Bahan Bacaan:
Asal kata Singkawang berasal dari bahasa Cina dialek Hakka (Khek).
Bahasa ini merupakan bahasa yang dipergunakan oleh orang-orang Cina yang
bertempat tinggal di Singkawang. Dalam bahasa Hakka, kata Singkawang berasal
dari kata San Kheu Yong. Ketiga suku kata tersebut memiliki arti dalam bahasa
Cina dialek Madarin, yaitu Shan yang artinya gunung, Kou yang artinya lautan
dan Yang yang artinya lautan. Jadi San Kou Yang (Mandarin) dan Shan Kheu
Yong (Hakka/Khek) berarti sebuah tempat yang terletak di muara sungai, yang
dilatarbelakangi oleh gunung dan lautan. Penamaan tersebut sangat sesuai dengan
kondisi Singkawang yang dikelilingi oleh gunung-gunung, seperti gunung Niut
dan gunung Poteng. Kota ini juga terletak di muara sungai yang membelah kota
menjadi dua, dan dikelilingi oleh laut Natuna.
Terlepas dari masalah tersebut, terdapat aspek lain yang perlu diperhatikan
tentang kehidupan masyarakat Cina di Singkawang. Seperti halnya aspek
kebudayaan, yang antara lain adalah bahasa, tempat tinggal, pendidikan,
pekerjaan, kesenian dan keagamaan.
Untuk etnis Cina yang tinggal di kategori rumah ketiga biasanya mereka
yang berpenghasilan tinggi. Sedangkan yang tinggal di kategori keempat biasanya
mereka yang hidup dari hasil berkebun dan bertani. Ada perbedaan dari ketiga
kategori sebelumnya, kategori keempat ini memungkinkan mereka hidup
berdampingan dengan kelompok etis lain seperti Dayak dan Melayu. Meskipun
mereka juga berdampingan dengan kelompok etnisnya.
Untuk pekerjaan dan profesi, sebagian besar kelompok etnis Hakka hidup
dari usaha berdagang, buruh, pengraji dan bertani. Sektor perdagangan menjadi
sektor yang paling banyak dipilih karena Singkawang merupakan kota ramai yang
menjadi tempat transit bagi setiap orang yang akan menempuh perjalanan darat ke
seluruh kabupaten di Kalimantan Barat. Usaha dagang ini kebanyakan
berlangsung di pasar-pasar kota Singkawang maupun di jalan utama. Untuk
meningkatkan usahanya, mereka saling bekerja sama dengan sesama kelompok
etnisnya. Mereka biasanya saling mempertahankan harga (saling membuat
kesepakantan harga jual, sehingga tidak dikenal istilah di bawah harga pasar).
Kerjasama ini cenderung dilakukan dengan melihat garis keturunan atau keluarga
mereka. Sering juga disebut dengan Shiang. Dalam menjalankan usahanya
kelompok etnis ini juga sering mengguakan bahasa etnisnya. Sehingga pembeli
yang bukan berasal dari kelompok etnisnya akan belajar memahami bahasa etnis
ini, bila ingin mendapat harga yang lebih murah.
Untuk bidang kesenian, umumnya kelompok etnis Hakka di Singkawang
ini menggeluti usaha kerajian yang masih memiliki hubungan kekeluargaan.
Seperti contohnya kerajinan keramik di daerah Shakok (Nama lokasi pembuatan
keramik di Singkawang yang dikerjakan secara turun-temurun). Mereka biasanya
memproduksi guci, tempayan, piring dan mangkok yang berhias ornamen kepala
naga yang berkesan antik. Kesan antik ini merupakan karena mereka meniru
desain yang sudah ada sejak lama dari tanah leluhurunya (biasanya corak-corak
lama dari dinasti Ming).