Anda di halaman 1dari 5

KEJELASAN DANA DESA DALAM ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2015)
Oleh
A. Ali Mashduqi, SST,Ak.,CA.
(Widyaiswara BDK Malang)

Abstrak

Dalam struktur pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Desa


merupakan struktur pemerintahan terkecil. Merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah, dan yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengelolaan keungan
desa dan sumber pendanaan yang akuntabel menjadi kunci terlaksananya
pelayanan dan penyelenggaraan kewenangan pemerintahan di tingkat desa.
Kata kunci : Desa, Dana Desa, APBDesa, Pemerintah, Keuangan Negara,
Keuangan Daerah.

1. Desa sebagai Struktur Pemerintahan dan Penyelenggaraan Negara


Pemerintahan Desa merupakan penyelenggara urusan pemerintahan dan
pelayanan terhadap kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui secara sah
dalam Undang Undang. Struktur pemerintahan desa justru sudah ada jauh
sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia diproklamirkan merdeka.
Pengakuan terhadap struktur pemerintahan di desa merupakan penghormatan
Negara terhadap hak asal usul dan/atau hak tradisional masyarakat yang diakui
secara resmi dalam sistem pemerintahan negara.
Selama ini desa dengan otonominya berada dalam ambiguitas, antara
mengurus sendiri sesuai dengan potensi dan kapasitas lokal, tanpa intervensi dan
tanggungjawab Negara, atau tetap dibawah dominasi logika birokrasi Negara
dimana seluruh urusan desa merupakan urusan pemerintahan, menjadi
pengaturan negara. Sementara disisi lain, desentralisasi yang otonom dari
Negara bagi desa, yaitu pada kewenangan dan pengelolaan keuangan yang lebih
besar menghadapi tantangan mengenai kesiapan desa sendiri, terutama
keterbatasan sumber daya desa. Bisa jadi hasil yang diharapkan menjadi bertolak
belakang, kewenangan yang otonom tersebut menjadi tidak terkontrol dan
mengeksploitasi potensi desa yang ada bahkan merusak dalam banyak hal.
2. Keuangan Desa dalam Hirarki Keuangan Negara
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan kewenangan
ditingkat desa tentunya tidak akan bisa berjalan dengan baik jika tanpa adanya
kejelasan tentang Keuangan Desa sebagai bagian dalam sistem Keuangan
Negara. Kejelasan pendanaan dalam Keuangan Desa merupakan hal yang vital
dalam kelancaran urusan pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab
pemerintahan di desa. Selama ini keuangan desa seolah-olah terlepas dari
sistem keuangan Negara.
Mencermati Undang-Undang nomor 17 tahun 2003, secara eksplisit tidak
menyebutkan bagaimana posisi keuangan desa didalam sistem keuangan
Negara yang berlaku saat ini. Keuangan Desa selama ini ditopang dana transfer
dari daerah dan pendapatan asli desa yang sangat terbatas. Posisi sumber
pendanaan dan pertanggung jawaban keuangan desa terkait Keuangan Negara
mulai sedikit lebih jelas mulai terlihat dengan diberlakukannya Undang Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan besaran alokasi
tertentu dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk pendanaan desa.
Dalam rangka pelaksanaan amanat yang ada dalam Undang Undang
Desa dimaksud ditahun 2014 pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penganggaran Dana Desa didalam
Peraturan Pemerintah dimaksud, masih belum memberikan kejelasan secara
substansial atas alokasi dana desa karena disebutkan sebagai pos Cadangan
Dana Desa. Penyebutan sebagai pos cadangan dalam konteks keuangan
Negara tentunya kurang begitu tepat karena alokasi dana desa merupakan
amanat Undang Undang Desa yang harus dijalankan.

3. Kejelasan Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terhadap


Keuangan Desa
Pada tanggal 29 April 2015 pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam Peraturan Pemerintah ini
penyusunan pagu anggaran dana desa sudah tidak disebutkan lagi sebagai pos
Cadangan Dana Desa, melainkan disebutkan sebagai posDana Desa.
Perubahan ini semakin memperjelas alokasi Dana Desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pagu Dana Desa
ditetapkan sebagai bagian dari anggaran Dana Transfer ke Daerah dan Dana
Desa. Sebagaimana APBN yang bisa berubah dengan mekanisme perubahan
(APBNP), maka didalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015, Anggaran
Dana Desa didalam APBN juga bisa berubah melalui mekanisme APBNP. Hal ini
berbeda dengan PP 60 tahun 2014 pasal 10, disebutkan bahwa pagu anggaran
Dana Desa tidak berubah dalam hal ada perubahan dalam APBN. Perubahan
Anggaran Dana Desa yang diperbolehkan dalam PP 22 tahun 2015 tidak dapat
dilakukan jika :
Jumlah anggaran Dana Desa sudah mencapai 10% dari jumlah Dana
Transfer ke Daerah, dan
Dilakukan diluar Dana Transfer ke Daerah
Untuk semester I paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran
berjalan,
Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.

Pengalokasian Dana Desa untuk tiap Kabupaten/Kota dihitung


berdasarkan jumlah desa, dengan menggunakan: 1) alokasi dasar dan 2) alokasi
yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa. Besaran Dana Desa untuk tiap
Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN
(sebelumnya dalam PP 60 Tahun 2014 dengan Peraturan Menteri).

4. Prosedur Alokasi dan Penyaluran Dana Desa


Berdasarkan alokasi Dana Desa untuk kabupaten/kota, bupati/walikota
menetapkan alokasi Dana Desa untuk tiap desa diwilayahnya dengan peraturan
bupati/walikota. Pengalokasian untuk tiap desa juga harus menggunakan cara
yang sama dengan pengalokasian untuk tiap kabupaten/kota, yaitu dengan
memperhitungkan : 1) alokasi dasar dan 2) alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis desa. Tingkat kesulitan geografis desa ditunjukkan dengan
indeks kesulitan geografis (IKG) desa yang disusun dan ditetapkan oleh masing-
masing bupati/walikota. Indeks Kesulitan Geografis desa disusun dengan
memperhatikan beberapa faktor berikut:
a. ketersediaan prasarana pelayanan dasar;
b. kondisi infrastruktur;dan
c. aksesibilitas/transportasi.
Rincian dana desa untuk tiap desa dan ketentuan pembagiannya ditetapkan
dengan masing-masing peraturan bupati/walikota.
Penyaluran dana desa dilakukan melalui mekanisme pemindahbukuan
dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD), selanjutnya masing-masing daerah menyalurkannya ke tiap desa
dengan mekanisme pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)
ke rekening kas desa. Penyaluran dana desa untuk tiap tahun anggaran dari kas
umum negara ke kas umum daerah dilakukan dalam 3 (tiga) tahap berikut:
a. tahap I pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus);
b. tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan
c. tahap III pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus)
yang akan dilakukan paling lambat minggu kedua dalam bulan yang ditentukan
dalam tiap tahapan. Penyaluran ke kas desa untuk tiap tahapnya di masing-
masing kabupaten/kota wajib dilakukan maksimal 14 hari kerja sejak dana
diterima di kas umum daerah.
Penggunaan dana desa untuk suatu kegiatan harus mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) dengan memperhatikan prioritas
penggunaan dana desa yang ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pedoman umum pelaksanaan penggunaan
dana desa akan ditetapkan untuk tiap tahun anggaran dan akan dikeluarkan 3
(tiga) bulan sebelum tahun anggaran berjalan. Guna menjamin kelancaran
pelaksanaan kegiatan di masing-masing daerah, bupati/walikota dapat membuat
pedoman teknis kegiatan yang didanai dari dana desa.

5. Sanksi Terkait Dana Desa


Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan yang mewakili
Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan
adalah Kepala Desa. Terkait penggunaan dana desa maka Kepala Desa wajib
menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana desa kepada bupati/walikota
setiap semester. Penyampaian laporan realisasi penggunaan dan desa dimaksud
dilakukan dengan ketentuan:
Jika kepala desa tidak atau terlambat dalam menyampaikan laporan
realisasi penggunaan dana desa maka bupati/walikota dapat menerapkan sanksi
penundaan penyaluran dana desa sampai dengan disampaikannya laporan
dimaksud.
Dalam hal terkait penggunaan dana desa tahun anggaran sebelumnya
terdapat Sisa Lebih Anggaran (SiLPA) lebih dari 30 %, maka bupati/walikota
dapat memberikan sanksi administrasi kepada desa terkait berupa penundaan
penyaluran dana desa tahap I tahun anggaran berjalan. Jika dalam tahun
anggaran berjalan masih terdapat SiLPA dana desa lebih dari 30%, maka
bupati/walikota dapat memberikan sanksi administrative berupa pemotongan
dana desa untuk tahun anggaran berikutnya sebesar SiLPA dana desa tahun
anggaran berjalan. Bagi bupati/walikota yang tidak menyalurkan Dana Desa
sesuai dengan ketentuan, maka menteri dapat melakukan penundaan
penyaluran Dana AlokasiUmum dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak
kabupaten/kota yang bersangkutan.

Referensi:
- Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
- Undang Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
- Peraturan Pemerintah (PP) No.60 tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
- Peraturan Pemerintah (PP) No.22 tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa Yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
- Peraturan Pemerintah (PP) No.43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa

Anda mungkin juga menyukai