PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Artinya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!"
Jelas sekali bahwa manusia hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan. Karena
tanpa pendidikan hidup manusia akan tidak teratur bahkan bisa merusak sistem
kehidupan di dunia. Hal ini terbukti dengan pendidikan Nabi Adam yang diterima
langsung dari Tuhan.
Dalam Bahasa Indonesia kata pendidikan berangkat dari kata dasar didik yang
mempunyai arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Karena kata tersebut mendapat imbuhan pe-
an, maka pendidikan bermakna sebuah proses.
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi, tujuan,
kurikulum, bahan ajar, pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dan lingkungan. Di
antara kedelapan aspek tersebut satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan.
Karena aspek tersebut saling berkaitan sehingga membentuk satu sistem. Salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek
pendidik atau guru.
Begitu besar peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan, oleh
karena itu seorang pendidik dituntut harus bisa mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Pendidik sebagai tonggak utama penentu keberhasilan untuk mencapai
tujuan pendidikan, haruslah menyadari profesinya. Sebagaimana dikeseharian, tugas
formal seorang guru tidak sebatas berdiri di hadapan peserta didik selama berjam-jam
hanya untuk mentransfer pengetahuan pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga
menyandang predikat sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru oleh peserta didik
dalam segala aspek kehidupan, hal inilah yang menuntut agar guru bersikap sabar,
jujur, dan penuh pengabdian. Sebab dalam konteks pendidikan, sosok pendidik
mengandung makna model atau sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan dan
teladan bahkan konsultan bagi peserta didiknya.
Semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan peserta didik. Guru sangat berperan dan mempunyai peran yang cukup
besar terhadap kematangan intelektual, spiritual, dan emosional peserta didik. Dalam
dunia pendidikan, komponen Guru sangatlah penting, yakni orang yang
bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik, dan bertanggungjawab atas
segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam rangka membina anak didik agar
menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa.
Peran guru sebagai pelaksana dari sebuah kegiatan pendidikan tentu harus
didukung dengan beberapa separangkat keahlian. Dalam istilah lainnya, guru juga
mempunyai batasan-batasan tertentu sehingga ia dikatakan sebagai pendidik atau guru
yang profesional. Hal ini perlu ditekankan, mengingat banyak orang yang berprofesi
sebagai guru tapi tidak bertindak dan berakhlak layaknya seorang guru profesional.
Maka dari itu kita selaku pendidik sudah menjadi ketentuan kita mengetahuin konsep
guru profesional dalam islam itu seperti apa,agar kelak kita sebagai pendidik mampu
mewujudkan insan-insan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tugas Dan Kewajaiban Guru ?
2. Bagaimana Interaksi Guru Dengan Peserta Didik ?
3. Bagaimana Etos Kerja Guru ?
4. Bagaimana Murid Sebagai Objek Dan Subjek Pendidikan ?
5. Bagaimana Adab Murid Terhadap Guru ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas
Kajian Islam Profesi juga agar dapat menambah wawasan penulis dan pembaca
mengenai Konsep Guru Profesional Dalam Islam yang diantaranya ialah :
1. Mengetahui Bagaimana Tugas Dan Kewajiban Guru
2. Mengetahui Bagaimana Interaksi Guru Dengan Peserta Didik Yang
Seharusnya
3. Mengetahui Bagaiman Etos Kerja Guru
4. Mengetahui Murid Sebagai Objek Dan Subjek Pendidikan
5. Mengetahui Bagaimana Adab Murid Terhadap Guru
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar Definisi ini cakupan
maknanya sangat luas, mengajar apa saja bisa disebut guru, sehingga ada sebutan guru
ngaji, guru silat, guru olah raga, dan guru lainnya. Dalam dunia pendidikan, sebutan
guru dikenal sebagai pendidik dalam jabatan. Pendidik jabatan yang dikenal banyak
orang adalah guru, sehingga banyak pihak mengidentikkan pendidik dengan guru.
Sebenarnya banyak spesialisasi pendidik baik dalam arti teoritisi maupun praktisi
yang pendidik tapi bukan guru. Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah semua
pihak yang berusaha memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa orang tua
(ayah-ibu), paman, kakak, tetangga, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat
luas. Khusus orang tua, Islam memberikan perhatian penting terhadap keduanya
sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, serta sebagai peletak fondasi
yang kokoh bagi pendidikan anak-anaknya di masa depan. Banyak dalil naqli yang
menunjukkan hal ini, misalnya sabda Rasulullah SAW :
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanya yang menjadikan
mereka beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhari).
Ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang biasa dipakai sebagai sebutan bagi
para guru, yaitu ustdz, muallim, mursyd, murabb, mudarris, dan mu-addib. Istilah-
istilah ini, dalam penggunaannya, memiliki makna tertentu.
A. Tugas dan Kewajiban Guru
2 Ibid, hlm 51
2. sebagai pembimbing
3. sebagai administrator kelas
Sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar
mengajar. tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis
besarnya meliputi empat pokok, yaitu:
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar mengajar
3. melaksanakan, memimpin, dan mengelola proses belajar mengajar, dan
4. menilai kegiatan belajar mengajar
sebagai pembimbing guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada
pelajar dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar pelajar
berkaitan erat dengan berbagai masalah diluar kelas yang sifatnya non akademis.
Tugas guru sebagai administrator, mencakup ketatalaksanaan bidang,
pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah,
memanfaatkan prosedur dan mekanismepengelolaan tersebut untuk melancarkan
tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.
Disamping memiliki tugas tugas diatas, guru memiliki juga kewajiban yang
berhubungan juga dengan kedudukannya sebagai salah satu komponen tenaga
kependidikan. Kewajiban dimaksud dikemukakan didalam UUSPN Pasal 31 sebagai
berikut :
a) membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideology Negara
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
b) menjunjung tinggi kebudayaan bangsa
c) melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian
d) meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa;
e) menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat,
bangsa dan Negara.[3]
Ahmad Tafsir didalam bukunya "Ilmu Pendidikan Islam" menjelaskan bahwa
tugas seorang guru adalah mendidik. Yang paling utama dari sekian tugas guru adalah
3 Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : 2001), hlm
2-4
mengajar dan semua tugas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pengajaran.
Tugas guru dapat dirincikan sebagai berikut:
a) membuat persiapan mengajar
b) mengajar
c) mengevaluasi hasil pengajaran.
Setelah tugas ini jelas dan dilaksanakan dengan baik, barulah guru dituntut
melaksanakan tugas tugas mendidik yang lainnya.[4]
Selanjutnya, Undang-Undang No 14/2005 tentang guru dan dosen yang telah
diundang pada 30 september 2005 yang menjadi payung regulasi dalam peran, fungsi,
status, dan eksistensi guru. Disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.[5]
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa, tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati
manusia (peserta didik) untuk taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah).
Dalam pandangan Islam, secara umum guru juga bertugas mendidik, yaitu
mengupayakan seluruh potensi anak didik, yang meliputi potensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik.[6]
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan islam
secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Perbedaannya
bukan pada tugas yang dilaksanakan, tetapi pada filsafat yang dianut; system filsafat
Barat memang berbeda dengan system filsafat muslim.[7]
Ada pernyataan tentang tugas guru, yaitu:
4 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA 2012), hlm 135-136
6 Zainuddin, H.M, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga Kontemporer, (Malang: UIN Malang
Press, 2009), hlm. 167.
7 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 126.
1. Guru harus mengetahui karakter murid
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam bidang yang
diajarkannya maupun dengan cara mengajarkannya.
3. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu
yang diajarkannya
Ag. Soejono merinci tugas pendidik sebagai berikut:
1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak anak didik dengan cara
berbagai cara seperti observasi, wawancara, dan lain-lain.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkannya berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik
memilihnya dengan tepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan
anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dari penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.[8]
Dari berbagai penjelasan diatas mengenai tugas pendidik (guru) dalam islam
secara singkat dapat disimpulkan bahwa tugas pendidik (guru) dalam islam adalah
mendidik muridnya, dengan cara mengajar, membimbing dan dengan cara lainnya,
menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai nilai islam.
2. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan Islam
Tanggung jawab merupakan suatu kondisi wajib menanggung segala sesuatu
sebagai akibat dari keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukan (apabila
terjadi sesuatu dapat disalahkan).[9]
Tanggung jawab juga dapat diartikan sebagai suatu kesediaan untuk
melaksanakan dengan sebaik baiknya terhadap tugas yang diamanatkan kepadanya
dengan kesediaan menerima segala konsekuensinya.[10]
8 ibid
9 Novan Ardi Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media 2012), hlm 97
10 ibid
Guru adalah pekerja professional yang secara khusus dipersiapkan untuk
mendidik anak anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya
di sekolah. Guru atau pendidik sebagai orangtua kedua dan sekaligus penanggung
jawab pendidikan anak didiknya setelah kedua orangtua didalam keluarganya
memiliki tanggung jawab pendidikan yang baik kepada peserta didiknya. Dengan
demikian apabila orang tua menjadi penanggung jawab utama ketika anak anak berada
di luar sekolah, guru merupakan penanggung jawab utama anak anak melalui proses
pendidikan formal anak yang berlangsung di sekolah karena tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari sebuah amanat yang dipikulkan di atas pundak para
guru.[11]
Bagi guru pendidikan agama islam (PAI) tugas dan kewajiban sebagaimana
yang dikemukakan diatas merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar
pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Alah SWT menjelaskan dalam (Al Qur'an Surat An
Nisa', 4 : 58).
Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa setiap tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan professional
(professional judgement) secara tepat. Pekerjaan guru menuntut kesungguhan dalam
berbagai hal. Karenanya, posisi dan persyaratan para "pekerja pendidikan" atau orang
orang yang disebut pendidik karena pekerjaan ini patut mendapat pertimbangan dan
perhatian yang sungguh sungguh pula. Pertimbangan tersebut dimasudkan agar usaha
pendidikan tidak jatuh kepada orang orang yang buaka ahlinya, yang dapat
megakibatkan banyak kerugian. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dalam hadits
yang artinya sebagai berikut:
Ketika Nabi SAW berada didalam majelis dan berbicara kepada kaum,
seorang arab badawi dating secara bertanya, "kapan kiamat tiba?" Rasulullah SAW
tarus saja berbicara (seakan akan tidak mendengan pertanyaan orang itu). Sebagian
orang berkata, "Beliau mendengar pertanyaan tadi, tetapi tidak suka dengan apa
yang ditanyakannya." Sebagian lain berkata, "Bahkan Beliau tidak mendengarnya."
Baru ketika pembicaraannya selesai, Beliau bertanya, " mana orang yang bertanya
tentang kiamat tadi?" orang yang bertanya tadi menjawab, " Ini saya ya Rasulullah
SAW." Beliau menjawab, " apabila amanat disia siakan, maka tunggulah kiamat."
11 ibid
Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana menyia nyiakan amanat itu?" Beliau menjawab,
"Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kiamat itu." (HR. Bukhari)
Tanggung jawab guru pendidikan agama Islam terhadap amanatnya sebagai
mana dikemukakan diatas, tegasnya diwujudkan dalam upaya mengembangkan
profesionalismenya, yaitu mengembangkan mutu, kualitas dan tindak tanduknya.[12]
Profesionalisme berasal dari kata profesi, yakni jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian dari para anggotanya. Sebagai sebuah profesi, tidak bisa dikerjakan
oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak dipersiapkan secara khusus
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.[13]
Semantara makna profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan
oleh mereka yang secara khusus dipersiapkan untuk itu.
Berbicara tentang kinerja yang profesional maka perlu diketahui terlebih
dahulu pengertian profesi sebagai bentuk dasar kata profesional tersebut. Sikun
Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik mendefinisikan profesi sebagai
berikut:
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa sebuah profesi mengandung
sejumlah makna yang dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan. (2) Profesi dipilih oleh seseorang atas kesadaran yang dalam.
(3) Dalam profesi terkandung unsur pengabdian.
Dengan demikian, bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan
dengan penuh pengabdian pada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya.
Guru yang profesional akan bekerja dalam bidang kependidikan secara optimal dan
penuh dedikasi guna membina anak didiknya menjadi tenaga-tenaga terdidik yang ahli
dalam bidang yang menjadi spesialisnya.
12 Ibid 5
13 Cece Wijaya, Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), hal. 1.
Pekerjaan guru menutut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi
dan persyaratan para pekerja pendidikan atau orang-orang yang disebut pendidik
karena pekerjaanya itu patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-
sungguh pula.Berikut beberapa tanggungjawab guru sebagai berikut :
1. Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum
2. Tanggung jawab mengembangkan profesi
3. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.
Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum mengandung arti
guru selalu dituntut untuk mencari gagasan baru atau ide-ide baru, menyempurnakan
praktek pendidikan khususnya dalam bidang pengajaran.Tanggung jawab dalam
pengembangan profesi pada dasarnya adalah panggilan untuk mencintai, menghargai,
menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya dan tugas dan
tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Sebagian tugas dan tanggung
jawab profesi guru harus dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dalam
meningkatkan pendidikan.
B. Interaksi Guru Dengan Peserta Didik
1. Intaraksi Guru dan Murid pada Masa Klasik.
Pada masa awal-awal Islam proses pendidikan dilakukan dengan cara atau
metode dan sarana yang sangat sederhana, pembelajaranpun dilakukan pada
mesjid-mesjid dan di rumah-rumah, lembaga pendidikan yang lebih maju baru
pada masa khalifah Abbasiyah yang telah mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan yang lebih modern.
Dalam mengajar, seorang guru menggunakan beberapa cara (pola) dalam
interaksi dengan murid-muridnya misalnya:
1. Halaqah (lingkaran studi).
Cara atau pola interaksi dalam bentuk halaqah seperti ini diterapkan
oleh beberapa tokoh terkenal dalam Islam seperti Ibn Sina dan al-Ghazali,
Ibnu Sina menyelenggarakan halaqah mulai saat fajar hingga pertengahan
waktu pagi. Dalam Halaqah ini dilakukan beberapa kegiatan seperti
berdiskusi dan membaca kitab.[14]
2. Penyajian materi (kuliah).
15Ibid
17 ibid
Di dalam al Quran banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang cara-
cara seseorang untuk menyampaikan pesan-pesan yang baik kepada orang
lain salah satu cara atau metodenya adalah dengan memberikan contoh
teladan, Muhammad Qutbh menjelaskan bahwa, dalam diri Rasulullah itu
terdapat metodologi Islam. metode ini lebih tepat pada pelajaran-pelajaran
yang memiliki aspek moral misalnya akhlak yang termasuk dalam kawasan
afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.[19]
2. Pola Interaksi Belajar-Mengajar Konvensional.
Dalam interaksi belajar yang lebih maju, proses interkasi antara guru dan
murid dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau metode, diharapkan dengan
menggunakan metode yang tepat atau sesuai, maka diharapkan hasil proses
pembelajaran akan semakin maksimal dan tepat sasaran.[20]
Beberapa metode yang umum dan biasa diterapkan dalam proses pembelajaran
adalah
1. Metode ceramah
Ceramah diartikan sebagai cara yang dilakukan pendidik dalam
menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik secara lisan. Tugas
murid adalah sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan
mencatat keterangan-keterangan guru jika diperlukan. Metode ceramah
lebih tepat digunakan dalam penjelasan mengenai fakta atau pendapat
dalam waktu yang singkat dan jumlah siswa yang begitu besar.[21]
2. Metode diskusi
Salah satu cara mempelajari materi ajar dengan memperdebatkan
masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan
objektif. Cara ini menimbulkkan perhatian dan perubahan tingkah laku
murid dalam belajar. selain itu metode ini dapat merangsang dan
18 ibid
b. Subjek Pendidikan
Subjek/pelaku pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Siapa yang dapat disebut subjek evaluasi untuk setiap tes
ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku, karena tidak setiap orang dapat melakukannnya
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya
adalah sasaran belajar, maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen
yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu
sasarannya adalah peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau
petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih
dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara
menilai sikap seseorang.
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta
didik, di mana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan
menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (Standardized
Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog;
yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli
yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa disamping alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur
kepribadian seseorang itu sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran
yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat diinterpretasi dan
disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan
oleh orang lain.
a. Adab Duduk
b. Adab Berbicara
c. Adab Bertanya
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan
bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat
keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam
Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka
mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh
kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang
sudah diketahui jawabannya.
Di dalam Al-Quran terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap
gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir. Pada saat Nabi Musa alihi
salam meminta Khidir untuk mengajarkannya ilmu,
Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang
.tuaku dan guru guruku semuanya
Agama yang mulia ini tak pernah mengajarkan adab seperti itu, tak
didapati di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui kisah Nabi
Musa yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para
sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka.
Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari
tempat duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang
lewat di tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah
majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.
Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para
penuntut ilmu saat ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit
suarapun akan dikejar untuk mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di
hadapannya, belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya,
atau sibuk dengan gadgetnya
e. Mendoakan guru
Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang
.tuaku dan guru guruku semuanya
Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari
mereka adalah yang suka bertaubat (HR. Ahmad)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas Guru Dalam Pendidikan Islam Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik
dengan mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek
kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.Dan tanggung jawabnya sendiri Guru atau
pendidik sebagai orangtua kedua dan sekaligus penanggung jawab pendidikan anak
didiknya setelah kedua orangtua didalam keluarganya memiliki tanggung jawab
pendidikan yang baik kepada peserta didiknya
2. Pola interaksi guru dan peseta didik yaitu Intaraksi Guru dan Murid pada Masa Klasik
dan Pola Interaksi Belajar-Mengajar Konvensional.
3. Etos Kerja Guru yaitu Posisi Etos Kerja dalam Kitabullah dan Konsep Etos Kerja
Guru Dalam Islam
4. Objek Pendidikan adalah Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan
ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan
titik pusat perhatian/pengamatan dan Subjek Pendidikan adalah Subjek/pelaku
pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi.
5. Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan
adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu julukan mereka para
pemegang kemulian ilmu agama.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Bandung, Mizan, 2000
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas,
Bandung, Mizan, 2003.
Dr. Asyraf Hj Ab Rahman, Konsep Kerja dalam Islam
Agus Rasidi, Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW, (Ar-Royyan-3465)
https://muslim.or.id/25497-adab-seorang-murid-terhadap-guru.html