Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI TUBEKTOMI PADA


PASANGAN USIA SUBUR

(Studi Kasus di Puskesmas Kec. Pontianak Kota) Fitra


1 2 2
Sawiyya Sufiati , Drs. H. Mardjan , Ismael Saleh
1
Peminatan Kesehatan Reproduksi (email:
fitra.sawi yya@ ya hoo.co.id)
2
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK

Latar belakang : Metode kontrasepsi merupakan usaha untuk menurunkan angka


kesakitan dan kematian yang tinggi akibat kehamilan. Setiap metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan sehingga terkadang pemilihannya menjadi masalah bagi pasangan usia subur.
Kontrasepsi tubektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang (permanen) dan relatif
tidak menimbulkan efek samping. Kontrasepsi tubektomi di anjurkan bagi pasangan usia subur
yang sudah mempunyai anak minimal 2 orang dan usia ibu diatas 26 tahun. hal ini disebabkan
karena kehamilan usia diatas 26 tahun berisiko tinggi dan sangat rentan terhadap
penyakit. Di Indonesia Terjadi peningkatan signifikan AKI dari 228 (2007) menjadi 359
(2012) per 100.000 kelahiran hidup. Pemakaian kontrasepsi mantap khususnya Metode Operasi
Wanita (MOW) di wilayah kerja Puskesmas Kec. Pontianak Kota 2010 dengan tahun 2011 dan
tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan dari 8,8%, 1,9% menjadi 0,3%. Pengguna
tubektomi di Puskesmas Kec.Pontianak Kota yakni 59 kasus.
Tujuan :Untuk mengetahui faktor resiko (faktor ekonomi, sosial budaya
(kepercayaan)
dan dukungan suami) dengan pemilihan metode kontrasepsi tubektomi pada pasangan
usia subur di Puskesmas Kec. Pontianak Kota.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional bersifat
analitik dengan rancangan penelitian case control. Ukuran sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 66 responden (22 kasus dan 44 kotrol). Uji statistik menggunakan analisis
bivariat chi-square test dengan taraf signifikan 95% dan untuk mengetahui besarnya
resiko menggunakan odds ratio (OR).
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor
ekonomi (p 0,000), sosial budaya (kepercayaan) (p 0,034),dukungan suami (p 0,000) dengan
pemilihan kontrasepsi tubektomi di Puskesmas Kec.Pontianak Kota.
Saran : Para pekerja kesehatan dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana diharapkan
berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran pasangan usia subur dengan memberikan
perpanjangan berkelanjutan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi mereka
dalam menggnakan tubektomi.
Kata Kunci :Faktor Ekonomi, Sosial Budaya (Kepercayaan), Dukungan Suami

115 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan


- JuMantik
FACTORS RELATED TO THE SELECTION METHOD ON
CONTRACEPTION TUBECTOMY FERTILE AGE COUPLE

(Case Study in district health centers. Pontianak City)


1 2 2
Fitra Sawiyya Sufiati , Drs. H. Mardjan , Ismael Saleh

1
Reproductive Health, (emael: fitra.sawi yya@ yahoo.co.id)
2
Public Health Science

ABSTRACT
Background: Contraception method is an effort to reduce the high number of
mortality and morbidity caused by pregnancy. each method have the pluses and the
minuses so simetimes it selection become a problem for fertile age couple. Tubectomy
contraception is a long term contraception (permanent) and relatively has noside efect.
Tubectomy contraception suggested for the fertile age couple who have minimally 2
kids and the age of the mother 26 years old above. its because pregnancy that happen
in fertile age couple over than 26 years old has a high risks and also the mother is very
susceptible towards disease. There was a significant improvement in Indonesia MMR
from 228 (2007) to 359 (2012) per 100,000 live births. The use of contraceptive
methods in particular steady Operations Women (MOW) in Puskesmas Kampung Bali
during the year 2010 to the year 2011 and in 2012 had a significant decrease of 8.8%,
1.9% to 0.3%. Users tubectomy at the City Health Center Kec.Pontianak 59 cases.

Aim: The purpose of this study was to determine the risk factors (economic,
social and cultural (beliefs) and husband's support) with the selection of contraceptive
methods tubectomy in fertile couples in Kec. Pontianak City Health Center.

Method: This study is an observational analytic study with case-control study


design. Analysis of the data in the study covers univariate and bivariate analysis. the
sample size in this study is as much as 66 respondents (22 cases and 44 controls).
Statistic test using chi-square test bivariate analysis with significant standart 95% and
using Odds Ratio (OR) to know the number of the risk.

Results: The results showed that there is a relationship between economic


factors(p 0.000), sociocultural (trust) (p 0.034), support the husband (p 0.000) with the
selection tubectomy contraception in Kec. Pontianak City Health Center.

Suggestion: The health workers and family planning field workers are expected
to play an active role in increasing the awareness of fertile age couples by providing a
sustainable extension to the community in order to increase their participation in
unsing tubectomi.

Key words: Economic Factors, Socio-cultural, husband support


PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental,
kesejahteraan sosial secara utuh dan
mampu memiliki kehidupan seksual yang Motherhood, yaitu pilar pertama -
memuaskan dan aman serta memiliki keluarga berencana, pilar kedua
1
keturunan pelayanan antenatal, pilar ketiga
Sebagai komponen kesehatan persalinan yang aman, pilar keempat
4
reproduksi, pelayanan KB diarahkan pelayanan obstetri esensial
untuk menunjang tercapainya kesehatan Salah satu upaya pemerintah untuk
ibu dan bayi karena kehamilan yang mengendalikan laju pertumbuhan
diinginkan dan berlangsung pada keadaan penduduk adalah melalui pelaksanaan
dan saat yang tepat, akan menjamin program KB bagi pasangan usia subur
2
keselamatan ibu dan bayi (PUS). Berdasarkan UU no 59 tahun 2009
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir tentang perkembangan kependudukan dan
di Indonesia masih jauh dari yang pembangunan keluarga, pemerintah
diharapkan karena masih besarnya jumlah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga
ibu dan bayi yang mati.Angka Kematian berencana mandiri, artinya masyarakat
Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat memeilih metode KB dengan biaya
tinggi bila dibandingkan dengan negara- sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB
negara ASEAN lainnya.Terjadi lingkaran emas dan mengarahkan pada
peningkatan signifikan AKI dari 228 pelayanan metode kontrasepsi efektif
(tahun 2007) menjadi 359 (tahun 2012) (MKE) yang meliputi AKDR, suntik KB,
5
per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, implant, dan Kontap
2012). Sedangkan angka kematian bayi Di Indonesia pada tahun 2012
(AKB) selama kurun waktu 5 tahun telah tercatat jumlah peserta KB aktif dari
berhasil diturunkan secara tajam, yaitu 44 64.133.347 juta jiwa dengan jumlah PUS
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 161.750.743 juta jiwa dan WUS
menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup pada 51.472.069 juta jiwa. Dari 64.133.347
tahun 2012. Namun angka tersebut masih peserta KB aktif, pengguna KB suntik
di atas negara-negara seperti Malaysia 10 (54,35%), peserta pil (28,65%), peserta
per 1000 kelahiran hidup, Thailand 20 per IUD (5,44%), peserta implant (4,99%),
6
1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 peserta MOW (1,04%)
per Kontrasepsi permanen pada wanita
1000 kelahiran hidup, Brunei 8 per 1000 disebut dengan tubektomi atau biasa
kelahiran hidup dan Singapura 3 per 1000 disebut dengan Metode Operasi Wanita
kelahiran hidup dan saat ini mengalami (MOW) adalah tindakan penutupan
3
penurunan cukup lambat terhadap kedua saluran telur kanan dan
Kebijakan Departemen Kesehatan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak
dalam upaya mempercepat penurunan dapat melewati saluran tersebut, dengan
AKI pada dasarnya mengacu kepada demikian sel telur tidak dapat bertemu
intervensi strategis Empat Pilar dengan sperma laki-laki sehingga tidak
6
Safe terjadi kehamilan
Tubektomi merupakan alat
kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk
mencegah kehamilan.Namun demikian
masih banyak PUS yang tidak memilih faktor, faktor-faktor tersebut perlu di
metode ini dikarenakan beberapa indentifikasi sehingga dapat memberikan
rekomendasi intervensi untuk upaya Kuasa. Sedangkan 10 responden yang
peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi memakai tubektomi mengatakan alasan
ini. untuk memakai tubektomi, karena merasa
Kalimantan Barat khususnya di jumlah anak yang dimiliki sudah cukup,
Kota Pontianak pada tahun 2013 tercatat mendapatkan dukungan keluarga
jumlah pasangan usia subur (PUS) khususnya suami, faktor ekonomi serta
sebanyak 754.081 pasang, yang sosial budaya (kepercayaan) yang
menggunakan alat kontrasepsi tubektomi melarang memakai tubektomi tidak
MOW 1.742 jiwa. Dari data yang di menghalangi pasangan usia subur untuk
dapat, Kalimantan Barat khususnya Kota memakai tubektomi.
Pontianak yang menggunakan metode Tubektomi merupakan alat
operasi wanita (MOW) masih sangat kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk
tinggi dibandingkan dengan mencegah kehamilan.Namun demikian
kontrasepsi masih banyak PUS yang tidak memilih
7
Kondom, MOP dan Implan metode ini dikarenakan beberapa faktor,
Namun kenyataannya yang faktor-faktor tersebut perlu di indentifikasi
menggunakan metode operasi wanita sehingga dapat memberikan rekomendasi
(MOW) khususnya di wilayah kerja intervensi untuk upaya peningkatan
Puskesmas Kec. Pontianak Kota jumlah pengguna kontrasepsi ini.
mengalami penurunan pertahunnya, pada Berdasarkan hasil dari survei yang
tahun 2010 (8,8%), 2011 (1,9%) dan pada dilakukan diatas, maka peneliti tertarik
tahun 2012 tercatat (0,3%).Dari data yang untuk meneliti faktor-faktor yang
di dapat, disimpulkan bahwa pemakaian berhubungan dengan pemilihan alat
kontrasepsi mantap khususnya Metode kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia
Operasi Wanita (MOW) di Puskesmas subur di wilayah kerja Puskesmas Kec.
Kec. Pontianak Kota tahun 2010 dengan Pontianak Kota.
tahun 2011 dan tahun 2012 mengalami Berdasarkan hasil dari survei yang
7
penurunan yang signifikan dilakukan diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti faktor-faktor yang
Survei awal yang dilakukan
berhubungan dengan pemilihan alat
peneliti terhadap 10 responden yang tidak
kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia
memakai tubektomi, didapatkan alasan
subur di wilayah kerja Puskesmas Kec.
untuk tidak memakai tubektomi, karena
Pontianak Kota.
jumlah anak yang dimiliki masih
belum sesuai dengan keinginan pasangan
usia subur, kurangnya dukungan dari Metode
suami dalam melakukan tubektomi, faktor Jenis penelitian ini adalah penelitian
ekonomi serta sosial budaya observasional analitik dengan pendekatan
(kepercayaan) yang mengatakan tidak case control (kasus control), yaitu suatu
baik menolak rejeki dari Yang penelitian yang membandingkan
Maha kelompok kasus dengan kelompok kontrol
untuk mengetahui proporsi kejadian
berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. sifat retrospektif yaitu rancang bangun
Rancangan penelitian ini dikenal dengan dengan melihat kebelakang tentang suatu
kejadian yang berhubungan dengan administratif, Puskesmas Kampung Bali
kejadian faktor ekonomi, sosial budaya mencangkup tiga kelurahan adalah:
dan dukungan suami dalam pemilihan a. Kelurahan Tengah.
konrasepsi tubektomi di wilayah kerja b. Kelurahan Mariana.
Puskesmas Kec. Pontianak Kota. c. Kelurahan Darat Skip.
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari Februari tahun 2014, Keadaan iklim di Kota Pontianak
dengan tempat penelitian di wilayah kerja dipengaruhi oleh jumlah curah hujan
Puskesmas Kec. Pontianak Kota. tertinggi, pada tahun 2012 curah hujan
Populasi penelitian ini terdiri mencapai 2000 mm dengan suhu-suhu
populasi kasus dan kontrol, jumlah udara rata-rata harian 32C.
populasi kasus sebanyak 59 orang. Jumlah
populasi kontrol adalah seluruh responden Penelitian ini dilakukan di Wilayah
di Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Kerja Puskesmas Kampung Bali Kota
Pontianak Kota. Jumlah sampel Pontianak. Penelitian telah memiliki data
berdasarkan perhitungan sampel adalah yang lengkap mengenai kelompok kasus
sebanyak 66 orang (1:2) dengan sampel berdasarkan data dengan bantuan Tenaga
kasus sebanyak 22 orang dan sampel Kesehatan. Responden yang masuk
kontrol sebanyak 44 orang. sebagai kasus disini adalah responden
Penelitian telah memiliki data yang yang menggunakan metode kontrasepsi
lengkap mengenai kelompok kasus tubektomi di Wilayah Kerja Puskesmas
berdasarkan data dengan bantuan Tenaga Pontianak Kota berdasarkan data dan
Kesehatan. Responden yang masuk tahap selanjutnya adalah pemberian
sebagai kasus disini adalah responden kuesioner dan diikuti wawancara.
yang menggunakan metode kontrasepsi
tubektomi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kec. Pontianak Kota berdasarkan data dan
tahap selanjutnya adalah pemberian Distribusi Karekteristik Responden
kuesioner dan diikuti wawancara.
1. Umur
P n
Hasil Penelitian Kelompok Mean SD SE
Value
Gaambaran Umum 37,95 2,699 0,575 22
Kasus
0,01
35,48 2,791 0,421 44
Kontrol
Puskesmas Kampung Bali
merupakan salah satu Puskesmas yang Sumber : data primer
terletak di Pontianak Kota.
Secara Berdasarkan umur kelompok kasus
adalah 37.95 (SE 0.575%) dan rata-rata
umur kelompok kontrol sebesar 35.48 (SE
0,421%).
< 1 Tahun 27,3
18
2. Jumlah Anak 1 Tahun 39,4
26
2 Tahun 25,8
% 17
Jumlah Anak Jumlah
3 Tahun 7,6
6,1 5
1 Anak 4
Total 100
30,3 66
2 Anak 20
34,8
Sumber : data primer
3 Anak 23
21,2 Diketahui bahwa responden lama
4 Anak 14
menggunakan kontrasepsi sekarang yaitu
7,6 sebesar 39,4%
5 Anak 5
100
Total 66
Analisa Univariat
Sumber : data primer

Diketahui bahwa sebagian besar Variabel Jumlah %


jumlah anak responden yaitu sebesar 34,8%.
Faktor Ekonomi

1.425.000 32 48,5

3. Kontrasepsi yang digunakan < 1.425.000 34 51,5

Sosial Budaya
Kontrasepsi yang %
Jumlah (kepercayaan)
digunakan
Suntikan 34,8 Melarang 66,7
23
44
Pil 13,6 Tidak Melarang 33,3
9
22
IUD 18,2 Dukungan Suami
12
Tubektomi 33,3 Mendukung 47,0
22
31
Total 100 53,0
66 Tidak Mendukung
35
Sumber : data primer
Total 66 100
Diketahui bahwa sebagian besar Sumber : data primer
kontrasepsi yang digunakan responden
yaitu suntikan sebesar 34,8% Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa hubungan faktor
4. Lama Menggunakan Kontrasepsi ekonomi pada pasangan usia subur
Sekarang memakai tubektomi dibawah Upah
Minimum Provinsi (1.425.000) sebesar 34
Lama Menggunakan Jumlah % responden (51,5%).
Kontrasepi Sekarang
Hubungan sosial budaya (kepercayaan) melarang memakai
(kepercayaan) dengan pemilihan tubektomi sebagai alat kontrasepsi sebesar
kontrasepsi tubektomi pada pasangan 44 responden (66,7%). Hubungan
usia subur yang memiliki sosial budaya dukungan suami dengan pemilihan
kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia
subur yang tidak mendapatkan dukungan (kepercayaan) dengan pemilihan
suami sebagai alat kontrasepsi sebesar 35 kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia
responden (53,0%). subur di wilayah kerja puskesmas Kec.
Pontinak Kota. Dari hasil analisa diperoleh
nilai RR = 4,813 (95%CI 1,240 18,677).
Hasil Hasil analisis variabel Dukungan
Bivariat Suami dengan pemilihan kontrasepsi
tubektomi berdasarkan uji statistik Chi
Square didapatkan nilai p value = 0,000
(<
0,05), dapat disimpulkan ada hubungan
antara Dukungan Suami dengan pemilihan
kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia
subur di wilayah kerja puskesmas Kec.
Pontinak Kota.
P RR 95% CI PEMBAHASAN
Variabel
Valu
Pemilihan Kontrasepsi Tubektomi
e

Faktor 0,000 - -
Ekonomi Tubektomi atau kontap wanita ialah

Sosial Budaya 0,034 4,813 1,240 - suatu kontrasepsi permanen


18,677 untuk mencegah keluarnya ovum
dengancara
Dukungan
0,000 - - tindakan mengikat atau memotong
Suami
pada kedua saluran tuba. Dengan
demikian
Sumber : data primer maka ovum yangmatang tidak akan
bertemu dengan sperma karena adanya
Hasil analisis variabel faktor hambatan pada tuba
9

