Anda di halaman 1dari 135

PEMICU 1

METABOLIK ENDOKRIN

Pemicu 1:
Tn B, 40 tahun, mengeluh semakin lemas sejak 3 bulan terakhir. Terdapat penurunan nafsu
makan, mual, dan berat badan menurun. Pasien memiliki riwayat alergi makanan dan rutin
mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri dari toko obat sejak 5 tahun terakhir. Tiga
bulan terakhir pasien menghentikan obat alerginya atas saran temannya.

Kata Kunci:
Laki-laki 40 tahun
Lemas sejak 3 bulan
Nafsu makan turun
Mual
BB turun
Alergi makanan
Rutin konsumsi obat alergi sejak 5 tahun terakhir
Henti obat alergi sejak 3 bulan terakhir

Kata Sulit:
Alergi

Identifikasi Masalah:
Laki-laki, 40 tahun, mengeluh lemas sejak 3 bualn terakhir.
Riwayat alergi makanan dan rutin mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri sejak 5
tahun terakhir.
Menghentikan pemakaian obat alergi sejak 3 bulan terakhir

Analisis Masalah:

1
Hipotesis:
Laki-laki, 40 tahun mengalami lemas disebabkan oleh menghentikan obat alergi
(glukokortikoid) secara mendadak yang rutin di konsumsi sejak 5 tahun terakhir.

Spyder Web:

Pertanyaan Terjaring:

2
1. Jelaskan anatomi kelenjar adrenal!

Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar ductless (tanpa saluran) terletak dekat kutub
atas ginjal, terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan
serta berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian sebelah kanan berbentuk pyramid dan
membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas
sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2
cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang
mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul
jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal terdiri dari korteks adrenal, dan medulla adrenal. Bagian dalam dari
kelenjar adrenal (medulla) melepaskan hormone adrenalin (epinefrin) yang mempengaruhi
tekanan darah, denyut jantung, berkeringat dan aktivitas lainnya juga diatur oleh system saraf
simpatis.
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan
menyebabkan pelepasan hormone kotekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.

2. Jelaskan fisiologi kelenjar adrenal!

Setiap kelenjar adrenal terdiri dari dua organ endokrin, satu mengelilingi yang lain.
Lapisan terluar terdiri dari korteks adrenal mengeluarkan beragam hormon steroid; bagian

3
dalam, medula adrenal, mengeluarkan katekolamin. Korteks adrenal mengeluarkan sejumlah
hormon adenokorteks yang semuanya adalah steroid. mineralokortikoid, glukokortikoid, dan
hormon seks. Mineralokortikoid : terutama aldosteron, mempengaruhi keseimbangan
mineral, khususnya keseimbangan Na+ dan K+. Glukokortikoid : terutama kortisol, berperan
besar dalam metabolisme glukosa serta metabolisme protein dan lemak. Hormon seks :
identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad. Hormone seks adrenokorteks yang
paling banyak dan penting secara fisiologis adalah dehidroepiandrosteron, suatu hormone
seks pria.

Glukokortikoid
Efek metabolik : peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan mengorbankan simpanan
lemak dan protein. Efek permisif : orang yang kekurangan kortisol, jika tidak di obati, dapat
mengalami syok sirkulasi pada situasi penuh stress yang membutuhkan vasokontriksi luas
dalam waktu cepat.

Mekanisme regulasi umpan balik tempat hormon kelenjar target mengumpan balik
hipotalamus.
hipotalamus

CRH

Hipofisis
anterior -

ACTH

Korteks
adrenal

kortisol

Pada sistem hipotalamus-hifofisis-adrenal, hipotalamus mengeluarkan CRH


(corticotropin-realising hormone menyebabkan hifofisis anterior melepaskan ACTH
(adrenocorticotropic hormone). Kemudian, ACTH merangsang korteks adrenal untuk

4
menyekresi kortisol. Selanjutnya kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksi
hipotalamus-hifofisis, dan menghambat produksi CRH-ACTH.
Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika
sistem menghasilkan terlalu banyak ACTH, sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol
akan mempengaruhi kembali dan menghambat produksi CRH dan ACTH. Sistem ini peka,
karena produksi kortisol atau pemberian kortisol atau glukokortikoid sintetik lain secara
berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis hipotalamus-hipofisis dan menghentikan
produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan balik mempunyai implikasi yang praktis pada
pasien-pasien dengan terapi kortikosteroid menahun. Pada pasien ini pelepasan ACTH
tertekan. Jika steroid dihentikan secara tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufisiensi adrenal.

3. Jelaskan biokimia kelenjar adrenal!

Korteks adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari korteks adrenal dan medula adrenal, yang mengeluarkan
hormon yang berbeda.Korteks adrenal terdiri dari lapisan sel-sel epitel dan jaringan kapiler
yang terkait. Lapisan ini membentuk tiga wilayah yang berbeda: sebuah zona glomerulosa
luar yang menghasilkan mineralokortikoid, sebuah zona fasikulata menengah yang
memproduksi glukokortikoid, dan zona retikularis dalam yang memproduksi androgen, yaitu
hormon seks yang mempromosikan maskulinitas. Androgen yang diproduksi dalam jumlah
kecil oleh korteks adrenal pada laki-laki dan perempuan. Mereka tidak mempengaruhi
karakteristik seksual dan dapat menambah hormon seks yang dilepaskan dari gonad.
Hormon-hormon yang dibuat oleh korteks memasok tanggapan jangka panjang adrenal
terhadap stres. Dua hormon utama yang dihasilkan adalah mineralokortikoid dan
glukokortikoid. Mineralokortikoid mengatur garam dan keseimbangan air, sehingga terjadi
peningkatan volume darah dan tekanan darah. Mineralokortikoid utama adalah aldosteron,
yang mengatur konsentrasi ion natrium dalam urin, keringat, pankreas, dan air liur.
Aldosteron dilepasan dari korteks adrenal dirangsang oleh penurunan konsentrasi ion natrium
darah, volume darah, atau tekanan darah, atau dengan peningkatan kadar kalium darah.

Glukokortikoid mengatur peningkatan glukosa darah dan juga mengurangi respon


inflamasi tubuh. Ketiga hormon glukokortikoid utama adalah kortisol, kortikosteron, dan
kortison. Glukokortikoid merangsang sintesis glukosa dan glukoneogenesis (mengkonversi
non-karbohidrat menjadi glukosa) oleh sel-sel hati. Mereka juga meningkatkan pelepasan

5
asam lemak dari jaringan adiposa. Hormon-hormon ini meningkatkan kadar glukosa darah
untuk mempertahankan tingkat dalam kisaran normal antara waktu makan. Kortisol adalah
salah satu glukokortikoid yang paling aktif. Biasanya mengurangi efek peradangan atau
pembengkakan di seluruh tubuh. Hal ini juga merangsang produksi glukosa dari lemak dan
protein, yang merupakan proses yang disebut sebagai glukoneogenesis.
Aldosteron adalah salah satu contoh sebuah mineralokortikoid. Ia memberikan sinyal
tubulus di nefron ginjal untuk menyerap kembali natrium sementara mensekresi atau
menghilangkan kalium. Jika kadar natrium yang rendah dalam darah, ginjal mengeluarkan
lebih banyak renin, enzim yang merangsang pembentukan angiotensin dari molekul yang
terbuat dari hati. Angiotensin menstimulasi sekresi aldosteron. Akibatnya, lebih banyak
sodium diserap karena memasuki darah. Aldosteron, yang mineralokortikoid utama,
merangsang sel-sel tubulus kontortus distal ginjal untuk mengurangi penyerapan kembali
kalium dan meningkatkan penyerapan kembali sodium. Hal ini pada gilirannya menyebabkan
peningkatan penyerapan kembali klorida dan air. Hormon-hormon ini, bersama-sama dengan
hormon seperti insulin dan glukagon, adalah regulator penting dari ionik lingkungan cairan
internal.

Kelenjar Medula Adrenal


Medulla Adrenal mengandung sesuatu yang besar, sel berbentuk tidak teratur yang
berkaitan erat dengan pembuluh darah. Sel-sel ini dipersarafi oleh serabut saraf otonom pre-
ganglionik dari sistem saraf pusat. Medula adrenal berisi dua jenis sel sekretori: salah satu
yang menghasilkan epinefrin (adrenalin) dan lain yang menghasilkan norepinefrin
(noradrenalin). Epinefrin adalah hormon adrenal medulla utama, terhitung 75 sampai 80
persen dari sekresi. Epinefrin dan norepinefrin meningkatkan denyut jantung, laju
pernapasan, kontraksi otot jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa darah. Mereka juga
mempercepat pemecahan glukosa di otot rangka dan lemak disimpan dalam jaringan adiposa.

Pelepasan epinefrin dan norepinefrin dirangsang oleh impuls saraf dari sistem saraf
simpatik. Sekresi hormon ini dirangsang oleh asetilkolin dilepasan dari pre-ganglionik serat
simpatis menginervasi medula adrenal. Impuls saraf berasal dari hipotalamus dalam respon
terhadap stres untuk mempersiapkan tubuh untuk respon fight-or-flight (darurat).

6
Dua hormon utama yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah mineralokortikoid, yang
mengatur garam dan keseimbangan air, dan glukokortikoid, yang dapat mengatur glukosa
darah dan respon inflamasi tubuh. Ada tiga glukokortikoid utama: kortisol, kortikosteron, dan
kortison. Ini medula adrenal menghasilkan hormon epinefrin dan norepinefrin, hormon ini
mengatur denyut jantung, laju, kontraksi otot jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa darah
bernapas.

4. Jelaskan histologi kelenjar adrenal!

Secara histologis korteks adrenal terdiri dari sel-sel epitel besar yang mengandung lipid
dinamakan sel foam yang tersusun melingkari sinusoid-sinusoid. Korteks adrenal berasal dari
mesodermal dan sudah dapat dikenal sebagai organ yang terpisah pada janin berumur 2
bulan. Pada kehamilan 2 bulan komposisi korteks terdiri dari zona fetal dan zona defenitif
yang serupa dengan korteks adrenal pada dewasa. Waktu kehidupan fetal, adrenal manusia
besar dan dibawah pengawasan hipofisis, tetapi zona dari korteks yang permanen hanya
terdapat pada 20% kelenjar, sisanya yang 80% adalah korteks adrenal fetal yang besar dan
cepat mengalami degenerasi pada saat kelahiran.

7
5. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko sindrom cushing!

8
Definisi Sindrom Cushing
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang di akibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmkologik senyawa-senyawa
glukokortikoid.

Etiologi Sindrom Cushing


Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-
hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena
tingkat tinggi kortisol terlalu lama. Banyak orang mengembangkan sindrom cushing karena
mereka mengambil hormon glukokortikoid-steroid yang secara kimiawi mirip dengan
kortisol yang diproduksi secara alami seperti prednisone untuk asma, rheumatoid arthritis,
lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan tersebut juga digunakan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk menjaga tubuh dari menolak organ baru atau
jaringan. Orang lain mengembangkan sindrom cushing karena tubuh mereka memproduksi
terlalu banyak hormon kortisol.

Penyebab paling umum dari sindrom Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen
ditentukan oleh seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom
cushing iatrogenik's). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan
seperti asma dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah transplantasi organ.
Penambahan ACTH sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang sering diresepkan karena biaya
dan kegunaan yang lebih rendah. Meskipun jarang, Sindrom Cushing juga dapat disebabkan
penggunaan medroksiprogesteron. Selain itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan
merespon untuk mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila
diperlukan untuk merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari
Cushing, seorang adenoma jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai
penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70% dari sindrom Cushing endogen's. Sindrom
Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang melepaskan ACTH.

Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang
dengan kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal.
Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau
yang ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing

9
berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan gejala dapat timbul bertahun-tahun
sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat
dan dapat menyebabkan metastasis serta kematian .

Faktor Resiko Sindrom Cushing


Sindrom cushing bisa terjadi juga pada orang yang harus menggunakan kortikosteroid
dosis tinggi karena keadaan medis serius. Mereka yang harus mengggunakan dosis tinggi
memiliki gejala yang sama dengan mereka yang menghasilkan terlalu banyak hormon
tersebut. Gejala-gejalanya bisa kadangkala terjadi bahkan jika kortikosteroid dihirup, seperti
untuk asma, atau digunakan khususnya untuk sebuah kondisi kulit Pada sindrom cushing,
kadar kortikosteroid berlebihan, biasanya dari produksi berlebihan pada kelenjar adrenal.
Sindrom cushing biasanya diakibatkan dari tumor yang menyebabkan kelenjar adrenalin
menghasilkan kortikosteroid berlebihan. Orang dengan sindrom cushing biasanya
menghasilkan lemak berlebihan melalui torso dan mempunyai bentuk wajah yang besar.

6. Jelaskan pemeriksaan penunjang sindrom cushing!

Pemeriksaan laboratorik diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight


dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11
malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini
menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme
kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
o Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam
urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi
kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada
kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi
kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila
tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.

o Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai


pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan
naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.

10
o Pengukuran kadar ACTH plasma.
o Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada
karsinoma tidak ada kenaikan.

7. Mengapa nafsu makan dan berat badan menurun pada pemicu?

Pada orang dewasa penggunaan jangka panjang obat alergi dapat menyebabkan
manifestasi keracunan, biasanya berupa depresi pada pemulaan, kemudian eksitasi dan
akhirnya depresi SSP lebih lanjut.Tubuh manusia selalu melakukan regulasi untuk mencapai
homeostasis energi. Pemasukan energi berasal dari asupan makanan, sedangkan pengeluaran
berupa pemakaian untuk metabolisme basal, termogenesis dan aktifitas fisik. Bagian otak
yang berperan penting adalah hipotalamus, dimana sistem neuropeptida sentral secara
langsung diatur oleh sinyal-sinyal metabolik dan hormon.

Sinyal metabolik berupa kadar nutrien (glukosa, protein, lemak) dalam darah, sinyal
mekanik dan kimia dari pencernaan serta hormon pencernaan bekerja secara primer sebagai
patokan tubuh untuk rasa kenyang sehingga membatasi jumlah makanan yang masuk. Sinyal-
sinyal tersebut akan mempertahankan homeostasis energi dalam jangka pendek.

Hormon leptin dan insulin sudah lama diketahui mempunyai peran dalam homeostasis
energi jangka panjang. Pelepasan kedua hormon tersebut menyebabkan modulasi
neuropeptida hipotalamus yang mengatur perilaku makan dan berat badan. Pada tahun 1999,
ditemukan hormon ghrelin yang dihasilkan lambung. Selain berperan dalam homeostasis
energi jangka panjang, ghrelin diketahui mempunyai peran dalam regulasi nafsu makan
jangka pendek.

Homeostasis energi diregulasi melalui berbagai mediator sebagai sinyal yang kelak akan
di integrasikan di hipotalamus dan korteks serebri. Mediator tersebut dibagi menjadi 2 yaitu
neuropeptida yang diproduksi di otak dan bekerja sebagai suatu komponen dari sirkuit saraf,
serta mediator perifer yang bersirkulasi dalam darah dan memberikan input ke otak.

Neuropeptida adalah peptida yang disekresikan oleh neuron di otak atau medulla spinalis
yang digunakan untuk komunikasi antar sel.Neuropeptida yang berperan dalam regulasi
homeostasis energi diantaranya adalah:
Agouti related peptide (AgRP)

11
melanocytes stimulating hormon suatu peptida dengan 13 asam amino yang dihasilkan
oleh proopiomelanocortin (PMOC) dan juga di sintesis dalam nukleus akuarta
hipotalamus, nukleus traktus solitarius di otak belakang dan hipofises. -MSH
menginhibisi asupan makanan dan menyebabkan penurunan berat badan dengan
mengaktivasi Mc3r dan Mc4r dalam otak.
Cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART)

Molekul ini akan mengkode neuropeptida (Cart4289), yang diekspresikan dalam


berbagai area otak dan diekspresikan bersama POMC pada nukleus arkuata
hipotalamus.Fungsi CART ini sama dengan -MSH yaitu menginhibisi asupan makanan dan
penurunan berat badan.
Hypocretin 1 dan 2
Melanin-concentrating hormone (MCH)
Neuropeptida Y (NPY)
Thyrotropin-releasing hormone (TRH)

Molekul Perifer:
Leptin
Kolesistokinin
Ghrelin
Insulin

8. Jelaskan patofisiologi dan tanda & gejala sindrom cushing!

Patofisiologi Sindrom Cushing


Glukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh,
seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi chusing syndrome. Fungsi metabolik
glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi glukokortikoid atau
kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan perubahan berbagai kondisi di dalam
tubuh khususnya fungsi metabolik seperti dibawah ini:
Metabolisme protein
Efek katabolik dan antianabolik pada protein yang dimiliki glukokortikoid menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein. Kortisol
menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dan mungkin juga ke sel ekstrahepatika
seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam amino intrasel menurun sehingga
sintesis protein juga menurun. Sintesis protein yang menurun memicu peningkatan terjadinya
proses katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel.

12
Proses katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam amino dari jaringan
ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan protein pada jaringan perifer
seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau seluruh sel tubuh kecuali yang ada di hati.
Oleh karena itu secara klinis dapat ditemukan kondisi kulit yang mengalami atropi dan
mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit
menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae).
Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong pembuluh darah menyebabkan mudah timbul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan
mudah terjadi fraktur patologis. Kehilangan asam amino terutama di otot mengakibatkan
semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses
glukoneogenesis di hati sehingga pembentukan glukosa meningkat.

Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang glukoneogenesis yaitu
pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain oleh hati. Seringkali kecepatan
glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Salah satu efek glukoneogenesis yang
meningkat adalah jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati yang juga meningkat.
Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh kebanyakan sel
tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi nikotinamid-adenin-dinukleotida (NADH)
untuk membentuk NAD+. Karena NADH harus dioksidasi agar menimbulkan glikolisis, efek
ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian glukosa sel. Peningkatan kecepatan
glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel berkurang dapat meningkatkan
konsentrasi glukosa darah.
Glukosa darah yang meningkat merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma
insulin ini menjadi tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti ketika kondisi normal.
Tingginya kadar glukokortikoid menurunkan sensitivitas banyak jaringan, terutama otot
rangka dan jaringan lemak, terhadap efek perangsangan insulin pada ambilan dan pemakaian
glukosa. Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin pada sel-sel
perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang
mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan
dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa.
Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk
mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.

Metabolisme lemak

13
gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan dan
mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika gliserofosfat tidak ada maka sel
lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan dimobilisasi oleh kortisol sehingga
konsentrasi asam lemak bebas di plasma meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
pemakaian untuk energi dan penumpukan lemak berlebih sehingga obesitas. Distribusi
jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh menimbulkan obesitas wajah bulan
(moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison),
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.

Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi humoral oleh sel-sel
plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi
yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Pemberian dosis besar kortisol akan
menyebabakan atrofi yang bermakna pada jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan
mengurangi sekresi sel-sel T dan antibodi dari jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan
terhadap sebagian besar benda asing yang memasuki tubuh akan berkurang.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan menghambat pusat-
pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan
respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini yaitu proses pengenalan
antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag, Induksi dan proleferasi limfosit
imunokompeten, produksi anti bodi, reaksi peradangan,dan menekan reaksi hipersensitifitas
lambat.

Elektrolit
Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum. Glukokortikoid yang
diberikan atau disekresikan secara berlebih akan menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium sehingga menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.

Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat
mempermudah terjadinya tukak.

