Anda di halaman 1dari 10

Reduksi Limbah Ikan (Andri Kurniawan)

REDUKSI LIMBAH IKAN MENJADI PUPUK CAIR ORGANIK


DENGAN VARIASI LAMA FERMENTASI DAN
KONSENTRASI BIOKATALISATOR EM4

REDUCTION OF FISH WASTES INTO ORGANIC LIQUID


FERTILIZER WITH VARIATION OF FERMENTATION TIME AND
THE CONCENTRATION OF EM4 BIOCATALYSATOR
Andri Kurniawan1), Yonik Meilawati2) dan Arif Sastriadi Putra3)
Jurusan Teknik Lingkungan, Unversitas Pasundan Bandung
Jalan Setiabudhi, Bandung
Email: 1)andri_pkp@yahoo.com; 2)yonikm@yahoo.com; 3)arifsastriadiputra@yahoo.com

Diterima Agustus 2014, diterima setelah perbaikan Februari 2015


Disetujui untuk diterbitkan Februari 2015

Abstrak: Sektor perikanan dan kelautan menjadi alternatif yang sangat diharapkan untuk dikembangkan seiring
menurunnya eksitensi pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semakin berkembangnya
sektor tersebut, maka menimbulkan efek negatif terutama berkaitan dengan limbah perikanan yang mencemari
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah reduksi limbah ikan menjadi pupuk cair dengan
perlakuan lama fermentasi dan penambahan konsentrasi EM4 (Effective Microorganisms 4). Metodologi pada
penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan memanfaatkan penambahan 0%, 20%, 30%, dan
40% konsentrasi EM4 dan lama fermentasi, yaitu 0, 1, 3, 5, 7 hari dengan 2 ulangan. Selanjutnya dilakukan
pemantauan dengan parameter: persentase reduksi, pH, potensi pupuk cair, dan karakteristik visual produk
berupa warna, bau, gas dan buih. Dari hasil penelitian yang dilakukan, persentase reduksi terbesar terjadi
pada perlakuan penambahan 40% konsentrasi EM4 dengan lama waktu fermentasi 7 hari, yaitu sebesar 33%.
Didapatkan pH tertinggi pada hari ke-5 pada penambahan 40% EM4, yaitu 4.63 pada rentang pH 4.5-6.
Kemudian potensi pupuk cair terbesar sebesar 573 ml pada hari ke-5 pada penambahan 30% EM4. Limbah
ikan yang belum banyak dimanfaatkan secara maksimal sehingga hanya menjadi produk yang tidak memiliki
nilai ekonomis bahkan menjadi cemaran bagi lingkungan ternyata berpotensi menjadi produk yang bernilai
ekonomis. Di sisi lain pemanfaatan ini akan membantu mengurangi limbah organik di lingkungan.

Kata kunci: limbah perikanan, fermentasi, pupuk cair, EM4, dan reduksi.

Abstract: Fishery and marine sector be an alternative that is expected to be developed as falling acknowledge
tin mining in Bangka Belitung Islands. The developents of fishery and marine sector have been making negative
effects especially related to fisheries waste that contamined the environment. This research aimed to determine
the amount of reduction of fish wastes into liquid fertilizer with fermentation time variations and concetrations
of EM4 (Effective Microorganisms 4). Completely Randomized Design was used in this research by added 0%,
20%, 30%, 40% concentration of EM4 and 0, 1, 3, 5, 7 days of fermentation times with two repetition time. Then
do monitoring with parameters: percentage of reductions, pH, potential of liquid fertilizer, and visual
characteristics of product such as color, smels, gas, and scum. The results of this research showed the largest
percentage reduction occurred at 40% concentration EM4 addition with 7 days of fermentation time, at 33%.
The highest pH obtained at 5 days of fermentation by addition of 40% concentration EM4 at 4,64 in the pH
range of 4,5 to 6. Then, the highest potential of liquid fertilizer at 573 ml from 5 days of fermentation by
addition 30% of 30% concentration EM4. Fish wastes that hasnt been used maximally so that only become to
not economically valuable products even be a pollutan in environment. The other side, this utilization will help
reduce organic waste in the environment.

Keywords: fish waste, fermentation, liquid fertilizer, EM4, and reducti.

