Empati adalah keadaan mental yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau
pikiran yang sama dengan orang lain. Dalam istilah lain, empati dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas perasaan seseorang, lalu bertindak untuk
membantunya.
Dari Abi Musa r.a. dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Orang mukmin yang satu dengan
yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (H.R. Bukhari)
Perilaku empati terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1. peka terhadap perasaan orang lain,
2. membayangkan seandainya aku adalah dia,
3. berlatih mengorbankan milik sendiri, dan
4. membahagiakan orang lain.
Jasa orangtua:
1. Ibu mengandung dengan penuh susah payah, dan melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya;
2. Ibu menyusui selama dua tahun dengan penuh kasih sayang dan terjaga malam hari karena
memenuhi kebutuhan anaknya;
3. Ibu dan ayah memelihara kita sehingga kita siap untuk hidup mandiri;
4. Ayah dan ibu bekerja keras untuk memenuhi keperluan keluarga;
5. Ayah dan ibu memberi bekal pendidikan;
6. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang dengan ikhlas tanpa meminta balasan.
83. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil
daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Perilaku menghormati kedua orang tua dapat diwujudkan dengan cara berikut ini.
1. Ketika orang tua masih hidup:
a. Memperlakukan keduanya dengan sopan dan hormat;
b. Membantu pekerjaanya;
c. Mengikuti nasihatnya (apabila nasihat itu baik);
d. Membahagiakan keduanya.
2. Ketika orang tua sudah meninggal;
a. Jika keduanya muslim, kamu dapat mendoakan mereka setiap saat agar mendapat ampunan Allah
Swt;
Doa yang diajarkan Rasulullah saw. demikian:
Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan rahmatilah mereka sebagaimana keduanya
telah memeliharaku pada waktu kecil.
b. Melaksanakan wasiatnya;
c. Menyambung dan melanjutkan silaturahmi yang dahulu sudah dilakukan
oleh kedua orang tua;
d. Menjaga nama baik mereka.
Kita harus berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua. Kita juga diperintahkan untuk
berbuat baik atau berbakti kepada guru. Gurulah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada
kita. Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi manusia yang beriman, mengerti baik dan
buruk, berbudi pekerti luhur, dan menjadi orang yang bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri,
masyarakat, bangsa, maupun negara. Gurulah yang menjadikan kita orang yang pandai dan
memahami ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kita akan memperoleh kedudukan yang tinggi di
Hadapan Allah Swt., sebagaimana firman-Nya.
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 M, menjadi tonggak awal berdirinya
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah. Khalifah pertama dari Dinasti ini adalah Abdullah As-
Saffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinamakan
Dinasti Bani Abbasiyah karena para pendiri dan khalifah dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas
ibn Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Masa kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H /750 M s/d 656 H /1258 M.
Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia
pertama.
Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari
bangsa Mongol
Terdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat
perencanaan; kota Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota gerakan
praktis.
Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memerintah kurang lebih lima setengah abad
(132-656 H/750-1258 M), mempunyai 37 orang khalifah, yaitu :
Dari Bani Abbas :
1. Abul Abbas As-Saffah (133-137 H/750-754 M)
2. Abu Jafar Al-Mansur (137-159 H/754-775 M)
3. Al-Mahdi (159-169 H/775-785 M)
4. Musa Al-Hadi (169-170 H/785-786 M)
5. Harun Ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M)
6. Al-Amin (194-198 H/809-813 M)
7. Al-Makmun(198-318 H/813-933 M)
8. Al-Mutasim (833-845 M)
9. Al-Watiq (223-228 H/842-847 M)
10. Al-Mutawakkil (233-297 H/847-861 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12. Al-Mustain Billah (tahun 248-252 H/862-866 M
13. Al-Mutaz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15. Al-Mutamad Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16. Al-Mutadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
Dari Bani Buwaihi:
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23. Al-Muthi Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24. Al-Thaii Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26. Al-Qaim Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
Dari Bani Saljuk :
27. Al Mutadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhiu Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mutashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M).