekuensi 1x per 1-2 hari. Seteleh BAB pasien merasa sangat
lemas. Pasien juga merasa mual, tetapi tidak muntah, serta merasakan
nyeri di ulu hati dan terasa panas sejak 3 hari SMRS. Pasien sempat
pingsan 3 hari SMRS, lalu dibawa ke klinik terdekat dan siuman
kembali, saat dicek tekanan darah pasien adalah 150/100 dan pasien
diberikan captopril. Pasien sempat pingsan kembali sekitar 6 jam
SMRS, lalu dibawa ke klinik pool Bluebird dan siuman kembali,
kemudian pasien dicek darah di Yadika dan dirujuk ke Rumkital
Marinir Cilandak. Pasien sudah berobat ke sebuah klinik 1 hari

1
Michael Anthonius Lim / 07120100075

SMRS, dan diberikan asam mefenamat, bisacodyl, dan novamag,


namun pasien merasa tidak ada perbaikan. Pasien baru pertama kali
merasakan lemas dan BAB berwarna hitam sepreti ini. Pasien
mengaku memiliki penyakit maag sejak muda, dan terkadang
merasakan nyeri dan perih pada ulu hati bila terlambat makan.
Setelah pasien makan, seringkali nyeri dan perih bertambah parah.
Pasien tidak sedang atau pernah mengkonsumsi jamu-jamuan atau
obat-obatan anti nyeri dalam jangka waktu panjang. Pasien tidak
sedang atau pernah menderita sakit lainnya dan tidak ada penurunan
berat badan dalam beberapa bulan terakhir.
Pasien didiagnosa menderita hipertensi sekitar 5 tahun yang lalu
Pasien mengaku tekanan darahnya paling tinggi adalah 180/100.
Pasien diberi captopril untuk mengontrol tekanan darahnya, namun
pasien tidak mengkonsumsi captopril secara rutin, dan biasa hanya
mengkonsumsinya saat merasa pusing.
Pasien menyangkal adanya demam, batuk pilek, dan gangguan buang
air kecil. Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis dan
kadar kolestrol abnormal. Pasien menyangkal adanya keluhan seperti
ingin banyak makan, banyak minum, dan sering ingin buang air
kecil. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya.
Pasien menyangkal adanya riwayat sakit kuning, penyakit liver,
bengkak di kaki atau mata, penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau
gangguan darah,
Pasien menyangkal adanya riwayat kanker, stroke, penyakit jantung,
atau asma. Pasien juga menyangkal adanya riwayat menderita
Tuberkulosis dan tidak pernah menerima pengobatan selama 6 bulan
atau lebih.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang sedang atau pernah mengalami gejala
serupa dengan pasien.
Ayah pasien menderita hipertensi.
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat kanker, stroke, penyakit
jantung, kadar kolestrol abnormal, dan kencing manis.

f. Riwayat Sosial
Pasien memiliki 1 isteri dan 2 anak. Pasien tinggal di Mes Blue Bird
bersama rekan kerjanya, sehingga jarang berkumpul dengan
keluarganya.

2
Michael Anthonius Lim / 07120100075

g. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok sekitar 4 batang per hari sejak 2
tahun terakhir. Pasien juga biasa minum teh atau kopi 1-2 kali per
hari sejak beberapa tahun terakhir. Pasien menyangkal kebiasaan
minum alkohol, dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba serta obat-
obatan terlarang. Jadwal makan pasien tidak menentu, tergantung
kapan pasien sempat makan. Dalam sehari pasien bisa makan 1-3x.
Pasien sangat suka makanan asin, daging dan gorengan. Pasien
jarang berolahraga.