PENDAHULUAN

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung potensi perikanan dan kelautan yang besar.
sebagai salah satu daerah kepulauan memiliki Seiring dengan penurunan eksistensi

1
Lingkungan Tropis, vol 9, no. 1, Maret 2015: 1-10

pertambangan timah, sektor perikanan dan memanfaatkannya adalah dijadikan pupuk


kelautan menjadi alternatif yang sangat organik yang mempunyai nilai tambah dengan
diharapkan untuk dikembangkan. Konsekuensi memanfaatkan teknologi aplikatif.
logis dari pengembangan potensi sumber daya Selama ini, pupuk organik dari limbah
perikanan yang besar adalah semakin ikan belum banyak diminati baik oleh
berkembangnya unit produksi dan industri masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat
pengolahan hasil perikanan yang kemudian masih banyak menggantungkan diri pada
menghasilkan dampak positif bagi kemajuan penggunaan pupuk kimiawi. Di sisi lain, limbah
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan ikan memiliki potensi besar untuk dijadikan
masyarakat. Namun di sisi lain, produksi yang pupuk organik yang ramah lingkungan. Beberapa
tinggi, baik oleh unit budidaya, penangkapan, kajian ilmiah telah memberi laporan terkait
industri pengolahan, maupun pemasaran hasil dengan pemanfaatan limbah ikan sebagai pupuk
perikanan dapat menimbulkan efek negatif, cair. Namun, belum ada yang meneliti terkait
terutama berkaitan dengan limbah perikanan dengan reduksi limbah ikan pada proses konversi
yang mencemari lingkungan. Hal ini dapat dilihat menjadi pupuk cair. Persentase reduksi limbah
dari salah satu contoh produksi limbah ikan yang ikan dapat dipengaruhi oleh lamanya
tidak diolah dan dapat mencemari lingkungan di penyimpanan atau fermentasi dan penggunaan
Kota Pangkalpinang. katalisator baik kimiawi maupun biologi.
Limbah perikanan biasanya berupa Oleh karenanya, diperlukan kajian terkait
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat lama fermentasi dan penggunaan biokatalisator
dapat berupa tulang, kepala, jeroan, dan bahkan berupa EM4 untuk mereduksi limbah ikan
ikan yang tidak menjadi tangkapan utama dapat sebagai sumber cemaran lingkungan menjadi
menjadi sumber limbah. Sedangkan limbah cair produk yang lebih bermanfaat, yaitu pupuk
perikanan biasanya berupa air cucian dari unit organik cair. Maksud dari penelitian ini adalah
pengolahan ikan yang dibuang dan tidak menyiapkan konsep pereduksian atau
dimanfaatkan. Menurut Setiyono dan Yudo penangangan limbah ikan yang berasal dari pasar
(2008), apabila limbah perikanan ini tidak ikan Kota Pangkalpinang dengan memanfaatkan
ditangani dengan baik akan dapat mengakibatkan biokatalisator EM4 dengan teknik fermentasi.
perubahan negatif berupa pencermaran Sedangkan tujuan dari peneltiian ini antara lain
lingkungan. mengetahui konsentrasi terbaik EM4 yang
Menurut Abun (2006), limbah perikanan ditambahkan di dalam proses pereduksian limbah
memiliki potensi baik berupa protein dan perikanan; mengetahui lama fermentasi terbaik
sebagainya yang dapat diolah secara kimiawi yang dilakukan di dalam proses pereduksian
maupun biologi untuk menghasilkan produk limbah perikanan; mengetahui persentase reduksi
yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. limbah perikanan dari perbedaan konsentrasi dan
Menurut Setyawan dan Setiyawan (2010), Salah lama waktu fermentasi.
satu jalan yang dapat ditempuh adalah

METODE
ikan, pengamatan karakteristik limbah awal,
Waktu dan Tempat Penelitian proses fermentasi limbah, penghitungan reduksi
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan limbah, penghitungan jumlah cairan pupuk
Maret sampai Mei 2014 di Laboratorium organik, dan pengamatan karakteristik limbah
Budidaya Perairan, Laboratorium Biologi, dan akhir. Beberapa peralatan yang digunakan antara
Laboratorium Dasar Fakultas Pertanian, lain botol fermentasi, timbangan digital, pH
Perikanan, dan Biologi, Universitas Bangka meter, saringan, pipet 10 ml, bulb, dan gelas
Belitung. ukur. Adapun bahan yang digunakan antara lain
limbah ikan, EM4, dan gula sukrosa.
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan yang digunakan Metode Penelitian
dalam penelitian ini terdiri atas peralatan dan Metode yang digunakan dalam penelitian
bahan-bahan yang digunakan dalam proses ini adalah metode eksperimen. Metode
pengumpulan dan penghitungan potensi limbah eksperimen adalah suatu metode untuk mencari

2
Reduksi Limbah Ikan (Andri Kurniawan)

hubungan sebab akibat antara dua faktor yang


sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan Sumber Data
mengeliminasi atau mengurangi faktor lain yang Data penilitan terdiri dari dua jenis, yaitu
bisa mengganggu (Arikuntoro, 2002). Studi data primer yang dihimpun langsung di lapangan
eksperimen bertujuan untuk menguji hipotesis dan hasil eksperimen penelitian serta data
tentang adanya hubungan antara variabel dan sekunder yang di dapat dari studi pustaka.
sebab akibat.
Proses penelitian melalui penambahan Perolehan Data
perlakuan EM4 (ml) dan lama fermentasi Kadar Konsentrasi EM4
terhadap reduksi limbah (mg) menjadi pupuk cair Dalam menggunakan variasi konsentrasi
organik, serta pengujian karakteristik pupuk cair EM4, maka harus ditentukan berapa banyak
organik. Penelitian ini menggunakan Rancang cairan pekat dari EM4 yang harus digunakan.
Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan Adapun penentuan kadar dari EM4 tersebut
penambahan 0%, 20%, 30%, 40% konsentrasi menggunakan standar dari petunjuk penggunaan
EM4 dan lama fermentasi selama 0, 1, 3, 5, 7 produk yang tertera pada botol EM4. Perhitungan
hari dilakukan dengan dua pengulangan. di bawah akan menunjukkan berapa banyak
Adapun skema prosedur kerja di dalam cairan pekat EM4 yang digunakan berdasarkan
penelitian ditampilkan pada gambar 1 petunjuk penggunaan produk sebagaimana
(lampiran). tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Dosis penggunaan.

Petunjuk Penggunaan Produk


1 liter EM4: 1 liter molase: 50 liter air: 20 Kg bahan baku

Penggunaan Dalam Penelitian


Skala 1 ml EM4: 1 mg molase: 50 ml air: 20 gr bahan
lab baku
10 ml EM4: 10 mg molase: 500 ml air: 200 gr
bahan baku
20% 40 ml EM4: 40 mg molase: 500 ml air: 200 gr
(v/b) bahan baku
30% 60 ml EM4: 60 mg molase: 500 ml air: 200 gr
(v/b) bahan baku
40% 80 ml EM4: 80 mg molase: 500 ml air: 200 gr
(v/b) bahan baku
Sumber: Kurniawan, 2014.

pH
Nilai pH selama penguraian bahan dekomposisi diukur dengan memisahkan padatan
organik diukur dengan menggunakan pH meter. dari cairan menggunakan saringan kemudian
pH meter yang akan digunakan dikalibrasi dilakukan penimbangan berat padatan tersebut
terlebih dahulu dengan cara mencelupkan dengan timbangan digital. Sedangkan cairan
elektroda ke dalam larutan buffer yang telah pupuk organik dihitung dengan menggunakan
diketahui pH-nya. Kemudian elektroda tersebut gelas ukur.
dibilas dengan aquades dan dicelupkan kembali Besarnya reduksi limbah yang dihasilkan
ke dalam aquades dan dikeringkan dengan tisu. selama proses fermentasi diukur dengan
Setelah dikalibrasi, pH meter dapat digunakan membandingkan berat awal dan akhirnya.
untuk mengukur pH sampel. Elektroda pH meter Persentese reduksi (rendemen) adalah
selalu dibilas setiap akan melakukan pengukuran perbandingan berat kering terhadap berat basah
pH setiap sampelnya. dan dinyatakan dalam persen. Menurut Taib et
al., (1989) dalam Damayanti Sinaga (2010),
Berat limbah dan Cairan Pupuk Organik rendemen dapat ditentukan dengan cara bahan
Perubahan berat limbah selama ditimbang sebelum diolah yang dinyatakan

3
Lingkungan Tropis, vol 9, no. 1, Maret 2015: 1-10

sebagai berat basah kemudian setelah selesai reaktor sampel ke dalam gelas ukur yang
diolah bahan ditimbang kembali dinyatakan bersamaan dengan pemisahan padatan limbah
sebagai berat kering. Rendemen dihitung dengan dengan cairan. Buih yang dihasilkan kemudian
rumus: diukur pada gelas ukur tersebut yang
menunjukkan perbedaan ketinggian cairan
dengan buih.