ekonomi dengan pemilihan kontrasepsi Jumlah pemakai tubektomi pada


tubektomi berdasarkan uji statistik Chi bulan Januari hingga November 2012 di
Square didapatkan nilai p value = 0,000 (< Wilayah Kerja Puskesmas Kec.Pontianak
0,05), dapat disimpulkan ada hubungan Kota berjumlah 0,3%. Wilayah Kerja
antara faktor ekonomi dengan pemilihan Puskesmas Kec. Pontianak Kota
kontrasepsi tubektomi pada pasangan usia merupakan wilayah kerja dengan jumlah
subur di wilayah kerja puskesmas Kec. pengguna tubektomi terendah pada
Pontinak Kota. tahun
Hasil analisis variabel Sosial Budaya 2012
(kepercayaan) dengan pemilihan .
kontrasepsi tubektomi berdasarkan uji Faktor dalam pemilihan kontrasepsi
statistik Chi Square didapatkan nilai p antara lain yaitu ongkos, dan faktor sosial
value = 0,034 (< 0,05), dapat disimpulkan budaya. Demikian pula dengan
ada hubungan antara sosial faktor yang mempengaruhi mengenai
budaya pemilihan metode kontrasepsi menurut
WHO (1994) antara lain adalah Faktor
individu antara
lain usia, usia muda, frekuensi koitus, pasangan usia subur dimana dilakukan
faktor ekonomi dan kemudahan secara suka rela dan bahagia serta berhasil
10 dalam pemeriksaan kesehatan tanpa
memperolehnya serta faktor budaya
paksaansebelum pasca operasi tubektomi
Faktor faktor yang mempengaruhi
serta menerima resiko kemungkinan kecil
dalam pemilihan kontrasepsi tersebut
untuk mempunyai anak lagi.
antara lain faktor pasangan yang
Selain itu, Konseling pra tubektomi
berhubungan dengan umur, frekuensi
diharapkan dapat mempersiapkan
senggama, jumlah keluarga yang
psikologis wanita pasca operasi tubektomi
diinginkan, faktor metode kontrasepsi
tanpa ada penyesalan dimanatubektomi
yang berhubungan dengan efek
merupakan suatu metode kontrasepsi yang
samping minor, kerugian, komplikasi-
permanen.
komplikasi
yang potensial, dan biaya
11 Responden yang mendapat
Dominannya faktor budaya berupa konseling pra tubektomi dengan baik
nilai agama sesuai dengan konsep menempati urutan terbanyak yaitu
menurut WHO (1994) bahwa agama dan sebanyak 31 orang (72,09%), responden
kepercayaan juga dapat mempengaruhi yang mendapat konseling pra tubektomi
orang dalam pemilihan metode dengan baik memiliki indeks fungsi
kontrasepsi karena adanya aturan yang seksual wanita kategori sedang yang
ditetapkan dalam ajaran yang dianut. paling banyak yaitu 21 orang (67,74 %),
Dalam hal ini tubektomi masih dianggap responden yang kurang mendapat
sesuatu yang tidak diperbolehkan kecuali konseling pra tubektomi seluruhnya
dalam keadaan darurat. memiliki indeks fungsi seksual kategori
buruk sebanyak 1 orang (100%),
Hasil penelitian ini juga responden yang tidak mendapat konseling
memperkuat hasil penelitian terdahulu, pra tubektomi memiliki indeks fungsi
bahwa faktor-fakor yang menghambat seksual kategori sedang yang paling
13
Pasangan Usia Subur memilih Tubektomi banyak yaitu 6 orang (54,55%)
di wilayah Kerja Puskesmas Pengasih I Konseling lebih bermanfaat jika
meliputi kurangnya informasi tentang dilakukan kepada pasangan secara
tubektomi dan tarif pelayanan merupakan bersamaan, daripada hanya kepada wanita
faktor penghambat PUS memilih sendiri, karena keputusan tubektomi
tubektomi sebagai alat mempengaruhi kedua belah pihak. Selain
12
kontrasepsinya itu, perlu dijelaskan saat konseling tentang
Faktor dalam pemilihan kontrasepsi efektifitas dan efek samping dari
tubektomi harus dapat memenuhi syarat tubektomi. Tubektomi adalah bentuk
selain syarat kesehatan, adanya sebuah kontrasepsi yang sangat efektif, tetapi jika
permohonan dan persetujuan yang gagal ada peningkatan risiko kehamilan
14
harus dilakukan oleh pasangan usia subur ektopik
sebelum melakukan operasi kontrasepsi Penggunaan tubektomi di Wilayah
tubektomi, inilah yang membedakannya Kerja Puskesmas Kec. Pontianak Kota
dengan kontrasepsi lainnya karena adanya masih rendah. Pasangan usia subur yang
permohonan dan persetujuan yang
diajukan oleh dokter atau paramedis pada
kurang mendapatkan informasi yang Pontianak yaitu melalui Upah Minimum
berguna dari petugas kesehatan mengenai Kabupaten (UMP) Rp 1.425.000.
kontrasepsi tubektomi. Selain itu masih Pasangan usia subur dengan kondisi
ada masyarakat yang masih meragukan ekonomi lemah diasumsikan kurang
kontrasepsi tubektomi yang memberikan dukungan yang positif
mengaitkannya dengan ekonomi, sosial terhadap gerakan KB nasional. Ekonomi
budaya dan dukungan suami. Hal ini keluarga merupakan salah satu penyebab
mungkin saja menjadi salah satu faktor terjadinya dukungan yang negatif. Hal ini
penyebab masih rendahnya penggunaan mungkin dikarenakan golongan ini masih
kontrasepsi tubektomi di Wilayah Kerja mengutamakan pemenuhan kebutuhan
Puskesmas Kec. Pontianak Kota. primer dari pada kebutuhan yang lain.
Sebaliknya keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi yang lebih baik diasumsikan
Faktor Ekonomi dengan Pemilihan akan memberikan dukungan yang positif
Kontrasepsi Tubektomi yang ditandai dengan keikut sertaan KB
16
tubektomi
Hasil penelitian ini menunjukkan Informasi dari petugas PLKB Kota
bahwa sebagian besar responden yang Pontianak biaya mengikuti kontrasepsi
memakai tubektomi dengan pendapatan Tubektomi itu gratis asalkan terdaftar di
dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Kelurahannya masing-masing jika ada
yaitu sebesar 51,5%. Hal ini dapat dilihat program dari petugas, kenyataan
dari distribusi jawaban responden dilapangan walaupun kontrasepsi
berdasarkan faktor ekonomi menunjukkan mendapatkan bantuan dari pemerintah
sebagian besar responden menjawab yaitu bebas biaya responden masih takut
dibawah UMP dan ada juga responden untuk memilih kontrasepsi tubektomi
yang diatas UMP sebanyak 48,5%. sedangkan jika kemauan sendiri biaya
operasi mencapai Rp 2.000.000 atau lebih.
Selaras dengan penelitian yang
Sebagian dari masyarakat memilih
terdahulu di Desa Butuh yang
biaya sendiri untuk mengikuti program
menyatakan bahwa ada hubungan antara
KB tubektomi karena kurangnya
faktor ekonomi dengan minat WUS
kepercayaan mereka akan program dari
memilih
15 pemerintah walaupun gratis. Sebagian
metode kontrasepsi MOW p value 0.002
masyarakat mengatakan bahwa yang
Hal ini sesuai dengan teori dimana
namanya bebas biaya pasti hasilnya tidak
angka kebutuhan hidup minimal Tingkat
pernah memuaskan, masyarakat
pendapatan suatu daerah dapat diukur
beranggapan bahwa lebih aman
antara lain dari pendapatan per kapita,
menggunakan uang sendiri dan hasilnya
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
sangat memuaskan dari pada gratis tapi
(PBB), Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tidak sesuai yang diinginkan.
serta gambaran kualitatif tentang keadaan
Diantara yang termasuk dalam faktor
sandang, pangan dan perumahan
predisposisi atau yang mempermudah
masyarakat. Berdasarkan data tahun 2013
untuk terjadinya perilaku adalah tingkat
dapat dilihat keadaan perekonomian Kota

ekonomi. Perilaku kesehatan dipengaruhi berstatus ekonomi tinggi akan semakin


oleh latar belakang ekonomi, bagi yang mudah dalam memilih pelayanan
kesehatan begitu juga
17
sebaliknya
Semakin tinggi penghasilan semakin Sosial Budaya dengan Pemilihan
tinggi pula status ekonomi. Status Kontrasepsi Tubektomi
ekonomi berpengaruh terhadap tingkah
laku seseorang. Pengguna Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan
Berencana (KB) tubektomi yang berasal bahwa hubungan sosial budaya
dari keluarga yang status sosial (kepercayaan) dengan pemilihan
ekonominya baik lebih memiliki sifat kontrasepsi tubektomi yang melarang
positif memandang diri dan masa sebanyak 66,7%. Hal ini dapat dilihat dari
depannya dibandingkan dengan mereka distribusi jawaban responden menjawab
yang berasal dari keluarga dengan status melarang berdasarkan sosial budaya
8
ekonomi rendah (kepercayaan) dan ada juga responden
Pendapatan memiliki pengaruh menjawab tidak melarang memakai
terhadap keikutsertaan seseorang dalam kontrasepsi tubektomi sebanyak 33,3%.
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini selaras dengan
Pendapatan seseorang tidak dapat diukur penelitian terdahulu di Desa Butuh bahwa
sepenuhnya dari pekerjaannya. Bila ada hubungan yang bermakna antara
dihubungkan dengan tingkat keikut sosial budaya dengan pemakaian
15
sertaan pada program KB tubektomi, tubektomi (p=0,035)
orang pada tingkat pendapatan tinggi akan Para sosiolog pada umumnya
lebih mudah menerima dan mengikuti berpendapat bahwa di mana ada
program ini. Sebaliknya orang dengan masyarakat di situ ada kebudayaan.
pendapatan rendah akan sangat sulit ikut Artinya betapa erat kaitan antara
18
dalam program KB tubektomi masyarakat dan kebudayaan dalam setiap
Faktor ekonomi bukan penghalang kehidupan manusia. Ada juga yang
untuk melakukan kontrasepsi tubektomi. berpendapat KB tubektomi itu haram
Pemerintah telah menentukan patokan hukumnya bagi kaum muslim. Golongan
harga atau subsidi untuk melakukan yang masih menganut pendapat ini
tubektomi agar masyarakat tidak biasanya dari golongan muslim yang
19
terbebani dengan mahalnya melakukan sangat kuat atau radikal
operasi tubektomi. Karena tubektomi Kontrasepsi sterilisasi yaitu
adalah cara yang efektif, aman, dan tanpa pencegahan kehamilan dengan mengikat
resiko. Sehingga masyarakat bisa sel indung telur pada wanita (tubektomi).
melakukannya di tempat yang Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh
digeratiskan pemerintah. dokter kandungan. Efektif bila ingin
melakukanp encegahan kehamilan secara
permanen. Anjuran kepada masyarakat
bagi yang sudah mempunyai jumlah anak
yang dianggap cukup untuk mengikuti KB
mantap masih sangat sulit, hal ini
dikarenakan masih banyak yang
menganggap bahwa kontrasepsi tubektomi
20
tidak baik menurut ajaran agama
Indonesia adalah negara yang islam. Tetapi tubektomi dilakukan bukan
mayoritas penduduknya beragama untuk sebuah kemudaratan melainkan
islam. Menurut sebagian muslim untuk kehidupan yang lebih baik di
tubektomi dilarang untuk dilakukan dalam sebuah keluarga.
karena bertentangan dengan ajaran agama
KESIMPULAN
Dukungan Suami dengan Pemilihan
Kontrasepsi Tubektomi 1. Ada hubungan antar faktor ekonomi
dengan pemilihan kontrasepsi
Hasil penelitian ini menunjukkan tubektomi pada pasangan usia subur,
bahwa sebagian besar responden yang dimana responden dengan faktor
tidak mendapatkan dukungan suami ekonomi diatas UMP memilih
dengan pemilihan kontrasepsi tubektomi tubektomi sebesar 32 responden
yaitu sebesar 53,0% sedangkan responden (100%), dibandingkan yang di bawah
yang mendapatkan dukungan suami UMP sebesar 34 responden (51,5%).
sebanyak 47,0%. 2. Ada hubungan antara sosial budaya
Dukungan merupakan salah satu (Kepercayan) dengan pemilihan
faktor penguat (reinforcing faktor) yang kontrasepsi tubektomi pada pasangan
dapat mempengaruhi seseorang dalam usia subur, dimana responden yang
berperilaku. Sedangkan dukungan suami memilih tubektomi sosial budaya
dalam KB merupakan bentuk nyata dari (kepercayaan) tidak melarang sebesar
kepedulian dan tanggung jawab para pria. 44 responden (66,7%) di banding
Dukungan keluarga (suami) dan yang memiliki social budaya
lingkungan merupakan faktor sosiogenik (kepercayaan) melarang 22 responden
untuk meningkatkan motivasi (33,3%).
seseorang 3. Ada hubungan antara dukungan
8
untuk melakukan sesuatu suami dengan pemilihan kontrasepsi
Dukungan suami sangat penting tubektomi pada pasangan usia subur,
untuk melakukan tubektomi karena demana responden yang mendapat
suamilah yang berperan sebagai dukungan suami lebih memilih
pemimpin dalam rumah tangga. tubektomi sebesar 31 responden
Tubektomi adalah cara terbaik untuk (47,0%), disbanding dengan yang
mengendalikan jumlah anak sesuai tidak mendapatkan dukungan suami
dengan program KB salah satunya. sebesar 35 responden (53,0%) .
Karena cukup aman untuk dilakukan dan
tidak mengandung resiko yang berarti.
SARAN

1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi bukan penghalang
untuk melakukan kontrasepsi
tubektomi. Pemerintah telah
menentukan patokan harga atau subsidi
untuk melakukan tubektomi agar
masyarakat tidak terbebani dengan
mahalnya melakukan operasi
tubektomi. Karena tubektomi adalah
cara yang efektif, aman dan tanpa 2. Sosial Budaya (Kepercayaan)
resiko. Sehingga masyarakat bisa Menurut sebagian muslim tubektomi
melakukannya ditempat yang dilarang untuk dilakukan karena
digeratiskan pemerintah. bertentangan dengan ajaran agama
islam. Tetapi tubektomi dilakukan
bukan untuk sebuah kemudaratan
melainkan untuk kehidupan yang lebih DAFTAR PUSTAKA
baik didalam sebuah keluarga.
1. Kusmiran, Eny 2013. Kesehatan
3. Dukungan Suami Reproduksi Remaja dan Wanita.
Dukungan suami sangat penting untuk Jakarta Selatan : Salemba Medika.
melakukan tubektomi karena suamilah
yang berperan sebagai pemimpin 2. Kumalasari, Intan dan Iwan
dalam rumah tangga. Peran lain suami Andhyantoro. 2012. Kesehatan
adalah memfasilitasi, memberi semua Reproduksi Untuk Mahasiswa
kebutuhan istri saat akan Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta
memeriksakan masalah kesehatan Selatan : Salemba Medika
reproduksinya. Suami mendukung
untuk menggunakan kontrasepsi 3. SDKI. 2012. Laporan Pendahuluan
tubektomi dan membantu istri Badan Pusat Statistik, BKKBN Dan
menentukan tempat pelayanan atau Kementrian Kesehatan. Jakarta : ICF
tenaga kesehatan yang sesuai. Internasional.

4. Bagi BKKBN 4. Depkes RI, (2010). Pedoman


Di harapkan dapat merencanakan Kegiatan Kesehatan Penurunan AKI.
program-program yang berkaitan Jakarta: Kemenkes RI.
dengan KB tubektomi kepada
pasangan usia subur sehingga 5. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, Ida
mendapatkan informasi terbaru tentang Ayu Manuaba Chandranita, dan Ida
kelebihan dari penggunaan KB Bagus Gde Manuaba. 2009.
tubektomi dan dapat menekankan Memahami Kesehatan Reproduksi
kepada tenaga kesehatan untuk lebih Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.
menonjolkan KB tubektomi seperti
fenomenal KB suntik dan pil. Sehingga 6. Herlinawati, dkk. 2012. Faktor Faktor
masyarakat merasa familiar dengan Yang Berhubungan Dengan
seringnya tenaga kesehatan Pemakaian Kontrasepsi Tubektomi
mempromosikan KB tubektomi. Pada Wanita Pasangan Usia Subur.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. RSUD
Dr Pirngadi Medan.

7. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010.

8. Rafidah, Ida dan Arief Wibowo.


2012. Pengaruh Dukungan Suami
Terhadap Kepatuhan Akseptor
Melakukan KB Suntik. Jurnal
Biometrika dan Kependudukan.
Volume 1 (Nomor1). Fakultas Memahami Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Masyarakat Universitas Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Airlangga.
15. Seto, Dhini Hariyo, Saryono dan Ning
9. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Iswati. 2011. Faktor-Faktor Yang
Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta Mempengaruhi Minat Wanita Usia
: CV. Trans Info Media. Subur Memilih Metode Kontrasepsi
MOW Di Desa Butuh. Jurnal
10. Singarimbun, Masri, 2004, Kesehatan Keperawatan. Volume 7
Penurunan Angka Kelahiran; (Nomor. 2). STIKES Muhammadiyah
Aspek-aspek Program dan Gombong.
Sosial Budaya,
http://aceh.wasantara.net.id/bkkbn/ko 16. BKKBN, 2013. Layanan KB.
ntap.htm. Keluarga Indonesia yang Lebih
Sehat
11. Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga & Sejahtera. Jakarta.
Berencana dan Kontrasepsi. Sinar
Pustaka Harapan, Jakarta. 17. Azwar, A. (2005). Pengantar
Administrasi Kesehatan. Jakarta :
12. Wahyuni, Eko Sri, 2005, Faktor- Binapura Aksara.
faktor yang Menghambat Pasangan
Usia Subur Memilih Vasektomi di 18. Duapadang, Daud Tambaru, Ismail
Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih I AB dan Subirman. 2013.Faktor
Kecamatan Pengasih Kabupaten Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kulon Progo, Prodi Ilmu Unmet Need KB Pada Pasangan Usia
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Subur (PUS) Di Wilayah Kerja
UGM, Yogyakarta. Skripsi. Puskesmas Temindung. Jurnal.
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
13. Sahid, Alim. 2009. Peranan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Konseling Pra Tubektomi Pomeroy
Terhadap fungsi Seksual Pasien Pasca 19. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Tubektomi Pomeroy Di RSUP. H. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Jakarta: Rineka Cipta.
Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 20. BKKBN. 2011. Sterilisasi Kurang
14. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, Ida Mendongkrak Penurunan Fertilitas.
Ayu Manuaba Chandranita, dan Ida Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bagus Gde Manuaba. 2009. KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai