Anda di halaman 1dari 556
TE Sem ont enn tt Pee eer etY Pires tera ence Martin Lings (Aba Bakr Siraj al-Din) MUHAMMAD KISAH HIDUP NABI BERDASARKAN SUMBER KLASIK Martin Lings (Abii Bakr Siréj al-Din) se[r amo Hanya Menerbitkan Buku © Martin Lings 1983, 1986, 1988, 1991 Original English language edition is published by The Islamic Texts Society, Cambridge, United Kingdom 1991, under the title of: Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources Diterjemahkan dari Muhammad: His Life Based on the Earliest Source karangan Martin Lings, terbitan The Islamic Text Society, Cetakan IV, 1991. Hok terjemahan Indonesia pada Serambi Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atay cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit Penerjemah: Qamaruddin SF Pewajah isi: Rio Raharjo PT SERAMBI ILMU SEMESTA Anggota IKAPI Jin. Kemang Timur Raya No. 16 Jakarta 12730 www.serambi.co,id; info@serambi.co.id Edisi Khusus Soft Cover: Cetakanlll: Sya’ban1 428 H/September 2007 M Cetakan II: Rajab 1428 H/Agustus 2007 M Cetakan |: Rabiul Awal 1428 H/April 2007 M ISBN: 978-979-1275-33-0 Dicetak oleh Percetakan PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta Isi diluar tanggung jawab percetakan Ist Buku 1, Rumah Allah — 9 2. Kehilangan Besar — 14 3. Quraisy Lembah — 16 4. Menemukan Kembali Sesuatu yang Hilang — 23 5. Nazar Mengorbankan Anak Laki-Laki — 27 6. Kebutuhan Akan Seorang Nabi — 32 7. Tahun Gajah — 39 8. Padang Pasir — 46 9. Dua Kehilangan — 54 10. Pendeta Bahira — 57 11. Perjanjian Kehormatan — 60 12. Seputar Pemikahan — 64 13. Rumah Tangga — 70 14. Pemugaran Ka‘bah — 78 15. Wahyu Pertama — 82 16. Ibadah — 88 17. “Peringatkan Keluargamu” — 95 18. Quraisy Bertindak — 99 19. Suku Aws dan Khazraj — 106 20. Abii Jahl dan Hamzah — 110 21. Quraisy Mengajukan Tawaran dan Permintaan — 114 22. Para Pemuka Quraisy — 120 23. Kekaguinan dan Harapan — 125 MUHAMMAD |[5 24. Perpecahan Keluarga — 130 25. _Kiamat — 139 26. Tiga Pertanyaan — 143 27. Abyssinia — 150 28. Umar — 159 22, Pemboikotan — 164 30. Surga dan Keabadian — 173 31. Tahun Duka Cita — 178 32. “Cahaya Wajahmu” — 188 33. Sesudai u ita — 34. Tanggapan Yatsrib — 199 35. Mereka yang Hijrah — 209 36. _Konspirasi — 213 37. Hijrah — 217 38._Tiba di Madinah — 227 39. Damai dan Konflik — 230 40. Rumgh Tangga Baru — 244 41. Persiapan-persiapan Perang — 250 42. Barisan Menuju Badr — 256 43. Perang Badr — 271 44. Kembalinya Orang-Orang yang Kalah — 286 45. Para Tawanan Perang — 289 46. Bani Qaynuqa‘ — 299 47. Kematian dan Pernikahan — 305 48. Ahl al-Shuffah — 312 49. Peperangan yang Tidak Menentu — 318 50. Berbagai Persiapan Perang — 322 51. Barisan Menuju Uhud — 331 52. Perang Uhud — 335 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74, 75. 76. 77: 78. 79. 80. 81. Pembalasan Dendam — 354 Pemakaman Para Syahid — 358 Setelah Perang Uhud — 365 Para Korban Pembalasan Dendam — 372 Bani Nadhir — 380 Damai dan Perang — 385 Parit — 405 Pengepungan — 415 Bani Qurayzhah — 434 Setelah Pengepungan — 443 Orang-Orang Munafik — 448 Kalung — 453 Kebohongan — 458 Dilema Quraisy — 466 “Sebuah Kemenangan Nyata” — 475 Sesudah Hudaybiyah — 484 Khaybar — 495 “Siapa yang Paling Engkau Cintai?” — 509 Setelah Khaybar — 516 Umrah dan Dampaknya — 529 Syiria — 540 Pelanggaran Gencatan Senjata — 552 Pembebasan Kota Mekah — 563 Perang Hunayn dan Pengepungan Tha’if — 576 Rekonsiliasi — 584 Setelah Kemenangan — 592 Tabiik — 599 Sesudah Tabiik — 605 Berbagai Tingkatan Iman — 617 82. Masa Depan — 624 83. Haji Perpisahan — 628 84. Sebuah Pilihan — 637 85. Suksesi dan Pemakaman — 647 Quraisy Lembah — 654 Kunci Referensi — 655 Catatan — 657 Lebih Dekat dengan Martin Lings — 668 1 Rumah Allah KITAB Kejadian (Genesis) menceritakan bahwa Ibrahim tidak memiliki anak, dan tak ada harapan lagi untuk memilikinya. Pada suatu malam, Tuhan menyuruhnya keluar dari tenda. “Sekarang,” firman-Nya, “pandanglah langit dan hitunglah bintang-bintang di sana, bila engkau sanggup.” Ibrahim pun menatap langit dan terdengarlah suara: “Sebanyak itulah anak keturunanmu nanti.”! Ketika Sarah berusia 76 tahun, sementara Ibrahim sendiri berusia 85 tahun—umur yang terlalu lanjut un- tuk menerima kehadiran seorang bayi—Sarah meng- izinkan suaminya itu menikahi Hajar, budaknya asal Mesir. Meskipun demikian, perasaan cemburu tumbuh juga di antara majikan dan budaknya, sehingga Hajar menjadi sasaran kemarahan Sarah. Hajar hanya mampu mengadukan segala deritanya kepada Tuhan. Maka, Tu- han mengutus seorang malaikat untuk menyampaikan pesan kepadanya: “Aku akan memperbanyak keturun- anmu yang tak terhitung jumlahnya.” Sang malaikat juga berkata: “Berbahagialah! Kamu akan dikaruniai seorang anak. Namailah IsmA‘il, karena Tuhan telah mendengar penderitaanmu.”? Hajar lalu menemui Ibrahim dan Sa- rah dan menyampaikan apa yang dikatakan malaikat. Ketika bayi yang didambakan tersebut lahir, Ibrahim memberinya nama Isma‘il, yang berarti “Tuhan telah mendengar.” MUHAMMAD |9 Ketika Ibrahim berusia seratus tahun, dan Sarah sembilan puluh tahun, Tuhan berfirman lagi kepada Ibrahim, menjanjikan bahwa Sarah pun akan melahirkan seorang anak yang mesti diberi nama Ishiq. Khawatir kalau-kalau Allah mengurangi kasih sayang-Nya terhadap anaknya yang lebih tua, Ibrahim berdoa: “Semoga Ismda‘il hidup dalam hidayah-Mu, ya Allah!” Dan Allah menjawab: ‘Aku mendengar doamu tentang Ismail. Tenanglah! Aku merahmatinya dan Aku akan menjadikan dia pemimpin suatu bangsa yang besar. Tetapi, kehendak-Ku tentang Ishéq telah Kutetapkan, dan Sarah akan melahirkannya tahun depan.”