Disusun Oleh:
Elma Ayu Oktavianty
Hasdawiyah
Maya Ranita
Ante Partum Bleeding (APB) adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu. ( Prawirohardjo, Sarwono )
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan
antepartum secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan perdarahan
antepartum
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
dengan perdarahan antepartum
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi
masalah keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum.
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
e. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi
klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan penunjang pada
pasien dengan perdarahan antepartum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda) adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu (Saifuddin : 2004).
Perdarahan kehamilan muda adalah perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
22 minggu atau kurang dari usia kehamilan 5 bulan (Maulana : 2008). Perdarahan
kehamilan lanjut adalah perdarahan dari saluran genital di akhir kehamilan setelah
usia gestasi 24 minggu dan sebelum awitan persalinan (Fraser Cooper : 2009).
Jadi, Perdarahan antenatal merupakan perdarahan dari traktus genital yang terjadi
pada saat kehamilan.
2.2. Klasifikasi
2.3. Etiologi
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
1. Bersumber dari kelainan plasenta
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
1) Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi plasenta.
2) Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3) Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1) Endometrium yang kurang baik
2) Chorion leave yang peresisten
3) Korpus luteum yang berreaksi lambat
b. Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung
kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat
gejala klinik antara lain :
1) Solusi plasenta ringan
a) Tanpa rasa sakit
b) Pendarahan kurang 500cc
c) Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
d) Fibrinogen diatas 250 mg %
2) Solusi plasenta sedang
a) Bagian janin masih teraba
b) Perdarahan antara 500 1000 cc
c) Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3) Solusi plasenta berat
a) Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
b) Janin telah meninggal
c) Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
d) Terjadi gangguan pembekuan darah
2. Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu berbahaya,
misalnya kelainan serviks dan vagina (erosion, polip, varises yang pecah).
Perdarahan pada trimester pertama biasanya akibat abortus, blighted ovum, hamil
anggur, dan kehamilan ektopik pada trimester kedua diakibatkan plasenta previa
dan penyakit atau kelainan mulut rahim. Dan perdarahan pada trimester ketiga
diakibatkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan preklamsia.
2.4 Patofisiologi
a. Perdarahan pada Kehamilan muda
1) Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Abortus biasanya disertai dengan
perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam
jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di
dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan
pengeluaran janin.
2) Kehamilan Ektopik
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin
selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat implantasi,
tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan, sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Rupture dinding tuba.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam prjalanannya menuju kavum utei. Pada suatu
saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberfapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
a) Kemungkinan tubal abortion , lepas dan keluarnyda darah dan
jaringan ke ujung distal (timbria) dan ke rongga abdomen. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum baisanya tidak begityu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Rupture dinding tuba sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hinggabanyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
b. Perdarahan pada kehamilan Lanjut
1) Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
2) Solusio Plasenta
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang
melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta
yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis
desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan
lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya
janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh
darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan
selaput ketuban.Pohon masalah.
2.5 Pathway
Etiologi:
faktor genetik, kelainan congenital
uterus, autoimun, infeksi,
hematologic, lingkungan
Terganggunya
Peningkatan Perdarahan dan
psikologis ibu
prostaglandin nekrosis residua
kekurangan volume
cairan
2.8 Komplikasi
a. Perdarahan kehamilan muda
1. Abortus Komplikikasi utama dapat mencakup hemoragi, syok, renal
failure (faal ginjal rusak), infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis
2. Kehamilan ektopik Komplikasi yang dapat terjadi yaitu : pengobatan
konservatif,Pada yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan
indikasi operasi.
b. Perdarahan kehamilan lanjutan
1. Plasenta Previa Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca
persalinan. Pad janin biasanya terjadi persalinan premature dan
komplikasinya seperti asfiksia berat.
