Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relatif
belum profesional. Hal ini bisa dilihat dengan adanya kemampuan profesional
terbatas, pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat yang
kurang memadai. Kondisi seperti ini terjadi akibat relatif masih kurangnya
penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para perilaku
pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan.
Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti
tuntutan pelayanan rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas
kesehatan untuk bertindak profesional. Situasi ini menuntut para pembaharu
di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian
ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu
pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan. Terdapat beberapa metode
pemberian asuhan keperawatan dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya.
Pada akhirnya, diharapkan pimpinan keperawatan dapat memilih metode
pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan falsafah organisasi,
struktur, pola ketenagaan, dan keadaan pasien yang disesuaikan dengan
sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan
keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar
akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi
secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen
asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan
dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan
oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang
diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model
asuhan keperawatan tersebut.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan.
Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan
keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan
dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud. Unsur-unsur
dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat yaitu: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam
menetapkan suatu model, maka keempat hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi manajemen
Asuhan Keperawatan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami manajemen Asuhan
Keperawatan dalam proses keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem Manajeman Asuhan Keperawatan adalah suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip
nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan
keperawatan.
B. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP

Gambar 1

Standart kebijakan intitusi/ nasional

Proses keperawatan:

Pengkajian

Perencanaan

Intervensi

Evaluasi

Pendidikan klien:

Pencegahan penyakit

Mempertahankan kesehahatan

Informed consent
Rencana pulang/ komunitas

Sistem MAKP:

Fungsional

Tim

Primer

Modifikasi

C. Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP


1. Kualitas pelayanan keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen


Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
Untuk mempertahankan eksistensi institusi
Untuk meningkatkan kepuasan kerja
Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart
2. Standart praktek keperawatan

Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion


terdapat 8 standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:

Menghargai hak- hak pasien

Penerimaan sewaktu pasien MRS

Observasi keadaan pasien

Pemenuhan kebutuhan nutrisi


Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif

Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif

Pendidikan pada pasien dan keluarga

Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

2.4.Penghitungan Kebutuhan Tenaga

1. Tingkat ketergantungan pasien

Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan


instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi
dengan acuan instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total,
partial, mandiri)

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)

KLASIFIKASI DAN KRITERIA


MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan

1. Mampu naik- turun tempat tidur

2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

3. Mampu makan dan minum sendiri

4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan

5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

7. Status psikologis stabil


8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

9. Operasi ringan

PARTIAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian

1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur

2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan

3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan

4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap

5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan

7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar


mandi)

8. Post operasi minor 24 jam

9. Melewati fase akut dari post operasi mayor

10. Fase awal dari penyembuhan

11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam

12. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama

1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat


tidur ke kereta dorong atau kursi roda

2. Membutuhkan latihan pasif

3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena


(infus) atau NG tube (sonde)

4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan

6. Dimandikan perawat

7. Dalam keadaan inkontinensia

8. 24 jam post operasi mayor

9. Pasien tidak sadar

10. Keadaan pasien tidak stabil

11. Observasi TTV setip kurang dari jam

12. Perawatan luka bakar

13. Perawatan kolostomi

14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)


15. Menggunakan WSD

16. Irigasi kandung secara terus menerus

17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)

18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher

19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

2. Kebutuhan tenaga perawat

Tabel 2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga

JUMLA KLASIFIKASI PASIEN


H MINIMAL PARSIAL TOTAL
PASIEN PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM PAGI SIANG MALAM
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

2.5.Tujuan MAKP

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan


keperawatan oleh tim keperawatan

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan

2.6.Pilar Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Profesional


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah

a. Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai


pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan
manajemen terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi


(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,


manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference,
dan manajemen konflik

4) Pengawasan
5) Pengendalian
b. Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional


berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.

c. Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian


pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien
dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya
hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara
perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain lain. Sedangkan
hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan

2.7.Model Dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.

Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)


Sesuai dengan visi dan misi intitusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit

Diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan


keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.

Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

Kepuasan kinerja perawat


Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan


dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

2.8.Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan


Marquis& Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggung Jawab


Fungsional perawat yang bertugas pada
Berdasarkan orientasi tugas dari tindakan tertentu
filosofi keperawatan

Perawat melaksanakan tugas


(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada

Metode fungsional dilaksanakan oleh


perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama
[ada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1- 2
jenis intervensi (misalnya merawat
luka) keperawatan kepeda semua
pasien di bangsal

Kasus manager keperawatan


Berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan

Perawat bertanggung jawab terhadap


asuhan dan observasi pada pasien
tertentu

Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua


perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti: isolasi, intesive care
Tim ketua tim
Berdasarkan kelompok pada filosofi
keperawatan

6- 7 perawat profesional dan perawat


associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang terdiri dari


anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu
Primer perawat primer
Berdasarkan pada tindakan yang
komprehensif dari filosofi keperawatan

Perawat bertanggung jawab terhadap


semua aspek asuhan keperawatan dari
hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan

Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan


penugasan metode kasus. Metode
penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai
KRS. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.

1) Fungsional

Kelebihannya:

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan
pada pasien diserahkan kepada perawat junior

Kelemahannya:

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat


b. Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

2) Keperawatan tim

Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien

Kelebihannya:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu
sibuk

Konsep metode tim


a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim


a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim
a. Membuat rencana perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang
a) Perencanaan

Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing

Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan


pulang bersama ketua tim

Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan


kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan

Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan


medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan


Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b) Pengorganisasian

Merumuskan metode penugasan yang digunakan

Merumuskan tujuan metode penugasan

Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas

Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim


membawahi 2- 3 perawat

Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,


mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll

Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien

Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

Identiikasi masalah dan cara penanganan

c) Pengarahan

Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sika[

Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan


askep pasien

Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan


tugasnya

Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d) Pengawasan

Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim


maupun pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien

Melalui supervisi
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada
saat itu juga

Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang
pelaksanaan tugas.

Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan


yang telah disusun ketua tim

Audit keperawatan

3) Keperawatan primer

Kelebihan:

Bersifat kontinuitas dan komprehensif


Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri
Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.


Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer:

Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif


b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinik
j. Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer


b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan metode primer

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side


b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala ruang
d. PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat
asisten

4) Manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolasi, intensive care

Kelebihannya:

Perawat lebih memahami kasus per kasus


Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab


Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5) Modifikasi: tim- primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping
itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah
lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang
asuhan keperawatan.

Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat
assosiate

Kepala ruang (KARU) Perawat primer (PP) Perawat assosiate (PA)

Menerima pasien baru Memberikan askep

Memimpin rapat Mengikuti timbang


Mengevaluasi konerja terima
perawat
Melaksanakan tugas
Membuat daftar dinas yang didelegasikan

Menyediakan material Mendokumentasikan


tindakan keperawatan
Perencanaan,
pengawasan,
pengarahan

Membuat
perencanaan askep

Mengadakan tindakan
kolaborasi

Memimpin timbang
terima

Mendelegasikan tugas

Memimpin ronde
keperawatan

Mengevaluasi
pemberian askep

Bertanggung jawab
terhadap pasien
Memberi petunjuk
jika pasien akan
pulang

Memimpin timbang
terima

Mengisi resume
keperawatan

2.9. Penentuan Model Asuhan Keperawatan (Makp)

a. Pengumpulan data
1. Ketenagaan keperawatan
Lingkungan kerja

Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas untuk
pasien, fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan,
fasilitas peralatan dan bahan kesehatan

Sumber daya manusia/ ketenagaan


Tenaga keperawatan
Tenaga non keperawatan
Ketenagaan keperawatan dan pasien
2. Penerapan model pemberian asuhan keperawatan professional
3. Sistem pendokumentasian
Sistem pendokumentasian ruangan
Sistem administrasi

Analisa data

Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan SWOT

1. Rumusan masalah

2. Perencanaan

3. Pengorganisasian
4. Rencana strategis

5. Pengaturan waktu dan kegiatan

6. Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Sistem Manajeman Asuhan Keperawatan adalah suatu kerangka kerja yang


mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan sistem MAKP. Tujuan manajeman asuhan keperawatan professional
antaralain menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik, tumpang
tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan,
menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan,memberikan
pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan tegas
ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M, Pembelajaran model praktek keperawatan profesional pendekatan


modifikasi keperawatan primer, PSIK FK UMY, diakses pada 14 Desember
2015
Arwani & Supriyatno, H 2006, Manejemen bangsal keperawatan, Jakarta: EGC.

Nursalam, 2007, Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional, ed.2, Jakarta: Salemba Medika.

Rusdi, I 2008, Model pemberian asuhan keperawatan (nursing care delivery models),

Somantri, I, Konsep model asuhan keperawatan profesional, FIK-UNPAD, diakses


pada 14 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai