Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi


seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah
sakit berbeda-beda. berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan
salah satu aspek yang Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat
memberikan Pelayanan Kesehatanseoptimal mungkin, memberikan informasi
secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan
kualitas asuhan keperawatan(askep) yang diberikan yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagaiperawat
profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa,
hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan
keperawatan aecara tepat dan ilmiah diharapkan mampu
meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia.

Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau


plasrtik, melalui uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua jenis
kateterisasi yaitu menetap dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi
dinamakan selang kateter, selang kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang
terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon yang fungsi dari alat
kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung kemih
adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni
yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang
ginjal. Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik
atau karet melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria).

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara


pemasangan Kateter Kandung kemih, Asuhan keperawatan Protap kondom
Kateter, Protap Penggunaan Urinal, dan Penggunaan Pispot pada Klien.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mampu memahami tentang pemasangan kateter kandung


kemih.
2. Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap
kondom kateter.
3. Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap
penggunaan urinal.
4. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dalam
penggunaan pispot pasa klien.
1.3 Indikasi
1.3.1 Kateter Sementara
Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria. Pengambilan
urine residu setelah pengosongan urinaria.

1.3.2 Kateter Tetap Jangka Pendek

1. Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)


2. Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan.
3. Untuk memantau output urine
4. Kateter tetap jangka panjang:
Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
Klien dengan penyakit terminal

2
1.4 Kontraindikasi
Hematoris (keluarnya darah dari urine)
1.5 MacamMacam Kateter Dan Ukuran Kateter
1.5.1 Jenis-jenis kateter:

1) Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
2) Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam
jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu).
3) Kateter silicon murni atau teflon : untuk menggunakan dalam jangka waktu
lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur pada meathur uretra
4) Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut
tidak panas dan nyaman bagi uretra.
5) Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada
pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.
1.5.2 Ukuran kateter

1. Anak : 8- 10 french (Fr)


2. Wanita : 14-16 Fr
3. Laki-laki : 16-18 Fr

BAB II

3
TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih


1. Alat Dan Bahan :

1) Bak instrumen
2) Spuit 10-15 cc
3) 2 buah bengkok
4) 2 Handscoon (handscoon bersih dan steril)
5) Aquadest
6) Gunting plaster
7) Perlak/pengalas
8) Duk bolong
9) Pinset anatomis
10) Kateter steril sesuai ukuran
11) Urine bag/kantung penampung urine
12) Kasa steril
13) Kasa urine bag
14) Jelly/vaselin
15) Selimut
16) Antiseptic
17) Obat : aquades, bethadine, alkohol 70%
18) Sampiran

2. Penatalaksanaan:
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang
sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

4
a) Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau
hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang
dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari
meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali
lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri
memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan
dipertahankan tetap steril.
b) Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi
dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal
ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora
dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk
penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita
laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah
masuk karena urethra berbelit-belit.

8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta


untuk menarik nafas dalam.

a) Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi


tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa,
tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan
dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran
pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba
lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken
di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3
cm.
b) Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang
tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita
menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada
hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal

5
kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar
sedalam 18 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

9. Mengambil spesimen urine kalau perlu

10. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai

11. Memfiksasi kateter :

a) Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen


b) Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

12.Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemi

13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang


meliputi :

a) Hari tanggal dan jam pemasangan kateter


b) Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
c) Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
d) Nama terang dan tanda tangan pemasang

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

6
Dari hasil pembuatan makalah ini maka, kami dapat menyimpulkan bahwa
Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikanPelayanan
Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan
memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas asuhan
keperawatan (askep)yang diberikan yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat meningkatkan brand kita sebagaiperawat profesional. Pemberian
Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga
bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan
ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di
indonesia.

3.1.2 Saran

Kami mengharapkan pada teman-teman yang nantinya akan menjadi


seorang perawan layaknya harus melayanin masyarakat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Gardjito Widjoseno, 1994, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu


Bedah RSUD, Urologi, Surabaya.

7
Kusyati Eni.2006. Ketrampilan Dasar dan Prosedur Laboratorium: EGC
Uliya, Musrifatul,dkk. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik : Salemba Medika
Aziz, Alimul,dkk.2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Aziz, Alimul Hidayat dan Uliyah Musrifatul.2008. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Senoputra Adrian (21:36), Prosedur Protap Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai