Anda di halaman 1dari 12

ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN

(OMBROMETER)
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Lingkungan
yang diampu oleh: Drs. Agus Danawan M.Si

disusun oleh:
Ahmad Fahruddin

1505010

M. Qonit Abdullah

1304215

LABORATORIUM FISIKA DASAR


DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

OMBROMETER adalah alat pengukur curah hujan yang


umumnya dinamakan Ombrometer. Alat ini dipasang di tempat
terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat ini.
Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm) dan ketelitian
pembacaannya sampai dengan 0.1 mm. Pembacaan dilakukan
sekali sehari pada pukul 07.00 pagi hari. Alat ukur curah hujan ini
terdapat juga versi manual.
Pengertian curah hujan merupakan ketinggian air hujan
yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak
meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter. Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan
besarnya curah hujan (definisi BMKG), diantaranya yaitu hujan
kecil antara 0 21 mm per hari, hujan sedang antara 21 50 mm
per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm per hari.
Ombrometer ditemukan pertama kali oleh Menlo Park.
Nama Menlo Park adalah julukan nama Thomas Alva Edison (lahir
11 Februari 1847 meninggal 18 Oktober 1931 pada umur 84
tahun) adalah penemu dan pengusaha yang mengembangkan
banyak peralatan penting. Si penyihir Menlo Park ini merupakan
salah seorang penemu pertama ombrometer dan ia yang
menerapkan prinsip produksi massal pada proses penemuan.
Berdasarkan mekanismenya, alat pengukur curah hujan
dibagi menjadi dua golongan yaitu penakar hujan tipe manual
dan penakar hujan tipe otomatis (perekam).
Penakar Hujan Tipe Manual
Alat penakar hujan manual pada dasarnya hanya berupa
container atau ember yang telah diketahui diameternya.

Pengukuran hujan dengan menggunakan alat ukur manual


dilakukan dengan cara air hujan yang tertampung dalam tempat
penampungan air hujan tersebut diukur volumenya setiap
interval waktu tertentu atau setiap satu kejadian hujan. Dengan
cara tersebut hanya diperoleh data curah hujan selama periode
tertentu. Alat penakar hujan manual ada dua jenis, yaitu:
1. Penakar Hujan Ombrometer Biasa

Penakar hujan ini tidak dapat


mencatat sendiri (non
recording),bentuknya
sederhana terbuat dari seng
plat

tingginya sekitar 60cm di cat


alumunium, ada juga yang

terbuat dari pipa paralon tingginya 100 cm.


Prinsip kerja Ombrometer menggunakan prinsip
pembagian antara volume air hujan yang ditampung
dibagi luas mulut penakar. Ombrometer biasa diletakan
pada ketinggian 120-150 cm. Kemudian luas mulut
penakar dihitung, volume air hujan yang tertampung
juga dihitung.
2. Penakar Hujan Ombrometer Observatorium
Penakar hujan tipe
observatorium adalah penakar
hujan manual yang
menggunakan gelas ukur untuk
mengukur air hujan. Penakar
hujan (baca: hujan buatan) ini

merupakan penakar hujan yang banyak digunakan di


Indonesia dan merupakan standar di Indonesia. Penakar
ombrometer observatorium memiliki kelebihan, yaitu
mudah dipasang, mudah dioprasikan, dan
pemeliharaanya juga relatif mudah.
Kekurangannya adalah data yang didapat hanya
untuk jumlah curah hujan selama periode 24 jam,
beresiko kekurasakan gelas ukur, dan resiko kesalahan
pembacaan dapat terjadi saat membaca permukaan dari
tinggi air di gelas ukur sehingga hasilnya dapat berbeda.
Prinsip kerja alat ini adalah:

Saat terjadi hujan (baca: jenis-jenis hujan),

air masuk ke dalam corong penakar.


Air yang masuk ke dalam penakar dialirkan

dan terkumpul di dalam tabung penampung.


Pada jam-jam pengamatan air hujan yang
tertampung diukur dengan menggunakan

gelas ukur.
Apabila jumlah curah hujan yang tertampung
melebihi kapasitas gelas ukur, maka
pengukuran dilakukan beberapa kali hingga
air hujan yang tertampung dapat terukur
semua.

Penakar Hujan Tipe Otomatis


Alat ukur hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang
mekanisme pencatatan hujannya bersifat otomatis (perekam).
Dengan menggunakan alat ini dapat mengukur curah hujan
tinggi maupun rendah (baca: manfaat curah hujan tinggi bagi

kehidupan manusia) selang periode waktu tertentu juga dapat


dicatat lamanya waktu hujan. Dengan demikian besarnya
intensitas curah hujan dapat ditentukan.
Pada dasarnya alat hujan otomatis ini sama dengan alat
pengukur manual yang terdiri dari tiga komponen yaitu corong,
bejana pengumpul dan alat ukur. Perbedaanya terletak pada
komponen bejana dan alat ukurnya dibuat secara khusus. Alat
Penakar hujan otomatis diantaranya:
1. Penakar Hujan Tipe Hellman
Pada umumnya penakar hujan
tipe Hellman yang dipakai oelh
BMKG yaitu Rain Fues yang
diimpor dari Jerman, walaupun
ada penakar tipe ini yang buatan
dalam negeri. Cara kerja penakar
hujan tipe ini yaitu:

Jika hujan turun, air hujan masuk memalui


corong, kemudian terkumpul dalam tabung

tempat pelampung
Air hujan ini menyebabkan pelampung serta

tangkainya terangkat atau naik ke atas


Pada tangkai pelampung terdapat tongkat
pena yang gerakannya selalu mengikuti

tangkai pelampung
Gerakan pena dicatat pada pias
Jika air di tabung hampir penuh, pena akan

mencapai tempat teratas pada pias


Setelah air mencapai lengkungan selang
gelas, maka berdasarkan sistem siphon

otomatis air dalam tabung akan keluar

sampai ketinggian ujung selang dan tabung.


Bersamaan dengan keluarnya air tangki
pelampung dan pena turun dan

menggoreskan garis vertikal


Jika hujan masih turun, maka pelampung

akan naik kembali


Curah hujan dihitung dengan menghitung
garis-garis vertikal

2. Penakar Hujan Tipe Bendix


Penakar hujan otomatis yang
lainnya yaitu tipe bendix yang
sekilas terlihat seperti tiang
bendera namun ini merupakan
salah satu penakar hujan
otomatis yang cara kerjanya
cukup simple.

Cara kerja penakar hujan tipe bendix ini adalah:

Penakar hujan tipe bekerja dengan cara

menimbang air hujan (baca: fungsi air hujan)


Air hujan ditampung dalam timbangan yang

sudah disediakan.
Melalui cara mekanis hasil dari timbangan ini

ditransfer melalui jarum petunjuk berpena.


Maka akan diketahui curah hujan melalui
penimbangan air yang ditransferkan dari

jarum petunjuk ke dalam kertas pias


3. Penakar Hujan Tipe Tilting Siphon

Ada pula penakar hujan otomatis


tipe tilting siphon. Alar ini
mengukur curah hujan dari
intensitas hujan secara kontinyu.
Cara kerja dari penakar hujan
tipe ini adalah:

Prinsip kerja alat tipe siphon ini yaitu air


hujan (baca: hujan buatan, hujan asam)

ditampung di dalam tabung penampung


Bila penampung penuh maka tabung

menjadi miring
Siphon mulai bekerja mengeluarkan air
dalam tabung ketika penampun dalam

keadaan penuh
Setiap pergerakan air dalam tabung tercatat
pada pias sama seperti alat penakar hujan

otomatis lainnya
Maka dapat diketahui curah hujan yang

terkumpul dari pergerakan airnya


Biasanya waktu pengukurannya dilakukan
selama 24 jam dan akan di cek setiap

harinya dalam waktu yang tidak sama


4. Penakar Hujan Tipping Bucket
Pengukuran yang dilakukan dengan tipping bucket
cocok untuk akumulasi hujan
yang berjumlah di atas 200
mm/jam atau lebih. Prinsip
kerjanya sederhana, yaitu:

Air hujan akan masuk melalui corong


penakar, dan kemudian mengalir untuk

mengisi bucket.
Setiap jumlah air hujan yang masuk
sebanyak 0.5 mm atau sejumlah 20 ml maka
bucket akan berjungkit dimana bucket yang
satunya akan dan siap untuk menerima air

hujan yang masuk berikutnya.


Pada saat bucket berjungkit inilah pena akan

menggores pias 0.5 skala (0.5 mm).


Pena akan menggores pias dengan gerakan

naik dan turun.


Dari goresan pena pada skala pias dapat
diketahui jumlah curah hujannya.

Ombrometer tipe manual (non recording), bentuknya


sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 Cm dicat
aluminium, ada juga yang terbuat dari pipa pralon tingginnya
100 Cm. Ombrometer biasa terdiri dari :
a.

Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian


badan alat, mulut corong (bagian atasnya ) terbuat
dari kuningan yang berbentuk cincin ( lingkaran )

b.
c.

dengan luas 100 Cm2.


Bak tempat menampung air hujan.
Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke

d.

gelas ukur.
Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang
Ombrometer pada pondasi kayu dengan cara

e.

disekrup.
Gelas ukur Ombrometer untuk luas corong 100
Cm2 , dengan skala ukur 0 s/d 25 mm.
Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan,

dan waktu observasi sangat diperlukan untuk


memperoleh
Syarat - syarat pemasangan :
1.

