Anda di halaman 1dari 6

EMPATI

Empati adalah keadaan mental yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau
pikiran yang sama dengan orang lain. Dalam istilah lain, empati dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas perasaan seseorang, lalu bertindak untuk
membantunya.

firman Allah Swt. dalam Q.S. an-Nisa/4: 8.




8. dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka
berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
baik.
[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda
pusaka.
[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.

Sikap empati ini akan timbul apabila:


1. Dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,
2. Mampu menempatkan diri sebagai orang lain, dan
3. Menjadi orang lain yang merasakan.
Terkait sikap empati ini, Rasulullah saw. bersabda.

Dari Abi Musa r.a. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Orang mukmin yang satu dengan
yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (H.R. Bukhari)

Perilaku empati terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1. peka terhadap perasaan orang lain,
2. membayangkan seandainya aku adalah dia,
3. berlatih mengorbankan milik sendiri, dan
4. membahagiakan orang lain.

Jasa orangtua:
1. Ibu mengandung dengan penuh susah payah, dan melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya;
2. Ibu menyusui selama dua tahun dengan penuh kasih sayang dan terjaga malam hari karena
memenuhi kebutuhan anaknya;
3. Ibu dan ayah memelihara kita sehingga kita siap untuk hidup mandiri;
4. Ayah dan ibu bekerja keras untuk memenuhi keperluan keluarga;
5. Ayah dan ibu memberi bekal pendidikan;
6. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang dengan ikhlas tanpa meminta balasan.




83. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil
daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

Perilaku menghormati kedua orang tua dapat diwujudkan dengan cara berikut ini.
1. Ketika orang tua masih hidup:
a. Memperlakukan keduanya dengan sopan dan hormat;
b. Membantu pekerjaanya;
c. Mengikuti nasihatnya (apabila nasihat itu baik);
d. Membahagiakan keduanya.
2. Ketika orang tua sudah meninggal;
a. Jika keduanya muslim, kamu dapat mendoakan mereka setiap saat agar mendapat ampunan Allah
Swt;
Doa yang diajarkan Rasulullah saw. demikian:
Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan rahmatilah mereka sebagaimana keduanya
telah memeliharaku pada waktu kecil.
b. Melaksanakan wasiatnya;
c. Menyambung dan melanjutkan silaturahmi yang dahulu sudah dilakukan
oleh kedua orang tua;
d. Menjaga nama baik mereka.

Kita harus berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua. Kita juga diperintahkan untuk
berbuat baik atau berbakti kepada guru. Gurulah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada
kita. Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi manusia yang beriman, mengerti baik dan
buruk, berbudi pekerti luhur, dan menjadi orang yang bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri,
masyarakat, bangsa, maupun negara. Gurulah yang menjadikan kita orang yang pandai dan
memahami ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kita akan memperoleh kedudukan yang tinggi di
Hadapan Allah Swt., sebagaimana firman-Nya.




11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Cara berbakti kepada guru, antara lain dengan bersikap:


1. Mengucapkan salam apabila bertemu;
2. Memperhatikan apabila diajak bicara di dalam dan di luar kelas
3. Rendah hati, sopan, dan menghargai;
4. Melaksanakan nasihatnya;
5. Melaksanakan tugas belajar dengan ikhlas.

(Lihat Tafsir Talil Mutaallim Hal 17-39)

ILMU PENGETAHUAN BANI ABBASIYAH

Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 M, menjadi tonggak awal berdirinya
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah. Khalifah pertama dari Dinasti ini adalah Abdullah As-
Saffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinamakan
Dinasti Bani Abbasiyah karena para pendiri dan khalifah dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas
ibn Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Masa kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H /750 M s/d 656 H /1258 M.
Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia
pertama.
Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari
bangsa Mongol
Terdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat
perencanaan; kota Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota gerakan
praktis.
Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memerintah kurang lebih lima setengah abad
(132-656 H/750-1258 M), mempunyai 37 orang khalifah, yaitu :
Dari Bani Abbas :
1. Abul Abbas As-Saffah (133-137 H/750-754 M)
2. Abu Jafar Al-Mansur (137-159 H/754-775 M)
3. Al-Mahdi (159-169 H/775-785 M)
4. Musa Al-Hadi (169-170 H/785-786 M)
5. Harun Ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M)
6. Al-Amin (194-198 H/809-813 M)
7. Al-Makmun(198-318 H/813-933 M)
8. Al-Mutasim (833-845 M)
9. Al-Watiq (223-228 H/842-847 M)
10. Al-Mutawakkil (233-297 H/847-861 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12. Al-Mustain Billah (tahun 248-252 H/862-866 M
13. Al-Mutaz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15. Al-Mutamad Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16. Al-Mutadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
Dari Bani Buwaihi:
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23. Al-Muthi Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24. Al-Thaii Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26. Al-Qaim Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
Dari Bani Saljuk :
27. Al Mutadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhiu Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mutashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M).

KHALIFAH-KHALIFAH BESAR DINASTI ABBASIYAH


1. Khalifah Abu Jafar Al-Mansur (136-158 H/754-775 M), Pendiri Kota Baghdad
Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah Khalifah kedua Bani Abbasiyah,
putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, dilahirkan di
Hamimah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, adalah wanita dari
suku Barbar. Al-Mansur adalah saudara Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah. Al-
Mansur memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas, dan otak cemerlang.
Ia dinobatkan sebagai putera mahkota oleh kakaknya, Abul Abbas As-Saffah. Selanjutnya,
ketika As-Saffah meninggal, Al-Mansur dilantik menjadi khalifah, saat itu usianya 36
tahun.
Al-Mansur seorang khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, baik budi, dan
pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan berbagai persoalan
yang tengah melanda pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Al-Mansur juga sangat mencintai
ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi
pengembangan peradaban Islam di masanya.
Setelah menjalankan pemerintahan selama 22 tahun lebih, pada tanggal 7 Zulhijjah tahun
158 H/775 M, al-Mansur wafat dalam perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah
Haji, di suatu tempat bernama Bikru Maunah dalam usia 57 tahun. Jenazahnya
dimakamkan di Makkah.
Setelah dilantik menjadi khalifah pada 136 H/754 M, Al-Manshur membenahi
administrasi pemerintahan dan kebijakan politik. Dia menjadikan Wazir sebagai
koordinator departemen. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak,
berasal dari Balk, Persia.
membentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara
disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abd Al-
Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah
ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya untuk menghimpun
seluruh informasi dari daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan berjalan
dengan lancar sekaligus menjadi pusat informasi khalifah untuk mengontrol para
gubernurnya
Untuk memperluas jaringan politik, Al-Mansur menaklukkan kembali daerah-
daerah yang melepaskan diri, dan menertibkan keamanan di daerah perbatasan. Di
antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Cappadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya
melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Selain itu, Al-Mansur membangun hubungan diplomatik dengan wilayah-wilayah
di luar jazirah Arabia. Dia membuat perjanjian damai dengan kaisar Constantine V
dan mengadakan genjatan senjata antara tahun 758-765 M. Khalifah Al-Manshur
juga mengadakan penyebaran dakwah Islam ke Byzantium dan berhasil menjadikan
kerajaan Bizantium membayar upeti tahunan kepada Dinasti Abbasiyah. Juga
mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis. Saat itu, kekuasaan Bani
Umayyah II di Andalusia dipimpin oleh Abdurrahman Ad-Dakhil. Al-Mansur juga
berhasil menaklukan daerah Afrika Utara itu pada tahun 144 H, meski kadang kota
Kairawan silih berganti bertukar wali. Kadang di kuasai oleh bangsa Arab, di lain
waktu jatuh ke tangan Barbar lagi. Baru pada tahun 155 H barulah kota itu dikuasai
penuh oleh Daulat Abbasiyah.
Pada masa Al-Mansur, pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Kufah, dan
mendirikan istana baru dengan nama Hasyimiyah II. Selanjutnya, untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara Al-Mansur mencari daerah strategis
untuk menjadi ibu kota negara. Pilihan jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan
Baghdad,
Ada empat buah pintu gerbang di seputar kota ini, disediakan untuk setiap orang
yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al-Kufah,
terletak di sebelah Barat Daya, Bab al -Syam, terletak di Barat Laut, Bab al-
Bashrah, di Tenggara, dan Bab al-Khurasan, di Timur Laut. Diantara masing-
masing pintu gerbang ini, dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal negara
bertugas mengawasi keadaan di luar.
Di tengah-tengah kota terletak istana khalifah dengan seni arsitektur Persia.
Istana ini dikenal dengan Al-Qashr al -Zahabi, berarti istana emas. Istana ini
dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi, dan tempat
tinggal putra-putri dan keluarga khalifah.

a. Ali Ibnu Rabbani At-Tabari (838-870M), Penemu Pertama Ensiklopedia Kedokteran


Dia juga menjadi ilmuwan yang menulis ensiklopedia kedokteran, berjudul Fidaus al-
Hikmah yang ditulisnya setelah memeluk agama Islam
a. bagian pertama memuat masalah doktrin ilmu kesehatan kontemporer, berjudul
Kulliyatu at-Thibb;
b. bagian kedua berisi uraian bagian-bagian organ tubuh manusia, peraturan mejaga
kesehatan dan laporan tentang penyakit-penyakit yang menghinggapi otot;
c. bagian ketiga berisi deskripsi tentang diet;
d. bagian keempat tentang seluruh penyakit yang biasa menimpa badan;
e. bagian kelima berisi deskripsi tentang rasa dan warna;
f. bagian keenam tentang obat-obatan dan racun; dan
g. bagian ketujuh berisi diskusi tentang astronomi, juga ringkasan pengobatan ala India.
Ali Rabbani At-Tabari bukan hanya seorang dokter, ia juga ilmuwan yang menguasai
berbagai macam ilmu lain diantaranya ahli dalam ilmu astronomi, filsafat, matematika, dan
sastra. Ali merupakan guru dari seorang ahli pengobatan muslim terkenal lainnya, yakni
Zakaria Abu Bakar Ar-Razi.
b. Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Sina/ Ibnu Sina (370 H 428 H
Ibnu Sina, di dunia Barat dikenal dengan nama Avvicenna, lahir bulan Shafar 370
H/Agustus 980 M di Ifsyina (negeri kecil dekat Charmitan), suatu kota di Bukhara.
Orang tuanya pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ibnu Sina dibesarkan
di Bukhara. Pada usia sepuluh tahun telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan
berhasil menghafal Al-Quran.
Karya-karya lain Ibnu Sina adalah :
a. Buku mengenai politik seperti: Risalah As-Siyasah, Fi Isbati an-Nubuwah, Al-
Arzaq,
b. Buku mengenai Tafsir seperti: Surah al-Ikhlas, Surah al-Falaq, Surah an-Nas, Surah
al-Muawizataini, Surah al-Ala.
c. Buku Psikologi seperti: An-Najat.
d. Buku ilmu kedokteran selain Al-Qanun fi al-Thibb, adalah al-Urjuzah fi At-Tibi, al-
Adwiyah al-Qolbiyah, Kitabuhu al-Qoulani, Majmuah Ibnu Sina al-Kubra,
Sadidiyya.
e. Buku tentang Logika seperti: Al-Isyarat wat Tanbihat, al-Isyaquji, Mujiz, Kabir wa
Shaghir
f. Buku tentang musik seperti: Al-Musiqa.
g. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
h. Buku Fisika seperti: fi Aqsami al-Ulumi al-Aqliyah
i. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.
j. Buku filsafat seperti As-Syifa, Hikmah al-Masyiriqiyyin, Kitabu al-Insyaf,
Danesh Nameh, Kitabu al-Hudud, Uyun-ul Hikmah

Anda mungkin juga menyukai