° Sarah melahirkan Ishq dan dia sendiri yang me- nyusuinya. Setelah Ishaq disapih, ia memohon kepada Ibrahim agar Hajar dan putranya segera pergi dari rumah mereka. Karena sangat menyayangi IsmA‘l, Ib- rahim amat sedih dengan permintaan itu. Namun, Allah berfirman kepadanya agar permintaan Sarah dipenuhi; dan supaya tidak larut dalam kesedihan, Allah berjanji akan memberkahi Isma‘il. Dengan demikian, keturunan Ibrahim bukan hanya satu bangsa, tetapi dua bangsa besar—dua bangsa besar dan negara adikuasa yang menjadi sarana menjalankan “Kehendak Langit”—yang kepada mereka Allah bukan saja menjanjikan kemakmuran duniawi, namun juga keluhuran spiritual. Ibrahim menjadi pemimpin dua aliran spiritual besar, yang tidak mengalir bersama me- lainkan memiliki jalan masing-masing. Ibrahim yakin bahwa Hajar dan Isma‘il senantiasa dalam naungan rahmat Allah dan dalam lindungan para malaikat-Nya, sehingga segalanya berjalan dengan baik. 10 | Martin Lings Dua aliran spiritual, dua agama, dua dunia bagi Tuhan; dua lingkaran, dan karena itu juga dua pusat. Itulah tempat yang disucikan bukan atas pilihan manusia, namun telah ditetapkan oleh Kerajaan Langit. Ada dua pusat suci yang melingkupi Ibrahim: satu di daerahnya, dan satu lagi mungkin belum diketahui, dan mungkin ke sanalah Hajar dan Isma‘il dituntun, ke suatu lembah tandus di Arabia, sekitar empat puluh hari perjalanan unta di sebelah selatan Kanaan. Lembah itu bernama Bakkah. Dilukiskan bahwa semua sisinya dikelilingi bukit kecuali tiga bagian: satu bagian di sebelah selatan, satu bagian di sisi utara, dan satu sisi yang terbentang ke Laut Merah, empat puluh mil ke arah barat. Alkitab tidak menceritakan bagaimana Hajar dan Isma‘il me- nempuh perjalanan ke Bakkah.* Barangkali, keduanya ikut rombongan kafilah, karena lembah itu terletak di salah satu rute utama perjalanan, sebuah jalur yang sering disebut dengan “rute minyak wangi”, karena dilewati parfum, kemenyan, dan barang-barang lain yang dibawa dari Arabia Selatan ke daerah Mediterania. Mungkin saja, begitu tiba di tempat itu, Hajar dibimbing langit untuk meninggalkan kafilahnya. Tak lama kemu- dian, sang ibu dan putranya merasa sangat kehausan, sampai-sampai Hajar sangat khawatir akan keselamatan Isma‘l. Menurut riwayat, Isma‘fl menangis di hadapan Tuhan dan tergeletak di atas pasir, sementara sang ibu berdiri di atas bebatuan sambil berjingkat memandang ke sekelilingnya, berharap mendapatkan pertolongan. Na- mun, ia tidak melihat seorang pun. Hampir putus asa, ia bolak-balik melintasi jalan yang sama sampai tujuh kali. Akhirnya, ketika ia duduk istirahat di dekat sebuah MUHAMMAD | 11 batu karena sangat lelah, datanglah malaikat mene- muinya. Dalam Kitab Kejadian diriwayatkan: Dan Allah mendengar suara seorang bayi itu dan mengutus malaikat surga untuk menemui Hajar dan berkata: ‘Apa yang membuatmu susah, Hajar? Jangan takut! Tuhan telah mendengar suara bayimu di tempat ia berbaring. Bangkit dan angkatlah bayimu dan gendonglah dengan tanganmu, Dia akan menjadikannya pemimpin bangsa besar.” Dan Tuhan membukakan matanya, dan Hajar menyaksikan mata air yang menakjubkan.? Mata air itu memancar dari gundukan pasir yang disentuh tumit Ism4‘il. Tak lama kemudian, daerah itu menjadi suatu perkampungan karena memiliki sumber air yang sangat bagus dan menakjubkan. Mata air itu dikenal dengan nama Zamzam. Kitab Kejadian diwahyukan kepada Ishaq dan ke- turunannya, yang tidak lain dari garis keturunan Ibra- him. Tentang Isma‘4l, kitab itu menuturkan: “Dan Allah bersama sang bayi; dan ia tumbuh dan tinggal di dalam hutan belantara dan menjadi seorang pemburu (pemanah).”® Setelah itu, nama Isma‘l hampir tak pernah dise- butkan kecuali cerita bahwa Isma‘il dan Ishaq bersama- sama mengebumikan ayah mereka di Hebron, dan be- berapa tahun kemudian Esau menikahi sepupunya, anak Isma‘“l. Namun, ada suatu pujian tak langsung kepada Ismail dan ibunya dalam Mazmur yang menyatakan, “Betapa indahnya tempat ibadah mereka, suatu Rumah Allah,” juga ketika bercerita tentang keajaiban Zamzam yang membuat mereka senang melintasi perkampungan itu: “Segala rahmat Allah bagi pemimpinnya; yang kekuatan 12 | Martin Lings jiwanya menjadi jalan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan ke Mekah dengan aman.”” Ketika Hajar dan Isma‘il telah sampai di tujuan, Ibrahim masih hidup 75 tahun lagi, dan beliau mengun- jungi putranya di tanah suci tempat Hajar dituntun itu. Alquran menyatakan bahwa Allah menunjukkan kepada Ibrahim tempat yang jelas, di dekat sumur Zamzam, di mana ia dan Isma4l harus membangun rumah suci di atasnya.* Bangunan itu disebut Ka‘bah, “Kubus”, sesuai dengan bentuknya; memiliki empat sudut yang menun- jukkan empat arah mata angin. Namun, sebenarnya ben- da yang paling suci’ di sana adalah sebongkah batu, yang, menurut riwayat, dibawa Jibril kepada Ibrahim dari suatu tempat di dekat Ab&i Qubaysy. “Batu ini, ketika turun dari surga, lebih putih ketimbang susu, namun dosa-dosa anak Adam telah membuatnya hitam.”” Batu hitam tersebut kemudian diletakkan di salah satu sudut Ka‘bah. Ketika rumah suci itu telah selesai di- bangun, Allah berfirman kepada Ibrahim dan meng- ajarkan berbagai ritus menunaikan ibadah haji ke Bakkah—atau Mckah, seperti kemudian ia disebut: Aku sucikan rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf dan bagi yang sujud dan rukuk. Dan sampaikanlah kepada umat manusia untuk menjalankan haji, dan mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau dengan me- nunggang unta yang kurus, yang datang dari segala penjuru yang jauh.'