Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perputaran Piutang

2.1.1 Piutang

Pengertian piutang menurut Smith (2005 : 286) :

Piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap
pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah
ini umumnya diterpakan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan
melalui penerimaan kas.

Menurut James (2005 : 258) pengertian piutang meliputi :

Jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah
membeli barang atau memakai jasa secara kredit.

Menurut Warren (2005 : 392) menyatakan bahwa :

Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya,
termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian piutang


adalah hak pelanggan yang digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan kredit
dalam bentuk uang.

Menurut Warren (2005 : 392), jenis piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu:

1. Piutang Usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara

30 - 60 hari.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:95) piutang usaha adalah :

Tagihan kepada pihak lain (kreditor/langganan) sebagai akibat adanya


penjualan barang dagangan secara kredit, pada dasarnya piutang bisa timbul
tidak hanya dari penjualan barang dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal
lain, misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan aktiva secara
kredit, piutang karena penjualan saham secara angsuran atau adanya uang muka
untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya.

2. Piutang Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya
lebih dari 60 hari.

Menurut Dunia (2008:145) piutang wesel adalah :

Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel
atau perjanjian uang yang diatur dalam undang-undang.

3. Piutang Lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu

1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun jika piutang tersebut

tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak

lancar.

Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan, maka

pada umumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Oleh karena itu pada

saat penyerahan produk tidak terjadi penerimaan kas dan justru menimbulkan

piutang. Disaat terjadinya piutang maka terjadi aliran kas masuk pada perusahaan.

Penjualan kredit dapat merangsang pembeli maupun pelanggan agar membeli dalam

jumlah besar yang membutuhkan investasi pada aktiva lancar dan menimbulkan

biaya lainnya.

Menurut Kasmir (2011:293), menyatakan ada 3 tujuan piutang, yaitu :

1. Meningkatkan penjualan

Meningkatkan penjualan dapat diartikan agar omzet penjualan meningkat atau

bertambah dari waktu ke waktu. Dengan penjualan kredit diharapkan penjualan

dapat meningkat mengingat sebagian besar pelanggan kemungkinan tidak

mampu membeli secara tunai.

2. Meningkatkan laba

Meningkatkan penjualan memang tidak identik dengan meningkatkan laba atau

keuntungan. Namun, dalam praktiknya, apabila penjualan meningkat,

kemungkinan besar laba akan meningkat pula. Hal ini akan terlihat dari omzet

penjualan yang dimilikinya. Jadi dengan memberikan kebijakan penjualan


secara kredit akan mampu meningkatkan penjualan sekaligus keuntungan.

3. Menjaga loyalitas pelanggan

Menjaga loyalitas pelanggan artinya terkadang tidak selamanya pelanggan

memiliki dana tunai untuk membeli barang dengan alasan tertentu sehingga jika

dipaksakan, mungkin pelanggan tidak akan membeli produk kita, bahkan tidak

menutup kemungkinan berpindah ke perusahaan lain. Oleh karena itu, untuk

mempertahankan pelanggan, perusahaan dapat memberikan pelayanan

penjualan kredit.

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar.

Periode berputar atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung

kepada syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat dalam piutang, ini

berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.

Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat diketahui dengan

membagi jumlah kredit penjualan selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata

piutang (Gitosudarmo, 2002:91).

2.1.2 Perputaran Piutang

Perputaran piutang atau rasio perputaran piutang (Receivable Turnover)

menurut Kasmir (2013:176) adalah :

Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang


selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini
berputar dalam satu periode, semakin tinggi rasio perputaran piutang
menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin
rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi
ini bagi perusahaan semakin baik, sebaliknya jika rasio semakin rendah ada
over investment dalam piutang.

Sedangkan, menurut Jumingan (2011:127) perputaran piutang yang semakin

tinggi adalah semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk

piutang akan semakin rendah, naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi
oleh hubungan perubahan penjualan dan perubahan piutang, misalnya perputaran

piutang turun bila penjualan turun tetapi piutang meningkat, turunnya piutang tidak

sebanyak turunnya penjualan, naiknya penjualan tidak sebanyak naiknya piutang,

penjualan turun tetapi piutang tetap atau piutang naik tetapi penjualan tetap.

Adapun rumus rasio perputaran piutang menurut K.R & Wild (2010:45)

adalah sebagai berikut :

Menurut Riyanto (2001:91) Tinggi rendahnya receivable turnover

mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan

dalam piutang, makin tinggi turnovernya berarti makin cepat perputarannya, yang

berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk

mempertahankan net credit sales tertentu dengan naiknya turnovernya, dibutuhkan

jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

perputaran piutang adalah ukuran seberapa sering piutang dikonversi menjadi kas

dalam suatu periode, yang dihitung dari penjualan bersih dibagi rata-rata piutang.

Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung terhadap besar

kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin tinggi perputarannya

berarti semakin pendek waktu terikatnya modal piutang, sehingga untuk

mempertahankan net kredit sales dengan naiknya perputaran piutang dibutuhkan

jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.

Menurut Munawir (2004:75) kenaikan perputaran piutang disebabkan oleh :

1. Naiknya penjualan dan turunnya rata-rata piutang


2. Turunnya rata-rata piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang

lebih besar

3. Turunnya penjualan diikuti turunnya rata-rata piutang dalam jumlah yang

lebih besar

4. Naiknya penjualan dengan rata-rata piutang yang tetap

5. Turunnya rata-rata piutang sedangkan penjualan tidak berubah

Menurunnya perputaran piutang menurut Munawir (2004:75) disebabkan oleh

1.. Turunnya penjualan dan naiknya rata-rata piutang

2. Naiknya rata-rata piutang dan diikuti naiknya penjualan dalam jumlah yang

lebih besar

3. Naiknya penjualan diikuti naiknya rata-rata piutang dalam jumlah yang lebih

besar

4. Turunnya penjualan dengan rata-rata piutang tetap

5. Naiknya rata-rata piutang sedangkan penjualan tidak berubah

2.2 Kredit Modal Kerja

2.2.1 Kredit

Istilah kredit berasal dari Bahasa Yunani yaitu Credere berarti Kepercayaan
atau dalam bahasa lain Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dasar
kredit adalah kepercayaan, oleh karena itu jika seseorang telah memperoleh kredit
berarti telah memperoleh kepercayaan.
Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan
prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan disertai
dengan suatu kontraprestasi berupa bunga (Fahmi, 2008:6).
Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal mana pihak
peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga yang telah ditentukan (Suhardjono, 2003:11).
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kredit menurut Tjoekam
(2002:2) adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan
Adalah keyakinan dari kreditur bahwa prestasi yang diberikan akan benar-
benar dikembalikan oleh debitur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan.
2. Kreditur
Adalah orang atau suatu badan yang memiliki prestasi dan bersedia
memberikan prestasi berikut kontra prestasinya.
3. Debitur
Adalah orang yang membutuhkan prestasi dan berkewajiban mengembalikan
prestasi berikut kontra prestasinya.
4. Kesepakatan
Suatu consensus mengenai simpan pinjam antara kreditur dan debitur.
5. Jangka Waktu
Adalah suatu masa antara penyerahan prestasi oleh kreditur dengan saat
pengembalian prestasi oleh kreditur dengan saat pengembalian prestasi
berikut kontra prestasinya.
6. Risiko
Adalah tingkat risiko yang dihadapi akibat adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian kredit dengan kontra prestasinya, semakin
lama kredit diberikan semakin tinggi risikonya.
7. Prestasi atau kontra prestasi
Prestasi adalah objek kredit yang diberikan dalam bentuk uang sedangkan
kontra prestasi adalah balas jasa debitur kepada kreditur berupa bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis


kredit. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis,
begitu pula dengan pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian kredit
oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai
segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu mengingat setiap
jenis usaha memiliki berbagai karateristik tertentu. Kredit dapat dibedakan menjadi 5
macam (Kasmir, 2004) yaitu:

1. Dilihat dari segi kegunaan kredit


a. Kredit investasi
Kredit investasi yaitu kredit jangka panjang yang biasanya untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek baru untuk keperluan rehabilitasi.
Contohnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja
diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit


a. Kredit produktif
Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi. Sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan
menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk
digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit
untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabot rumah tangga.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai
aktivitas perdagangan seperti untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu


a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk
peternakan, misalnya kredit peternakan ayam.

b. Kredit jangka menengah


Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan
biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit
untuk pertanian seperti jeruk.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini
untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi sektor usaha


a. Kredit pertanian
Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian.
b. Kredit industri
Kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri
menengah atau industri besar.
c. Kredit pertambangan
Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai
biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas,minyak atau timah.
d. Kredit pendidikan
Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau
berupa kredit untuk pembiayaan pendidikan.
e. Kredit perumahan
Kredit untuk membiayai pembangunan perumahan dan biasanya berjangka
waktu panjang.

5. Dilihat dari segi jaminan


a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu
jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan


Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang. Kredit jenis ini
diberikan dengan menilai dan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau
nama baik calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

2.2.2 Modal Kerja

Definisi Modal Kerja menurut Keown et al (2010) adalah :


Investasi total perusahaan pada aktiva lancar atau aktiva yang diharapkan
dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu
tahun.

Gambaran yang lebih jelas mengenai modal kerja ada beberapa pendapat

menurut para ahli mengenai pengertian modal kerja diantaranya :

Menurut Harahap (2007:288) modal kerja adalah :

Aktiva lancar dikurangi utang lancar, modal kerja dapat juga dianggap
sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau
untuk membayar utang lancar.
Sawir (2005:129) menyatakan bahwa modal kerja adalah:

Keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula


dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari.
Sedangkan, menurut Munawir (2002:115) modal kerja adalah :

Kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva
lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik
perusahaan.

Djarwanto (2001:85) menyatakan bahwa setiap perusahaan perlu

menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari

seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang

dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya,

sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut

diharapkan akan kembali lagi masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu yang

pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya, uang yang

masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang dagangan tersebut akan

dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya, dengan

demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap

periodenya sepanjang hidupnya perusahaan (Djarwanto, 2001:85).


Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian modal kerja,

maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah kelebihan dari aktiva lancar diatas

hutang lancarnya yang benar-benar digunakan untuk membiayai kegiatan operasi

perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji

pegawai, dimana uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi

masuk ke dalam perusahaan dalam waktu jangka pendek.

Mengenai pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan adanya beberapa

konsep pengertian modal kerja (Riyanto, 2008:57), yaitu :

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam pada unsur-unsur

aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali

dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan

dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Modal kerja menurut konsep ini

adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar dan sering disebut sebagai modal

kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kualitatif

Pengertian modal kerja ini dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau

hutang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva

lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus

dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk

membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut

konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan

untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang

merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya, sering disebut modal

kerja neto (net working capital).

3. Konsep Fungsionil
Konsep fungsionil mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan

pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan

untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja dalam konsep ini adalah

keseluruhan aktiva lancar ditambah penyusutan dari aktiva tetap pada tahun

bersangkutan (Riyanto, 2008:57).

Jenis-jenis modal kerja menurut Riyanto (2008:61) dapat digolongkan sebagai

berikut :

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan

untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang

secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen

ini dapat dibedakan dalam :

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada

perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal atau dinamis.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara lain :

a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

disebabkan karena fluktuasi musiman.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah


disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja darurat adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

disebabkan karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

(misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi

yang mendadak).

Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup menurut Munawir

(2004:116) adalah sebagai berikut :

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar,

seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan

karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek

tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga

mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa

yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna

melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan

kepada pelanggan.

7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak

ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan.

8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

2.2.3 Kredit Modal Kerja

Anda mungkin juga menyukai