Karakteristik Visual Pupuk Potensi Pupuk Cair


Karakteristik visual pupuk organik yang Dalam penelitian ini, pupuk cair di
diamati berupa warna, bau, gas, dan buih. Secara produksi dengan cara hidrolisis maka akan
umum, karakteristik visual diamati secara terjadi penambahan atau pengurangan cairan
langsung, yaitu penilaian terhadap warna pupuk yang terjadi selama proses. Pengukuran potensi
organik ini dilakukan dengan melihat secara pupuk cair dilakukan dengan cara menghitung
manual perubahan warna yang terjadi selama jumlah cairan di dalam gelas ukur dimana
proses penelitian. Penilaian bau juga dilakukan dilakukan pemisahan terlebih dahulu antara
mencium bau pupuk cair dan juga menggunakan cairan dan padatannya.
indikator serangga lalat dengan asumsi bahwa
keberadaan lalat menandakan adanya bau khas Analisis Data
dari limbah ikan, yaitu bau amis/anyir. Parameter Data hasil penelitian yang diperoleh
lain yang diamati adalah gas di dalam botol selanjutnya diolah dan dinalaisis secara deskriptif
penelitian yang diamati perubahan kuantitatif dalam bentuk grafik garis dan
pembentukannya dari pengembungan dan karakterisasi visual yang dianalisis secara
elastisitas dari fisik botol. Pengukuran buih deskriptif kualitatif.
dilakukan dengan menuangkan cairan dalam

PEMBAHASAN

Reduksi Limbah Ikan dapat dimasukkan ke dalam botol fermentor yang


Berat limbah telah disediakan sebanyak 200gram.
Limbah ikan yang didapatkan dari Pengukuran berat hasil fermentasi
tempat pemasaran ikan Kota Pangkalpinang limbah ikan dilakukan dengan memisahkan
masih dengan ukuran yang cukup besar sehingga padatan dengan cairan dengan cara disaring.
harus dilakukan pemotongan agar limbah ikan Diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 2. Pengukuran berat limbah (gram) hasil fermentasi.

Lama Fermentasi (hari)


Perlakuan
0 1 3 5 7
0% 200 197,5 193,5 185 180
20% 200 172 168 152 149
30% 200 164,5 163,7 144,5 144
40% 200 188 157 142 135
Sumber: Hasil Pengukuran.

Reduksi Limbah
Perbedaan konsentrasi EM4 dan lama (200 gram) dengan berat padatan hasil fermentasi
fermentasi yang dilakukan pada penelitian ini (gram). Pereduksian tersebut diperoleh data
berpengaruh terhadap penguraian atau sebagaimana ditampilkan pada tabel 3 dan grafik
pereduksian limbah padatan. Reduksi limbah 1.
diperoleh dari pengurangan berat awal limbah

4
Reduksi Limbah Ikan (Andri Kurniawan)

Tabel 3. Reduksi limbah padatan (gram) pada berbagai perlakuan.

Lama Fermentasi (hari)


Perlakuan
0 1 3 5 7
0% 0,0 2,5 6,5 15,0 20,0
20% 0,0 28,0 32,0 48,0 51,0
30% 0,0 35,5 36,5 55,5 56,0
40% 0,0 12,0 43,0 58,0 65,0
Sumber: Hasil Pengukuran

Grafik 1. Jumlah reduksi limbah padatan.

Berdasarkan tabel 3 maupun grafik 1 diketahui bahwa limbah padatan berkurang selama
proses fermentasi. Semakin lama proses fermentasi yang dilakukan menunjukkan hubungan korelasi
positif dengan pengurangan limbah padatan. Jumlah limbah padatan yang berkurang juga dipengaruhi
oleh konsentrasi EM4 yang ditambahkan ke dalam media fermentasi. Semakin tinggi konsentrasi
EM4 yang ditambahkan menunjukkan semakin banyaknya limbah yang berkurang.
Dari hasil perolehan data yang didapatkan bahwa jumlah reduksi limbah tertinggi terjadi pada
perlakuan 40% dengan waktu fermentasi 7 hari sedangkan reduksi terendah terjadi juga pada
perlakuan 40% dengan waktu fermetnasi 1 hari meskpun konsentrasi EM4 yang ditambahkan paling
besar. Hal ini dapat diartikan bahwa kehidupan mikroorganisme EM4 pada konsentrasi 40% lebih
lama beradaptasi dengan media kehidupannya. Lamanya proses adaptasi secara langsung akan
mempengaruhi proses penguraian pada masa adaptasi tersebut. Menurut Fardiaz (1992) serta Pelczar
dan Chan (1986), Fase adaptasi dapat juga dikatakan sebagai fase pertumbuhan lambat. Pada fase ini,
pertumbuhan berjalan lambat atau bahkan belum terjadi pembelahan dikarenakan beberapa enzim
belum disintesis. Lamanya fase adaptasi berbeda-beda tergantung dari kecepatan penyesuaian diri
dengan lingkungan sekitarnya.
Di sisi lain, semakin lama proses fermentasi yang terjadi pada penambahan EM4 40%
menghasilkan persentase reduksi yang paling tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kehidupan EM4
40% yang optimal dan berada pada fase logaritmik. Optimalisasi kehidupan mikroorganisme dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah nutrisinya. Pada penambahan EM4
sebanyak 40% diikuti dengan penambahan gula sebagai nutrisinya sebanyak 40 mg. Menurut Buckle
et al., (1985), medium pertumbuhan merupakan nutrisi untuk tumbuh mikroba dimana harus
mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba dalam proporsi yang serupa
(isotonik) dengan sel mikroba. Mikroorganisme juga sama seperti makhluk lainnya yang
membutuhkan suplai makanan sebagai sumber energi dan penyedia unsur-unsur kimia dasar bagi
pertumbuhan sel, seperti karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, zat besi, dan
sejumlah kecil logam lainnya.
Pada grafik perlakuan 0% EM4 yang berarti bahwa tidak ada penambahan EM4 pada

5
Lingkungan Tropis, vol 9, no. 1, Maret 2015: 1-10

perlakuan tersebut menunjukkan terjadi juga pengurangan jumlah padatan limbah. Akan tetapi,
pengurangan jumlah padatan ini dimungkinkan karena adanya protein limbah ikan yang larut dalam
air. Menurut Suprihatin (2009), ada protein yang dapat larut dalam air dan ada pula yang tidak larut
dalam air. apabila daya protein berkurang di dalam suatu larutan, maka protein akan terpisah sehingga
terjadi endapan atau menggumpal. Proses larutnya protein ini tergantung pula dengan lamanya protein
tersebut berada di dalam larutan.

Karakteristik Limbah
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) yang diukur di dalam penelitian yang menggunakan proses fermentasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme pada saat proses
fermentasi. Menurut Gita dan Ika (2013), faktor pH sangat berperan dalam dekomposisi anaerob
karena pada rentang pH yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Dari hasil pengamatan diperoleh perubahan pH selama proses
fermentasi sebagaimana ditampilkan pada tabel 4 dan grafik 2.

Tabel 4. Nilai derajat keasaman (pH) pada berbagai perlakuan.

Lama Fermentasi (hari)


Perlakuan
0 1 3 5 7
0% 7,15 7,10 6,90 6,20 5,80
20% 7,15 6,70 5,35 5,05 5,40
30% 7,15 6,50 5,25 4,90 5,45
40% 7,15 5,50 5,25 4,60 5,80
Sumber: Hasil Pengukuran.

Grafik 2. Nilai derajat keasaman.

Berdasarkan tabel 4 maupun grafik 2 Menurut Andriani et al., (2013), nilai pH


diperoleh informasi bahwa derajat keasaman atau suatu produk fermentasi dipengaruhi oleh
nilai pH tertinggi terjadi pada perlakuan EM4 lamanya inkubasi. Semakin bertambah waktu
40% dengan lama fermentasi 5 hari, yaitu 4,63 inkubasi dengan penambahan Saccharomyces
dan pH terendah terjadi pada perlakuan awal, cerevisiae, maka nilai pH yang dihasilkan akan
yaitu 0 hari sebesar 7,15. Perubahan nilai pH semakin menurun atau menjadi lebih asam.
yang terjadi selama perlakuan dipengaruhi oleh Ditambahkan Karlina (2008) dalam Andriani et
adanya aktivitas mikroorganisme yang terdapat al., (2013) menyatakan bahwa semakin lama
di dalam EM4. fermentasi terjadi, maka akan menyebabkan

