Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Bendung
Definisi bendung menurut analisa upah dan bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken),
bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai
untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat
yang membutuhkannya. Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi
muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran
lewat bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan aliran,
angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman,
efisien, dan optimal, (Mawardi & Memet, 2010).

B. Jenis-Jenis Bendung
Adapun klasifikasi bendung sebagai berikut:
1. Bendung berdasarkan fungsinya:
a. Bendung penyadap, digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai
keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.

b. Bendung pembagi banjir, dibangun di percabangan sungai untuk mengatur muka


air sungai, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai
dengan kapasitasnya.
(Bendung Wilalung di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)
c. Bendung penahan pasang, dibangun dibagian sungai yang dipengaruhi pasang
surut air laut antara lain untuk mencegah masuknya air asin.

(Bendung Pasang di Negara Belanda)


2. Bendung berdasarkan tipe strukturnya:
a. Bendung tetap, bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendunganya
tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
yang dikehendaki. Pada bendung tetap elevasi muka air dihulu bendung berubah
sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik
ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada
daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari
pada di daerah hilir.

(Bendung Tetap di Bogor, Jawa Barat)


b. Bendung gerak, bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi
pembendunganya dapat diubah susuai yang dikehendaki. Pada bendung gerak
elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang
dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air. Bendung gerak biasanya
dibangun pada hilir sungai atau muara.
c. Bendung Karet
Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung tetap menjadi
bendung gerak dengan membuat tubuh bendung dari tabung karet yang
dikembangkan. Bendungan karet berfungsi meninggikan muka air dengan cara
menggembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara
mengempiskannya. Pembukaan bendung bisa dilakukan secara otomatis dengan
pengempisan tabung karet tersebut, sedangkan pengembangannya hanya bisa
dilakukan secara manual. Dibandingkan dengan bendung tetap dan bendung gerak
pintu, bendung karet memiliki kelebihan di samping kekurangan yang ada.
Bendung karet pertama kali dibangun tahun 1957 di Amerika Serikat dengan
menggunakan bahan tekstil untuk membentuk tubuh bendung.
d. Bendung Saringan Bawah
Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air
darisungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah
paritterbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja
(saringan)berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit.
Sebenarnyabongkah dan batu-batu dihanyutkan ke bagian hilir sungai. Bangunan
ini digunakan dibagian/ruas atas sungai dimana sungai hanya mengangkut bahan-
bahan yangberukuran sangat besar.Bendung saringan bawah pada umumnya
dibangunan di daerah hulu di manalokasi ini banyak mengangkut batuan besar
dan permukaan air sungai relatif tinggi.Sehingga dibuat bendung yang renah.
3. Berdasarkan dari segi sifatnya:
a. Bendung permanen, seperti bendung pasangan batu, beton, dan kombinasi beton
dan pasangan batu.
b. Bendung semi permanen, seperti bendung broncong.
c. Bendung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendung
tumpukan batu dan sebagainya.

C. Fungsi Bendung
1. Untuk kebutuhan irigasi
2. Untuk kebutuhan air minum
3. Sebagai pembangkit energy
4. Pembagi atau pengendali banjir
5. Dan sebagai pembilas pada berbagai keadaan debit sungai.

D. Komponen Utama Bendung


1. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung
laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian
ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau
beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh
bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam
keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan
air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat
berat sendiri.
2. Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air, yaitu:
- Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan
untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
- Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
- Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari
pintu air ke dalam konstruksi beton.
- Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
3. Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada
bendung, tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan
bisa juga hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
4. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bending dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu
pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak
pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua
buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu
pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar
dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa
yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan
yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen
dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama
kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi
pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua
bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat
lewat diatasnya.
5. Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung
maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan
setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu
konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk
pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang
lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu :
- Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di
hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
- Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas
mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
- Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler
bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai
bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada
ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai
membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan
lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada
batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
- Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang
olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang
dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut,
yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana
peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar
kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-
blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end
sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari
60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi
pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di
ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang
olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata
aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
- Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk
ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis
tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan
17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan
tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam
ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu factor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics,
V.T.Chow : 417-420)
6. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang
lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan
persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah
mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui
saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk
menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
7. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan :
- Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
- Pengoperasian pintu.
- Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
- Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

E. Syarat-Syarat Konstruksi Bendung


Syarat bendung harus memenuhi beberapa faktor yaitu:
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di
bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air
sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang
diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan
batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.

