PENDAHULUAN
29
centered learning tentu akan tidak menarik bahkan dirasa sulit oleh peserta
didik. Metode-metode yang diterapkan dalam student centered learning
akan lebih menarik karena melibatkan siswa dalam merumuskan suatu
konsep, seperti eksperimen dan lain-lain.
29
3. Bagaimana Langkah-langkah Model Discovery Learning?
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
29
BAB II
PEMBAHASAN
29
oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada
siswa.
Trianto (2013: 22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang
termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain. Pola dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada
umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran (Trianto,
2013: 24). Pola dari suatu model pembelajaran menunjukkan kegiatan-
kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa.
Ada berbagai macam model pembelajaran diantaraya yang saat ini menjadi
trending topik karena merupakan model pembelajaran yang cocok
diterapkan dalam kurikulum 2013 yaitu Project base learning, problem base
learning, inquiry dan discovery learning. Kami akan memfokuskan dalam
pembahasan mengenai discovery learning.
29
diperkenalkan oleh Jerome Bruner yang menekankan bahwa pembelajaran
harus mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah
dimiliki (RifaI & Anni, 2011: 233). Menurut pandangan Bruner dalam
Markaban (2008: 10) belajar dengan penemuan adalah belajar untuk
menemukan, di mana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan
pemecahan. Pembelajaran discovery learning memberikan kesempatan
kepada siswa untuk ikut serta secara aktif dalam membangun pengetahuan
yang akan mereka peroleh. Keikutsertaan siswa mengarahkan pembelajaran
pada proses pembelajaran yang bersifat student-centered, aktif,
menyenangkan, dan memungkinkan terjadinya informasi antar-siswa, antara
siswa dengan guru, dan antara siswa dengan lingkungan.
29
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide
penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif
dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh
pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan,
melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b:
4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin
merubah kondisi belajar yang pasif atau teacher center menjadi pembelajarn
yang aktif dan kreatif atau lebih dikenal sebagai student center. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus
Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam
Kemendikbud, 2013b: 4) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan
model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan.
29
Model pembelajaran discovery learning berlandaskan pada teori-teori
belajar konstruktivis (Anyafulude, 2013: 2). Menurut pandangan
kostruktivisme, belajar adalah proses aktif siswa dalam mengonstruksi arti,
wacana, dialog, dan pengalaman fisik dimana di dalamnya terjadi proses
asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah
dipelajari (Rifai & Anni, 2011: 199). Dalam pembelajaran discovery
learning siswa tidak diberikan konsep dalam bentuk finalnya, melainkan
siswa diajak untuk ikut serta dalam menemukan konsep tersebut. Siswa
membangun pengetahuan berdasarkan informasi baru dan kumpulan data
yang mereka gunakan dalam sebuah pembelajaran penyelidikan (De Jong &
Joolingen, 1998: 193). Keikutsertaan menemukan konsep dalam
pembelajaran memberikan kesan yang lebih mendalam kepada siswa
sehingga informasi disimpan lebih lama dalam memori para siswa. Proses
menemukan sendiri konsep yang dipelajari juga memberikan motivasi
kepada siswa untuk melakukan penemuan-penemuan lain sehingga minat
belajarnya semakin meningkat.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan akan memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar
akan tercapai bila seorang guru bias memilih dan menerapkan strategi yang
tepat. Tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu,
maka strategi atau metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuannya.
Seorang guru sebaiknya menggunakan strategi atau metode yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
29
masalah pengetahuan dan kecakapan anak didik dapat menumbuhkan
motivasi intrinsic, karena anak didik merasa puas atas usahanya sendiri.
29
Jika siswa telah berhasil dalam penemuannya, ia akan memperoleh
kepuasan intelektual yang datang dari diri siswa sendiri yang
merupakan suatu hadiah intrinsic.
Belajar bagaimana melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara
efektif melalui proses melakukan penemuan.
29
Karakteristik dari Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan
Peran guru sebagai pembimbing;
Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;
Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik
melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.
b. Prinsip interaksi
c. Prinsip bertanya
29
d. Prinsip belajar untuk berpikir
e. Prinsip keterbukaan
29
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
b. Prosedur penerapan model discovery learning
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
5) Verification (pembuktian)
29
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil
pengolahan data.
1. Tahap pertama
2. Tahap Kedua
29
contoh-contoh. Setelah itu, guru dan pembelajar dapat membenarkan
atau tidak membenarkan hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau
sifat-sifat yang mereka tentukan sebagaimana mestinya.
3. Tahap Ketiga
29
menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang paling
esensial.
Siswa membuat contoh-contoh
Tahap Ketiga: Analisis Siswa mendeskripsikan pemikiran-
Strategi-Strategi Berpikir pemikiran
Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan
hipotesis-hipotesis
Siswa mendiskusikan jenis dan ragam
hipotesis
Sistem Penilaian
a. Penilaian Tertulis
29
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.Ada dua bentuk soal tes
tertulis, yaitu:
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya
atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
29
kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang
ditanyakan terbatas.Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
b. Penilaian Diri
29
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik
ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai berikut:
c. Penilaian Sikap
Nama
No Skor Nilai
Siswa
Komitmen Kerja Ketelitia Jumla
Minat
Tugas Sama n h Skor
1
2
3
..
29
Nama Siswa: Tanggal:
Kelas:
Tingkat Kemampuan
Aspek Yang
No.
Dinilai 4
1 2 3
1.
2.
3.
Jumlah
1. Baik Sekali 4 10 12 A
2. Baik 3 7 9 B
3. Cukup 2 46 C
4. Kurang 1 3 D
29
C: Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang
dijabarkan tidak rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian
kecil indra dengan gambar-gambar atau diagram
Kelas:
Tujuan Pembelajaran
29
Materi Pembelajaran
Metode Pembelajaran
3. Pendekatan : Scientific
1) Media
a) Karet
b) Pegas
c) Plastik
d) Lilin Plastisin
e) Mistar
f) Mikrometer Sekrup/ Jangka Sorong
g) Beban 50 g, 100 g, dan 150 g
h) Statip
Sumber Pembelajaran
29
a) Buku Fisika SMA Kelas X karangan Supiyanto.
b) Buku Fisika SMA Kelas X karangan Marten Kanginan.
c) LKS GLB
Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
Stimulasi
2. Kegiatan Inti
29
Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu eksperimen mengukur stress, strain, dan modulus
elastis beberapa benda.
Observasi
Pengumpulan Data
Verifikasi
Generalisasi
29
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang sifat-sifat
elastisitas bahan.
3. Penutup
Penilaian
No Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
29
No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan
Menunjukkan rasa
1 1. menunjukkan rasa ingin tahu yang besar,
ingin tahu
antusias, aktif dalam kegiatan kelompok
29
hati-hati dalam melakukan percobaan
Ketekunan dan
3 1. tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil
tanggung jawab
terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat
waktu
Berkomunikasi
4 1. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukakan
gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa
lain
29
Lembar Pengamatan Kinerja Eksperimen
Keterampilan
No Skor Rubrik Penilaian
yang dinilai
Soal Uraian
29
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar stress dan strain
benda?
No Uraian Skor
Total 100
29
5) Membuat pembelajar memiliki motivasi yang tinggi karena
memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan eksperimen
dan menemukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.
6) Membangun pengetahuan berdasarkan pada pengetahuan awal yang
telah dimiliki oleh pembelajar sehingga mereka dapat memiliki
pemahaman yang lebih mendalam.
7) Mengembangkan kemandirian dan otonomi pada diri pembelajar
8) Membuat pembelajar bertanggungjawab terhadap kesalahan-kesalahan
dan hasil-hasil yang mereka buat selama proses belajar
9) Merupakan cara belajar kebanyakan orang dewasa pada pekerjaan dan
situasi kehidupan nyata
10) Merupakan suatu alasan untuk mencatat prosedur-prosedur dan temuan-
temuan - seperti mengulang kesalahan-kesalahan, sebagai suatu cara
untuk menganalisis apa yang telah terjadi, dan suatu cara untuk
mencatat atau merekam temuan yang luar biasa.
11) Mengembangkan keterampilan-keterampilan kreatif dan pemecahan
masalah
12) Menemukan hal-hal baru yang menarik yang belum terbayang
sebelumnya setelah pengumpulan informasi dan proses belajar yang
dilakukan
29
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dab proses
penemuannya adalah dengan bimbingan guru
BAB III
SIMPULAN
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada
pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong
siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri
mereka sendiri.
29
Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja
hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai
kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara
mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, dkk. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta.
29
p-fisika-kurikulum-2013-model-discovery-learning/ [18
Desember 2016]
29