Anda di halaman 1dari 7

Studi Pengaruh Dekomposisi Selulosa dan Ligni Terhadap Nilai Kalor

Produk Torefaksi Sampah Kota

Rafiandy D. Putraa, Toto Hardiantob


Laboratorium Termodinamika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung

Jalan Ganesa 10 Bandung, Indonesia


a
rafiandy.dwi@gmail.com btoto@termo.pauir.itb.ac.id

Abstrak
Torefaksi sampah kota pada rentang temperatur 200C-300C sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Pada rentang temperatur tersebut, hanya komponen hemiselulosa yang
terdekomposisi secara sempurna, sedangkan komponen selulosa dan lignin tidak
terdekomposisi secara sempurna. Penelitian ini ingin megidentifikasi pengaruh dekomposisi
selulosa dan lignin terhadap nilai kalor produk torefaksi sampah kota. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan dalam rentang temperatur 300C-500C. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan eksperimen proses torefaksi dan pengujian
nilai kalor. Hasil pengujian menunjukan bahwa nilai kalor produk torefaksi campuran sampah
kota pada daerah dekomposisi selulosa dan lignin adalah sebesar 5545 kkal/kg, setara dengan
batubara subbituminous B. Nilai kalor produk torefaksi tersebut lebih rendah daripada produk
torefaksi pada daerah dekomposisi hemiselulosa. Hal ini diakibatkan muculnya f enomena
pembakaran terbatas.

dan Singapura dalam mengatasi


1. Pendahuluan permasalahan sampah kota. Kedua negara
Sampah kota masih merupakan suatu tersebut lebih memilih membuat
masalah besar yang sering dihadapi kota pembangkit listrik bertenaga sampah kota.
kota besar di Indonesia, contohnya Kota Selain dapat mengurangi volume sampah
Bandung. Meningkatnya produksi sampah secara signifikan, metode tersebut dapat
tiap tahunnya, tidak diimbangi dengan menambah pasokan listrik di negara
system atau metode pengelolaan sampah tersebut. Dengan produksi sampah kota
yang baik. Di Kota Bandung metode yang besar, potensi sampah kota sebagai
pengelolaan sampah yang paling sering bahan bakar pembangkit listik pun juga
digunakan adalah penimbunan sampah di besar [1][2][3][4][5][6]. Namun, metode
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). tersebut bukannya tanpa kekurangan.
Metode tersebut terbukti tidak cukup Karakteristik sampah kota yang memiliki
efektif dalam menangani permasalah kandungan air yang tinggi dan nilai kalor
sampah. yang rendah membuat efisiensi
pembangkit tersebut menjadi rendah. Oleh
Metode penimbunan sampah kota di karena itu, diperlukan suatu proses guna
TPA sudah tidak menjadi senjata andalan meminimalisasi masalah tersebut.
di beberapa negara maju, seperti Jepang
Proses torefaksi sampah kota
merupakan salah satu cara untuk
meminimalisasi masalah yang ada dalam
pemanfaatan sampah kota sebagai bahan
bakar pembangkit listrik. Torefaksi
merupakan perlakuan panas pada kondisi
inert. Torefaksi dapat mengurangi kadar
air dan meningkatkan nilai kalor sampah
kota. Penelitian tentang torefaksi sampah
kota sudah pernah dilakukan sebelumnya
oleh Tim Peneliti Laboratorium Gambar 1 Komposisi sampah kota di
Termodinamika PAUIR ITB[7]. TPA Kota Bandung [1]

