Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok 2:

1. Carina Bella Donna


2. Fany Triana Putri
3. Harry Pribadi
4. Jamaluddin Malau
5. Siskawati Eka Putri
6. Sugiono Sinurat

Marketing Ethics: Product Safety and Pricing


Diskusi kasus: keamanan produk di beberapa industri otomotif

Kasus klasik dalam sejarah keamanan produk dan tanggung jawab purnajual produk-
dari MacPherson v. Buick pada 1916 untuk ban Firestone/Ford. Pengembangan kasus
beberapa tahun terakhir telah melibatkan industri otomotif. Sebelum tahun 1916, kewajiban
hukum di Amerika Serikat tentang tanggung jawab purna jual umumnya mengikuti prinsip
caveat emptor artinya biarkan pembeli berhati-hatilah, Selama tidak ada penipuan atau
paksaan, hukum diasumsikan bahwa pembeli berada dalam posisi terbaik untuk melindungi
diri dari produk yang tidak aman. Produsen tidak ada kewajiban hukum apabila konsumen
dirugikan karena produk mereka.
Pada tahun 1916 berubah ketika MacPherson v.Buick pada 1916. Adanya kasus
kecelakaan yang mengakibatkan cedera serius, kecelakaan terjadi karena jari-jari kayu yang
rusak pada roda mobil, New York State.Pengadilan menyimpulkan bahwa konsumen bisa
menuntut produsen harus bertanggung jawab apabila dirugikan oleh produk mereka dengan
cara membuktikan bahwa produsen lalai pada desain atau cacat produk. Mahkamah
berpendapat bahwa produsen adalah lalai untuk memeriksa roda yang cacat sebelum produk
dipasarkan.Maka akibat adanya banyak kasus kecelakaan maka produsen harus bisa
menjamin bahwa produk ini aman dengan melakukan kontrol ketat harus ada produk standar,
inpeksi proses pembuatan produk, & proses kualitas kontrol untuk mencegh produk cacat,
Selain tu produsen berkewajiban tanggung jawab apabila ada kerugian konsumen terhadap
produk yang digunakan bisa berupa ganti rugi.
Selama 1970-an, Ford Motor Company Pinto berlokasi di Amerika Serikat yang
terlibat kasus terkenal tentang tanggung jawab produk purna jual. Kasus ini berawal dari
persainganketat produsen mobil asing, Ford Motor Company memulai upaya untuk
membawa mobil subkompak ke pasar pada akhir tahun 1960. Ford berkomitmen untuk
menciptakan mobil dengan biaya kurang dari $2000 dan diakan pasarkan beberapa tahun
kemudian. (Sebagai perbandingan yang sangat populer tahun 1970 Volkswagen menciptakan
Beetle dengan biaya $1900.) Bukti-bukti yang dihasilkan selama kasus adanya biaya
penciptaan mobil murah yang akan mengesampingkan faktor keselamatan untuk memenuhi
harga selain itu penjadwalan target.
Salah satu rekayasa yaang dilakukan pada mobil Ford Pinto yaitu desain dan
penempatan tangki bahan bakar yang ditempatkan dibelakang poros bukan diatas poros yang
seusuai dilakukan perusahaan mobil eropa dan Jepang, hal ini bertujuan untuk menurunkan
biaya produksi.Target harga, style desain, dan berat yang mengakibatkan Ford Pinto
mengesampingkan fitur keamanan, termasuk bumper yang tahan kecelakaan, Struktur
kerangka yang kuat, dan pelindung di sekitar tangki bahan bakar. Setelah tes kecelakaan
mengungkapkan hanya pada kecepatan 20mil perjam mengakibatkan tangki bahan bakar
pecah. Ford manajemen memutuskan bahwa pendesainan ulang akan membutuhkan biaya
yang mahal. Bukti di persidangan menunjukkan bahwa Manajemen Ford manajemen
dianggap tidak bertanggung jawab secara finansial apabila ada kematian dan cedera yang
mungkin terjadi akibat kecelakaan, tapi memutuskan akan desain ulang atau kalau tidak akan
kehilangan pangsa pasar yang besar.
Pada tahun 1972 Ford Pinto terlibat dalam kecelakaan belakang yang dihasilkan
ketika Pinto terhenti di lalu lintas berat di jalan bebas hambatan California. Kecelakaan
diperkirakan terjadi pada kecepatan antara 28 dan 37 mil per jam dan mengakibatkan
kematian pengemudi dan luka bakar serius bagi penumpang, Beberapa tahun kemudian,
negara bagian Indiana Ford Motor Company didakwa karena melakukan kelalaian
pembunuhan pada tahun 1978 kasus di mana gadis-gadis remaja di mana tangki bensin Pinto
Ford meledak namun dibebaskan dari tuduhan-tuduhan pidana ini.
Baru-baru ini Ford Motor Company telah terlibat dalam kasus tanggung jawab
berkenaan dengan pengembangan model mobil SUV dan Firestone Ban. Pada Mei 2000, dan
National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) mulai melakukan penyelidikan
laporan bahwa ban Firestone mengalami pemisahan tapak yang menyebabkan kecelakaan
dengan korban mengalami kematian dan luka-luka. Pada bulan Agustus tahun itu, NHTSA
mengeluarkan laporan publik yang menghubungkan ban Firestone, banyak dijual sebagai
perlengkapan standar pada Ford Explorers, tuntutan diajukan di Florida kepada Firestone dan
Ford yang telah melakukan kelalaian dan mengklaim bahwa ban sangat rentan terhadap
kecelakaan ketika ban selip. Pada pertengahan Agustus, NliTSA menyelidiki hampir seratus
kematian, Firestone (dan perusahaan induk mereka, Bridgestone), mengingatkan 6,5 juta ban
yang telah dijual untuk truk ringan dan SUV untuk ditarik. Pada saat penarikan kembali ini,
Firestone membantah telah diidentifikasi bahwa tidak ada desain atau cacat proses
manufaktur & recall itu dikeluarkan hanya untuk berjaga-jaga
Pada bulan-bulan berikutnya, tuduh-menuduh antara Firestone dan Ford muncul
dalam pers dan pada sidang Kongres. Pada bulan Desember Firestone mengakui bahwa
kesalahan desain dan proses pembuatan di Illinois pabrik karet yang bertanggung jawab
untuk pemisahan tapak. Tetapi mereka juga menyatakan bahwa lebih rendah tekanan ban dan
beban kendaraan yang direkomendasikan ford salah. Firestone terus menekankan bahwa
kecelakaan yang melibatkan Ford Explorer secara signifikan lebih umum daripada dengan
kendaraan lain. Sementara masalah pemisahan tapak, crash dan rollovers adalah hasil dari
berbagai faktor lainnya, termasuk desain dan produk rekomendasi untuk Ford Explorer.
Memo internal dari kedua perusahaan menunjukkan bahwa masalah telah menjadi perhatian
selama bertahun-tahun. Pada bulan Januari 1999, Ford telah meminta perubahan proses
pembuatan ban untuk truk dan SUV yang dijual di Argentina dan mulai penarikan sukarela di
Amerika Selatan. Ford menyatakan bahwa kondisi mengemudi yang unik di Amerika Selatan
dimana mengemudi secara bertanggung jawab dan karena itu penarikan tidak meluas
Amerika Serikat. Pasar dan tidak ada yang melaporkan masalah untuk NHTSA. Ford terus
bersikeras bahwa satu-satunya masalah beristirahat dengan ban Firestone dan tidak dengan
Explorer. Februari 2001, NHTSA melaporkan lebih dari 175 kematian dan lebih dari 700
cedera akibat cacat produk ini.Pada tanggal 21 Mei 2001, Firestone mengakhiri 95 tahun
lama hubungan dengan Ford, mengatakan bahwa 'fondasi dasar hubungan kita telah serius
terkikis.' Keesokan harinya, Ford mengumumkan bahwa mereka akan mengingat 13 juta
Firestone ban Wilderness tersisa pada kendaraan, dengan mengatakan bahwa itu tidak lagi
memiliki keyakinan dalam keselamatan mereka.

1. Is it reasonable to assume that when you purchase a product you will be safe from
harm as long as you use the product in the way it was designed?

Menurut kelompok kami, membeli produk yang nantinya aman buat kita adalah
tindakan yang masuk akal, karena tentu kita tidak akan membeli produk yang cacat, tentu
kita akan memilih produk yang terbaik, apalagi jika produk tersebut bersifat jangka
panjang, dan sudah sesuai dengan standar pabrik. Namun jika dilihat dalam kasus ini, hal
itu merupakan tindakan yang tidak masuk akal, karena kondisi mobil sudah dilakukan
tes drive dan pengecekan desain, bahwa perusahaan telah mengetahui desain produk
mobil Pinto tersebut akan membahayakan konsumen.
Posisi tanki bensin yang tidak sesuai dengan prosedur perakitan menyebabkan
pembeli dalam kondisi bahaya. Seharusnya pinto tidak diluncurkan, namun karena
perusahaan memikirkan cost dan benefitnya, maka perusahaan lebih memilih
meluncurkan mobil tersebut daripada harus mengalami kerugian yang lebih banyak.
Tindakan perusahaan tersebut sesuai dengan paham utilitarianisme, yang hanya
memperhatikan profit tanpa melihat dampak negatif yang akan diterima oleh pembeli
dan perusahaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan telah menyalahi etika
bisnis, dan semestinya Ford tidak melimpahkan seluruh kesalahannya kepada Firestone.
Contoh lain selain Ford yang mengalami permasalahan pada mobil salah satunya ada
Lexus ES350, namun untuk kasus Lexus ini tidak terjadi kesalahan pada desain mobil
melainkan pada brake, dimana rem tidak dapat berfungsi secara maksimal ketika
pengemudi mengendarai mobil dengan kecepatan 100mph, sehingga menyebabkan
kecelakaan, dan pada tahun 2007-2010 Lexus ES350 ditarik dari pasaran.

2. Do manufacturers implicity promise safety as an element of their product? Should


they be free to limit that implicit promise by explicitly disavowing it?
Kasus henningsen dengan bllofield mottors pada tahun 1960 memberi gambaran
bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk menjamin produk mereka aman bagi
pengguna. Pada kasus ini pengadilan tinggi new jersesy memvonis manufaktur dan
retailer sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kecelakaan tersebut, walaupun
tidak sepenuhnya kesalahan perusahaan. Apabila produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tidak menyangkut tentang keselamatan maka perusahaan dapat menyebutkan
kelemahannya tersebut.

3. Is it fair to hold manufacturers liable for harms caused by their products even if they
were not negligent in the design or production of it?
Menurut kelompok kami, jika dilihat dari pandangan utilitarian maka perusahaan
tidak bertanggungjawab atas hal-hal yang membahayakan pengguna jika produk yang
digunakan telah sesuai dengan standar dan telah melewati proses uji coba keamanan.
Akan tetapi, jika pada kasus ini perusahaan wajib bertanggungjawab dikarenakan mereka
telah memalsukan dokumen. Produk yang seharusnya tidak layak untuk dijual dan
membahayakan pembeli pun tetap dijual karena mengejar keinginan semata. Jika produk
yang dipasarkan sesuai dengan standar dan telah lulus uji keamanan maka tingkat
prosesntase bahaya juga akan mengecil, diiringi dengan penggunaan yang sesuai dengan
buku petunjuk atau SOP.
Dilihat dari pandangan etika atau kantian, untuk tetap menjaga nama baik dan
reputasi. Perusahaan sebaiknya tetap bertanggungjawab jika ada hal-hal membahayakan
yang terjadi dikararenakan pasti ada kemungkinan kecil dari produk itu akan ada yang
defect maupun tidak sekalipun. Akan tetapi, cara yang dilakukan harus benar. Seperti
bukan meminta maaf tetapi lebih ke menunjukkan rasa simpati kepada korban, karena
walaupun bahaya itu bisa disebabkan oleh produk yang dipakai akan tetapi kesalahan
fatal bisa saja terjadi karena pengguna tidak menggunakan produk itu dengan
semestinya. Jadi, kesalahan bukan sepenuhnya milik perusahaan.

4. Compare howw the Firestone and Ford management reacted to crisis situations to the
way that Enron and Arthur Andersen management (as described in the opening case
of Chapter 6) reacted to theri crisis. In what ways were they similiar? How were they
alike?

Anda mungkin juga menyukai