Ombrometer harus dipasang pada lapangan terbuka,


tanpa ada gangguan disekitar penakar, seperti pohon
dan bangunan, kabel atau antene yang melintang
diatasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan
dengan Ombrometer adalah 1 kali tinggi pohon /

2.

bangunan tersebut.
Ombrometer tidak boleh dipasang pada tanah miring

3.

(lereng bukit), puncak bukit, diatas dinding atau atap.


Penakar dipasang dengan cara disekrup / dipaku pada
balok bulat yang dicat putih dan ditanam pada pondasi
beton, sehingga tinggi Ombrometer dari permukaan
corong sampai permukaan tanah 120 Cm. letak
penampang corong harus datar (horizontal) bukaan

4.

kran diberi kunci gembok sebagai pengaman.


Penakar harus dipagar keliling dengan kawat, ukuran
1.5 m x 1.5 m dengan tinggi 1m, agar tidak dapat
diganggu binatang dan orang yang tidak
berkepentingan.
Pengukur hujan (ombrometer) dalam standar Jumlah air

hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia


dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada
permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah
hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan
penyingkatan dari liter per meter persegi.
Pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari


pada jam 07.00 waktu setempat, atau jam-jam tertentu.
b. Buka kunci gembok dan letakkan gelas Ombrometer
dibawah kran, kemudian kran dibuka agar airnya
tertampung dalam gelas penakar.
c. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum
mencapai skala 25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan
pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan pengukuran
sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat
dijumlahkan.
d. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan
curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada
dasar meniskusnya.
e. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil
garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi.
f. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua
garis skala, diambil atau dibaca ke angka yang ganjil.
g. Untuk pembacaan setinggi x dimana 0,5 mm < x > 1 mm maka x dibaca 1
mm
h. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka
0 dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan
i. Jika tidak ada hujan, diberi tanda (-) atau (.) pada kartu hujan
j. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu hari atau beberapa hari,
di tulis tanda (X) pada kartu hujan.
Pemeliharaan :
1.

Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat

2.

aluminium.
Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan

3.

cuaca.
Corong harus tetap bersih, tidak boleh tertutup oleh

4.

benda-benda atau kotoran yang dapat menyumbatnya.


Kran harus selalu diperiksa, jika bocor (air menetes
keluar) sumbu pembuka kran dikeluarkan kemudian diberi

gemuk. Apabila badan Ombrometer bocor, maka harus


5.

segera diperbaiki dengan disolder.


Bak penampung air hujan harus sering dikontrol dan
dibersihkan dari endapan debu / kotoran, dengan jalan

6.

menuangkan air kedalamnya dan kran dibuka.


Gelas Ombrometer harus dijaga tetap bersih jangan
sampai berlumut, dan disimpan pada tempat yang aman

7.

agar tidak terjatuh / pecah.


Rumput disekitar tempat Ombrometer dipasang, harus
selalu pendek dan rapih tidak boleh ada semak semak
disekitarnya.

Prinsip kerja Ombrometer


1.

Menggunakan prinsip pembagian antara volume air


hujan yang ditampung dibagi luas penampang/mulut

2.
3.
4.
5.

penakar
letakan ombrometer di ketinggian 120 -150 cm
hitung luas mulut penakar
hitung volume air hujan yang tertampung
akhirnya didapatkan CH= Volume / Luas mulut penakar
V
CH = L
Dengan : H = ketinggian curah hujan
V = Volume
L = Luas bidang

Daftar Pustaka
Agustian, Aldi. (2009). Rancangan Bangun Miniatur Stasiun
Cuaca Berbasis Mikrokontroler. Skripsi. FPMIPA. Program
Sarjana Eksistensi Fisika Instrumentasi. Universitas
Indonesia.
Amar. 2015., Cara Menggunakan Ombrometer Observatorium.
Didapat dari: http://ahmadamarullah.com/caramenggunakan-penakar-hujan-observatorium/. Diakses
pada tanggal 4 Oktober 2016.
Anonim. 2016., 9 Alat Pengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya.
Didapat dari: http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/alatpengukur-curah-hujan. Diakses pada tanggal 5 Oktober
2016.
Mujahidah, Rafilah. 2010., sedikit laporan hydro 1.
http://rafilahmujahidah.blogspot.co.id/2010/08/sedikitlaporan-hydro-1.html. Diakses pada tanggal 4 Oktober
2016.
Mutiawati, Cut. 2016. Apa Itu Ombrometer? Berikut
Penjelasannya. http://malahayati.ac.id/?p=21421. Diakses
pada tanggal 28 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai