PENDAHULUAN
Ekonomi Islam adalah bagian penting dari ekonomi global saat ini. Ada
tujuh sektor ekonomi Islam yang telah meningkat secara signifikan, yaitu kuliner,
keuangan Islam, industri asuransi, fashion, kosmetik, farmasi, hiburan, dan
pariwisata. Dimana keseluruhan sektor itu mengusung konsep halal dalam setiap
produknya. Terdapat beberapa hal yang menjadi motor pertumbuhan pasar muslim
global, yaitu demografi pasar muslim yang berusia muda dan berjumlah besar,
pesatnya pertumbuhan ekonomi negara mayoritas muslim, nilai Islam mendorong
tumbuhnya bisnis dan gaya hidup Islami, pertumbuhan transaksi perdagangan
antara negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI), partisipasi perusahaan
multinasional, teknologi dan keterhubungan/konektivitas antar negara.
Yang lebih menarik dari hotel syariah ini adalah, didesain dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas moral dan karakter seseorang. Hal ini dapat dilihat
dari nilai-nilai maqashid syariah (tujuan syariah) yang diusung hotel. Dimana
tujuan dari syariah ini, tidak lain kecuali untuk memberikan nilai kemashlahatan
bagi masyarakat luas. Selain itu, pengembangan hotel syariah dinilai sebagai
penunjang pariwisata yang tidak hanya berorientasi pada komersil belaka,
melainkan selalu menjunjung tinggi nilai luhur agama dan adat istiadat suatu
bangsa. (Riyanto, 2012).
Dari berbagai informasi yang telah didapat, hotel dan pariwisata berbasis
syariah masih menjadi suatu kata-kata yang asing terutama bagi orang yang
awam. Dari hal tersebut, maka kami tertarik untuk menjadikan hotel dan
pariwisata berbasis syariah menjadi topik pembahasan dalam makalah ini.
Makalah ini akan menjadi suatu perbandingan dan merupakan penjelasan lebih
lanjut tentang hotel dan pariwisata berbasis syariah, tanpa adanya suatu
pengetahuan yang jelas maka akan menyebabkan suatu anggapan bahwasanya
tidak ada perbedaan antara hotel dan pariwisata syariah dan non syariah.
1.2. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian tentang hotel, pariwisata, hotel syariah dan
pariwisata syariah.
2. Menjelaskan perbedaan antara hotel dan parawisata konvensional dengan
hotel dan parawisata syariah.
3. Menjelaskan bagaimana perkembangan hotel dan pariwisata syariah di
Indonesia.
4. Menjelaskan kendala apa saja yang di terjadi pada perkembangan hotel dan
pariwisata syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
Kriteria Kriteria yang harus digunakan dan dilakukan oleh hotel syariah adalah
sebagai berikut :
a. Pakaian para pekerja dan karyawan adalah pakaian islami dan menutup
aurat, bukan hanya mereka yang dipajang di bagian depan sebagai
customer service atau petugas reception misalnya. Namun juga semua
karyawan termasuk cleaning service dan juru masuk yang jauh di sudut
hotel. Ini menunjukkan semangat manajemen hotel dalam menjalankan
syariah bagi para karyawannya.
2. Fasilitas
b. Stasiun TV dan fasilitas hot spot diberikan filter pengaman yang baik,
sehingga yang bisa diakses hanyalah stasiun yang tidak memunculkan
gambar dan tayangan yang negatif.
d. Ada fasilitas kolam renang tertutup khusus buat muslimah. Jika tidak
memungkinkan dibuat penjadwalan khusus waktu berenang khusus
muslimah. Namun tentu saja harus diupayakan tidak pada tempat yang
benar-benar terbuka dan leluasa diakses sebagaimana layaknya kolam
renang hotel secara umum.
e. Tidak ada fasilitas, seperti music room, night club, pijat SPA yang plus-
plus, dan tentu saja tidak tersedianya lagi makanan dan minuman favorit di
hotel kebanyakan seperti wine dan wiskhy .
Beberapa usaha bisnis yang haram untuk dilakoni menurut ajaran islam
misalnya perdagangan alcohol , judi , lokalisasi dan sebagainya . Jenis-jenis
usaha seperti itu dilarang atau diharamkan. Upaya larangan semacam itu
dengan mengkategorikannya sebagai usaha bisnis yang haram disebabkan
memang pada dasarnya usaha bisnis itu lebih banyak mudharatnya
dibanding manfaatnya.
a. Dimulai dari peraturan khusus kepada para tamu untuk senantiasa menjaga
adab dan akhlak Islami. Dimulai dari aturan check ini yang harus
dipastikan bahwa pasangan lain jenis haruslah suami istri sah, yang bisa
dideteksi dengan KTP atau bukti nikah lainnya. Begitu pula larangan untuk
membawa hal-hal yang mengandung unsur kemaksiatan dan pelanggaran.
267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Secara khusus, perlu ada kebijakan keringanan bagi organisasi dan lembaga Islam
yang menyelenggarakan kegiatan Islam dan dakwah di Hotelnya.
2.4. Perkembangan Hotel Syariah dan Pariwisata Syariah
Perkembangan konsep wisata syariah berawal dari adanya jenis wisata
jiarah dan religi (pilgrims tourism/spiritual tourism). Dimana pada tahun 1967
telah dilaksanakan konferensi di Cordoba, Spanyol oleh World Tourism
Organization (UNWTO) dengan judul Tourism and Religions: A Contribution to
the Dialogue of Cultures, Religions and Civilizations (UNWTO, 2011). Wisata
jiarah meliputi aktivitas wisata yang didasarkan atas motivasi nilai religi tertentu
seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam, dan religi lainnya. Seiring waktu, fenomena
wisata tersebut tidak hanya terbatas pada jenis wisata jiarah/religi tertentu, namun
berkembang ke dalam bentuk baru nilai- nilai yang bersifat universal seperti
kearifan lokal, memberi manfaat bagi masyarakat, dan unsur pembelajaran.
Dengan demikian bukanlah hal yang mustahil jika wisatawan muslim menjadi
segmen baru yang sedang berkembang di arena pariwisata dunia.
Dilihat dari faktor demografi, potensi wisatawan muslim dinilai cukup
besar karena secara global jumlah penduduk muslim dunia sangat besar seperti
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Turki, dan negara- negara Timur Tengah
dengan tipikal konsumen berusia muda/usia produktif, berpendidikan, dan
memiliki disposable income yang besar. Menurut Pew Research Center
(kelompok jajak pendapat di Amerika Serikat), bahwa jumlah penduduk
muslim pada tahun 2010 sebesar 1,6 miliar atau 23 persen jumlah penduduk
dunia. Jumlah penduduk muslim tersebut merupakan urutan kedua setelah umat
Kristiani sebesar 2,2 miliar atau 31 persen penduduk dunia (Worldaffairsjournal,
2015). Dan diperkirakan hingga tahun 2050, penduduk muslim mencapai 2,8
miliar atau 30 persen penduduk dunia.
sumber : The Future of World Religions: Population Growth Projections, 2010
2050. PEW Research Center (Worldaffairsjournal, 2015)
Gambar 2.1
Jumlah dan Prediksi Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Kelompok
Agama Mayoritas di Dunia Tahun 2010 2050
Gambar 2.2.
Destinasi Wisata Syariah di Indonesia
Penilaian kesiapan destinasi wisata dilihat dari beberapa aspek utama pariwisata,
yaitu:
a) Produk
Pengembangan Produk harus berdasarkan Kriteria Umum dan Standarisasi
yang diterapkan untuk Usaha Pariwisata Syariah dan Daya Tarik.
b) SDM dan kelembagaan
Kompetensi Profesi Insan Pariwisata Syariah juga harus ditunjang
dengan Training dan Pendidikan yang sesuai dengan sasaran Standar
Kompetensi yang dibutuhkan Wisatawan Muslim.
c) Promosi
Bentuk promosi dan jalur pemasaran disesuaikan dengan perilaku Wisatawan
Muslim, World Islamic Tourism Mart (WITM), Arabian Travel Mart,
Emirates Holiday World, Cresentrating.com, halaltrip.com, etc.
Ketiga, belum siapnya SDM dalam bidang wisata syariah. Seperti diketahui,
ada lima komponen wisata syariah, yakni kuliner, kosmetik-spa, perhotelan
syariah, moslem fashion dan biro perjalanan.
Memulai kesiapan sikap diri senantiasa selalu berpegang teguh pada syarah
dan bersih dari segala penyimpangan yang harus dilakukan oleh pemilik hotel,
pegawai dan masyarakat.
Menyebarkan iklan promosi hotel syarah melalui media elektronik dan cetak
dengan intensitas waktu sambil berbenah demi pengembangan hotel syarah,
sehingga mampu memperkenalkan keberadaan hotel ini sebagai hotel yang
menjunjung tinggi nilai agama dan adat. Dengan keterbatasan informasi, maka
akan membatasi calon wisatawan yang ingin mendapatkan hotel berbasis
syarah.
Daftar Pustaka
Yudiana, Yudi. 2015. Analisis Komparatif Potensi Industri Halal dalam Wisata
Syariah dengan Konvensional. Diakses 25 Februari 2017