Anda di halaman 1dari 2

Sinopsis Novel Tenggelamnya kapal van Der Wijck

Ringkasan Umum: Novel ini bercerita tentang kisah cinta dua insan, tapi dipisahkan oleh
tradisi adat. Ada dua adat yang ada dalam novel ini yaitu Budaya Minangkabau (Padang) dan
Budaya Bugis (Makassar). Sang penulis Buya Hamka beranggapan bahwa beberapa tradisi adat
tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Cinta yang
dirasakan Zainuddin adalah cinta yang tidak sampai karena terhalang oleh adat yang sangat kuat.
Cinta ini bermulai ketika Zainuddin sudah tidak punya orang tua lagi atau yatim piatu. Ayah
Zainuddin adalah suku Minangkabau asli, dia diasingkan dan dibuang ke Makassar karena telah
membunuh seseorang kerabat yang disebabkan masalah warisan. Ayah Zainuddin meninggal di
Makassar. Ibu Zainuddin adalah suku bugis (orang Makassar), yang meninggal sebelum
wafatnya ayah Zainuddin. Pada awalnya Zainuddin tinggal di Makassar dengan teman ayahnya,
Mak Base. Kemudian Zainuddin pindah ke Batipuh Kabupaten Tanah Datar di Sumatra Barat.
Karena Zainuddin adalah campuran orang Minangkabau dan Bugis, banyak perlakuan buruk
yang ditujukan kepadanya, baik di Makassar maupun di Minangkabau, karena kuatnya adat
istiadat masyarakat pada saat itu. Salah satu diskriminasi yang dirasakan Zainuddin adalah ketika
dia mencintai Hayati yang merupakan seorang anak dari bangsawan Minangkabau. Tapi
Zainuddin tidak boleh menikahi Hayati karena dihalangi oleh adat istiadat yang mengatakan
bahwa Zainuddin bukan orang Minangkabau asli karena ibunya dari Makassar. Karena kecewa,
Zainuddin kemudian pindah ke Kota Padangpanjang yang berjarak sekitar 10 km dari Batipuh.
Zainuddin tetap melakukan surat-menyurat dengan Hayati. Hayati lalu datang ke Padangpanjang,
karena dia punya seorang kawan yang bernama Khadijah, lalu Hayati menginap di rumahnya.
Khadijah mempunyai kakak laki-laki yang bernama Aziz yang diam-diam naksir pada Hayati.
Karena bermukim pada satu kota (padangpanjang) akhirnya Azis dan Zainuddin bersaing untuk
mendapatkan cinta Hayati. Tapi sayang, keluarga Hayati lebih memilih Azis yang merupakan
keturunan Minangkabau asli dan keluarganya pun ada. Zainuddin dianggap tidak lebih baik dari
pada Azis karena Zainuddin adalah anak campuran Minangkabau dan Bugis. Mendengar
pernikahan antara Hayati dan Azis, membuat Zainudin jatuh sakit, akan tetapi berkat dorongan
semangat dari Muluk sahabatnya yang paling setia, kondisi Zainudin berangsur-angsur membaik.
Kemudian Zainuddin dan Muluk pergi pulau ke Jawa, tinggal pertama kali di Batavia sebelum
akhirnya pindah ke Surabaya. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Karena
alasan pekerjaan, Azis juga pindah ke Surabaya bersama Hayati. Seiring waktu berjalan,
hubungan Azis dan Hayati tidak baik lagi. Setelah Aziz dipecat, mereka terpaksa menginap di
rumah Zainuddin. Seiring waktu, Aziz menyadari bahwa Zainuddin lebih pantas untuk Hayati.
Akhirnya Aziz memutuskan untuk pergi ke Banyuwangi, dan dia meninggalkan sepucuk surat
yang menyatakan telah mengikhlaskan Hayati untuk Zainuddin. Kemudian Azis mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri. Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih kuat, akan
tetapi mengingat Hayati itu sudah menikah dan bersuami, cinta yang masih menggelora itu dia
usahakan untuk dipadamkan, kemudian Hayati dibiayai untuk pulang ke kampung halaman di
Batipuh, Sumatra Barat.

Esok harinya, Hayati berangkat dengan sebuah kapal yaitu Van der Wijck. Kapal ini
kemudian tenggelam di pesisir utara pulau Jawa. Setelah mengetahui kabar tersebut, Zainuddin
dan Muluk pergi untuk mencari Hayati, akhirnya ditemukan dia berada di sebuah rumah sakit di
Cirebon. Setelah beberapa waktu, Hayati akhirnya meninggal di rumah sakit tersebut setelah
melewati waktu bersama Zainuddin. Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat
mendengar dan melihat bahwa sebenarnya Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua
itu sudah terlambat. Beberapa waktu kemudian, Zainuddin pun jatuh sakit, setelah badannya
makin lemah, kemudian akhirnya dia wafat. Mereka lalu dikebumikan secara berdampingan.

Anda mungkin juga menyukai