h. Lainnya
Selama sakit, pasien masih bekerja sebagai supir taksi.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang, tampak pucat
Tingkat kesadaran : compos mentis (GCS 15, E4 M6 V5)
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 75 kg
Indeks Massa Tubuh : 27 (overweight)
Tanda vital
o Tekanan darah : 140/80 mmHg
MAP = (2x80 + 140):3 = 100
o Denyut nadi : 68x per menit
o Laju nafas : 21x per menit
o Suhu tubuh : 36.0 C
Kepala
o Bentuk & ukuran : normosefali
o Rambut : warna hitam, tebal, distribusi merata,
kering, tidak mudah dicabut
o Wajah : simetris, edema (-), luka (-), lesi kulit (-)
Mata
kedua mata simetris terletak di tengah, sklera ikterik (-/-),
konjungtiva pucat (+/+), refleks cahaya langsung dan tidak langsung
(+/+), pupil bulat dan isokor, diameter (2mm/2mm), funduskopi tidak
dilakukan
Telinga
bentuk normal, deformitas (-/-), cairan (-/-), serumen (+/+),
pemeriksaan membrane timpani tidak dilakukan
Hidung
bentuk normal, mukosa normal, concha normal, lendir (-), nyeri
tekan (-), septum deviasi (-)
Mulut & tenggorokan

3
Michael Anthonius Lim / 07120100075

o Bibir : merah, mukosa basah, sariawan (-)


o Lidah : atrofi (-), fasikulasi (-), tremor (-), papil
lidah kasar, deviasi (-)
o Gigi : utuh, tidak terdapat karies
o Rongga Mulut : uvula dan palatum simetris & deviasi (-),
tonsil tidak membesar T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher
tidak teraba massa atau pembesaran kelenjar getah bening dan
kelenjar tiroid, tidak terdapat perbatasan gerak
Capillary Reffil Time : <2 detik
Thoraks
o Umum
- Inspeksi : bentuk normal, gynaecomastia (-), spider
naevi (-)
- Palpasi : krepitasi (-), ekspansi dada normal
- Perkusi : batas paru hepar pada ICS 5-6
midclavicula dextra
o Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung kanan pada ICS 5
parasternal dextra, kiri pada ICS 5 midclavicula sinistra,
atas pada ICS 3 midclavicula sinistra
- Auskultasi : S1 dan S2 regular, tidak melemah, gallop
(-), murmur (-)
o Paru
- Inspeksi : gerak dada pada keadaan statis dan
dinamis simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
- Palpasi : tactile vokal fremitus dan vokal resonan
simetris (kiri = kanan)
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru (kiri=kanan)
- Auskultasi : vesikular (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
o Inspeksi : bentuk perut datar, massa (-), bekas luka
(-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), kaput medusa (-)
o Auskultasi : bising usus 10 kali per menit, bruit (-)
o Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan dan lepas
di seluruh 9 regio abdomen, pembesaran hati (-), pembesaran
limpa (-)
o Perkusi : timpani pada 9 regio abdomen
Ekstremitas Atas

4
Michael Anthonius Lim / 07120100075

tidak terdapat deformitas, akral teraba hangat, edema (-), palmar


eritem (-), tremor (-), clubbing finger (-), spoon nail (-), liver nail (-)
Ekstremitas Bawah
tidak terdapat deformitas, akral teraba hangat, edema (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
(23 Juli 2014 jam 19.00 - rujukan)

Test Result Unit Reference Range

Darah Rutin

Hemoglobin 7.3 g/dL 13-17

Hematocrit 21.6 % 37-54

Eritrosit 2.4 x 106/L 4.0-5.5

Leukosit 16.1 x 103/L 5-10

Trombosit 315 x 103/L 150-400

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 1 % 2-4

Neutrofil batang 2 % 3-5

Neutrofil segmen 76 % 50-70

Limfosit 19 % 25-40

Monosit 2 % 2-6

Indeks Eritrosit

MCV 89 fL 80-96

MCH 30 pg 27-32

MCHC 34 gr/dL 32-37

Kimia Klinik

SGOT 19 U/L 0-38

SGPT 32 U/L <40

5
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Lab (22 Juli 2014 jam 22.15 saat di UGD)

Test Result Unit Reference Range

Darah Rutin

Hemoglobin 6.5 g/dL 13-17

Hematocrit 19 % 37-54

Leukosit 13.9 x 103/L 5-10

Trombosit 216 x 103/L 150-400

Golongan darah O+

EKG (23 Juli 2014)


o Sinus takikardi dengan premature ventricular kompleks yang
frekuen dan konsekutif
o Nonspesifik T wave abnormal
o HR = 300/3 = 100 x/min (N = 60-100 x/min)
o Kesan : EKG abnormal
X-ray thoraks AP (23 Juli 2014)
o Cor : besar dan bentuk kesan normal
o Pulmo : tak tampak infiltrat, corakan bronkovaskular baik
o Garis pleura, kedua sinus phrenicocostlis, dan diafragma baik
o Tulang dan soft tissue baik
o Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Saran pemeriksaan penunjang


o Hitung retkulosit
o Ureum, creatinine
o Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi

5. RESUME
Pasien laki-laki, berusia 55 tahun, datang ke UGD Rumkital Cilandak
karena lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAB berwarna
hitam sejak 1 minggu SMRS. Pasien juga merasa mual, tetapi tidak muntah,
serta merasakan nyeri di ulu hati dan terasa panas sejak 3 hari SMRS.Pasien
sempat pingsan 3 hari SMRS dan 6 jam SMRS. Pasien sudah berobat ke klinik
dan diberi asam mefenamat, bisacodyl, dan novamag, namun tidak membaik.
Riwayat maag (+), riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol sejak 5 tahun yang
lalu. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pada
keluarga, ayah pasien menderita hipertensi, selain itu tidak ada yang pernah

6
Michael Anthonius Lim / 07120100075

mengalami keluhan serupa. Pasien memiliki kebiasaan merokok sekitar 4


batang/hari sejak 2 tahun terakhir dan minum teh/kopi 1-2x/hari sejak beberapa
tahun terakhir. Kebiasaan makan pasien tidak teratur, sekitar 1-3x/hari, sering
mengkonsumsi makanan asin, daging, dan gorengan. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah
140/80 mmHg, konjungtiva pucat (+/+). Hasil lab rujukan menunjukkan anemia
dan neutrofilia. EKG menunjukkan sinus takikardi

6. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
Anemia normositik normokrom et causa melena et causa suspek gastritis
erosif
Kadar Hemoglobin rendah dengan MCV, MCH, dan MCHC dalam batas
normal. Diketahui BAB pasien berwarna hitam bercampur darah, dan pasien
sering merasa lemas setelah selsai BAB. Riwayat maag (+) sejak muda, dan
jadwal makan pasien tidak teratur, kebiasaan merokok dan minum teh/kopi,
kemungkinan mengiritasi lambung dalam jangka waktu panjang hingga
menyebabkan erosi, sehingga ditemukan feses bercampur darah berwarna
hitam. Mungkin untuk memastikan lokasi dan keparahan lesi dapat
dilakukan endoskopi.

Hipertensi grade 1 tidak terkontrol


Tekanan darah pasien saat awal dirawat 140/80. Riwayat menderita
hipertensi yang didiagnosa oleh dokter sejak 5 tahun yang lalu. Tekanan
darahnya paling tinggi adalah 180/100. Menerima pengobatan captopril
untuk mengontrol tekanan darahnya, namun pasien tidak dikonsumsi secara
rutin.
b. Diagnosis Banding
Anemia normositik normokrom et causa melena et causa kanker kolorektal
Dipikirkan karena terdapat BAB berwarna hitam bercampur darah.
Disingkirkan karena pasien tidak mengalami penurunan berat badan selama
beberapa bulan terakhir, konstipasi, atau BAB bercampur darah berwarna
merah segar. Tidak ada riwayat menderita kanker, dan tidak ada anggota
keluarga yang pernah mengaalmi keluhan serupa atau menderita kanker.

Anemia normositik normokrom et causa penyakit kronik atau hemolitik


Dipikirakan karena terdapat riwayat hipertensi.
Disingkirkan karena pasien menyangkal adanya riwayat sakit kuning,
penyakit liver, ginjal, penyakit autoimun, dan gangguan darah. Tidak ada
riwayat menderita Tuberkulosis dan tidak pernah menerima pengobatan
selama 6 bulan atau lebih. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan
pembesaran hati ataupun limpa. Nilai SGOT dan SGPT dalam batas normal.

7
Michael Anthonius Lim / 07120100075

7. RENCANA AWAL
Terapi/tatalaksana
IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 500 cc
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Inj. Transamin 3x500 mg (iv)
Inj. Pumpitor 2x1 amp (iv)
Inj. Vit K 3x1 amp (iv)
Inpepsa syr 4xC1 a.c
Amlodipine 1x5 mg
Diet lunak
Cek darah rutin post transfusi
Edukasi
Konsumsi obat anti hipertensi secara rutin
Pasien disarankan untuk mengurangi makanan asin dan daging
Pasien disarankan untuk mengontrol tekanan darah secara rutin

8. FOLLOW-UP
Hari ke-2 (23 Juli 2014)
S : lemas (+) tetapi membaik, tampak pucat (+), BAB hitam (+) terakhir
kemarin sore, mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), rasa panas di ulu hati
(-), makan/minum N

O : Keadaan umum/kesadaran : sakit sedang/compos mentis, GCS E4M6V5


Tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Denyut nadi : 84x/m
Laju nafas : 22x/m
Suhu tubuh : 36 C
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+)
THT : faring hiperemis (-), T1-T1
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid -)
Thoraks : bentuk normal, gerak simetris, retraksi (-)
Jantung : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesicular (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, bising usus (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (-),
pembesaran hati (-), pembearan limpa (-)

8
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time <2 s

Lab (23 Juli 2014 sore post transfusi 1)

Test Result Unit Reference Range

Darah Rutin

Hemoglobin 6.4 g/dL 13-17

Hematocrit 19 % 37-54

Leukosit 8.5 x 103/L 5-10

Trombosit 198 x 103/L 150-400

Golongan darah O/+

A : Anemia normositik normokrom ec melena ec suspek gastritis erosive


Hipertensi grade 1

P:
IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 500 cc
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Inj. Transamin 3x500 mg (iv)
Inj. Pumpitor 2x1 amp (iv)
Inj. Vit K 3x1 amp (iv)
Inpepsa syr 4xC1 a.c
Amlodipine 1x5 mg
Diet lunak
Cek darah rutin post transfusi

Hari ke-3 (24 Juli 2014)


S : lemas (+) tetapi membaik, tampak pucat (-), BAB hitam (+) terakhir pagi ini
jam 06.00, mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), makan/minum N

O : Keadaan umum/kesadaran : sakit sedang/compos mentis, GCS E4M6V5


Tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Denyut nadi : 78x/m
Laju nafas : 21x/m
Suhu tubuh : 36.2 C
Kepala : normosefali

9
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya


(+/+)
THT : faring hiperemis (-), T1-T1
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid -)
Thoraks : bentuk normal, gerak simetris, retraksi (-)
Jantung : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesicular (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, bising usus (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (-),
pembesaran hati (-), pembearan limpa (-)
Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time <2 s

Lab (24 Juli 2014 siang post transfusi 2)

Test Result Unit Reference Range

Darah Rutin

Hemoglobin 7.7 g/dL 13-17

Hematocrit 24 % 37-54

Leukosit 8.9 x 103/L 5-10

Trombosit 194 x 103/L 150-400

A : Anemia normositik normokrom ec melena ec suspek gastritis erosive


Hipertensi grade 1

P:
IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 500 cc sampai Hb mencapai 10 gr/dL
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Inj. Transamin 3x500 mg (iv)
Inj. Pumpitor 2x1 amp (iv)
Inj. Vit K 3x1 amp (iv)
Inpepsa syr 4xC1 a.c
Amlodipine 1x5 mg
Diet lunak
Cek darah rutin post transfusi

10
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Hari ke-4 (25 Juli 2014)


S : lemas (-), tampak pucat (-), BAB hitam (-) terakhir siang jam 11.00, mual (-),
muntah (-), nyeri ulu hati (-), makan/minum N, pasien minta pulang

O : Keadaan umum/kesadaran : sakit sedang/compos mentis, GCS E4M6V5


Tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Denyut nadi : 75x/m
Laju nafas : 18x/m
Suhu tubuh : 35.7 C
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+)
THT : faring hiperemis (-), T1-T1
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid -)
Thoraks : bentuk normal, gerak simetris, retraksi (-)
Jantung : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesicular (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, bising usus (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (-),
pembesaran hati (-), pembearan limpa (-)
Ekstremitas : akral hangat, capillary refill time <2 s

Lab (25 Juli 2014 siang post transfusi 3)

Test Result Unit Reference Range

Darah Rutin

Hemoglobin 10 g/dL 13-17

Hematocrit 30 % 37-54

Leukosit 8.6 x 103/L 5-10

Trombosit 241 x 103/L 150-400

A : Anemia normositik normokrom ec melena ec suspek gastritis erosive


Hipertensi grade 1

P:
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Inj. Transamin 3x500 mg (iv)
Inj. Pumpitor 2x1 amp (iv)
Inj. Vit K 3x1 amp (iv)
Inpepsa syr 4xC1 a.c
Amlodipine 1x5 mg

11
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Rawat jalan Kontrol tanggal 06 Agustus 2014


Obat pulang
- Omeprazole cap 2x1
- Inpepsa syr 4xC1 a.c
- Amlodipine 1x5 mg

9. REAKSI PASIEN TERHADAP PENYAKIT INI


F (feeling) pasien merasa terganggu dengan penyakitnya ini.
I (insight) pasien merasa keluhannya membaik.
F (function) pasien tidak dapat bekerja.
E (expectation) pasien ingin sembuh secepatnya.

10. REKOMENDASI KEPADA PASIEN


Menjelaskan dan menganjurkan pentingnya mengkonsumsi obat anti
hipertensi dan kontrol tekanan darah secara rutin.
Pasien disarankan untuk mengurangi makanan asin dan daging.
Pasien diharapkan untuk kembali ke dokter bila BAB kembali hitam
atau mengalami keluhan seperti ini kembali.
Pasien diharapkan untuk kontrol ke dokter tanggal 06 Agustus 2014.

11. PROGNOSIS
ad vitam : bonam
ad functionam : bonam
ad sanationam : bonam

12. TINJAUAN PUSTAKA

Anemia secara fungsi didefinisikan sebagai ketidakcukupan massa sel darah


merah untuk mengantar oksigen ke jaringan perifer. Secara praktik ada 3
perhitungan konsentrasi dari seluruh darah yang digunakan untuk menentukan
adanya anemia. Konsentrasi hemoglobin (Hb) diekspresikan dalam gram per
desiliter (g/dL), hematocrit (Hct) yang menunjukkan proporsi sel darah merah
dalam volume darah diekspresikan dalam persen (%), dan konsenstrasi eritrosit
(RBC) diekspresikan dalam sel per microliter (/L). Anemia adalah istilah yang
diberikan kepada penurunan jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin dan / atau
hematokrit selama volume darah total normal. Untuk orang dewasa, konsentrasi
Hb di <13 g/dl untuk laki-laki dan <12 g/dl untuk perempuan tergolong anemia.
Klasifikasi :
Secara morfolofi anemia dapat dibagi berdasarkan bentuk dan wrrna sel darah
merah. Melalui parameter eritrosit mean corpuscular volume (MCV), anemia
dapat diklasifikasikan menjadi anemia mikrositik, normositik, dan makrositik.
Melalui perbandingan konesntrasi Hb dan jumlah eritrosit atau mean

12
Michael Anthonius Lim / 07120100075

corpuscular haemoglobin (MCH), anemia diklasifikasikan menjadi hipokromik,


normokromik, dan hiperkromik.

Etioolgi dan patofisiologi :


Secara garis besar ada 3 jalur yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
1. Gangguan pembentukan sel darah merah oleh sumsum tulang
a. Defisiensi bahan
i. Zat besi
ii. Asam folat
iii. Vitamin B12
b. Gangguan utilisasi/penggunaan zat besi
i. Karena penyakit kronik
ii. Sideroblastik
c. Kerusakan sumsum tulang
i. Aplastic
ii. Mieloptistik
iii. Malignansi hematologi
iv. Diseritropoietik
v. Mielodisplastik sindrom
d. Defisiensi eritropoietin
i. Karena gagal ginjal kronik
2. Kehilangan darah
a. Perdarahan akut
b. Perdarahan kronik
3. Hemolitik atau pemecahan darah
a. Intrakorpuskular
i. Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
ii. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) defisiensi G6PD
iii. Gangguan Hb (hemoglobinopati) thalassemia,
hemoglobinopati structural (HbS, HbE, dll)
b. Ekstrakorpuskular
i. Autoimun
ii. Mikroangiopati
Tanda dan gejala :
Umumnya pasien dengan anemia ringan tidak memiliki keluhan atau
asimptomatik. Temuan klinis anemia tergantung beratnya derajat anemia.
Keluhan paling sering ditemukan adalah terlihat pucat lemas, tidak memiliki
tenaga, dan efek-efek lain dari penurunan perfusi ke jaringan dan organ-oragan.
Seringkali gejala yang ditemukan juga berhubungan dengan penyebab terjadinya
anemia.
Tatalaksana :
Penanganan pasien dengan anemia adalah memperbaiki temuan klinis dan
mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang mendasari terjadinya anemia.
Transfusi Packed Redl Cell (PRC) diberikan kepada pasien dengan perdarahan
aktif dan pasien dengan anemia berat dan simptomatik. Terdapat resiko

13
Michael Anthonius Lim / 07120100075

terjadinya reaksi hemolitik dan transmisi penyakit infeksi dari transfusi produk
darah. Pasien dengan antibodi autoimun terhadap eritrosit beresiko lebih besar
terjadi reaksi hemolitik

Melena adalah buang air besar (BAB) atau keluarnya feses berwarna hitam per
rektal yang mengandung campuran darah dan lengket, seperti ter atau aspal,
biasanya disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas yang
lebih dari 50-100 ml. Biasanya melena disertai dengan hematemesis atau muntah
darah. Melena dapat terjadi sendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.
Etiologi :
Perdarahan saluran cerna bagian atas paling sering disebabkan oleh
1. Kelainan esofagus
a. Varises esofagus
b. Karsinoma esofagus
c. Sindroma Mallory-Weiss
d. Esophagitis korosif
e. Esophagitis dan tukak seofagus
2. Kelainan lambung
a. Gastritis erosif hemoragik
b. Tukak lambung
c. Karsinoma lambung
Adanya riwayat dyspepsia mengarah kepada ulkus peptikum. Konsumsi alkohol
berlebihan mengarah kepada gastritis, ulkus peptikum, atau varises esofagus.
Adanya penutunan berat badan mengarah kepada keganasan.

Gastritis adalah proses inflamasi yang terjadi pada lapisan mukosa atau
submukosa lambung. Pada gastritis erosif terjadi erosi pada lapisan mukosa atau
submukosa lambung sehingga menyebabkan perdarahan dari laspisan tersebut.
Klasifikasi dan patofisiologi :
Ada 3 tipe utama gastritis, yaitu :
1. Gastritis erosif dan hemoragik
Disebut demikian karena terdapat perdarahan mukosa lambung dalam
berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung tersebut. Hal ini dapat disebabkan berbagai hal, seperti :
Konsumsi obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) efek merusak
mukosa yang lokal dan sistemik.
Secara sistemik, efek anti-inflamasi dan analgesik dikarenakan
penghambatan COX, sehingga memblok sintesis prostaglandin,
termasuk di epitel lambung dan duodenum menurunkan sekresi
HCO3- (perlindungan mukosa melemah) dan menghentikan hambatan
sekresi asam (efek merusak mukosa)
Secara lokal melukai mkosa melalui difusi nonionic menuju sel
mukosa (pH asam lambung < pKa NSAID). Selama konsumsi

14
Michael Anthonius Lim / 07120100075

NSAID tukak akut mungkin berkembang, efek inhibitorik terdahap


agregasi platelet meningkatkan bahaya perdarahan dari tukak.
Banyak jamu yang mengandung obat NSAID seperti asam
mefenamat, antalgin, piroksikam, dll. Bahkan terkadang dosis yang
terkandung dalam jamu melebihi dosis yang direkomendasikan
secara farmasi. Oleh karena inilah banyak jamu dapat menyebabkan
terjadinya gastritis erosif.
Iskemia (contoh : vaskulitis atau saat berlari maraton)
Stress (multi-organ failure, luka bakar, operasi, trauma sistem saraf
pusat) gastritis mungkin disebabkan oleh iskemiia
Kecanduan alkohol, bahan kimia korosif
Trauma (gastroskopi, tertelan benda asing, muntah-muntah, dll)
Trauma radiasi
Tipe gastritis ini dapat menyebabkan ulserasi/tukak akut, dengan resiko
perdarahan lambung massif atau perforasi dinding lambung. Merokok
merupakan faktor resiko terbentuknya tukak.
2. Gastritis nonerosif atau kronik aktif (tipe B antral)
Biasanya gastritis tipe ini terbatas pada antrum. Penyebab utamanya ialaha
kolonisasi antrum oleh helicobacter pylori (H.pylori). kolonisasi H.pylori
menghilangkan proteksi mukosa, menstimulasi pembebasan gastrin antral
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung di fundus, memicu
perkembangan enjadi ulserasi/tukak kronik.
3. Gastritis atrofik (tipe A fundal)
Biasanya gastritis tipe ini terbatas di funsu, dan tipe ini jarang ditemukan,
dengan penyebab yang berbeda. Pada kondisi ini asam lambung dan plasma
mengandung autoantibodi (terutama IgG, infiltrate sel plasma, dan limfosit
B) terhadao bagian dan produk sel parietal, seperti lipoprotein microsomal,
reseptor gastrin, carboanhydrase, H+/K--ATPase, dan faktor intrinsic (IF).
Sebagai hasilnya, sel pariteal mengalami atrofi dengan akibat sekresi asam
dan IF menurun drastis (achlorhydria). Antibody IF juga memblok ikatan
kobalamin pada IF atau penyerapan IF-kobalamin kompleks di ileum,
mengakibatkan pernicious anemia. Karena gastrin terus dikeluarkan, maka
terjadi hiperplasi sel G dan sel ECL. Terkadang, hiperplasi sel ECL
berkembang menjadi karsinoma. Bagaimanapun juga, bahaya utama pada
gastritis atrofik adalah metaplasia luas dari mukosa, yang mana merupakan
kondisi prekanker, yang dapat berkembang menuju karsinoma lambung.

15
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Tanda
dan
gejala :
Gejalanya bermacam-macam tergantung jenis gastritis. Yang paling sering
terjadi adalah rasa nyeri, panas, atau tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah,
atau gangguan pencernaan (indigesti).
Pada gastritis erosif, yang sering ditemukan adalah rasa nyeri abdomen kuadran
kiri atas. pada kasus ringan, keluhan yang ditemukan sangat ringan atau bahkan
asimptomatik, dengan keluhan umumnya nyeri ulu hati yang dapat ditunjuk
lokasinya, kadang disertai mual dan muntah, dan penurunan nafsu makan
(anoreksia). Pada kasus yang berat, yang paling mencolok adalah hematemesis
dan melena yang dapat berlangsung sampai sangat hebat, hingga terjadi
kehilangan darah.
Diagnosa :

16
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Diagnosa didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk membantu


dan memastikan diagnose gastritis erosif dapat dilakukan :
Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi ditemukan gambaran
mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan
spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
Histopatologi biasa dilakukan pada kasus berat dan curiga keganasan.
Radiologi dengan kontras ganda hasilnya seringkali kurang
memuaskan
Tatalaksana :
Untuk gastritis erosif, pengobatan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap
pasien dengan resiko tinggi gastritis erosf, pengobatan penyakit yang mendasari,
penghentian zat/obat penyebab, dan pengobatan suportif dengan obat pelindung
epitel lambung dan menetralisir asam lambung dengan pemberian antasid,
sukralfat, bismuth dikombinasi dengan obat untuk mengurangi sekresi asam
lambung, yakni H2 antagonis atau proton pump inhibitor (PPI), sehingga
mencapai pH lambung menjadi lebih basa. Penggunaan obat-obatan supportif
lainnya yang dapat digunakan berupa antiemetic, dan obat hemostasis. Pada
sebagian kecil perlu dilakukan tindakan invasif untuk menghentikan perdarahan
yang mengancam jiwa, misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi
arteri gastrika kiri, atau gastrektomi.
Komplikasi yang timbul yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas yang berat
berupa hemotemesis dan melena, menuju pada syok hemoragik, terjadi ulkus
hingga perforasi. Pencegahan utama dari gastritis adalah dengan menjaga
keseimbangan zat dalam lambung misalnya dengan mengurangi stress, mengatur
pola makan yang teratur dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang berbahaya
untuk lambung (NSAID, aspirin), merokok, alkohol, atau zat kimia lain yang
dapat merusak dinding lambung, juga menghindari makanan dengan rasa asam
dan pedas

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah tinggi persisten pada seseorang


dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg.
Patofisiologi : Hipertensi dapat digolongkan menjadi primer, yang penyebabnya
tidak diketahui, namun umumnya faktor genetik dan lingkungan, dan dapat
digolongkan menjadi sekunder, yang penyebabnya jelas, seperti penyakit ginjal,
vaskular, endokrin, dan neurologik. Faktor resiko untuk hipertensi seperti
obesitas, diabetes, hiperkolestrolemia, perokok, sering mengkonsumsi makanan
asin, dan stress
Tanda dan gejala : umumnya didapatkan gejala dari organ yang terkena
komplikasi.
Diagnosa : Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 :
Normal : SBP <120 and DBP <80

17
Michael Anthonius Lim / 07120100075

Prehypertension : SBP 120-139 or DBP 80-89


Stage 1 hypertension : SBP 140-159 or DBP 90-99
Stage 2 hypertension : SBP 160 or DBP 100
Tatalaksana : Untuk mengobati hipertensi, pasien diberi obat anti hipertensi.
Untuk menjaga tekanan darah tidak naik, pasien dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi makanan asin dan mengontrol emosinya. Algoritme penanganan
hipertensi menurut JNC 7 :

Rekomendasi JNC 8, pilihan terapi untuk


hipertensi :

18
Michael Anthonius Lim / 07120100075

19
Michael Anthonius Lim / 07120100075

DAFTAR PUSTAKA

1. Fauci AS, Eugene B, Dennis LK, Stephen LH, Dan LL, James LJ, Joseph L.
Harrisons Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United States:
McGraw-Hill Professional; 2008.
2. Guyton, Arthur C, Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology, 12th ed. United States: Saunders; 2010.
3. McCance, Kathryn L, Huether, SE. Pathophysiology: The Basic for Disease
in Adults and Children. United States of America: Elsevier Mosby; 2010.
4. Silbernagi S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology, 6th ed. Stuttgart-New
York: Thieme; 2008.

20
Michael Anthonius Lim / 07120100075

5. Colledge NR, Walker BR, Ralston SH. Davidson;s Principles & Practice of
Medicine, 21st ed. London: Churchill Livingstone Elsevier; 2010.
6. Greer JP, Arber DA, Glader B, List AF, Means Jr RT, Paraskevas F, Rodgers
GM, Foerster J. Wintrobes Clinical Hematology, 13th ed. Philadephia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
7. McPhee SJ, Hammer GD. Pathophysiology of Disease An Introduction to
Clinical Medicine, 6th ed. United States: McGraw-Hill Medical; 2008.
8. Dorland. Dorlands Illustrated Medical Dictionary, 32e. United States of
America: Saunders; 2011

21

Anda mungkin juga menyukai