? Hajar menceritakan kepada Ibrahim peristiwa yang dialaminya saat mencari pertolongan, dan Ibrahim kemudian menjadikannya sebagai bagian dari ritus ibadah MUHAMMAD | 13 haji, yaitu berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Kemudian Ibrahim berdoa di Kanaan, memdamba- kan padang pasir yang subur dan ditumbuhi dengan jagung dan gandum: Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tetumbuhan di dekat Rumah-Mu (Bait Allah) yang dihormati. Ya Tuhan, hal itu agar mereka mendirikan salat, maka jadi- kanlah hati sebagian manusia untuk cenderung kepada mereka dan limpahkanlah rezeki berupa buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.''[] 2 Kehilangan Besar DOA Ibrahim dikabulkan. Karunia yang banyak selalu diberikan oleh jamaah haji yang berkunjung ke Baitullah dalam jumlah yang terus meningkat dari seluruh Jazirah Arab dan sekitarnya. Haji dilaksanakan setahun sekali; tetapi Ka‘bah dapat dikunjungi kapan saja melalui um- rah. Ritus-ritus haji dan umrah dilaksanakan dengan taat dan tekun sesuai dengan aturan yang diajarkan oleh Ibrahim dan Ismail. Anak keturunan Ishaq juga me- muliakan Ka‘bah sebagai suatu tempat ibadah yang di- bangun oleh Ibrahim. Oleh mereka, tempat ini dipan- dang sebagai tempat ibadah kepada Allah. Namun, dengan berlalunya waktu, kemurnian ibadah kepada 14 | Martin Lings Allah terkontaminasi dan mengalami penyimpangan. Anak cucu Isma‘4l berkembang pesat dan sangat banyak sehingga tak lagi cukup untuk tinggal di lembah Mekah. Mereka yang berpencar ke daerah-daerah lain mem- bawa batu dari tanah suci itu dan mengadakan ritual untuk memuliakannya. Kemudian, terpengaruh oleh tradisi kaum pagan yang menjadi tetangga mereka, ber- hala mulai ditambahkan ke batu-batu itu. Akhirnya, jamaah haji mulai membawa berhala ke Mekah dan diletakkan di sekitar Ka‘bah. Inilah yang menyebabkan kaum Yahudi berhenti mengunjungi rumah ibadah Ibra- him itu.! Kaum penyembah berhala itu mengklaim berhala sebagai penghubung antara manusia dengan Tuhan. Aki- batnya, pendekatan mereka kepada Tuhan menjadi ber- kurang dan tidak langsung. Tuhan menjadi begitu jauh, dan mereka melupakan dari mana dunia ini berasal, hingga akhirnya mereka tak lagi meyakini kehidupan setelah kematian. Namun, ada suatu tanda yang menun- jukkan dengan jelas bahwa mereka telah meninggalkan kebenaran: mereka tak lagi punya akses ke sumur Zam- zam, bahkan tak tahu lagi di mana sumur itu terletak. Adalah orang-orang Jurhum, yang datang dari Yaman, yang bertanggung jawab secara langsung atas hal itu. Mereka mengangkat diri mereka sendiri sebagai peng- urus Mekah. Keturunan Ibrahim setuju karena istri kedua Isma‘il berasal dari Jurhum. Namun, kaum Jur- hum kemudian mulai melakukan kesewenang-wenang- an, schingga akhirnya mercka diusir. Sebelum pergi, mereka sempat menimbun sumur Zamzam. Tak diragukan, mereka melakukan itu sebagai balas dendam. Tetapi, MUHAMMAD | 15 image not available image not available siapa yang bakal menjadi pemimpin yang harus ditaati oleh semua orang. Tidak ada yang dapat memasuki Ka‘bah kecuali engkau yang membukakannya. Selain tanganmu, tak ada yang boleh menandai peperangan bagi kaum Quraisy. Tak ada yang boleh meminum air di Mekah dalam perjalanan hajinya kecuali engkau yang memberinya. Tak ada yang boleh makan kecuali engkau yang memberinya. Tak ada yang boleh mengubah segala urusan Quraisy kecuali di dalam rumahmu.”! Qushay mewariskan seluruh hak dan kekuasaannya kepada putra kesayangannya tersebut, termasuk kepemilikan Rumah Majelis. ‘Abd Man&f mematuhi keinginan ayahnya tanpa protes. Tetapi, pada generasi berikutnya, separo kaum Quraisy berdiri di belakang putra Abd Manif, Hasyim, lelaki yang paling terkemuka saat itu, dan menuntut agar pemerintahan dialihkan dari klan ‘Abd al-Dar ke klannya. Mereka yang mendukung Hasyim dan saudara- saudaranya itu adalah keturunan Zuhrah dan Taym dan seluruh anak cucu Qushay selain dari anak pertama. Keturunan Makhzéim dan para sepupu yang lebih jauh menerima pemerintahan Bani ‘Abd al-Dar. Kaum wanita dari Bani ‘Abd Manaf kemudian membawa secawan minyak wangi dan meletakkannya di sebelah Ka‘bah. Hasyim dan saudara-saudaranya serta seluruh peng- ikutnya mencelupkan tangan mereka ke dalam cawan itu dan mengangkat sumpah bersama untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Masing-masing menggosok- kan tangannya yang harum di atas batu Ka‘bah sebagai tanda tercapainya kesepakatan. Kelompok ini, karenanya, dikenal sebagai Kelompok Harum (al-Muthayyibiin). Para 18 | Martin Lings image not available image not available image not available almarhum ayahnya sebagai pemimpin Quraisy. Namun untuk itu, pertama-tama ia harus bergaul dan bergabung dengan kaum yang akan dipimpinnya. Tidak ada orang asing dari luar yang punya peluang mendapatkan kehor- matan itu. Salma tertarik kepada argumen-argumen Muththalib. Dan, jika putranya pergi ke Mekah, akan mudah baginya untuk mengunjungi anaknya itu dan begitu pula sebaliknya. Maka, ia pun mengizinkan putra- nya pergi. Muththalib membawa kemenakannya di atas pung- gung untanya. Ketika memasuki kota Mekah, ia men- dengar orang-orang yang ditemuinya di jalan menyapa pemuda asing yang dibawanya itu dengan “Abd al- Muththalib”, yang berarti “budak Muththalib”. “Ber- suka rialah kalian,” jawab Muththalib, “ia tak lain adalah putra saudaraku, Hasyim.” Mendengar jawaban itu, orang-orang menyambutnya dengan gembira, sehingga berita itu tersebar di seantero kota, menjadi bahan pembicaraan dari mulut ke mulut. Sejak hari itu, pe- muda itu terkenal dengan nama Abd al-Muththalib. Tak lama setelah kedatangannya, ‘Abd al-Muththalib terlibat perselisihan tentang tanah pertanian milik ayah- nya dengan pamannya, Nawfal. Tetapi, dengan bantuan paman asuhnya, dan pengaruh yang ia bawa dari Yatsrib, ‘Abd al-Muththalib berhasil mendapatkan hak-haknya. Anak muda itu juga tidak mengecewakan harapan-harap- an yang sudah melekat pada bakatnya sejak awal. Se- telah beberapa tahun, ketika Muththalib telah meninggal dunia, tak seorang pun menyoal kualifikasi keponakannya itu untuk memegang tanggung jawab menyediakan ma- kan dan minum bagi jamaah haji. Bahkan, disebut- 22 | Martin Lings image not available image not available image not available dan penggalian itu harus segera dihentikan. ‘Abd al- Muththalib bersikeras tidak akan berhenti dan menyuruh Harits agar tetap mendampinginya dan memperhatikan agar tak seorang pun menghalangi penggalian tersebut. Maka, suasana menjadi tegang, dan akibatnya bisa jadi akan sangat tidak menyenangkan. Tetapi, dua keturunan Hasyim itu telah bertekad dan sepakat untuk terus menggali, sementara para penonton menyaksikan dengan penuh keheranan. Berhala-berhala itu, Isaf dan Na’ilah, berkedudukan tinggi di Mekah. Bahkan, menurut be- berapa orang, keduanya adalah bapak-ibu kaum Jurhum yang berubah menjadi batu dan mengotori Ka‘bah. ‘Abd al-Muththalib terus menggali tanpa henti. Dan ketika sebagian orang bergegas hendak meninggalkan Rumah Suci itu, tiba-tiba ia memukul sebuah dinding peti batu dan seketika ia berteriak memanjatkan syukur kepada Tuhan. Massa pun kembali membeludak. Dan, ketika ia mulai mengangkat harta karun peninggalan Jurhum yang dipendam di situ, setiap orang mengaku berhak untuk mendapatkan bagian. ‘Abd al-Muththalib setuju bahwa undian mesti dilakukan untuk beberapa alternatif: disimpan di Rumah Suci, dimiliki Muththalib sendiri, atau dibagi di kalangan suku. Itulah cara yang dikenal saat itu untuk memutuskan sesuatu yang mengandung keragu-raguan, dan itu dilakukan dengan melepaskan anak panah di dalam Ka‘bah, di depan berhala Moabit, Hubal. Dalam hal ini, hasilnya adalah sebagian harta karun disimpan di Ka‘bah, sebagian diberikan ke ‘Abd al-Muththalib, sementara tidak sedikit pun yang diberikan kepada kaum Quraisy. Sejak itu juga disepakati bahwa Bani H4syim yang bertanggung jawab terhadap Zamzam 26 | Martin Lings image not available image not available image not available Muththalib dan ‘Abd Allah muncul di ambang pintu dengan muka pucat pasi, terdengar riuh bisikan-bisikan keras dari kaum Makhzém setelah menyadari bahwa anak saudara perempuan mereka akan dikorbankan. “Untuk apa pisau itu?” tanya seseorang di antara mereka, meskipun mereka telah tahu jawabannya. ‘Abd al-Mu- ththalib mulai menjelaskan nazarnya, namun segera dipotong oleh Mughirah, kepala suku Makhzaim. “Ja- ngan korbankan dia, kita akan mencari gantinya, wa- laupun penggantinya adalah seluruh kekayaan Makh- zim.” Pada saat itu, saudara-saudara ‘Abd Allah sudah keluar dari Ka‘bah. Tadinya tak seorang pun dari mereka yang angkat bicara, namun kini mereka memohon kepa- da ayahnya agar ‘Abd Allah dibiarkan hidup dan diganti dengan persembahan yang lain. Tak seorang pun dari orang-orang yang hadir saat itu yang berbeda pendapat, dan ‘Abd al-Muththalib terus dibujuk agar membiarkan anaknya itu hidup, tapi ia masih ragu. Akhirnya, ia setuju untuk mengonsultasikan masalah ini kepada se- orang wanita bijak di Yatsrib yang dapat memberikan saran apakah persembahan lain dapat menggantikan putranya, dan dalam bentuk apa. Bersama ‘Abd Allah dan satu atau dua putranya yang lain, ‘Abd al-Muththalib pergi ke negeri kelahiran- nya itu dan hanya mendapat kabar bahwa wanita bijak itu sudah pergi ke Khaybar, pusat permukiman Yahudi yang kaya raya—suatu daerah subur kira-kira seratus mil sebelah utara Yatsrib. Maka, mereka melanjutkan perjalanannya. Ketika mereka berhasil bertemu dengan wanita itu dan menceritakan maksud kedatangannya, wanita bijak itu berjanji akan mengonsultasikannya 30 | Martin Lings image not available image not available image not available untuk menerima berhala-berhala itu dan percaya ter- hadap keajaibannya adalah bagian dari tradisi; para lelu- hur mereka juga melakukan hal yang sama. Namun, bagi ‘Abd al-Muththalib sendiri, Allah adalah Realitas Tertinggi; dan ia, tak ragu lagi, lebih dekat ke agama Ibrahim ketimbang ke kepercayaan kaum Quraisy, Khu- za‘ah, dan Hawazin, serta suku-suku Arab yang lain pada masanya. Namun, ada—dan memang selalu ada—sejumlah orang yang menegakkan agama Ibrahim secara murni. Merekalah yang menyadari bahwa itu jauh dari sikap tradisional; penyembahan berhala adalah suatu bidah— inovasi ciptaan manusia—suatu bahaya yang harus dijaga dan dilawan. Bila merunut sejarah yang lebih panjang, Hubal tidak lebih baik daripada anak sapi emas Bani Israil. Para kaum hanif'—begitu mereka menyebut diri mereka—merasa tak bisa berbuat apa-apa berkaitan de- ngan berhala-berhala, yang kehadirannya di Mekah me- teka anggap sebagai suatu kotoran dan polusi. Penolakan mereka untuk kompromi dan seringnya mereka bicara blak-blakan tentang agama itu, membuat mereka menjadi satu golongan pinggiran dalam masyarakat Mekah, di mana mereka dihormati, ditoleransi, ataupun diperla- kukan buruk—sebagian disebabkan oleh kepribadian mereka sendiri dan sebagian yang lain ditentukan oleh apakah suku mereka bersedia melindungi mereka atau tidak. ‘Abd al-Muththalib mengenal empat orang hanif, dan salah seorang yang paling dihormatinya adalah Waraqah, anak sepupu-keduanya, Nawfal’ dari suku Asad. Waraqah memeluk agama Kristen. Ada satu keyakinan di tengah- 34 | Martin Lings image not available image not available image not available kedua mempelai yang berwibawa dan anggun itu mem- perindah pemandangan saat itu. Namun, ketika mereka telah cukup dekat, Qutaylah hanya memperhatikan yang lebih muda. Abd Allah, dalam hal ketampanan, adalah Ysuf pada zamannya. Bahkan, orang-orang Quraisy yang sangat tua pun tak dapat lagi membedakan kesamaannya. Ia kini berusia 25 tahun, saat mekar-mekarnya di usia mudanya. Na- mun, Qutaylah terpesona—seperti yang terjadi pada kesempatan lain, namun tidak sedahsyat kali ini—pada cahaya yang memancar dari wajahnya, yang menurutnya memancar dari luar dunia ini. Apakah ‘Abd Allah adalah nabi yang tengah dinanti-nantikan? Atau ia adalah bapak sang nabi? Mereka telah melewati Qutaylah, dan tiba-tiba ter- bersit keinginan padanya untuk menyapa. Ia berseru, “Abd Allah!” ‘Abd al-Muththalib melepaskan gandengan- nya, seakan-akan menyuruh putranya berbicara dengan sepupunya itu. Abd Allah mundur untuk menemuinya. Qutaylah bertanya kepada ‘Abd Allah, ke mana ia akan pergi. “Bersama ayahku,” jawabnya singkat, bukan karena malu-malu, namun ia yakin Qutaylah pasti tahu dirinya sedang dalam perjalanan menuju pelaminan. “Tetaplah di sini dan jadikanlah aku istrimu,” kata Qutaylah, “dan engkau akan memiliki seyumlah unta yang telah dikur- bankan untukmu.” “Aku harus menuruti ayahku. Aku tak dapat melanggar keputusannya, dan aku tak mungkin meninggalkannya,” jawab ‘Abd Allah.> Pernikahan pun dilangsungkan sesuai rencana. Dua pasangan pengantin itu tinggal beberapa hari di kediam- an Wuhayb. Pada waktu itu, Abd Allah keluar untuk 38 | Martin Lings image not available image not available image not available terkejut mendengar permintaan itu. Ia sangat kecewa mendengarnya, karena menganggap ‘Abd al-Muththalib jauh lebih mementingkan unta-untanya ketimbang agamanya yang sedang terancam untuk dihancurkan. ‘Abd al-Muththalib menjawab, “Aku adalah pemilik unta- unta itu, sementara Ka‘bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya.” “Tapi sekarang ini, dia tak akan mampu melawanku,” kata Abrahah. “Kita lihat saja nanti,” jawab ‘Abd al-Muththalib, “tapi kembalikan unta- untaku sekarang!” Dan Abrahah pun memerintahkan agar unta-unta itu dikembalikan. ‘Abd al-Muththalib kembali ke Quraisy dan menya- rankan agar mereka menyelamatkan diri ke atas bukit di dekat kota. Kemudian, ia, disertai beberapa anggota keluarganya dan pemuka masyarakat yang lain, pergi ke Ka‘bah. Mereka berdiri di sisi Ka‘bah, memohon per- tolongan Tuhan melawan Abrahah dan pasukannya. Ja sendiri memegang cincin besi di pintu Ka‘bah dan memohon, “Ya Allah, hamba-hamba-Mu melindungi ru- mahnya, maka lindungilah Rumah-Mu ini!” Setelah memanjatkan doa, ia bersama dengan yang lain kembali ke atas bukit, di sebuah tempat yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi di kota. Keesokan harinya, Abrahah bersiap-siap memasuki kota untuk menghancurkan Ka‘bah dan, setelah itu, kembali lagi ke Shan‘4 melalui jalan yang mereka tem- puh sewaktu datang. Si gajah, yang diperlengkapi senjata, berada di barisan terdepan. Pemandunya, Unays, segera mengarahkannya berjalan menuju Mekah. Tetapi Nufayl, sang tawanan penunjuk jalan, selalu berjalan bersama Unays dan telah mempelajari aba-aba yang dimengerti 42 | Martin Lings image not available image not available image not available sang cucu tersayang. Ia membawanya ke Ka'bah dan masuk bersamanya ke dalam Rumah Suci itu. Ia me- manjatkan doa syukur kepada Allah atas karunia-Nya. Setelah itu, ia membawanya kembali ke ibunya. Di perjalanan, ia mampir dulu ke rumahnya sendiri. Ia sendiri belum lama dikaruniai seorang anak laki-laki dari sepupu Aminah, Halah. Putra bungsunya itu telah berusia hampir tiga tahun yang ketika itu telah menanti di pintu rumahnya. “Hai, ini saudaramu, ciumlah dia!” katanya kepada putra bungsunya itu, sambil mende- katkan sang bayi yang baru lahir itu kepadanya, dan ‘Abbas pun menciumnya.[] 8 Padang Pasir SUDAH menjadi kebiasaan seluruh keluarga besar Arab kota untuk mengirimkan anak-anak mereka yang baru lahir ke daerah gurun untuk disusui hingga disapih, serta menghabiskan masa kanak-kanak mereka di tengah- tengah suku Badui. Tak terkecuali Mekah, apalagi sejak musim wabah penyakit dan tingginya angka kematian bayi di sana. Tapi, bukanlah semata-mata udara segar sahara yang mendorong mereka mengirim anak-anak mereka ke sana. Itu memang berguna untuk jasmani mereka. Tetapi, gurun pasir juga memiliki manfaat bagi perkembangan jiwa. Kaum Quraisy baru-baru ini saja memulai hidup menetap, yaitu sejak Qushay meme- rintah kaumnya membangun tempat tinggal di sekitar 46 | Martin Lings image not available image not available image not available anak angkat yang mampu memelihara sendiri ibu ang- katnya sebelum ia tumbuh dewasa. Maka, selama waktu itu, ayahnyalah yang dapat memenuhi kewajiban anaknya untuk memelihara ibu angkatnya. Seorang kakek terlalu jauh untuk itu; dan pada kasus ini, telah diketahui bahwa ‘Abd al-Muththalib telah berusia lanjut, tak dapat dijamin hidup lebih lama lagi. Jika ia meninggal, putra- putranyalah, bukan cucunya, yang akan menerima wa- risannya. Sementara, Aminah adalah wanita miskin; lalu si anak sendiri, ayahnya masih terlalu muda untuk da- pat memiliki banyak harta: ia mewariskan kepada putranya tidak lebih dari lima ekor unta, sejumlah anak domba dan kambing, dan seorang budak