6
Reduksi Limbah Ikan (Andri Kurniawan)

kadar keasaman semakin tinggi sehingga pH dihubungkan dengan fermentasi oleh EM4, maka
akan semakin menurun. Selain itu, pada awal makro molekul tersebut akan dirombak menjadi
fermentasi ditambahkan gula sebagai sumber mikro molekul dan produk akhir fermentasi, baik
karbon bagi pertumbuhan mikrooganisme EM4. berupa buih, bau, ataupun gas-gas seperti metan,
Menurut Fahmi (2012), karbohidrat yang tersedia CO2, H2S. Menurut Hambali et al., (2008) dalam
digunakan untuk memecah gula menjadi alkohol Azizah et al., (2012), satu molekul glukosa
dengan bantuan yeast Sacharomyces cereviceae tersedia, maka akan dipecah oleh Saccharomyces
dan kemudian dilanjutkan dengan mengubah cerevisiae menjadi dua molekul alkohol dan dua
alkohol menjadi asam cuka (asam asetat). molekul gas CO2. Gas CO2 yang dihasilkan
Menurut Azizah et al., (2012), proses fermentasi memiliki perbandingan stoikiometri yang sama
bioetanol tidak hanya menghasilkan etanol tetapi dengan etanol yang dihasilkan, yaitu 1:1.
juga hasil samping (by product) yang berupa gas Ditambahkan oleh Richana (2011) dalam Azizah
CO2. Seiring meningkatnya lama fermentasi, (2012), meskipun secara teori perbandingan
produksi gas CO2 juga semakin bertambah antara produksi gas dan produksi alkohol adalah
meskipun hasilnya tidak signifikan. Peningkatan 1:1, namun pada kenyataannya hanya 70-80%
produksi gas ternyata juga diikuti dengan gas yang dapat diukur. Menurut Rodjaroen
penurunan nilai pH dimana produksi gas juga (2012), pembentukan gas selama proses
berkontribusi terhadap nilai pH. Hal ini juga fermentasi juga dihubungkan dengan
didukung oleh Kartohardjono et al., (2007) kemampuan mikroorganisme
dalam Azizah et al., (2012) bahwa gas CO2 Rhodopseudomonas spp sebagai penghasil
sering disebut gas asam (acid whey) karena gas hidrogen melalui konversi asam organik.
CO2 memiliki sifat asam. Oleh karena itu, gas Selain terbentuknya gas di dalam botol
CO2 juga berkontribusi terhadap nilai pH. fermentor, perubahan aroma pupuk cair juga
terjadi. Pada awalnya, pupuk cair beraroma
Karakteristik Visual Produk busuk limbah ikan dan seiring lamanya
Di dalam proses fermentasi limbah ikan fermentasi akan berubah menjadi aroma masam
yang dilakukan di dalam penelitian ini dan berbau alkoholik khas fermentasi. Hal ini
menggunakan fermentasi anaerob. Fermentasi seperti pendapat Wignyanto (2001) dalam Indah
yang dilakukan secara anaerob dikarenakan dan Susanto (2014), perubahan pH dalam
biokatalisator berupa EM4 merupakan fermentasi dikarenakan dalam aktivitasnya sel
mikroorganisme anaerobik. Beberapa khamir selain menghasilkan etanol sebagai
karakteristik visual yang terjadi selama proses metabolit primer juga menghasilkan asam-asam
fermentasi berupa aroma, gas, buih, warna, dan organik seperti asam malat, asam tartarat, asam
endapan dimana hasil penelitian tersebut sitrat, asam asetat, asam butirat dan asam
ditampilkan pada tabel 5 (lampiran). propionate sebagai hasil sampingan.
Menurut Winarno et al., (1980), Berdasarkan spesifikasi produk EM4,
fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikrooganisme yang terkandung di dalamnya
mikroba penyebab pemecahan substrat organik adalah bakteri asam laktat (Lactobacillus sp),
yang sesuai. Proses fermentasi dapat jamur fermentasi (Saccharomyces sp), bakteri
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan fotosintetik (Rhodopseudomonas sp) dan bakteri
sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan Actinomycetes. Menurut Wididanadan Higa
pangan tersebut. Hasil fermentasi terutama (1993) dalam Hastuti (2009), penggunaan
tergantung pada jenis bahan pangan atau substrat, mikrobia terpilih EM4 dapat mempercepat
jenis mikroba, dan kondisi di sekelilingnya yang dekomposisi bahan organik dari 3 bulan menjadi
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan 7-14 hari. Produk EM4 merupakan kultur
metabolisme mikroba tersebut. campuran mikrobia terpilih yang bekerja secara
Menurut Colic et al., (2011) dalam sinergik dalam proses dekomposisi.
Oktavia et al., (2012), tipe utama dari limbah
yang ditemukan pada industri pengolahan Potensi Pupuk Cair
perikanan adalah darah, kulit, kepala ikan, sisik, Menurut Olsen dan Olsen (2011)
tulang ataupun sisa daging yang menempel pada beberapa produk yang dapat dihasilkan dari
tulang. Dengan demikian, limbah ikan dapat pengolahan limbah ikan antara lain pakan ternak,
dikatakan masih memiliki kandungan gizi, yaitu biodiesel, biogas, kemasan makanan, kosmetik,
protein, lemak, zat padatan terlarut, mikro isolasi enzim, dan termasuk pupuk. Berdasarkan
mineral, dan lain sebagainya. Apabila hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data

7
Lingkungan Tropis, vol 9, no. 1, Maret 2015: 1-10

potensi pupuk cair yang dihasilkan sebagaimana tertera pada tabel 6 dan grafik 3.

Tabel 6. Jumlah pupuk cair (ml) pada berbagai perlakuan.

Lama Fermentasi (hari)


Perlakuan
0 1 3 5 7
0% 500 510 514 520 527
20% 500 545 556 560 535
30% 500 560 570 573 563
40% 500 530 545 565 555
Sumber: Hasil Pengukuran

Grafik 3. Potensi produksi pupuk cair.

Berdasarkan tabel 6 maupun grafik 3 Pada penelitian ini, proses biokonversi limbah
diperoleh informasi bahwa jumlah produksi padat menjadi pupuk cair melalui proses
cairan tertinggi terjadi pada hari kelima pada hidrolisis yang dipengaruhi oleh kehidupan
semua perlakuan. Selanjutnya kecenderungan mikroorganisme di dalam EM4 dan juga
mengalami penurunan jumlah cairan dikarenakan lingkungan awal serta kondisi lingkungan yang
mulai terbentuknya buih yang banyak pada hari terbentuk selama fermentasi.
ketujuh. Sedangkan pada kontrol masih terjadi Berdasarkan grafik 3 diketahui bahwa
peningkatan jumlah cairan hingga hari ketujuh. reduksi limbah padat menjadi pupuk cair
Menurut Basmal (2010), limbah padat perikanan tertinggi terjadi pada penambahan EM4 sebanyak
dapat diproses menjadi pupuk cair dengan cara 30% pada hari ke-5 fermentasi. Berdasarkan
hidrolisis baik secara biologis maupun kimia hasil penelitian diketahui bahwa pada perlakuan
dalam suasana asam (pH berkisar 5) sehingga EM4 30% dengan 5 hari fermentasi
bakteri pembusuk tidak dapat hidup. Dengan menghasilkan nilai pH 5. Selanjutnya, nilai pH
reaksi asam, bakteri asam laktat akan merombak ini akan mempengaruhi pertumbuhan optimal
limbah padat perikanan menjadi cair. Pada proses mikroorganisme dan kemudian aktivitas
hidrolisis yang sempurna bakteri pembusuk tidak kehidupan tersebut akan menghasilkan metabolit
dapat tumbuh dan hasil hidrolisis dapat disimpan yang turut juga mempengaruhi kehidupannya
lama. Gildberg (1978) dalam Abun (2006) sebagaimana yang terjadi pada fase logaritmit,
mengemukakan bahwa pengolahan limbah ikan fase stasioner, hingga fase kematian
secara kimiawi menghasilkan produk berbentuk mikroorganisme.
cair karena protein ikan dan jaringan struktur
lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang
lebih kecil oleh enzim yang terdapat pada ikan.

8
Reduksi Limbah Ikan (Andri Kurniawan)

KESIMPULAN
Dari hasi penelitian dapat diambil fermentasi 7 hari, yaitu sebesar 33%. Diperoleh
beberapa kesimpulah bahwa limbah ikan yang hasil bahwa derajat keasaman (pH) tertinggi
belum banyak dimanfaatkan sehingga menjadi terjadi pada penambahan konsentrasi 40% EM4
produk yang tidak memiliki nilai ekonomis dengan lama fermentasi 5 hari, yaitu 4,63 pada
bahkan menjadi cemaran bagi lingkungan rentang pH (4,5-7). Dari perbedaan konsentrasi
ternyata berpotensi menjadi produk yang bernilai EM4 dan lama fermentasi ini menghasilkan
ekonomis. Di sisi lain pemanfaatan ini akan perubahan karakteristik berupa aroma, warna,
membantu mengurangi limbah organik di buih, dan gas yang tidak signifikan. Sedangkan
lingkungan. Konsentrasi EM4 dan lama potensi jumlah pupuk cair terbanyak yang
fermentasi memiliki korelasi yang positif dihasilkan dalam penelitian ini terjadi pada
terhadap reduksi limbah. Persentase reduksi fermentasi hari ke-5 dan penambahan konsentrasi
tertinggi pada penelitian ini terjadi pada 30% EM4, yaitu sebanyak 573 ml.
penambahan konsentrasi 40% EM4 dengan lama

Saran

Mengingat keterbatasan dalam berbagai fisika, kimia, dan biologi pupuk cair oragnik
hal, perlu adanya penelitian lanjutan tentang yang dihasilkan pada perlakuan penambahan
pengaruh pH dan sumber karbon yang berbeda 40% EM4 yang mengacu pada standar pupuk
terhadap reduksi limbah ikan dengan cair organik sesuai dengan Standar Nasional
penambahan konsentrasi 40% EM4. Selanjutnya Indonesia atau Peraturan Menteri Pertanian.
perlu adanya penelitian tentang karakteristik

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih kepada Wakil Dekan laboratorium kimia ibu Yulizar, ST yang


Perikanan, Pertanian, dan Biologi bapak Andri bersedia memberikan waktunya dalam
Kurniawan, S.Pi., M.P selaku dosen pembimbing membimbing. Kepada Ajie Prayoga Sani dan
dan penguji yang telah bersedia membimbing, teman-teman selaku mahasiswa Universitas
membantu dan menguji dengan baik terkait Bangka Belitung yang telah membantu dalam
dengan penelitian ini. Kepada kepala menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abun. Efek Pengolahan Secara Kimiawi dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol,
Biologis Terhadap Kandungan Gizi dan Nilai Ph, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Energi Metabolis Limbah Ikan Tuna (Thunnus Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit
Atlanticus) pada Ayam Broiler. Jurnal Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
Bionatura. Vol. 8, No. 3 (2006): 280 291. Vol. 1 No. 2 (2012).
Andriani. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Basmal, J. Teknologi Pembuatan Pupuk Organik
Kualitas Tepung Telur Pan Drying ditinjau Cair Kombinasi Hidrolisat Rumput Laut
dari Nilai Ph, Daya Larut dan Kadar Protein Sargassum sp. dan Limbah Ikan. Squalen
Terlarut http://fapet.ub.ac.id/wp- Vol. 5 No. 2 (2010).
content/uploads/2013/04/pengaruh-lama- Buckle, K. A., R. A. Edwards., G. H. Fleet., dan M.
fermentasi-terhadap-kualitas-tepung-telur-pan- Wootton. Food Science. Departement of
drying-ditinjau-dari-nilai-ph-daya-larut-dan- Education and Culture. Directorate General of
kadar-protein-terlarut.pdf (diakses 6 mei Higher Educational. International
2014). Development Program of Australian
Arikuntoro, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan University and Colleges. Diterjemahkan Oleh
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Purnomo, H dan Adiono. Ilmu Pangan.
Azizah, N., A. N. Al-Baarri., dan S. Muly. Pengaruh Jakarta: UI Press, (1985): Hal 37, 40-41.

9
Lingkungan Tropis, vol 9, no. 1, Maret 2015: 1-10

Colic et al., (2011) dalam Oktavia et al., Gula Pasir dan Lama Fermentasi Terhadap
http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp- Karakteristik Sirup Temulawak (Curcuma
ontent/uploads/2013/02/JURNAL-1- xanthorrhiza Roxb). Universitas Brawijaya
Pengolahan-Limbah-Cair-Perikanan- Malang, (2014).
Menggunakan-Konsorsium-Mikroba.pdf. Olsen, E. and Olsen, R. Fish Offal from Aquaculture
(2012). as Fertilizer. Report to the Nordic Council of
Fahmi, W. W. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Ministers The Environment Agency. Faroe
Konsentrasi Asam Asetat Hasil Fermentasi Islands, (2011).
Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca) Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. Elements of
dengan Menggunakan Fermentor. Semarang: Microbiology. New York: Mc Graw Hill
Universitas Diponegoro, 2012. Book Company, 1986. Diterjemahkan oleh
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Hadioetomo, R. S., T. Imas., S. S. Tjitrosomo.,
Gramedia Pustaka Utama, (1992): 100-213. dan S. L. Angka. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Fitrta, Y. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Jakarta: UI Press, (1986):150.
Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Rodjaroen, S. Production Hydrogen from Nostoc sp.
Asam Asetat dan EM4 (Effective TISTR 8872 BIOMASS: Application of
Microorganisme 4). Skripsi., Program Studi Photosynthetic Fermentation by
Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Rhodopseudomonas sp. TISTR 1953. 1st Mae
Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Fah Luang University International
(2008). Conference, (2012).
Hastuti. Aplikasi Kompos Sampah Organik Suprihatin. Hidrolisis Protein dari Buah Lamtoro,
Berstimulator EM4 untuk Pertumbuhan dan (2009).
Produksi tanaman Jagung. Universitas Winarno, F. G., S. Fardiaz., dan D. Fardiaz. Pengantar
Diponegoro, (2009). Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia
Indah, R. E dan W. H. Susanto. Pengaruh Pemberian Pustaka Utama, Hal 7: 14.

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai