Anda di halaman 1dari 3

Ada apa dengan desa

Pembicara kang yogi LBH


Moderator daryanto

Fenomena yang belakangan ini terjadi di sekitar kita di kota sumedang dan kota Jakarta.
Di desa masyarakat bergantung dengan sumber daya alam yang ada di tempat tersebut misalnya
laut maka menjadi nelayan. Jika di pegunungan membuka lading, berkebun, dll. Hal yang
membedakan di desa dan kota di desa sangat bergantung pada sumber agraria.
Jika di jatigede 3100 ha sawah yang hilang, desa yang hilang ada 28 desa. Kita akan kehilangan
ribuan ton beras yang akan kita makan. Belum lagi kita akan kehilangan ber ton-ton jagung
singkong dan hasil bumi lainnya. Secara rupiah kurang lebih kehilangan putaran uang 300 milyar
pertahunnya.
Misalnya bandara kertajati akan kehilangan 11 desa, salah satu desa sukamulya krg lebih 700 ha
sawah, desa itu merupakan penyangga dalam hal pangan, Indonesia sebagai Negara agraris
seharusnya tidak mengimport bahan pangan, hal ini seperti Negara kehilangan identitasnya.
Desa cipta gelar
Kang angga cipta gelar kampong adat di daerah sukabumi, satu hal yang dipertahankan
teknologi pangan, dan mereka tidak menjual beras mereka
Disana sudah ada tv, dari air mengali jadi turbin, membuat solar panel tetapi sumber daya
agrarianya tidak di otak atik. Karena hal ini seperti merusak kehidupan. Cadangan pangan di
desa tersebut bisa bertahan 3 tahun setelah memanen 1 tahun. Jika seandainya seluruh desa bisa
seperti ini, maka Indonesia akan kaya. Hal ini merupakan desa masih dalam aspek ekonomi.
Desa adalah penyandang pangan Negara agraris ini.
Poin kedua yang ingin di sampaikan di jalan tol cipularang di sekitaran tersebut dulunya pabrik
yang menghasilkan bata merah sekarang menjadi pabrik industry. Menurut kepala bappenas 2030
indonesia 70% penduduknya akan tinggal di perkotaan. Awalnya kita memiliki kultur agraris
sebagai penduduk jawa barat, sekarang harus mengikuti kultur industrialis. Contohnya daerah
subang target 15.000 ha untuk menjadi kawasan industri, hal ini sama seperti kota purwakarta,
karawang, Cirebon, majalengka. Masyarakat di daerah kaki gunung memiliki kultur cara hidup
untuk bertani, jika sumber daya alam ini habis maka akan terjadi buruh migran. Maka orang-
orang di desa akan berpindah ke kota dan mencari pekerjaan ke luar negri menjadi TKI
sedangkan nasib mereka di sana tidak jelas seperti apa. Saat orang-orang di desa tidak beruntung
karena tidak memiliki pendidikan mereka akan menjadi buruh ataupun prostitusi. Sending area
terbesar buruh migran jabar(indramayu, cianjur), jatim, nusa tenggara. Saat istri menjadi TKI
ataupun warga lain akan berkirim uang sehingga di desa ada western union, dan pasangannya
selingkuh. Saat datang ke kota mereka akan meningkatkan kejahatan di kota.
Di desa dipertahankan cara tradisional tidak memakai alat sehingga padat karya. Di desa khas
dengan adanya mitos-mitos, dan sebenarnya hal-hal tersebut ilmiah. Hal yang harus kita
perhatikan adalah kontur-kontur desa sperti di gunung Kendal yang akan di jadikan semen, dan
hal ini merusak kekayaan yang melimpah.

Kang buri unjani kondisi di desa terutama di majalengka sedag ramai kebijakan 1 milyar,
pemmerintah tidak tegas terhadap aparatur Negara, karena faktanya legislative di desa itu adalah
bpd, sedangkan di kabupaten bpd itu tidak digunakan sebagaimana mestinya sehingga anggaran
itu akan menimbulkan konflik horizontal antara masyarakat, yang ingin saya tanyakan
bagaimana mengadvokasi secara perspektif hokum karena tanah adalah daerah kekuasaan kita
Jawaban pemerintahan melihat desa seperti baskom sehingga pusat memaksakan segala hal,
sehingga uang 1 milyar tersebut seperti pasar, siapa yang menikmati uang tersebut?konsultan,
tim fasilitator, hal ini merupakan problem pokok. Hal ini akan merusak kultur di desa,
pengambilan suara di desa tergantung yang punya uang dan yang mau berantem. Untuk advokasi
di dorong partisipasi desanya

Deden semester awal kang bagaimana saya ingin ke desa tips and triknya soalnya saya tatoan
dan gaya orang kota
Jawaban tergantung dari desa yang akan kita lihat pertama adalah kultur budayanya, missal desa
di jawa barat agama mayoritas islam, jam 6 pagi sudah bangunm sudah ke lading, jangan saat dia
bekerja di ajak ngobrol, kepercayaan di desa harus di percaya karena orang desa sangat percaya.

Kang imung apa modal kita untuk bisa bertahan di desa


Jaawaban yang paling penting adalah kita membuka diri jangan terus merasa seperti pemuda
kota, dan menciptakan hubungan yang setara dan jangan terlalu berlebihan ingin membantu
malah jadi menyusahkan
Kang isal bagaimana memotivasi tim bakti desa
Mengingatkan kawan-kawan di desa untuk menjaga sumber agrarian karena hal itu menjaga
kehidupan mereka dan kehidupan kita, karena banyak potensi-potensi sumber agrarian hal ini
harus di kembangkan rasa bangganya. Kita terlebih dahulu menggali kekayaan di desa tersebut

Kang impugn bagaimana kita menebarkan supaya tidak merasa gengsi menjada desa
Gabung bakdes dan mempelejari terkebih dahulu hal tersebut

Anda mungkin juga menyukai