perempuan. Putra ‘Abd Allah itu memang keturunan sebuah keluarga besar, namun sejauh ini, ia adalah anak paling miskin yang ditawarkan kepada para wanita tersebut pada tahun itu. Di sisi lain, meskipun para orang tua angkat tidak mengharapkan untuk kaya, namun mereka juga tidak mau terlalu dililit kemiskinan. Dan, telah jelas bahwa Halimah dan suaminya adalah pasangan yang paling miskin di antara pasangan yang lain. Siapa pun yang dipilihnya, ia selalu kalah dengan pasangan yang lain; sehingga tak lama kemudian semua wanita Bani Sa‘d telah memiliki anak asuh, kecuali Halimah sendiri. Tinggal seorang pengasuh termiskin yang tak men- dapatkan titipan anak, dan hanya seorang anak termiskin yang tak mendapatkan pengasuh. Halimah menuturkan: Saat kami memutuskan untuk meninggalkan Mekah, aku bilang kepada suamiku, “Aku enggan kembali ke rombongan teman-teman kita tanpa mendapatkan seorang 50 | Martin Lings image not available image not available image not available 9 Dua Kehilangan HALIMAH dan Harits yakin bahwa kedua anak mereka telah berkata benar. Karena itu, mereka sangat ketakutan. Hirits sangat khawatir jika anak angkatnya terkena suatu guna-guna roh jahat atau terserang sihir. la pun meng- ajak istrinya untuk segera mengembalikan anak itu kepada ibunya sebelum ditimpa kejadian yang menge- rikan. Maka, Halimah membawanya kembali ke Me- kah. Ia berniat tidak akan mengatakan apa alasan se- benarnya yang mengubah pikirannya. Namun, perubahan itu terjadi terlalu tiba-tiba dan Aminah tak bisa mereka bohongi. Akhirnya, ia menceritakan scluruh kejadian- nya. Setelah mendengarnya, Aminah menenangkan Hali- mah agar tidak perlu takut dan berkata, “Peristiwa- peristiwa besar telah terjadi pada putraku.” Kemudian, Aminah bercerita bahwa ketika mengandungnya, ia sa- ngat sadar ada secercah cahaya memancar di dalam tubuhnya. Halimah menjadi tenang, tetapi sejak itu Aminah memutuskan untuk mengasuh sendiri putranya. “Tinggalkan ia bersamaku,” katanya, “dan pulanglah dengan tenang.” Anak itu hidup bahagia di Mekah bersama ibunya selama tiga tahun. Ia mendapatkan perhatian lebih dari kakek, paman, bibi, dan sepupunya yang tinggal ber- samanya. Yang paling menyayanginya adalah Hamzah dan Shafiyyah, dua anak ‘Abd al-Muththalib dari perka- winan terakhirnya yang dilangsungkan bersamaan dengan 54 | Martin Lings image not available image not available image not available sepertt Waraqah—dia merasa yakin nabi tersebut akan datang pada masa hidupnya. Bahira sudah sering melihat kedatangan kafilah Me- kah yang singgah tak jauh dari biaranya. Tetapi, kali ini perhatiannya terpaku pada sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya: segumpal awan bergelayut rendah bergerak pelan di atas kepala mereka sehingga awan itu selalu berada di antara matahari dan satu atau dua musafir dari kafilah itu. Dengan sangat tertarik, dia melihat dari dekat. Tiba-tiba perhatiannya berubah men- jadi kekaguman, karena begitu mereka berhenti, awan itu pun berhenti bergerak. Awan itu tetap menggumpal di atas pohon yang di bawahnya mereka berteduh, sementara pohon itu merundukkan dahan-dahannya di atas mereka. Dengan demikian, mereka berteduh di bawah dua naungan. Bahira tahu bahwa pertanda itu, walaupun tidak menonjol, mempunyai signifikansi yang tinggi. Hanya seseorang yang punya kepekaan spiritual tinggi yang bisa menjelaskannya. Dan segera dia berpikir tentang nabi yang diharapkan itu. Benarkah akhirnya dia datang juga, dan berada di antara musafir-musafir itu? Biara itu baru saja mendapatkan berbagai persediaan makanan. Bahira menyuguhkan semua yang dimilikinya dan berkata kepada para musafir, “Wahai kaum Quraisy! Aku telah menyediakan makanan untukmu. Aku ber- harap kalian semua datang kepadaku, tua dan muda, budak ataupun orang merdeka.” Maka, mereka pun datang ke biaranya. Tetapi, sekalipun Bahira telah berkata demikan, mereka meninggalkan Muhammad di belakang untuk menjaga unta dan barang-barang mereka. Ketika mereka mendekat, Bahira menatap wajah mereka satu 58 | Martin Lings image not available image not available image not available diizinkan untuk menunjukkan kemampuannya sebagai pemanah, yang kemudian dipuji karena kehebatannya? Perang itu mendorong tumbuhnya perasaan tak puas di hati setiap penduduk terhadap hukum padang pasir. Sebagian besar pemuka Quraisy telah melakukan per- jalanan ke Syria. Mereka menyaksikan langsung ba- gaimana keadilan ditegakkan di kerajaan Roma. De- mikian juga di Abyssinia yang meraih keadilan tanpa harus melakukan pertempuran. Namun, di Arab tidak ditemui sistem hukum, di mana korban kriminal atau keluarganya bisa mendapatkan ganti rugi. Di samping itu, adalah wajar bila perang melanggar kesucian—seperti konflik-konflik lain sebelumnya—membuat banyak orang memikirkan berbagai cara dan strategi untuk mencegah peristiwa itu terulang kembali. Namun, kali ini hasil- nya lebih dari sekadar pemikiran dan kata-kata: sejauh menyangkut orang Quraisy, mereka kini bersiap-siap untuk bertindak; dan rasa keadilan mereka diuji dengan peristiwa memalukan yang terjadi di Mekah pada ming- gu-minggu pertama setelah berakhirnya pertempuran. Seorang pedagang dari pelabuhan Yemeni di Zabid menjual barang-barang berharga kepada seorang ter- kemuka dari Bani Sahm. Setelah mengambil barang- barang tersebut, orang Sahm itu tidak mau membayar harga yang dijanjikan. Pedagang yang dirugikan itu— seperti yang diketahui persis oleh pembeli yang curang itu—adalah orang asing di Mekah dan tidak memiliki teman atau pelindung yang dapat dimintai bantuan. Na- mun, ia tidak takut terhadap perlakuan curang orang lain. Lalu, sambil berdiri di tebing AbG Qubays, dengan lantang, fasih dan berapi-api, ia menyeru kaum Quraisy 62 | Martin Lings image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available melamar Khadijah. Kesepakatan dicapai di antara mereka bahwa Muhammad harus memberinya mahar dua puluh ekor unta betina.