F. Pemilihan Lokasi Pembangunan Bendung


Pemilihan lokasi bendung harus didasarkan atas beberapa faktor, yaitu:
1. Keadaan topografi
a. Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat
elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu
bendung dapat ditetapkan.
c. Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
2. Keadaan hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor:
i. Faktor faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta
tinggi bendung tergantung pada debit rencana.
ii. Faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan debit
rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan banjir di site
atau bendung.

G. Data-Data
1. Kondisi topografi (data peta topografi)
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik.
2. Kondisi hidrologi dan morfologi (data hidrologi)
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir.
b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir.
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana.
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
3. Kondisi tanah pondasi (data geologi)
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga
bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi
kegempaan dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.
4. Data morfologi sungai
Untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
5. Data karakteristik sungai
Untuk menentukan hubungan antara besaran debit sungai dengan elevasi muka air
banjir.
6. Keadaan batas pada jaringan irigasi
Untuk menentukan dimensi bendung dan bangunan intake.
7. Bangunan-bangunan yang sudah ada (exsisting structure) atau bangunan yang sedang
direncanakan pada sungai tersebut, baik di hulu maupun hilir calon
bendung.
8. Biaya pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentun
pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula
dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

H. Tipe Mercu Bendung


1. Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai sungai,
type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari jari hilir
akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
2. Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada
permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk
bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu
alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang
kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah
tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan,
digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.
3. Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa
batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
4. Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan
galian atau koperan yang sangat besar.

I. Perencanaan Lebar Efektif Bendung


Dalam menentukan lebar efektif bendung dihitung dari lebar rata-rata sungai yang stabil.
Rumus yang digunakan dalam menghitung lebar efektif bendung ini diambil dari KP-02
pada bagian Perencanaan Hidrolis: B-2n*Kp+Ka H1
Be = lebar efektifbendung (m) B = lebar mercu bendung (m) N = jumlah pilar yang
direncanakan Kp = koefisien kontraksi pilar (untuk pilar bulat = 0.01) Ka = koefisien
kontrak pangkal bendung = 0 H = tinggi energi (m) Pada rumus diatas, nilai untuk lebar
mercu bending, jumlah pilar serta koefisien kontraksi pilar dan pangkal bendung
ditentukan dari KP-02.
J. Perencanaan Bangunan Pelengkap
Perhitungan dan Desain Pintu Intake
Pintu pengambilan atau intake merupakan pintu yang digunakan untuk mengambil
debit air sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada perencanaan bangunan intake ini,
jumlah debit yang diambil pada DAS Cipasauran sebesar 0.6m3/detik. Nilai jumlah
debit sendiri ditentukan setelah dilakukan analisis kebutuhan air serta perkiraan jumlah
debit air yang dibutuhkan untuk menambah debit pada DAS Cidanau. Bangunan
intake sendiri direncanakan pada elevasi +21 pada kontur DAS Cipasauran. Pada
perencanaan bangunan digunakan acuan KP-02 pada bagian bangunan pengambil dan
pembilas. Pada awal perencanaan, kapasitas pengambilan air harus sekurang-
kurangnya 120% dari debit yang diinginkan dengan mengggunakan rumus sebagai
berikut : Qp = Qd120%
Qp = kapasitas debit (120%) Qd = debit andalan/ debit yang diinginkan (m3/detik)
Tinggi pintu bukaan didesain dan dihitung berdasarkan jenis pintu yang direncanakan
serta lebar bukaan saluran intake. Berdasarkan KP-02, rumus yang digunakan dalam
menghitung tinggi bukaan pintu adalah : a = Q p *b*2*g*z
a = tinggi bukaan pintu (m) Qp = kapasitas debit (120%) = koefisiensi debit 9 b =
lebar bukaan (m) g = gravitasi (m2/detik) z = kehilangan tinggi energy pada bukaan
pintu. Penentuan koefisien debit menggunakan acuan KP-02. Lebar bukaan pintu
diambil berdasarkan lebar bendung yang direncanakan. Kehilangan tinggi energi pada
bukaan pintu intake ditentukan untuk mencegah terjadinya pengendapan sedimen yang
terbawa oleh sungai. Setelah didapatkan nilai berupa tinggi jagaan pintu serta lebar
pintu intake, kemudian didesain bentuk pintu serta saluran menggunakan software
Autocad.
Perhitungan dan Desain Pintu Pembilas
Bangunan pintu pembilas didesain tepat berada di sebelah bangunan intake. Pintu
pembilas berfungsi untuk membuang sedimen kasar yang akan masuk ke saluran
intake. Dalam perencanaannya digunakan nilai debit banjir 100 tahun (Q100) sebab
perkiraan umur untuk bangunan pembilas yaitu selama 100 tahun. Tinggi dari
bangunan pembilas sama dengan tinggi bendung sehingga dapat melewati air banjir.
Dalam menentukan desain pintu pembilas ada beberapa hal yang harus diperhatikan
menurut pedoman dari KP-02 dan KP-04 :
a) Panjang pembilas dihitung bersama pilarnya lebih baik 1/6 1/10 dari panjang
bendung jika sungai tidak lebih dari 100 m
b) Panjang pembilas dapat diambil 60 % dari panjang total bangunan pembilas.
c) Kecepatan pembilas tidak lebih dari 3 m/detik.
d) Lebar pintu pembilas lebih baik tidak leboh dari 2 m.
Perhitungan dan Desain Kolam Olakan
Aliran air yang melewati mercu bendung mempunyai kecepatan yang tinggi yang bisa
menyebabkan terganggunya kestabilan bendung sehingga diperlukan bangunan
peredam energi untuk mengurangi kecepatan aliran tersebut. Kolam olakan merupakan
salah satu tipe bangunan dalam meredam energi aliran. Penentuan bilangan Froude
diperlukan untuk menentukan tipe kolam olak seperti apa yang dibutuhkan. Tipe-tipe
kolam berdasarkan bilangan Froude adalah sebagai berikut :
a. Untuk Fr<1.7, tidak diperlukan kolam olakan. Pada salura tanah bagian hilir harus
dilindungi dari erosi, saluran pasangan bata/beton, tidak memerlukan lindungan
khusus.
b. Untuk 1.7 < Fr < 4.5, maka kolam olak diperlukan untuk meredam energy secara
efektif. Untuk penurunan muka air 1.5 m digunakan bangunan terjun.
c. Untuk 2.5 < Fr < 4.5, maka dibangun kolam olakan USBR tipe IV. Situasi ini
merupakan situasi paling solid dan biasanya jarang digunakan. Jika didapatkan nilai
Fr ini, biasanya diusahakan untuk melebarkan atau mengecilkan bilangan Froude.
d. Fr > 4.5, maka digunakan kolam olakan USBR tipe III. Bangunan ini merupakan
bangunan paling.

K. Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya
akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan
hambatan yang paling kecil yang disebut Creep Line, maka untuk memperbesar
hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu
dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau
teori :
- Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
- Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yangdiperlukan
oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan
perbandingan 3:1.

L. Menentukan Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung, antara
lain:
Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran
air yang meresap di dalam tanah
Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air
minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang
direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan
oleh gaya gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
- Gaya berat
- Gaya gempa
- Tekanan Lumpur
- Gaya hidrostatis
- Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Oleh :

I Made Adi Wirawan ( 1304105010 )


Fransiskus Budiasta Hudi ( 1304105013 )

Ni Made Putri Irmayani ( 1304105014 )

I Gede Mega Antara ( 1304105015)

Ni Putu Anna Saridewi Sepdyani ( 1304105016 )

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Anda mungkin juga menyukai