Pada penelitian tersebut, rentang Gambar 1 menjelaskan komposisi


temperatur torefaksi yang digunakan sampah kota di TPA Kota Bandung.
adalah dari 200C sampai 300C. Pada Sampah kota di Kota Bandung didominasi
rentang tersebut, hanya komponen oleh komponen organik. Komponen
hemiselulosa pada sampah kota yang telah organik berisikan sampah pepohonan,
terdekomposisi secara sempurna, seperti daun dan ranting dan sampah sisa
sedangkan komponen selulosa dan lignin makanan. Setelah dikaji, jenis sampah kota
belum terdekomposisi secara sempurna. yang dipilih pada penelitian ini adalah
Pada penelitian ini akan diidentifikasi daun dan ranting, untuk mewakili sampah
pengaruh dekomposisi komponen selulosa pepohonan, nasi, kulit pisang, dan kulit
dan lignin terhadap nilai kalor produk jeruk untuk mewakili sampah sisa
torefaksi sampah kota. Dekomposisi dari makanan.
kedua komponen tersebut diharapkan
dapat meningkatkan nilai kalor dari produk 2.2 Eksperimen
torefaksi sampah kota. Pada penelitian ini Pada penelitian ini, proses torefaksi
akan dilakukan eksperimen dan pengujian yang diinginkan berada pada daerah
supaya pengaruh dekomposisi komponen dekomposisi selulosa dan lignin. Selulosa
komponen tersebut terhadap nilai kalor akan terdekomposisi secara maksimal pada
produk torefaksi sampah kota dapat lebih temperatur 300C-400C, sedangkan
jelas teridentifikasi. lignin terdekomposisi pada temperatur
200C-500C. Temperatur proses torefaksi
pada penelitian ini dipilih berkisar antara
2. Metode Eksperimen 300C-500C dan dipilih lima temperatur
uji, yaitu 300C, 330C, 360C, 400C,
2.1 Sampel Penelitian 500C.
Sampah kota merupakan komponen
yang heterogen. Oleh karena itu, pada Eksperimen proses torefaksi pada
penelitian ini dipilih jenis jenis sampah penelitian ini akan dilakukan
yang diharapkan dapat mewakili sampah menggunakan dua alat, yaitu
kota di Kota Bandung. Gambar 1 thermogravimetry processor dan reaktor
menunjukan komposisi sampah kota di torefaksi. Thermogravimentry processor
TPA Kota Bandung. dibutuhkan untuk mrngamati karakteristik
sampah kota pada saat proses torefaksi.
Reaktor torefaksi dibutuhkan untuk
menghasilkan produk torefaksi yang akan
diuji nilai kalornya karena produk
torefaksi hasil thermogravimetry processor
sangat sedikit. Nilai kalor produk torefaksi
akan diuji menggunakan kalorimeter bom
di tekMIRA Gambar 2 menunjukan alat
thermogravimetry processor, Gambar 3
menunjukan reaktor torefaksi, dan Gambar
4 menunjukan skema kalorimeter bom.

Gambar 4 Skema kalorimeter bom

Gambar 2 Thermogravimetry Processor

3. Hasil dan Analisis


3.1 Kurva Karakteristik Penurunan
Massa
Eksperimen proses torefaksi dengan
menggunakan alat thermogravimetry
processor menghasilkan kurva
karakteristik penurunan massa. Kurva
tersebut yang dapat menggambarkan
karakteristik dekomposisi sampah kota
pada saat proses torefaksi berlangsung.
Gambar 5 menunjukan kurva karakteristik
penurunan massa komponen daun.

Gambar 3 Reaktor torefaksi

Gambar 5 Kurva karakteristik penurunan


massa daun

Gambar 5 menunjukan kurva


karakteristik penurunan massa daun. Pada
grafik tersebut terlihat bahwa semakin
tinggi temperatur torefaksi, maka semakin
sedikit massa produk yang tersisa. Kurva 5000

Nilai Kalor (kkal/kg)


tersebut juga menunjukan semakin tinggi 4000
temperatur torefaksi, maka semakin besar 3000
2000
pula derajat dekomposisinya. Keempat 1000
komponen sampah lainnya juga 0
menunjukan tren yang mirip dengan Produk Torefaksi Daun
komponen daun. Fraksi sisa massa tiap
komponen sampah ditunjukan oleh Tabel 1. T300 T330 T360 T400 T500

Tabel 1 Fraksi sisa massa produk


torefaksi Gambar 6 Nilai kalor produk torefaksi
daun
Daun Ranting K. Pisang K. Jeruk Nasi
T300C 0.54 0.53 0.52 0.43 0.21 6000

Nilai Kalor (kkal/kg)


T330C 0.52 0.45 0.49 0.42 0.18 5000
4000
T360C 0.44 0.41 0.46 0.37 0.17 3000
2000
T400C 0.37 0.36 0.35 0.33 0.12 1000
T500C 0.30 0.29 0.24 0.26 0.10 0
Produk Torefaksi Ranting
Dari tabel 1 dapat diambil kesimpulan
T300 T330 T360 T400 T500
bahwa penurunan massa pada temperatur
300C-400C lebih besar dibandingkan
pada temperatur 400C-500C. Hal ini Gambar 7 Nilai kalor produk torefaksi
disebabkan karena pada rentang 400C- ranting
500C hanya tinggal lignin yang tersisa
yang terdekomposisi, sedangkan pada
rentang temperatur 300C-400C selulosa
6000
dan lignin masih terdekomposisi.
Nilai kalor (kkal/kg)

5000
4000
3.2 Hasil Pengujian Nilai Kalor tiap 3000
2000
Komponen Sampah Kota 1000
Pengujia nilai kalor tiap komponen 0
Produk Torefaksi Kulit Pisang
sampah kota merupakan pengujian inti
dalam penelitian ini. Selain untuk melihat
T300 T330 T360 T400 T500
pengaruh dekomposisi selulosa dan lignin
terhadap nilai kalor, pengujian ini akan
dijadikan dasar dalam merumuskan Gambar 8 Nilai kalor produk torefaksi
torefaksi campuran sampah kota. Hasil kulit pisang
Pengujian nilai kalor dikelompokan tiap
komponen sampah kota agar memudahkan
dalam menentukan pengaruh temperatur
terhadap nilai kalor. Hasil pengujian nilai
kalor disajikan pada grafik di bawah ini.
7000 mempunyai nilai kalor yang tinggi.
Nilai Kalor (kkal/kg) 6000 Dengan diketahuinya penurunan nilai
5000
4000 kalor, banyaknya komponen fixed carbon
3000 akan dapat diketahui. Menurut penelitian
2000
1000 yang dilakukan oleh Chun-Yang Ying [8],
0
Produk Torefaksi Kulit Jeruk kehilangan 1%db akan mengurangi niai
kalor sebanyak 60,25 kkal/kg. Setelah
T300 T330 T360 T400 T500 melalui perhitungan, penurunan nilai kalor
produk torefaksi daun dari temperatur
330C-500C disebabkan terbakarnya
Gambar 9 Nilai kalor produk torefaksi
kulit jeruk 5,9%db fixed carbon.

8000
3.3 Torefaksi Campuran Sampah
7000
Nilai Kalor (kkal/kg)

6000 Kota pada Daerah Dekomposisi


5000
4000 Selulosa dan Lignin
3000 Seperti yang telah dijelaskan
2000
1000 sebelumnya, sampah kota merupakan
0
Produk Torefaksi Nasi komponen yang heterogen. Oleh karena itu,
pembuatan model campuran sampah kota
300 330 360 400 500 yang dapat mewakili sampah kota
Bandung perlu dilakukan. Model
Gambar 10 Nilai kalor produk torefaksi campuran sampah kota yang digunakan
nasi pada penelitian ini tertera pada Tabel 2.

Gambar 6 sampai dengan Gambar 10 Tabel 2 Komposisi model campuran


menggambarkan pengaruh temperatur sampah kota
torefaksi terhadap nilai kalor produk
Persentase Massa
torefaksi tiap komponen sampah kota. Komponen
(%)
Nilai kalor produk torefaksi sampah kota
sebelumnya diprediksi akan semakin besar Daun 35
seiring menigkatnya temperatur torefaksi. Ranting 12
Namun, pada komponen daun, nilai kalor Kulit Pisang 22
produk torefaksi daun menurun seiring Kulit Jeruk 19
meningkatnya temperatur torefaksi. Nasi 12

Menurunnya nilai kalor daun


ditengarai disebabkan adanya fenomena Pembuatan model campuran sampah
pembakaran terbatas. Fenomena kota pada Tabel 2 ditentukan dari besar
pembakaran terbatas dapat terjadi akibat potensi produksi tiap komponen sampah
adanya kandungan oksigen pada sampel kota.
daun. Dengan meningkatnya temperatur Setelah penentuan model campuran
torefaksi, potensi terjadinya reaksi sampah kota, perhitungan temperatur
pembakaran akan semakin besar. Reaksi proses torefaksi campuran sampah kota
pembakaran tersebut dapat mengurangi perlu dilakukan guna menghasilkan
nilai kalor dari produk torefaksi daun. produk torefaksi yang optimum.
Reaksi pembakaran yang terjadi Temperatur operasi optimum ditentukan
ditengarai dialami oleh komponen fixed dengan menggunakan dua cara, yaitu
carbon karena komponen fixed carbon metode analitik terbatas dan perhitungan
nilai kalor campuran sampah kota pada
tiap temperatur uji proses torefaksi.
Metode analisis terbatas merupakan
metode yang menggunakan perhitungan
matematik. Penentuan temperatur operasi
optimum dengan metode ini menggunakan
Persamaan - persamaan di bawah ini.

Gambar 11 Nilai kalor produk torefaksi


(Persamaan 1) campuran sampah kota

Keterangan: Pada Gambar 11, terlihat bahwa


produk torefaksi campuran sampah kota
T(C) : Temperatur optimum torefaksi mencapai nilai kalor tertinggi pada
campuran sampah kota temperatur 392C. Namun, kenaikan nilai
kalor dari temperatur 360C ke 392C
X1 : Persentase massa komponen daun
sangat sedikit. Oleh karena itu, temperatur
X2 : Persentase massa komponen ranting optimum torefaksi campuran sampah kota
yang dipilih adalah 360C, dengan nilai
X3 : Persentase massa komponen kulit kalor sebesar 5545 kkal/kg.
pisang
Produk torefaksi campuran sampah
X4 : Persentase massa komponen kulit kota pada daerah dekomposisi selulosa dan
jeruk lignin setara dengan batubara
subbituminous B. Bila dibandinkan
X5 : Persentase massa komponen nasi dengan produk torefaksi campuran sampah
kota pada daerah dekomposisi
hemiselulosa dan lignin, produk torefaksi
pada penelitian ini mengalami penurunan.
Hal ini diakibatkan oleh turunnya nilai
(Persamaan 2) kalor komponen daun seiring
meningkatnya temperatur torefaksi yang
diakibatkan oleh fenomena pembakaran
Dengan menggunakan persamaan terbatas.
diatas, didapat temperatur optimum
dengan menggunakan metode analitik
terbatas sebesar 392C dengan nilai kalor 4. Kesimpulan dan Saran
sebesar 5575 kkal/kg. Torefaksi campuran sampah kota
yang diteliti pada penelitian ini berada
Metode kedua untuk penentuan pada daerah dekomposisi selulosa.
temperatur optimum torefaksi campuran Serangkaian kajian dan pengujian telah
adalah dengan menghitung nilai kalor dilakukan untuk megidentifikasi pengaruh
produk torefaksi campuran sampah kota dekomposisi selulosa dan lignin terhadap
pada tiap temperatur uji. Hasil dari nilai kalor produk torefaksi campuran
perhitungan tersebut dibandingkan dengan sampah kota. Dari penelitian ini dapat
nilai kalor yang diperoleh dengan metode disimpulkan bahwa nilai kalor maksimal
analitik terbatas dalam bentuk grafik produk torefaksi campuran sampah kota
seperti pada Gambar 11. pada daerah dekomposisi selulosa dan
lignin adalah sebesar 5545 kkal/kg pada
temperatur torefaksi 360C. Hasil ini lebih campuran sampah kota perlu
rendah dibandingkan nilai kalor produk divalidasi dengan pengujian agara biasa
torefaksi campuran sampah kota pada dilihat keakuratan hasil perhitungan.
daerah dekomposisi hemiselulosa pada
penelitian sebelumnya. Rendahnya nilai
kalor produk torefaksi pada penelitian ini
disebabkan fenomena pembakaran terbatas
yang potensinya akan meningkat seiring
meningkatnya temperatur operasi torefaksi.
Uji analisis proksimat sebaiknya
dilakukan pada penelitian selanjutnya guna
memastikan penyebab fenomena
pembakaran terbatas. Selain itu, hasil
perhitungan nilai kalor produk torefaksi

Referensi
[1] Ari Darmawan Pasek, Toto Hardianto, Willy Adriansyah, dkk., 2007, Laporan Akhir
Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Dengan Bahan Bakar Sampah Di Kota Bandung,
LPPM ITB, Bandung.
[2] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Dalam Angka 2014, Badan Pusat
Statistik, Jakarta, 2014.
[3] Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2015, Badan Pusat
Statistik, Surabaya, 2015.
[4] Badan Pusat Statistik Kota Bandung, Kota Bandung Dalam Angka 2015, Badan Pusat
Statistik, Bandung, 2015
[5] Andarini, Kajian Komposisi dan Karakteristik Sampah Kota Bogor, Tugas Sarjana,
Teknik Lingkungan FTSL ITB, Bandung, 2012.
[6] Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Kota Semarang Dalam Angka 2014, Badan Pusat
Statistik, Semarang, 2014
[7] Adrian Rizqi Irhamna, Pengembangan Metode Pembuatan Bahan Bakar Padat Setara
Batubara Dari Sampah Kota Melalui Proses Torefaksi Batch Simultan, Tugas Sarjana,
Teknik Mesin FTMD ITB, Bandung, 2013.
[8] Chun-Yang Yin, Prediction of Higher Heating Values of Biomass from Proximate and
Ultimate Analyses, Fuel 90 (2011) 1128-1132, 2011.

Anda mungkin juga menyukai