[] 13 Rumah Tangga PENGANTIN pria meninggalkan rumah pamannya dan tinggal di kediaman pengantin wanita. Selain berperan sebagai istri yang baik, Khadijah juga menjadi sahabat bagi suaminya, tempat berbagi suka cita hingga pada tingkat yang luar biasa. Pernikahan mereka sangat di- berkahi dan penuh kebahagiaan, meskipun bukan berarti tidak pernah sedih atau merasa kchilangan. Bersama Muhammad, Khadijah melahirkan enam anak: dua putra dan empat putri. Putra sulungnya diberi nama Qasim, dan Muhammad segera dikenal sebagai AbG al-Qasim, ‘ayah Qasim’. Namun, anak itu meninggal sebelum berusia dua tahun. Berikutnya, seorang putri dinamai Zaynab; lalu disusul dengan tiga putri lainnya: Ru- gayyah, Umm Kultsim, dan Fathimah; dan yang ter- akhir, seorang putra lagi yang juga tidak berusia panjang. Pada hari pernikahannya, Muhammad memerdeka- kan Barakah, budak setia yang ia warisi dari ayahnya. Pada hari yang sama, Khadijah menghadiahi Muhammad salah satu budaknya sendiri, seorang remaja berusia lima belas tahun bernama Zayd. Selanjutnya, pasangan pe- ngantin baru ini menikahkan Barakah dengan pemuda Yatsrib, yang kemudian dikaruniai seorang anak lelaki, 70 | Martin Lings image not available image not available image not available baru bagi Bani Hasyim di Mekah itu dikenal sebagai Zayd ibn Muhammad. Di antara tamu-tamu yang sering mengunjungi rumah Muhammad adalah Shafiyyah, yang kini menjadi saudara ipar Khadijah, bibi Muhammad yang termuda, bahkan lebih muda dari beliau. Shafiyyah selalu datang bersama putra kecilnya, yang ia namai dengan nama kakaknya sendiri, Zubayr. Zubayr kenal baik dengan sepupu-sepupunya, putri-putri Muhammad, sejak ia ka- nak-kanak. Shafiyyah juga selalu datang dengan pe- layannya yang setia, Salma, yang telah membantu Kha- dijah saat melahirkan semua anak-anaknya, dan meng- anggap dirinya sebagai anggota keluarga itu. Selang beberapa tahun kemudian, beberapa kali Halimah, ibu angkat Muhammad, berkunjung dan Kha- dijah senantiasa bersikap ramah kepadanya. Salah satu kunjungannya adalah saat penyakit dan paceklik melanda ternak-ternaknya. Khadijah memberinya hadiah empat puluh ekor domba dan seekor unta.? Musim paceklik yang sama, yang menyebabkan terjadinya kelaparan di Hijiz, menjadi penyebab bertambahnya anggota keluarga Muhammad dan Khadijah. Aba Thilib memiliki anak lebih banyak dari yang sangup ia nafkahi dengan mudah. Mercka sering kali ditimpa kelaparan. Muhammad memperhatikan hal itu dan merasa harus melakukan sesuatu. Pamannya yang terkaya adalah Aba Lahab, namun ia jauh dari keluarga lainnya, antara lain karena ia tidak memiliki saudara kandung di antara mereka; ia anak tunggal dari ibunya. Muhammad memilih meminta pertolongan kepada ‘Ab- bas, yang dapat memberinya dengan baik. ‘Abbas seorang 74 | Martin Lings image not available image not available image not available Umm Kultsim untuk ditunangkan dengan kedua pu- tranya, ‘Utbah dan ‘Utaybah. Muhammad menyetujui- nya karena beliau menganggap kedua sepupunya itu baik. Pertunangan pun dilakukan. Pada saat itu, Umm Ayman sekali lagi menjadi anggota keluarga. Tidak disebutkan apakah ia kembali sebagai seorang janda atau bukan, telah dicerai suaminya atau tidak. Namun, tidak diragukan lagi, tempatnya memang di sana. Muhammad terkadang menyebutnya “ibu”, dan mengatakan kepada yang lain tentangnya, “Ia adalah segalanya yang tetap bersamaku di rumahku.”*[] 14 Pemugaran Ka‘bah SEBELUM kejadian-kejadian yang disebut terakhir itu— kira-kira saat ‘Ali dibawa ke dalam keluarga Muhammad, ketika Muhammad berusia sekitar 35 tahun—Quraisy memutuskan untuk membangun kembali Ka‘bah. Hal itu dilakukan karena dinding-dinding yang ada saat itu hanya setinggi manusia dan tidak ada atapnya. Artinya, kalaupun pintu dikunci, mudah sckali untuk dimasuki. Belakangan, ada pencurian terhadap sebagian barang berharga yang dipendam di bawah tanah yang memang digali di dalam bangunan itu sebagai tempat penyimpanan. Mereka telah menyiapkan semua kayu yang dibutuhkan untuk atap: ada kapal seorang pedagang Yunani di pantai Jedah yang hancur dan tak bisa diperbaiki lagi, dan kayu kapal itulah yang mereka ambil untuk membuat 78 | Martin Lings image not available image not available image not available al-Amin,” kata beberapa orang. “Kita rela menerima pu- tusannya,” kata yang lainnya, “dia adalah Muhammad.” Ketika duduk persoalannya telah dijelaskan, beliau ber- kata, “Berikanlah kepadaku selembar selimut.” Setelah mereka memberikannya, beliau membentangkan selimut itu di tanah. Lalu beliau mengambil dan meletakkan Hajar Aswad di tengah kain itu. “Silakan masing-masing kabilah memegang ujung selimut itu,” katanya. Kemu- dian, mereka secara serentak mengangkat batu itu. Seti- banya di tempat penyimpanan Hajar Aswad, Muhammad mengambil batu itu, Jalu meletakkannya di pojok. Pemu- garan Ka‘bah pun dilanjutkan hingga selesai.[] 15 Wahyu Pertama TIDAK lama setelah adanya tanda-tanda lahiriah me- ngenai otoritas dan misinya, Muhammad mulai meng- alami tanda-tanda kekuatan batiniah yang mendukung tanda-tanda lain yang telah beliau sadari sebelumnya. Ketika ditanya mengenai hal itu, beliau berbicara ten- tang “mimpi yang benar”. Menurutnya, mimpi itu “ba- gaikan kilatan cahaya.”' Mimpi-mimpi tersebut mem- buat beliau lebih sering menyendiri, dan pergi me- lakukan penyendirian spiritual (tahannuts) di sebuah gua di Bukit Hira’, tidak jauh dari pinggiran kota Mekah. Tahanauts bukan sesuatu yang aneh bagi kaum Quraisy dan sudah menjadi praktik tradisional di kalangan ke- turunan Ism‘il. Pada setiap generasi, selalu ada satu 82 | Martin Lings image not available image not available image not available Penegasan dari Khadijah dan Waraqah disusul oleh penegasan dari langit dalam bentuk wahyu yang kedua. Peristiwa turunnya tidak disebutkan. Namun, ketika ditanya bagaimana wahyu datang kepadanya, Nabi me- nyebutkan dua cara, “Terkadang wahyu datang kepadaku seperti bunyi sebuah bel. Cara itulah yang terberat bagi- ku. Bunyi itu menghilang setelah aku memahaminya. Terkadang, malaikat menampakkan diri dalam rupa ma- nusia. Ia berbicara kepadaku, lalu aku mengerti apa yang dikatakannya.” Wahyu yang kedua kalinya ini dimulai dengan se- buah huruf tunggal. Ini merupakan contoh awal dari beberapa huruf yang memulai berbagai surat dalam Alquran. Huruf itu diikuti dengan sumpah Tuhan. Allah bersumpah demi pena, yang telah disebutkan dalam wahyu pertama sebagai alat utama Tuhan mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia. Ketika ditanya tentang pena, Nabi berkata, “Hal pertama yang Allah ciptakan adalah pena. Dia menciptakan lembaran dan berkata kepada pena itu, “Tulislah!’ Pena menjawab, ‘Apa yang harus kutulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah ilmu-Ku tentang pen- ciptaan-Ku hingga tiba hari kebangkitan.’ Kemudian, pena itu menorehkan apa yang diperintahkan.”” Sumpah demi pena disusul dengan sumpah yang kedua: demi apa yang mereka tulis. Di antara yang mereka (malaikat) tulis di langit dengan pena dan lembaran adalah bentuk asli Alquran. Disebutkan dalam wahyu-wahyu berikutnya sebagai sebuah bacaan mulia (qur’an)" di atas sebuah kertas yang suci (lawh al-mahfazh)'! dan sebagai induk dari kitab."* Kedua sumpah itu diikuti dengan penegasan Ilahi: 86 | Martin Lings image not available image not available image not available dikenal di penjuru Mekah. Pada suatu pagi, tak diduga ia dikunjungi Khalid, putra seorang penguasa di Sy4m, Said ibn al-Ash. Dari wajahnya, pemuda itu masih tampak dihantui rasa takut atas pengalaman yang me- ngerikan. Dengan terburu-buru, ia menjelaskan mimpi- nya semalam. Baginya, mimpi itu penting, namun ia tak mengerti maksudnya. Dapatkah Aba Bakr menakwil- kan mimpi itu? Ia bermimpi bahwa dirinya berdiri di tepi jurang besar. Di bawahnya nyala api berkobar-kobar. Lalu, ayahnya datang mencoba mendorongnya ke dalam jurang itu. Ketika keduanya bergulat di tepi jurang itu— saat yang paling menakutkannya—ia merasa ada dua tangan menarik pinggangnya, membantunya melawan upaya ayahnya itu. Setelah berbalik, ia melihat penyela- matnya itu adalah al-Amin, Muhammad putra ‘Abd Allah. Ketika itulah ia terbangun. “Kuucapkan selamat atasmu,” kata Abdi Bakr. “Orang yang telah menyelamat- kanmu itu adalah Rasulullah. Maka, ikutilah dia! Ya, engkau harus mengikutinya. Hanya dengan masuk Islam, engkau akan selamat dari kobaran api!” Khalid lang- sung menemui Nabi. Setelah menceritakan mimpinya, ia bertanya kepada Nabi apa gerangan pesan beliau dan apa yang harus ia lakukan. Nabi menyuruhnya agar masuk Islam. Khalid pun masuk Islam, tetapi ia me- rahasiakan keislamannya dari keluarganya.' Kira-kira bertepatan dengan itu, ada seorang lelaki Bani ‘Abd al-Syams, seorang pedagang yang sedang dalam perjalanan pulang dari Syria. Di tengah malam, ia terbangun oleh suara teriakan di padang pasir, “Hai orang yang tidur, bangunlah! Sungguh Ahmad telah datang di Mekah.”? Pedagang itu adalah ‘Utsman, putra 90 | Martin Lings image not available image not available image not available kepada Khadijah, “Wahai Khadijah, di sini ada Jibril yang menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu.” Dan, ketika Khadijah menemukan kata-kata untuk di- ucapkan, ia menjawab, “Tuhan adalah kedamaian, dan bagi-Nya kedamaian, dan kedamaian atas Jibril!”° Para pemeluk Islam pertama memandang perintah yang ditujukan kepada Nabi sebagai berlaku bagi diri mereka juga. Karena itu, seperti halnya beliau, mereka bangun di malam hari. Untuk salat wajib, mereka kini berhati-hati, tidak hanya berwudu namun juga memas- tikan kesucian pakaian mereka dari semua najis. Me- reka juga cepat menghafal semua ayat Alquran yang diturunkan, yang dapat dibaca dalam salat mereka. Wah- yu kini mulai turun lebih sering. Nabi pun segera menyampaikannya kepada mereka yang bersamanya, lalu disampaikan dari mulut ke mulut, diingat dan dibaca- kan—sebuah rangkaian doa panjang yang dilantunkan secara cepat, berkisah tentang kefanaan segala yang ada di dunia, tentang kematian, kepastian hari kebangkitan dan pengadilan terakhir, surga dan neraka. Namun, di atas semua itu, wahyu adalah pernyataan tentang kemu- liaan Allah, keesaan, kebenaran, kebijaksanaan, kebaikan, kasih sayang, kemurahan, dan kekuasaan-Nya. Dan seba- gai perluasan dari itu, wahyu merujuk kepada tanda- tanda kebesaran-Nya, keajaiban alam, dan kepada keter- aturan alam yang menjadi bukti nyata akan keesaan Penciptanya. Keteraturan adalah tanda keesaan di atas keragaman. Alquran memberikan perhatian kepada keter- aturan alam agar direnungkan oleh manusia. Ketika telah bebas dari kehadiran kaum kafir yang kejam, kaum beriman saling mengucapkan salam seperti 94 | Martin Lings

Anda mungkin juga menyukai