2. Solusio plasenta
a) Langsung (immediate) Perdarahan Infeksi emboli dan syok
abtetric.
b) Tidak langsung (delayed) couvelair uterus, sehinga kontraksi tak
baik, menyebabkan perdarahan post partum hipofibrinogenamia
dengan perdarahan post partum. nikrosis korteks neralis,
menyebabkan anuria dan uremi kerusakan-kerusakan organ seperti
hati, hipofisis.
c) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati
konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk
degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin,
kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila
janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat
badan lahir rendah da sindrom gagal nafas.
d. Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan
perfusi jaringan dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil : Conjunctiva tida anemis, acral hangat, Hb normal
muka tidak pucat, tida lemas
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
2. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
3. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
4. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
5. Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan
penurunan fungsi ginjal.
6. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang
hilang akiba perdarahan.
7. Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat
perdarahan.
Diagnosa 2:
Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah ke
placenta berkurang.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko terjadinya fetal
distres tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya
pergerakan bayi, bayi lahir selamat
Intervensi :
1. Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
2. Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun
sehingga terjadi perfusi jaringan.
3. Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma
vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.
4. Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam
janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
5. Berikan O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal
distress
Rasional : meningkat oksigen pada janin
Diagnosa 3 :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai
terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa
nyaman nyeri dapat teratasi
Dengan kriteria hasil : Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi
nyeri dan klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri. Tarik nafas
panjang (dalam) melalui hidung dan meng-hembuskan pelan-pelan
melalui mulut.
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6. Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
Diagnosa 4:
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah cemas dapat
teratasi
Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.
Intervensi:
1. Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban
pikiran.
2. Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.
3. Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
4. Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
5. Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
6. Anjurkan klien untuk berdoa kepada tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi
yang dilami.
7. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif.
Diagnosa 5:
Resiko terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan syok hipovolemik tidak
terjadi
Kriteria hasil : Perdarahan berkurang, Tanda-tanda vital normal, Kesadaran
kompos mentis
Intervensi:
1. Kaji perdarahan setiap 15 30 menit
Rasional : mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.
2. Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal
observasi dilakukan setiap 30 menit.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
3. Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus keringat dingin,
kepala pusing.
Rasional : menentkan intervensi selanjutnya dan mencegah syok sedini
mungkin
4. Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri.
Rasional : mengetahui perdarahan yang tersembunyi
5. Catat intake dan output
Rasional : produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan
penurunan fungsi ginjal.
6. Berikan cairan sesuai dengan program terapi
Rasional : mempertahanka volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat
dan sebagian persiapan bila diperlukan transfusi darah.
7. Pemeriksaan laboratorium hematkrit dan hemoglobin
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
Diagnosa 6:
Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dharapkan masalah kurangnya
pengetahuan dapat teratasi
Kriteria hasil : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
penyakitnya.
Intervensi:
8. Kaji tingkat pengetahuan penderita tentang keadaanya
Rasional : menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
9. Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan.
a. Pengetahua tentang perdarahan antepartum.
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala
d. Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin
e. Tindakan yang mungkin dilakukan
Rasional : penderita mengerti dan menerima keadaannya serta pederita
menjadi kooperatif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. F DENGAN DIAGNOSA MEDIS
G3P0A2 26 MINGGU DENGAN PERDARAHAN DI RUANG POLIKLINIK
KANDUNGAN RS BHAYANGKARA BANJARMASIN
A. PENGKAJIAN
Tanggal kunjungan : 22 Juni 2016 Jam Masuk : 09.25
Ruang/ Kelas : Poli kandungan
Pengkajian Tanggal : 22 Juni 2016 Jam Pengkajian : 09.30
1. Identitas Klien
a. Nama klien : Ny. F
b. Umur : 22 Tahun
c. Suku : Banjar
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Alamat : Banjarmasin
h. Status : Menikah
2. Identitas Suami
a. Nama Suami : Tn. S
b. Umur : 26 Tahun
c. Suku : Banjar
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SLTA
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Banjarmasin
3. Anamnesa
a. Alasan kunjungan ini
Klien mengatakan biasanya melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit
untuk memeriksa kehamilannya namun kunjungan hari ini karena klien
mengalami keluhan.
b. Keluhan yang dirasakan ibu
Klien mengeluh keluar darah pervagina. Darah yang keluar banyak seperti
darah haid. Klien mengatakan dalam sehari klien dapat mengganti
pembalut sebanyak 5 kali. Klien juga mengeluh tubuhnya terasa lemah.
c. Riwayat sosial
Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga. Klien pernah mengalami
abortus sebanyak 2 kali. Klien merasa cemas tentang kehamilannya
sekarang karena takut akan mengalami keguguran lagi. Klien berharap
kehamilannya dapat bertahan sampai hari kelahiran dan berharap janin
yang dikandungnya berjenis kelamin laki-laki. Klien sudah menikah
selama 2 tahun dimana saat menikah usia klien adalah 20 tahun. Klien
mengatakan tidak pernah menggunakan narkoba, alkohol maupun
merokok. Klien juga mengatakan tidak ada perokok aktif dilingkungan
rumahnya.
d. Riwayat obstetri
1) Riwayat haid
HPHT : 22 Desember 2014
Klien mengatakan pertama kali haid saat umur 13 tahun dimana
beberapa bulan pertama haid masih belum teratur dengan lama haid 7
hari. Siklus haid tidak teratur setiap bulan, darah yang keluar banyak
dan kadang bercampur gumpalan-gumpalan darah pada hari pertama
haid. Klien mengatakan perutnya akan terasa sakit jika sedang haid
dan nyeri haid terasa pada hari pertama dan kedua.
2) Riwayat kehamilan
Setelah dilakukan CT-Scan didapatkan hasil berupa uumur kehamilan
26 minggu, TBJ 720 gr, taksiran persalinan 26 September 2015.
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas masa lalu
Ini adalah kehamilan klien yang ketiga. Pada dua kehamilan sebelumnya
klien mengalami abortus.
f. Riwayat penggunaan KB
Klien mengatakan sejak menikah tidak pernah menggunakan KB
g. Riwayat kesehatan
Klien memiliki riwayat abortus sebanyak 2 kali, klien tidak memiliki
riwayat hipertensi, jantung, diabetes mellitus. Ibu klien mengatakan dari
keluarga ada yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus.
h. Riwayat kebiasaan
1) Pola Makan
Sebelum hamil pola makan klien baik, nafsu makan klien baik dan
klien makan 3x sehari ditambah dengan snack. Klien dapat
menghabiskan makanan yang dimasak di rumah. Saat hamil nafsu
makan klien menurun karena mual dan muntah. Klien hanya
menghabiskan setengah porsi makanan yang disediakan.
2) Pola Eliminasi
Memasuki trimester II klien mengeluh susah BAB dengan frekuensi
BAB 1x/2 hari bahkan bisa 1x/3 hari dengan konsentrasi padat,
berwarna kuning kecoklatan. Klien tidak ada keluhan pada saat BAK.
Frekuensi BAK (Buang Air Kecil) 2-3x sehari dan berwarna kuning
jernih.
3) Personal Hygiene
Klien selalu mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun dan sampo,
serta menyikat gigi 2x sehari yaitu sebelum tidur dan pada pagi hari.
Namun beberapa hari terakhir klien merasa lemah sehingga terkadang
klien hanya diseka oleh ibunya.
4) Aktivitas Sehari-Hari
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri namun
dibatasi selama kehamilan. Namun beberapa hari terakhir klien merasa
tubuhnya lemah sehingga klien dibantu oleh ibu dan suaminya dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
5) Pola Istirahat Dan Tidur
Beberapa hari ini klien mengatakan sulit tidur karena pinggang dan
perutnya terasa sakit. Klien tidur 8 jam/hari namun sering terbangun
karena nyeri yang dirasakannya.
6) Imunisasi TT
Klien mengatakan sudah melakukan imunisasi TT yaitu saat akan
menikah dan saat hamil yang pertama.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status emosional
Klien tampak cemas dan gelisah karena kehamilannya saat ini. Klien takut
akan mengalami abortus lagi.
b. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
HR : 90x/menit
RR : 22x/menit
BB sebelum hamil: 50 kg
BB saat hamil : 57 kg
c. Kepala dan leher
Tidak ada oedema pada wajah, konjungtiva anemis, sclera mata bersih.
Kepala dan leher tampak bersih, tidak ada trauma ataupun luka pada
kepala, tidak terdapat pembengkakan pada kepala serta tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
d. Hidung
Keadaan hidung tampak bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada peradangan
dan perdarahan pada hidung, fungsi penciuman baik.
e. Telinga
Kebersihan telinga baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran,
tidak terdapat cerumen, fungsi pendengaran baik (dinilai saat klien dapat
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan).
f. Dada dan pernapasan
Dada klien simetris antara kanan dan kiri, tidak ada benjolan pada mamae,
pernapasan klien dalam dan lambat dengan frekuensi napas 22x/menit.
g. Abdomen
Abdomen tampak membesar, tidak ada bekas luka, terdapat linea negra
didaerah sekitar abdomen. Abdomen teraba kencang.
h. Pinggang
Klien mengeluh nyeri pada pinggang bawah. Nyeri seperti ditekan, nyeri
jika terlalu banyak bergerak, nyeri dirasakan hilang timbul 5 menit.
Nyeri berada pada skala 3 (ringan) dengan menggunakan rentang skala 0-
10, nyeri akan hilang jika dibawa beristirahat.
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas klien terlihat simetris, tidak ada oedema pada tangan dan
jari, dan dapat digerakkan tanpa ada hambatan.
Ekstremitas bawah klien terlihat agak bengkak karena klien jarang
bergerak.
j. Pemeriksaan obstetrik
1) Palpasi Uterus
a) TFU : cm
b) Letak : normal
c) Presentasi : kepala
d) Punggung : kanan
e) Kontraksi : uterus teraba kencang
2) Auskultasi
Saat dilakukan pemeriksaan menggunakan doopler didapatkan DJJ
138x/menit dengan letak punggung disebelah kiri perut ibu.
k. Genetelia
Tidak dilakukan pemeriksaan pada daerah genetalia.
l. Pelvimetri klinis
Tidak melakukan pemeriksaan lanjutan pada panggul klien.
6. Analisa data
No Data Problem Etiologi
1 DS : Ansietas Krisis situasional (riwayat abortus)
- Klien mengatakan merasa cemas
dengan kehamilannya yang sekarang,
klien takut akan mengalami abortus
lagi
DO :
- Klien tampak pucat
- Wajah tampak tegang
- Klien tampak selalu bertanya-tanya
tentang kehamilannya
2 DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan umum
- Klien mengatakan tubuhnya terasa
lemah
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak menggunakan kursi
roda
- Wajah tampak pucat
7. Rencana Keperawatan
Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi
Ansietas 1. Kaji tingkat cemas klien mengkaji tingkat kecemasan S: klien mengatakan masih
2. Kaji penyebab cemas klien
berhubungan dengan klien takut dengan kehamilannya
3. Dorong klien
mengkaji penyebab kecemasan
riwayat abortus saat ini
mengungkapkan
klien
perasaannya mendorong klien O:
4. Dengarkan dengan penuh
mengungkapkan Klien tampak gelisah
perhatian Klien tampak cemas
perasaannya Wajah klien terlihat tegang
5. Jelaskan tentang kondisi
mendengarkan klien dengan
Klien terlihat banyak bertanya
kehamilan klien
penuh perhatian
6. Anjurkan keluarga untuk tentang kehamilannya
menjelaskan tentang kondisi
memberikan semangat
kehamilan klien saat ini
kepada klien menganjurkan keluarga untuk A: masalah ansietas belum
memberikan semnagat teratasi
kepada klien
P: intervensi dilanjutkan
dirumah
1. Dorong klien
mengungkapkan
perasaanya
2. Anjurkan keluarga untuk
memberikan semangat
kepada klien
Intoleransi aktivitas 1. S:
O:
berhubungan dengan
A: masalah belum teratasi
kelemahan uumum P: intervensi dilanjutkan di
rumah
Resiko syok S:
O:
hipovolemik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan di
rumah
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Heller, Luz 1991. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan
Esentia Medika