Fungsi otak

14
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh
ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.

Eritropoesis
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah. Involusi jaringan
limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.

Tanda & Gejala Sindrom Cushing

Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan
gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di
sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk menjadi
gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat. Manifestasi klinis yang sering muncul
pada penderita cushing syndrome antara lain :
Rambut tipis
Moon face
Penyembuhan luka buruk
Mudah memar karena adanya penipisan kulit
Petekie
Kuku rusak
Kegemukan dibagian perut
Kurus pada ekstremitas
Striae

15
Osteoporosis
Diabetes mellitus
Hipertensi
Neuropati perifer

Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk


Kelelahan yang sangat parah
Otot-otot yang lemah
Tekanan darah tinggi
Glukosa darah tinggi
Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan
Mudah marah, cemas, bahkan depresi
Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu

9. Jelaskan edukasi dan pencegahan sindrom cushing!

Pencegahan Sindrom Cushing


Upaya preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi
memperberat penyakit Cushing sindrom yang meliputi pencegahan primer dan pencegahan
sekunder. Pencegahan primer adalah pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control) :
Pendidikan kesehatan : gaya hidup, gizi, faktor lingkungan, cara pengobatan, dll
Pemeriksaan kesehatan awal , berkala

Pencegahan sekunder untuk menemukan tanda dan gejala sindrom cushing, seperti case-
finding secara aktif mencakup identifikasi sindrom cushing pada orang yang dicurigai dan
rujukan kadar kortisol yang tinggi didalam plasma darah

Edukasi Sindrom Cushing


Penggunaan obat anti alergi harus dari resep dokter dan dikonsultasikan terlebih dahulu.
Apabila memiliki riwayat alergi makanan juga sebaikanya dikonsultasikan ke dokter.
Terpai obat anti alergi tidak boleh putus.
Istirahat yang cukup dan dijaga pola makan serta berusaha hindari makan-makanan yang
membuat alergi pada tubuh.

10. Jelaskan mekanisme mual pada pemicu!

16
Fungsi sekresi korteks adrenal sangat dipengaruhi oleh hormon adrenokortikotropik
(ACTH). Sistem saraf tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap fungsi sekresi korteks
adrenal. Akibat pengaruh ACTH, zona fasikulata korteks adrenal akan mensekresi kortisol
dan kortikosteron. Bila kadar kedua hormon tersebut dalam darah meningkat, terutama
kortisol, maka akan terjadi penghambatan sekresi ACTH.

Penggunaan kortikosteroid (glukokortioid) lebih dari 2 minggu atau peningkatan dosis


dapat menimbulkan peningkatan kadar kortisol di tubuh yang menyebabkan penghambatan
sekresi ACTH sehingga terjadi supresi adrenal. Selain itu pengurangan dosis terlalu cepat
atau penghentian konsumsi obat secara mendadak pada penderita yang mendapat terapi
glukokortikoid dapat menimbulkan bahkan meningkatkan intensitas gejala supresi adrenal
berupa anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, letargi, sakit kepala, demam, nyeri
sendi/otot dan menunjukkan adanya ketergantungan terhadap glukokortikoid.

Aksis Hipotalmik-Pituitari-Adrenal (HPA) dengan cepat disupresi setelah onset terapi


glukokortikoid. Bila terapi dibatasi selama 1-3 minggu, aksis HPA akan membaik dengan
cepat. Terapi harian glukokortikoid yang lebih lama, akan menyebabkan supresi aksis HPA
yang menetap sampai satu tahun setelah terapi dihentikan. Gejala-gejala dari supresi adrenal
antara lain, letargi, lemah, mual, anoreksia, demam, hipotensi ortostatik, hipoglikemi, dan
penurunan berat badan. Dijumpai pula sindrom withdrawal dari steroid, dimana pasien
mengalami gejala-gejala insufisiensi adrenal, meskipun tampaknya memiliki respon kortisol
terhadap adreno-corticotropic hormone (ACTH) yang normal. Gejala-gejala utamanya,
termasuk anoreksia, letargi, malaise, mual, penurunan berat badan, deskuamasi kulit, sakit
kepala, dan demam. Sedangkan gejala-gejala yang jarang terjadi, muntah, mialgia, dan
artralgia.

11. Jelaskan komplikasi dan prognosis sindrom cushing!

Prognosis Sindrom Cushing


Sindrom cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh karena
gangguan kardiovaskuler dan sepsis. Setelah pengobatan radikal kelihatan membaik,
bergantung kepada apakah gangguan kerusakan kardiovaskuler irreversibel. Pengobatan
sustitusi permanen memberikan risiko pada waktu klien mengalami stres dan diperlukan
perawatan khusus. karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat menjadi fatal oleh karena
kakeksia dan atau metastasis.

17
Komplikasi Sindrom Cushing
Sindrom cushing jika tidak diobati menghasilkan morbiditas serius dan bahkan kematian.
Pasien mungkin menderita dari salah satu komplikasi hipertensi atau diabetes. Kerentanan
terhadap infeksi meningkat. Kompresi patah tulang belakang osteoporosis dan nekrosis
aseptik kepala femoral dapat menyebabkan kecacatan. Nefrolitiasis dan psikosis dapat
terjadi. Setelah adrenalektomi bilateral, seorang dengan adenoma hipofisis dapat
memperbesar progesifitas, menyebabkan kerusakan lokal dan hiperpigmentasi; komplikasi ini
dikenal dengan sindrom Nelson.

12. Jelaskan tatalaksana sindrom cushing!

Jika sindrom cushing merupakan akibat dari pemberian kortikoteroid eksternal (eksogen),
pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap
hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati penyakit dibaliknya.

13. Mengapa lemas pada pemicu?

Lemas pada pemicu mungkin disebabkan penggunan glukokortikoid dalam dosis


farmakologik dengan jangka panjang atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat
gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Terlihat pada pemicu pasien rutin
mengkonsumsi obat sejak 5 tahun terakhir. Dan dimungkinkan jugan karena akibat
penghentian terapi steroid. Karena ada dua kategori efek toksis akibat dari pemakaian
glukokortikoid yaitu akibat penghentian terapi dan penggunaan jangka panjang.

14. Jelaskan mekanisme alregi pada pemicu!

Kegagalan tubuh untuk dapat mentoleransi suatu makanan akan merangsang


imunoglobulin E (IgE), yang mempunyai reseptor pada sel mast, basofil dan juga pada sel
makrofag, monosit, limfosit, eosinofil dan trombosit dengan afinitas yang rendah. Ikatan IgE
dan alergen makanan akan melepaskan mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien dan
akan menimbulkan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan sekresi mukus yang akan
menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I. Sel mast yang aktif akan melepaskan juga
sitokin yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I yang lambat. Bila alergen
dikonsumsi berulang kali, sel mononuklear akan dirangsang untuk memproduksi histamin
releasing factor (HRF) yang sering terjadi pada seorang yang menderita dermatitis atopi.

18
15. Bagaimana hubungan riwayat pemutusan obat dengan keluhan yang muncul pada
pemicu?

Pada pemberiankortikoid dengan dosis berlebihan secara jangka panjang dapat


mengakibatakan Sindrom Cushing dengan gejala tubuh terlihat kelemahan otot akibat
hipokalemia atau penurunan massa otot akibat peningkatan katabolisme. Namun, pasien
pada kasu diatas mengkonsumsi kortikosteroid sintetis dengan pemberhentian secara
mendadak. Pemberhentian secara mendadak ini mengakibatkan insufisiensi adrenal akibat
asupan hormon yang secara mendadak dihentikan. Penggunaan kortikosteroid sintetis selama
bertahun-tahun telah menyebabkan ACTH menjadi malas dalam memproduksi hormon
kostikoid secara endogen akibat asupan eksogen yang berlebihan. Sehingga pada saat
pemakaiandihentikan secara mendadak, ACTH justru tidak memproduksi hormon kortikoid
secara mencukupi.

16. Jelaskan farmakodinamik obat alergi!

Farmakodinamik antagonis reseptor AH1:


AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam
otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan
lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan. Efektivitas AH1 melawan
beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda tergantung beratnya gejala akibat histamin.

Farmakodinamik adrenokortikosteroid dan analog sintetiknya:


Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi
akibat radiasi, infeksim zat kimia, mekanik atau alergen. Gejala ini umumnya kemerahan,
rasa sakit dan panas, pembengkakan ditempat radang. Secara mikroskopik obat ini
menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi
leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat
manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblas, pengumpul
kolagen dan pembentukan sikatriks. Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi
merupakan terapi paliatif, yaitu hanya gejalanya yang dihambat sedangkan penyebab
penyakit tetap ada.

17. Jelaskan pemeriksaan alergi makanan atau obat!

19
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Pemeriksaan untuk mencari penyebab
alergi makanan sangat beragam dilakukan oleh beberapa klinisi. Meskipun sebenarnya gold
standard atau standar baku emas untuk memastikan makakan penyebab alergi harus
menggunakan Provokasi Makanan Secara Buta (Double blind placebo control food challenge
= DBPCFC).

Tes DBPCFC gunanya yaitu mengetahui alergi terhadap makanan tertentu.


- Dapat dilakukan pada usia berapapun
- Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis.
- Selanjutnya, untuk memastikan makanan penyebab alergi, digunakan metode DBPCFC
yang merupaka standar baku. Akan tetapi tes tersebut rumit, butuh biaya dan waktu
yang cukup lama, dapat dilakuka modifikasi terhadap metode tersebut. Salah satunya
dengan melakukan Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana. Caranya : dalam
diet sehari-hari, dilakukan eliminasi (dihindari) beberapa makanan penyebab alergi
selama 2-3 minggu. Setelah itu bila sudah tidak ada keluhan alergi, maka dilanjutkan
dengan provokasi makanan yang dicurigai. Selanjutnya, dilakukan diet provokasi 1
bahan makanan dalam 1 minggu dan bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai
penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala.
Provokasi Obat
- Dapat dilakukan pada usia berapa pun.
- Metode yang digunakan adalah DBPC (Double Bind Placebo Control) atau uji samar
ganda. Caranya, pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu
ditunggu reaksinya dengan interval 15-30 menit. Dalam satu hari, hanya boleh satu
macam obat yang dites. Bila perlu dilanjutkan dengan tes obat lain, jaraknya minimal
satu minggu, bergatung dari jenis obatnya.

Tes Tusuk Kulit (Skin Prick Test)


Gunanya untuk memeriksa alergi terhadap allergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk
bunga) dan allergen makanan (susu, udang, kepiting), hingga 33 jenis allergen lain.
Tes Tempel (Patch Tes)
Gunanya untuk mengetahui alergi yang disebabkan kontak terhadap bahan kimia,
misalnya pada kasus dermatitis atau eksim.
Tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Gunanya untuk mengetahui alergi terhadap allergen hirup dan allergen makanan.

20
Tes Kulit Intrakutan
Gunanya untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.

18. Jelaskan apa saja golongan, jenis, nama obat alergi yang kortikosteroid dan non
kortikosteroid!

Anti alergi Golongan Non- kortikosteroid

Antihistamin (Antagonis Reseptor H1 ( AH1)

Antagonis terhadap antihistamin. AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH 1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan.
Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter terhadap
pemberian AH1 karena disini bukan histamin saja yang berperan tetapi autakoid lain yang
dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda,
tergantung beratnya gejala akibat histamin.

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH 1, diabsorbsi secara baik. Efeknya timbul 15-30
menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH 1 generasi I
setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivat piperizin
seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang, seperti juga
umumnya antihistamin generasi II.

Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah
setelah kira-kira 2 jam, dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya, kemudian
dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru
sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama bio
transformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal.

Tripelenamin mengalami hidroksilasi dan konjugasi, sedangkan klorsiklizin dan siklizin


tertutama mengalami demetilasi. Hidroksizin merupakan prodrug, dan metabolit aktif hasil
karboksilasi adalah setirizin, sedangkan feksofenadin merupakan metabolit aktif hasil
karboksilasi terfenadin. AH1 diekskresikan melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam
bentuk metabolitnya. Berguna unruk pengobatan simtomatik beragai penyakit alergi dan
mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Penyakit alergi, AH 1 berguna untuk mengobati
alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif,

21
membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi
terjadi. AH1 tidak berpengaruh terhadap instensitas reaksi antigen antobodi yang merupakan
penyebab berbagai gangguan alergik. Keadaan ini dapat diatasi hanya dengan menghindari
alergen, desensitisasi atau menekan reaksi tersebut dengan kortikosteroid.

Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius
dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah
sedasi, yang justru mengungkan pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu anyak
tidur. Tetapi efek ini menggangu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Penggolongan antihistamin (AH1), dosis, masa kerja, aktivitas antikolinergiknya

Golongan dan contoh Dosis dewasa Masa Kerja Aktivitas Komentar


obat antikolinergik
ANTIHISTAMIN GENERASI I
Etanolamin
Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++ Sedasi ringan
sampai sedang
Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam ++++ Sedasi kuat,
anti-motion
sickness
Dimenhidrinat 25-50 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat,
(gram difenidramin)
anti-motion
sickness

Etilenediamin
Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
Piperazin
Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam Sedasi kuat
Siklizin 25-50 mg 4-6 jam - Sedasi ringan,
amti-motion
sickness
Meklizin 25-50 mg 12-24 jam - Sedasi ringan,
anti-motion
sickness
Alkilamin
Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan,

22
komponen obat
flu
Bromfeniramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan

Derivat fenotiazid
prometazin 10-25 mg 4-6 jam ++ Sedasi kuat,
antiemetik

Lain-lain
Siprohepatin 4 mg +/- 6 jam + Sedasi sedang,
juga
antiserotonin
Mebhidrolin 50-100 mg +/- +
napadisilat

ANTIHISTAMIN GENERASI II
Astemizol 10 mg < 24 jam - Mula kerja
lambat
feksofenidin 60 mg 12-24 jam - Risiko aritmia
lebih rendah
Lain-lain
Loratadin 10 mg 24 jam - Masa kerja lebih
lama
Setirizin 5-10 mg 12-24 jam

Antialergi lain

Natrium klromolin
Indikasi: Penggunaan utama kromolin untuk terapi profilaksis serangan asma bronkial
pada pasien asma bronkial ringan sampai sedang. Penggunaan teratur selama lebih dari 2-3
bulan mengurangi hiperaltivitas bronkus. Kromolin tidak bermanfaat untuk terapi asma
bronkial akut atau pada status asmatikus. Kromolin diindikasikan pula untuk rinitis alergika
dan penyakit atopik pada mata.

23
Nedokromil dan Ketotifen
Indikasi: Ketotifen telah digunakan untuk profilaksis asma bronkial. Untuk tujuan ini
ketotifen digunakan secara oral untuk jangja waktu 12 bulan.

Anti Alergi Golongan Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat
mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi tubuh.
Berbagai jenis kortikosteroid sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi
aktivitas mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya,misalnya
deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi 30 kali lebih kuat dan efek retensi natrium
lebih kecil dibandingkan dengan kortisol.
Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol
respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi dua golongan utama yaituglukokortikoid
dan mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroidyang efek utamanya
terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinyanyata, sedangkan
pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Prototip untuk
golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. Terdapat
juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon,triamsinolon, dan betametason.
Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yangefek utamanya terhadap
keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen
hepar sangat kecil. Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya
golongan ini tidak mempunyai khasiat anti-inflamasiyang berarti, kecuali 9 -fluorokortisol,
meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena
efeknya pada keseimbangan air danelektrolit terlalu besar.
Mekanisme kerja: Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis
protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya
di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma
sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan
konfirmasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini
menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein yang akan
menghasilkan efek fisiologik steroid.
Pada beberapa jaringan, ,misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan
sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid
merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid,

24
hal ini menimbulkan efek katabolik. Penyakit alergi gejala penyakit alergi yang hanya
berlangsung dalam waktu tertentu, dapat diatasi dengan glukokortikoid sebagai obat
tambahan di samping obat primernya.

25
19. Jelaskan proses glukoneogenesis terhadap lemak dan protein!

26
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka
tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tidak tersedia, barulah
memecah protein untuk energi yang sesungguhnya, protein berperan pokok sebagai
pembangun tubuh. Dapat disimpulkan bahwa glukoneogenesis merupakan proses
pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non-karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.
Secara ringkas , jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai
berikut :

Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Aasam
lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus
krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. Untuk protein, asam-asam amino
penyusunnya akan masukl kedalam siklus krebs. Untuk dapat masuk kedalam proses
glukoneogenesis asam amino perlu melakukan deaminasi. Masing-masing jenis asam amino
memiliki jalur yang berbeda tergantung dari sifatnya. Namun, pada umunya asam amino
tersebut bersifat glukogenik dan campuran, hanya leusin yang bersifat kotogenik murni. Sisa

27
dari metabolisme asam amino dalam darah berupa amonia yang kemudian akan disintesis
oleh hati menjadi urea. Selanjutnya akan dikeluarkan melalui urin dan keringat.

20. Jelaskan sintesis glukokortikoid!

Semua hormone steroid pada mamalia disintesis dari kolesterol via pregnenolon melalui
sederet reaksi yang terjadi di dalam mitokondria maupun di dalam reticulum endoplasma sel
korteks adrenal, dalam hal ini diperlukan hidroksilase dan NADPH, dalam keadaan tertentu
juga diperlukan dehidrogenase, isomerase dan lipase. Sintesis glukokortikoid membutuhkan
tiga hidroksilase yang beraksi secara beruntun pada posisi C17, C21, dan C11. Dua reaksi
hidroksilase yang pertama berlangsung cepat, sedangkan hidroksilase pada C11 berlangsung
lebih lambat.

Senyawa metirapon adalah penghambat efektif dari 1 hidroksilase dan digunakan untuk
tes diagnostik cadangan hipotalamus-hipopisa. Tes ini berguna untuk mengetahui bahwa
glukokortikoid merupakan hormone yang menghambat secara umpan balik pelepasan ACTH.
Bila sintesis glukokortikoid dihambat dengan memberi orang normal dosis metipan balik
pelepasan ACTH , metirapon secara oral pada tengah malam, keesokan harinya terjadi
pelepasan ACTH berlebihan, pembentukan steroid dirangsang dan 11 deoksikortisol
menumpuk karena tidak terjadi pembentukan glukokortikoid.

28
21. Jelaskan reseptor, zat pengangkut, dan persinyalan dari glukokortikoid!

Reseptor glukokortikoid ini dijumpai hampir disemua jaringan. akan tetapi sebagian besar
berada didalam sitoplasma (90% disitoplasma, 10%di nukleus). Glukokortikosteroid secara
langsung bekerja pada sel epithelia, sel otot dan eusinofil pada sistem imun. Sel target untuk
glukokortikosteroid yaitu suatu membrane yang bersifat lipid atau lemak. Sehingga
glukokortikosteroid dapat menembus membrane sel tersebut dan dapat masuk kedalam
sitoplasma.

Setelah masuk maka glukokortikosteroid akan berikatan dengan reseptornya yaitu


Glukokortikoid Reseptor (GR) yang akan membentuk suatu kompleks glukokortikosteroid
reseptor. (GR) merupakan suatu protein yang sebagian besar terdapat didalam sitoplasma dan
dapat berikatan dengan suatu hormon yang bersifat lipofilik dan reseptor ini pada umumnya
berada pada sel epithelium awal dan pembuluh darah diseluruh sel. Kompleks
glukokortikosteroid reseptor akan menghasilkan efek jika berikatan dengan suatu protein
aktivasi yaitu AP-1.

29
Efek dari AP-1 yakni menghambat respon sel terhadap pesan kimiawi sehingga dapat
mengurangi respon inflamasi. Setelah itu masuk kedalam intisel. Dimana terdapat
Glukokortikoid Respon Elements (GRE) yaitu suatu landasan untuk GR. Kemudian antara
GR dan GRE akan meregulasi transkrpsi gen yang mana akan berefek seperti mengontrol
produksi protein.

22. Jelaskan fungsi, sintesis, reseptor, dan zat pengangkut kortisol!

Sintesis Kortisol

Kortisol adalah golongan glukokortikoid alam yang merupakan kortikosteroid dengan 21


atom karbon dibentuk dari kolesterol di korteks adrenal yang berapa di bagian atas ginjal.
Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar, glukokortikoid dan mineralkortikoid.
Glukokortikoid adalah kortikosteroid yang berfungsi utamanya menyimpan glikogen hepar
(hati) dan sebagai anti inflamasi (anti radang).

Sintesis kortisol memerlukan tiga hidroksilase yang terletak di zona fasikulata dan
retikularis di korteks adrenal yang bekerja secara berurutan pada posisi C 17, C21, dan C11. Dua
reaksi pertama berlangsung cepat, sedangkan hidroksilasi C 11 relatif lambat. Jika posisi C11
mengalami hidroksilasi, kerja 17 alpha hidroksilase terhambat dan jalur reaksi yang diikuti
adalah jalur mineralkortikoid (membentuk kortikosteron atau aldosteron, bergantung pada
jenis sel). 17 alpha hidroksilase adalah suatu enzim RE halus yang bekerja pada progresteron
atau lebih sering pada pregnenolon. 17 alpha hidroksiprogresteron mengalami hidroksilasi di
C21 untuk membentuk 11-deoksikortisol yang kemudian mengalami hidroksilasi di C 11 untuk
membentuk kortisol, hormon glukokortikoid yang paling kuat pada manusia.

Fungsi Kortisol (glukokortikoid)

Efek terhadap metabolisme:


meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara :
- Meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan perifer
- Meningkatkan laju glokoneogenesis melalui peningkatan jumlah (dan aktivitas)
beberapa enzim penting.
- Memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik yang penting lainnya pada laju rekasi
optimal.

30
meningkatkan deposisi glikogen hepatic dengan meningkatkan aktivitas enzim glikogen
sintetase
mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan lipogenesisi di tempat lain
(muka dan badan) melelbihi taraf fisiologis

Efek terhadap mekanisme pertahanan:

supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan penghancuran (lisis) limfosit


yang spesfik menurut tipe sel dan spesiesnya.
supresor respon inflamasi dengan cara :
- menurunkan jumlah leukosit yang beredar didalam darah dan migrasi leukosit jaringan.
- menghambat proliferasi fibroblast.
- mengumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi yaitu prostaglandin dan
leukotrien.

Reseptor Kortisol

Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik. Distribusi dari reseptor
hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk bebrapa hormon,
seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk
sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Efek dari glukokortikoid
diperantarai oleh 2 reseptor berbeda, yaitu :
Reseptor dari mineralkortikoid (MR = Mineralcorticoid Receptor, type I) yang mempunyai
afinitas tinggi terhadap kortisol.
Reseptor Glukokortikoid (GR = Glucocorticoid Receptor, type II) yang mempunyai
afinitas rendah bahkan hinggal 10 kali lipat terhadap kortisol.

MR terdapat dalam jumlah yang besar pada sistem limbic. GR terletak lebih menyebar dan
diekspresikan pada glia sebagaimana halnya dengan neuron; reseptor menduduki sel yang
sama di hipokampus. Pada sekresi kortisol keadaan basal MR banyak ditempati, sedangkan
GR ditempati hanya saat konsentrasi kortisol meninggi, misalnya saat pagi hari.

Zat pengangkut Kortisol

31
Kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari jaringan ekstrahepatik,
terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk
masuk dalam proses glikoneogenesis di hati dan oleh karena itu akan meningkatkan
pembentukan glukosa.

23. Jelaskan mekanisme glukokortikoid mempengaruhi kelenjar adrenal!

Efek samping dan reaksi yang merugikan dari glukokortikoid karena dosis tinggi atau
pemakain yang lama mencakup peningkatan gula darah, deposit lemak yang abnormal di
wajah dan tubuh (moon face) dan buffalo hump penimbunan lemak di daerah supraklavikular
dan dibelakang leher) dan pengecilan ukuran ekstremitas, muscle wasting, edema, retensi
natrium dan air, hipertensi, euphoria atau psikosis. Kulit tipis dengan purpura, meningkatkan
tekanan intraocular (glaucoma), tukak peptic, dan retardasi pertumbuhan. Pemakaian
glukortikoid jangka panjang dapat menyebabkan atrofi adrenal (hilangnya fungsi kelenjar).
Jika terapi dihentikan, dosis harus diturunkan perlahan-lahan untuk memberikan kesempatan
bagi korteks adrenal memproduksikan kortisol dan kortikosteroid lain. Penghentian obat
secara mendadak dapat menyebabkan insufisiensi adrenokortikal berat.

Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis


(perubahan lemak dan protein menjadi glukosa di hati). Glukokortikoid juga meningkatkan
kadar glukosa darah dengan merangsang otot, lemak, dan jaringan limfe untuk memakai
asam-asam lemak bebas sebagai energy dan bukan glukosa. Demikian juga, glukortikoid
merangsang lapar,mendorong penimbunan lemak di daerah badan wajah dan menghambat
pertumbuhan dengan menekan hormone pertumbuhan dan melawan efek-efek hormone
pertumbuhan pada pembuat protein. Glukokortikoid meningkatkan efek hormone
pertumbuhan pada jaringan lemak dan meningkatkan efek katekolamin, sehingga terjadi
peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah.

24. Jelaskan secara spesifik tentang insufisiensi adrenal!

32
Definisi Insufiensi Adrenal
Insufisiensi adrenal adalah keadaan dimana kurangnnya produksi glukokortikoid atau
mineralokortikoid di adrenal, yang terjadi karena kerusakan atau disfungsi dari kortek atau
akibat kekurangan sekresi ACTH pituitary. Kerusakan pada kortek adrenal akan
menimbulkan Insufiensi adrenal primer sedangkan Insufiensi Adrenal sekunder terjadi akibat
adanya gangguan pituitary atau hipotalamus.

Klasifikasi
Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya masalah pada
kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya hormon hormon
tersebut.
Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease)
Chronic secondary adrenal insufficiency
Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )

Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )


Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar adrenal, dengan
defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan kelebihan dari ACTH dan CRH
yang berhubungan dengan hilangnya feedback negatif.

Patofisiologi
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan
hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun ACTH
keluar dari kelenjar pituitari.

Etiologi
Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,
lymphoma)

Tanda dan Gejala

33
Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol Lemah badan, cepat lelah,
anoreksia, mual mual, muntah, diare,hipoglikemi, hipertensi ortostatik ringan,
hiponatremi, eosinophilia.
Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosteron Hipertensi ortostatik,
hiperkalemia, hiponatremia
Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen Kehilangan bulu bulu axilla dan
pubis
Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH Hiperpigmentasi kulit dan permukaan
mukosa

Diagnosis
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu dilakukan cosyntropin
(ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya rendah dan kadar ACTH tinggi dan
eksogen ACTH tidak meningkatkan kortisol karena kelenjar adrenal tidak berfungsi.
Pemeriksaan lebih lanjut tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit yaitu autoimun,
infeksi dan keganasan.

Penanganan
Pemberian kortisol po 15 mg pagi hari dan hidrokortison po 10 mg sore hari ( dosis
dikurangi secara bertahap, lalu gunakan dosis terendah yang masih dapat ditoleransi ).
Gantikan aldosteron dengan fludrikortison 50-200mcg/hari, dosis titrasi sesuai dengan
tekanan darah dan kadar Kalium
Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan penyakit
penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali lipat dosis
hidrokortison selama stress fisiologik.

Chronic Secondary Adrenal Insuficiency

34
Adalah penurunan kadar kortisol yang berlebihan, berhubungan dengan kehilangan fungsi
secara lambat dari hypothalamus dan pituitari. Kadar kortisol dan ACTH keduanya menurun,
tetapi kadar aldosteron dan adrenal androgen biasanya normal karena keduanya diregulasi
diluar jalur hipotalamus hipofise.

Patofisiologi
Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan
hypothalamus-pituitary-adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen ini
akan mencetuskan suatu krisis adrenal.atau stess yang akan meningkatkan kebutuhan kortisol.

Etiologi
Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH )
Tumor pituitari atau hipotalamus
Radiasi pituitari
Penyakit infeksi dan infiltrasi dari kelenjar pituitari ( sarkoid, hystiosistosis,TB,
histoplasmosis)

Tanda dan Gejala


Yang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan, cepat lelah,
anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi ortostatik yang
ringan.

Diagnosis
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan kadar ACTH, lalu dilakukan test
stimulasi cosyntropin (ACTH). Kadar kortisol dan ACTH biasanya rendah eksogen ACTH
meningkatkan kortisol pada kasus yang ringan atau onset baru dari insufisiensi adrenal
sekunder. Jika kelainan yang terjadi sudah sangat lama maka cosyntropin test akan negatif
karena berhubungan dengan kejadian adrenal atropi. Pikirkan alternative pemeriksaan
endokrin yang lain seperti test insulin , metyrapone atau CRH stimulation test. Periksa lebih
lanjut penyakit yang mendasarinya contoh pituitary makro adenoma.

Penatalaksanaan

35
Berikan kortisol 15 mg pada pagi hari dengan hidrocortison 10 mg pada sorehari ( dosis
dapat di turunkan, gunakan dosis terendah yang masih dapat ditoleransi.atau gunakan
glukokortikoid dan kemudian lakukan tappering off.
Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan penyakit
penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali lipat dosis
hydrokortison selama stres fisiologis.

Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)


Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan
hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala
gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.

Patofisiologi
Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid (kortisol),
mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis adrenal
adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit. Kortisol
meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui proteolisis, penghambat
sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan pengambilan asam amino di hati.
Kortisol secara tidak langsung meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi
tetapi juga menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi
untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin.
Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan
kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon
( ACTH).Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II
melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin. Efek nya
pada target organ primer.

36
Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan hidrogen.
Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari natrium dan kalium mengaktivasi enzim
adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium
dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah meningkatkan
volume intravaskuler. System rennin angiotensin-aldosteron tidak dipengaruhi oleh
glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk
kadar aldosteron kekurangan hormone adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan
dengan hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.
Insidensi dari krisis adrenal sangat jarang yaitu : sekitar 4 dari 100.000 orang.

Etiologi
Penyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis atau nekrosis
selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila kehilangan kelenjar adrenal
unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal. Penyebab sekunder adalah
peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom), Pituitary apoplexy ( perdarahan pada
kelenjar pituitary), trauma kepala dengan gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya
tidak seberat pada keadaan adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak
dipengaruhi.

Faktor Resiko
Penggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau persamaannya
sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita menerima dosis yang mendekati
kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan untuk memulihkan fungsi dari kelenjar
adrenal. Stres fisiologik yang berat seperti sepsis, trauma, luka bakar, tindakan pembedahan.
Berikut ini adalah keadaan yang terjadi pada hipotalamik-pituitaryadrenal axis pada keadaan
normal, keadaan stress fisiologis yang berat dan dalam keadaan critical illness. Organisme
yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus Influenza, staphilokokus aureus,
streptokokus pneumonia, jamur. Selain itu penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah
injeksi steroid intra artikular, dan pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin,
rifampisin.

37
Tanda dan Gejala
Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan pemberian
resusitasi cairan atau vasopresor.
Hipotermia atau hipertermia
Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan, anoreksia,
mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia dan
hipotensi berat yang menetap
Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri abdomen dan
pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar adrenal.

Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah. Biasanya kadar
natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan kadar kalium dalah
meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya mengalami asidosis dengan kadar
bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga meningkat. Kemungkinan
diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan limpositosis pada SADT, dan adanya
gangguan kadar serum tiroid 4 Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar
ACTH dan kortisol, jika terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari
20 mcg/dl tetapi kita dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah
dapat distabilkan.

Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess dose steroid,
pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan mempengaruhi test. Cara
melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma baseline, kemudian
berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan kemudian pantau serum kortisol 30-60
menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan sebagai
insuficiensi adrenal.Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis,
keganasan, sarkoid dan lymphoma.

Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal mengalami


perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik. Perdarahan adrenal terlihat

38
sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar adrenal yang bilateral. Pada
pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval QT yang dapat
mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang dalam dapat terjadi pada akut
adrenal krisis. Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada
kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit infiltratif. Pada
kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi kelenjar adrenal.
Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya ditemukan gambaran darah saja.

Tatalaksana
Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan garam.
Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg. Setelah penderita
stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam atau hydrokortison 100 mg IV
tiap 6-8 jam.
Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat diberikan
antibiotik.
Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau norepineprin.
Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit Infeksi, ahli
critical care, kardiologis, ahli bedah.

25. Apa saja dampak insufisiensi adrenal? Apakah bersifat reversibel atau ireversibel?

Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan


hypothalamus-pituitary adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen ini
akan mencetuskan suatu krisis adrenal atau stess yang akan meningkatkan kebutuhan kortisol.
Manifestasi klinis dari chronic secondary adrenal insufficiency adrenal yaitu yang
berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan, cepat lelah,
anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi ortostatik yang
ringan. Insufisiensi adrenal sekunder memiliki prognosis yang baik dan reversibel jika
dilakukan program terapi subtitusi glukokortikoid yang tepat.

26. Jelaskan efek samping glukokrtikoid jika dihentikan mendadak!

Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid (kortisol),


mineralokortikoid (aldosteron, 11 deoxycoticosterone) dan androgen

39
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis adrenal
adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit. Kortisol
meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui proteolisis, penghambat
sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan pengambilan asam amino di hati.
Kortisol secara tidak langsung meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi
tetapi juga menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi
untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin.
Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan
kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon( ACTH).

Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II melalui


system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin. Efek nya pada
target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan
hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari natrium dan kalium
mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk
trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah
meningkatkan volume intravaskuler. System renin angiotensin - aldosteron tidak dipengaruhi
oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk
kadar aldosteron kekurangan hormon adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan
dengan hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.
Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol Lemah badan, cepat lelah, anoreksia,
mual mual, muntah, diare, hipoglikemi, hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi,
eosinophilia.

27. Jelaskan efek samping glukokortikoid jika penggunaan jangka panjang!

Penggunaan glukokortikoid untuk jangka lama dapat menyebabkan peningkatan glukagon


plasma yang dapat merangsang glukoneogenesis. Keadaan ini dapat pula merupakan salah

40
satu penyebab bertambahnya sintesis glukosa. Peningkatan penyimpanan glikogen di hepar
setelh pemberian glukokortikoid diduga akibat aktivasi dlikogen sintetase di hepar.

Penggunaan glukokortikoid dosis besar jangka panjang atau pada sindrom Cushing, terjadi
gangguan distribusi lemak tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul secara berlebihan pada
depot lemak; leher bagian belakang (bufffalo hump), daerah supraklavikula dan juga di muka
(moon face), sebaliknya lemak di daerah ekstremitas akan menghilang. Salah satu hipotesis
yang menerangkan keadaan diatas adaslah sebagai berikut: kadar insulin meningkat akibat
hiperglikemia yang ditimbulkan oleh glukokortikoid, insulin ini mempunyai efek lipogenik
dan antilipolitik pada jaringan lemak di batang tubuh sehingga lemak terkumpul di tempat-
tempat yang disebut tadi. Sedangkan sel lemak di ekstremitas kurang sensitif terhadap insulin
dan lebih sensitif terhadap efek lipolitik hormon lain (epinefrin, norepinefrin dan hormon
pertumbuhan) yang diinduksi oleh glukokortikoid.

Pada pasien sindrom Cushing atau pemberian glukokortikoid dosis besar untuk waktu
lama dapat timbul wasting otot rangka yaitu pengurangan massa otot. Mekanisme miopati
pada pemakaian glukokortikoid, diduga disebabkan oleh efek kataabolik dan efek
antianaboliknya pada protein otot yang disertai hilangnya massa otot, penghambatan aktivitas
fosforilase dan adanya akumulasi kalsium otot yang menyebabkan penekanan fungsi
mitokondria. Penggunaan glukokortikoid untuk waktu lama dapat menimbulkan serangkaian
reaksi yang berbeda-beda. Sebagian besar mengalami perbaikan semangat (mood) yang
mungkin disebabkan hilangnya gejala penyakit yang sedang diobati; yang lain
memperlihatkan keadaan euforia, insomnia, kegelisahan dan peningkatan aktivitas motorik.
Kortisol juga dapat menimbulkan depresi. Pasien yang sebelumnya pernah mengalami
gangguan jiwa sering memperlihatkan reaksi psikotik.

Pada pasien sindrom Cushing sering terdapat neurosis dan psikosis. Semua kelainan ini
bersifat reversibel bila pemberian hormon dihentikan atau sindrom diobati secara efektif.
Glukokortikoid dosis tinggi dalam waktu lama dapat menimbulkan gejala pseudotumor
cerebri karena tekanan intrakranial yang meningkat. Glukokortikoid dapat meningkatkan
kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah, hal ini terbukti dari seringnya timbul

41
polisitemia pada sindrom Cushing. Penggunaan glukokortikoid pada waktu lama untuk anak
dapat menghambat pertumbuhan, karena efek antagonisnya terhadap kerja hormon
pertumbuhan di perifer.

28. Jelaskan nafsu makan secara umum terkait hormon leptin dan ghrelin!

42
Nafsu makan tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi tubuh sebagai
neuromodulators, yakni hormon yang mempengaruhi perilaku kognitif terhadap nafsu makan.
Hormon tersebut adalah ghrelin dan leptin. Leptin dan ghrelin adalah dua hormon yang telah
diakui memiliki pengaruh besar pada keseimbangan energy. Ghrelin adalah hormon yang
diproduksi oleh sel-sel di dalam perut dan 'bekerja sama' dengan otak untuk memberi sinyal
lapar. Tingkat ghrelin meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan. Kadar hormon
ghrelin akan menurun secara berkala setelah tubuh mulai menyerap nutrisi dari makanan.

Selain itu, ghrelin juga dapat mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan membuat
seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak. Ghrelin bekerja pada hipotalamus otak
dengan cara meningkatkan nafsu makan. Hipotalamus adalah struktur kecil di dasar otak
yang mengatur banyak fungsi tubuh, termasuk nafsu makan dan suhu tubuh.

Para peneliti di Rumah Sakit Universitas Navarra menemukan bahwa, selain merangsang
hipotalamus untuk menghasilkan nafsu makan, ghrelin juga mengakumulasi lipid dalam
jaringan lemak visceral. Lipid adalah golongan senyawa yang tidak larut dalam air, dan
lemak adalah salah satu bagian dari lipid. Dengan kata lain, ghrelin dapat memicu akumulasi
lemak terutama di daerah perut (obesitas visceral/omentum) yang dapat mengakibatkan
tekanan darah tinggi hingga diabetes tipe-2.

Jumlah ghrelin dalam tubuh bisa dikurangi. Olahraga berintensitas tinggi seperti aerobik,
kickboxing atau jogging bermanfaat menurunkan tingkat ghrelin. Itulah sebabnya latihan

43
fisik merupakan kunci utama dalam menghilangkan lemak dan menjaga berat badan tetap
ideal.

Leptin merupakan hormon yang membantu mengatur metabolisme dan nafsu makan.
Leptin berinteraksi dengan otak, memerintahkan tubuh untuk makan lebih sedikit dan
membakar lebih banyak kalori. Hormon leptin diproduksi secara alami oleh sel lemak di
dalam tubuh yang berasal dari makanan sehari-hari, dan diedarkan oleh darah menuju otak.
Leptin memberitahu otak kapan harus berhenti mengunyah dan berhenti makan, membantu
merespon rasa kenyang, mengendalikan nafsu makan dan mencegah makan berlebihan.

29. Jelaskan definisi serta fase mual dan muntah secara umum!

Mual adalah perasaan tidak enak didalam perut yang sering berakhir dengan muntah.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Pada mual, terdapat berbagai
perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual,seperti meningkatnya salvias,
menurunnya tonus lambung, dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejunum
menyebabkan terjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Tanda dan gejalanya sering kaliu
adalah pucat, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, takikardia.

Pada muntah, muntah terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah, yang terletak di daerah
postrema medulla oblongata. Muntah dapat dirangsang melalui jalur saraf aferen oleh
rangsangan nevus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang menimbulkan
muntah dengan aktivasi CTZ. Jalur aferen menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya
gerakan ekspulsif otot abdomen, gastrointestinal, dan pernapasan yang terkoordinasi dengan
epifenomena emetic yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis berada di
dekat pusat pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadi hipersalivasi dan gerakan
pernapasan.

44
30. Jelaskan edukasi secara farmakologi tentang penggunaan glukokortikoid
berdasarkan dosis, cara pemberian dan efek samping!

Berdasarkan dosis:

Dewasa
Secara intramuskular atau intravena, 10-40 mg (base), diulangi sesuai keperluan.
Untuk dosis tinggi (pulse terapi): intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan
sekurang-kurangnya 30 menit. Dosis dapat diulangi setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.

Bayi dan anak:


Insufisiensi adrenokortikal: intramuskular, 117 mikrogram (0,117 mg) (base) per kg
berat badan atau 3,33 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sehari (dalam dosis
terbagi tiga) setiap hari ke tiga; atau 39 sampai 58,5 mikrogram (0,039 sampai 0,0585
mg) (base) per kg berat badan atau 1,11 sampai 1,66 mg (base) permeter persegi
permukaan tubuh sekali sehari.

Berdasarkan cara pemberian:


Untuk intramuskular atau intravena, rekonstitusi serbuk dengan larutan injeksi yang telah
disediakan (mengandung benzyl alkohol 0,9%), kocok hingga larut. Pemberian dengan
intravena langsung dapat diberikan selama sekurang-kurangnya 1 menit, atau dapat diberikan
secara infus intravena dalam 5% dekstrosa, NACl 0,9% atau dektrosa 0,5% dalam NaCl 0,9%
selama sekurang-kurangnya 30 menit. Larutan stabil secara fisika dan kimia selama 48 jam.

Berdasarkan efek samping:

Insufisiensi adrenokortikal
Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous
kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi
adrenokortikal sekunder.
Efek muskuloskeletal
Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein tulang
yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan, nekrosis aseptik
pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang.

Gangguan cairan dan elektrolit

45
Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik alkalosis,
hipertensi, serangan jantung kongestif.
Efek pada mata
Katarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma, eksoftalmus.
Efek endokrin:
Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaan cushingoid, hambatan pertumbuhan
pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes mellitus.
Efek pada saluran cerna:
Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera makan
yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi abdominal, pankreatitis,
iritasi lambung, ulceratif esofagitis.
Efek sistem saraf:
Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati,
abnormalitas EEG, konvulsi.
Efek dermatologi:
Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi
dermatitis, urtikaria, angiodema.
Efek samping lain:
Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi, deskuamasi,
mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.

31. Jelaskan edukasi secara non farmakologi untuk mengatasi alergi dan keluhan
akibat penghentian obat secara mendadak!

Menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi itu kambuh


Memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai patogenesis alergi, tanda dan gejala
awal, serta penggunaan obat yang tepat sesuai resep dokter.
Istirahat yang cukup
Olahraga secara teratur

32. Jelaskan terapi farmakologi yang tepat untuk pasien insufisiensi adrenal akibat
penggunaan glukokortikoid!

Terapi substitusi adalah pemberian kortikosteroid yang bertujuan memperbaiki kekurangan


akibat inusfisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal
maupun hipofisis.

46
Insufisiensi adrenal akut disebabkan oleh kelainan pada adrenal atau penghentian pengobatan
kortikosteroid dosis besar secara tiba-tiba. Bila insufisiensi primer, 20-30 mg hidrokortison
harus diberikan tiap hari, dinaikan bila dalam keadaan stress. Perlu diberi juga preparat
mineralokortikoid yang dapat menahan Na dan air. Preparat sintesis yang kecil efek menahan
airnya jangan dipakai untuk kondisi ini.

Bila yang terjadi insufisiensi akibat kortikosteroid dosis besar jangka lama yang dihentikan
tiba-tiba, pasien harus secepatnya diberi air, natrium, klorida, glukosa, kortisol serta
pencegahan terhadap infeksi, trauma, dan perdarahan. Gejalanya cukup berat antara lain
berupa gangguan saluran cerna, dehidrasi, rasa lemah dan hipotensi. Pasien mudah
mengalami intoksikasi air karena menurunnya fungsi diuresis sehingga sering terjadi hidrasi
sel. Selain pemberian larutan Na

Cl isotonik IV, dapat ditambahkan glukosa untuk mengatasi hipoglikemi. Jumlah cairan yang
diberikan dalam waktu 24 jam pertamatidak boleh lebih dari 5% dari BB ideal. Pasien harus
terus dimonitor karena sewaktu-waktu dapat terjadi peningkatan tekanan vena dan edema
paru, mengingat kapasitas kerja sistem kardiovaskular dapat menurun. Hidrokortison
diberikan secara bolus IV awal 100 mg dan dilanjutkandengan pemberian dalam cairan IV
yang diberikan dengan kecepatan 100 mg tiap 8 jam sampai pasien stabil. Jumlah ini sesuai
dengan sekresi kortisol maksimal per hari dalam keadaan stress. Setelah pasien stabil, dosis
hidrokortison dikurangi hingga 25 mg tiap 6-8 jam.

Daftar Pustaka

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta
: EGC, 2005.
Sherwood. L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed. 6th ed. Jakarta: EGC. 2012.
Syarif, Amir. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: FKUI. 2012.
Ikawati, Z. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta: UGM Press 2008.

47
Murray, R.K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. Biokimia Harper. 27 th ed. Jakarta: EGC.
2009.
http://pustaka.unpad.ac.id
http://saripediatri.idai.or.id
http://repository.usu.ac.id

PEMICU 2
METABOLIK ENDOKRIN

Pemicu 2:
Ny. D 50 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan berat badan bertambah sejak 1 tahu
terakhir. Pada pemeriksaan fisik, tinggi badan 158 cm, berat badan 85 kg.

Kata Kunci:
Wanita 50 tahun
BB naik sejak 1 tahun terakhir

48
TB 158 cm
BB 185 kg

Identifikasi Masalah:
Perempuan, 50 tahun, mengalami penambahan berat badan sejak 1 tahun terakhir.

Analisis Masalah:

Hipotesis:
Perempuan, 50 tahun, mengalami obesitas grade 1 disebabkan oleh penimbunan lemak tubuh
berlebihan.

Spyder Web:

49
Pertanyaan Terjaring:

1. Apa yang dimaksud dengan metabolisme serta jelaskan fungsi metabolisme!

Metabolisme adalah sebuah rangkaian reaksi bersifat kimia yang terjadi dalam tubuh
makhluk hidup. Reaksi ini terjadi sebagai modal/sumber makhluk hidup untuk
mempertahankan kehidupannya. Metabolisme merupakan seluruh rangkaian reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses , yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia berupa proses
penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Katabolisme merupakan kebalikan
dari anabolisme yakni zat kompleks serangkaian reaksi kimia berupa proses pemecahan zat
kompleks menjadi zat lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan energi berupa adenosin
triphosphate.

Fungsi metabolisme:
Racun merupakan zat yang jelas tidak dibutuhkan oleh tubuh. Masuknya zat ini ke dalam
tubuh tidak selamanya dilakukan dengan sengaja, sebagian besar malah justru tidak
sengaja, alias keracunan. Dan tahukah Anda bahwa proses metabolisme ini bisa mengubah
zat beracun menjadi senyawa yang sama sekali tidak beracun tidak hanya mengubahnya
menjadi tidak beracun, metabolisme juga dapat mengeluarkan racun dari tubuh.

50
Menjaga Kesehatan Tubuh. Metabolisme merupakan sebuah proses yang membantu tubuh
untuk mengolah aneka zat yang masuk ke dalam tubuh. Hasil akhir dari pengolahan
tersebut nantinya berperan dalam membentuk identitas kesehatan tubuh. Jika proses
metabolime berjalan lancar, tubuh akan jauh lebih merasa sehat dan bugar.
Penghasil senyawa ATP. ATP merupakan senyawa kimia berenergi tinggi, tetapi
mempunyai ikatan yang bersifat labil. Senyawa tersebut nantinya akan menyumbang
energi pada proses-proses dalam metabolisme seperti fotosintesis, respirasi, sintesis
protein, kemosintesis, dan lemak.

2. Jelaskan perhitungan BMI pada pemicu!

Indeks massa tubuh adalah sebuah pengukuran dalam statistik yang membandingkan berat
badan dan tinggi badan seseorang. Walaupun hal ini tidak sebenarnya mengukur persentasi
lemak tubuh, tetapi Indeks masa tubuh adalah sebuah alat yang berguna untuk mengestimasi
berat badan yang sehat berdasarkan tinggi orang tersebut. Karena pengukuran dan
penghitungan yang mudah indeks ini banyak digunakan secara luas sebagai alat diagnostik
untuk mengidentifikasi masalah berat badan dalam populasi, biasanya untuk individu yang
kurus (dibawah normal), kelebihan berat badan dan obesitas. Indeks massa tubuh
didefinisikan sebagai berat badan seseorang dibagi dengan tinggi badannya pangkat kuadrat.
Fomula ini secara universal digunakan dalam pengobatan dengan memproduksi per unit
ukuran kg/m2.

berat badan dalam kg


BMI = tinggi badan dalam m

85 kg
BMI = 1,58 m

85 kg
= 2, 50 m = 34 kg/m2

Jadi, dapat diketahui BMI pada pemicu 34 kg/m2 yang termasuk kategori obese I.

51
3. Jelaskan metabolisme karbohidrat pada tubuh?

Struktur KH adalah CnH2nOn (glukosa (6C) = C6H12O6). Fungsi KH yaitu sebagai


sumber energi, cadangan energi (dalam bentuk glikogen yang disimpan di hati dan otot), dan
sintesis (bahan struktur sel seperti glikoprotein dan glikolipid, senyawa non-karbohidrat
seperti TAG (lipid) dan asam amino, juga laktosa). Metabolisme di tubuh kita ada yang
normal, contohnya adalah adaptasi saat kelaparan/puasa, latihan fisik, kehamilan, dan laktasi,
serta abnormal, contohnya adalah defisiensi nutrisi, defisiensi enzim, sekresi hormon regulasi
metabolisme tidak normal, efek obat dan racun.

Normalnya, kebutuhan kalori seseorang dengan BB 70 kg adalah 2400-2900 kcal, jika


berlebih maka dapat menimbulkan obesitas (IMT >26 jika di asia), sedangkan jika
kekurangan terus-menerus dapat menginduksi tubuh untuk melakukan katabolisme protein
tanpa replacement, disebut emaciation. Sedangkan pada kondisi lapar/puasa, system saraf dan
eritrosit akan menerima sinyal terhadap kekurangan glukosa, dan saat cadangan glikogen
menipis, maka tubuh melakukan glukoneogenesis.

Hormon pengatur metabolisme:


Insulin. Jika patologis dapat menyebabkan diabetes mellitus (kadar gula darah . DM tipe
I karena defisiensi sekresi insulin, sedangkan tipe II karena sel tidak sensitif terhadap
insulin).
Glukagon. Berperan dalam glukoneogenesis sehingga kadar gula darah meningkat kembali
ke normal.

Glukosa merupakan bahan bakar universal (untuk semua sel), dan ada dua sel yang paling
tergantung hidup-matinya terhadap adanya glukosa, yaitu eritrosit dan otak. Masuknya
glukosa ke dalam sel yaitu melalui difusi terfasilitasi sehingga memerlukan protein
transporter, yaitu GLUT (adiposa, otot, dan langerhans memerlukan GLUT 4 yang
dipengaruhi insulin). Karena jumlah sel adipose dan otot rangka luar biasa besar, maka
pemasukan glukosa lewat GLUT 4 sangat membutuhkan kehadiran insulin, sehingga insulin
pun juga turut berperan besar dalam pengaturan kadar glukosa darah.

Beberapa jaringan membutuhkan suplai glukosa terus-menerus, sehingga kadar glukosa


darah juga harus tetap dipertahankan di 70-100 mg/dL (4-5 mmol/L). Pada keadaan puasa,
kadar glukosa dipertahankan oleh hati, awalnya dengan pemecahan glikogen (glikogenolisis),
kemudian dengan sintesis glukosa dari prekursor non karbohidrat (glukoneogenesis).

52
Jalur utama metabolisme karbohidrat :

Glikolisis adalah proses pemecahan heksosa (6C, contoh: glukosa) menjadi senyawa 3C atau
2C dan menghasilkan ATP. Glikolisis terjadi di semua jaringan/ubiquitos pathway
(tepatnya di sitosol), dan berupa oksidasi glukosa yang berujung pada pembentukan piruvat
(aerob) dan laktat (anaerob) . Fungsi utama sebagai pembentuk energi dan biosintesis
(sintesis senyawa lain yang diperlukan dari glukosa).

a. Glikolisis aerob: piruvat yang dihasilkan dapat diubah menjadi asetil-KoA yang
selanjutnya dioksidasi di TCA, sehingga banyak menghasilkan banyak NADH dan
FADH2 (yang oleh oksigen direoksidasi menjadi NADH dan FADH, masuk ke transport
elektron) sehingga ATP meningkat.
b. Glikolisis anaerob: rantai transpor elektron tidak berlangsung (karena tidak ada O2)
sehingga NADH yang terbentuk mengalami reoksidasi menjadi NAD yang terjadi melalui
reduksi piruvat berganti menjadi laktat sehingga ATP lebih sedikit.

Reaksi ini terdiri dari 3 tahap:

Pembentukan glukosa 6-fosfat (G 6-P)


Awal reaksinya, glukosa mengalami fosforilasi menjadi flukosa 6-fosfat melalui pemindahan
sebuah fosfat dari ATP. Langkah pertama glikolisis ini pakai ATP Reaksi ini membutuhkan
dua jenis enzim yang berfungsi sebagai katalisator, yaitu heksokinase dan glukokinase.

Pemecahan G-6P menjadi 2 triosa-P (3C)


G-6P tadi mengalami isomerisasi (molekulnya bertransformasi jadi bentuk isomernya:
komposisi sama tapi strukturnya beda) menjadi fruktosa-6-fosfat, lalu mengalami fosforilasi
menjadi fruktosa-1,6-bifosfat (perlu ATP), dan diuraikan menjadi dua senyawa 3-karbon
terfosforilasi (triosa fosfat). Reaksi ini ireversibel, sehingga glukosa jika sudah sampai sini,
pasti masuk ke jalur glikolitik.

53
Oksidasi triosa-P menjadi piruvat (aerob)
Reaksi pertama adalah oksidasi triosa-P, menghasilkan NADH, berlanjut kereaksi hidrolisis
yang energinya sangat tinggi sehingga mampu membentuk ATP dan piruvat. Piruvat (aerob)
akan dioksidasi menjdi asetil-KoA di mitokondria (oleh kompleks piruvat dehidrogenase),
dihasilkan NADH. Asetil Ko-A adalah senyawa berenergi tinggi, tidak hanya dihasilkan dari
glukosa tapi juga dari lipid, asam lemak, asetat, dan asam amino ketogenik, juga merupakan
sumber gugus asetil pada proses sintesis (kolesterol, asam lemak, steroid, benda keton).

4. Jelaskan metabolisme lipid pada tubuh ?

Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu
trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan
lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid.
Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam
lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan
monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar
disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).

Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid)
dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu
dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan
adiposa.

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam
lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali
menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi.
Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi.
Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam
lemak bebas (free fatty acid/FFA).

54
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan
energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat
barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.

Transpor Lipid dan Metabolisme Lipoprotein


Lipid yang tidak larut di darah perlu bentuk transport khusus. Asam lemak bebas ditranspor
dengan albumin. Kalau TAG, PL, dan kolesterol ditranspor bersama dengan protein, maka itu
disebut lipoprotein Terdapat 4 jalur transport lipid, yaitu:
Albumin : Asam lemak, Adipose -> Jaringan

Kilomikron : Lipid, Usus -> Jaringan

VLDL, LDL : Lipid sintesis sendiri, Hati -> Jaringan

HDL : Jaringan -> Hati -> Bile

5. Jelaskan metabolisme protein pada tubuh?

55
6. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko obesitas?

Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan
organnya. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi
dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran ideal.

Etiologi Obesitas
Genetik
Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan .
Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic merupakan
faktor penguat terjadinya kegemukan. Menurut penelitian , anak - anak dari orang tua yang
mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu

56
orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 50 %. Bila
kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan menjadi 70 - 80%.
Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya
akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang.
Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya. Selain hormon tiroid, hormone
insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin
mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel - sel tubuh. Orang yang
mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam tubuhnya pun akan
meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone leptin yang dihasilkan oleh
kelenjar pituitary, sebab hormone ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu
makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia.
Obat obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam tubuh.
Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat - obatan tersebut, nafsu makannya akan
meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama, seperti dalam keadaan
penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan memicu terjadinya kegemukan.
Asupan makanan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan Energi
yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (over
weight), dan obesitas. Perlu diyakini bahwa obesitas hanya mungkin terjadi jika terdapat
kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Ada tiga hal yang
mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan
makanan dalam keluarga. Kebiasaan makan berkaitan dengan makanan menurut tradisi
setempat, meliputi hal - hal bagaimana makanan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana
menyiapkan, siapa yang memakan, dan seberapa banyak yang dimakan. Ketersediaan pangan
juga mempengaruhi asupan makan, semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga,
memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi. Ketersediaan pangan sangat
dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan pemanfaatan sumber daya masyarakat.
Sedangkan kedua hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kemiskinan.

Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah
banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan,

57
genetic, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan
kebutuhan gizi. Kebutuhan energi total untuk orang dewasa diperlukan untuk metabolisme
basal, aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (SDA). Kebutuhan
energi terbesar diperlukan untuk metabolisme basal.
Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa menurut hasil penelitian keseimbangan
nitrogen yaitu 0,75 gr/kg berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur. Angka
ini dinamakan safe level of intake atau taraf asupan terjamin.
Aktivitas Fisik
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga
dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal
yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya
adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat
untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini
menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi
semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan.

Faktor resiko Obesitas


Pola makan yang berlebihan
Aktivitas fisik kurang
Genetik
Depresi
Kecemasan
Gangguan makan

7. Jelaskan patofisiologi, tanda dan gejala obesitas?

Tanda dan Gejala Obesitas

Kelebihan berat badan yang dihitung menggunakan IMT (indek masa tubuh) dengan
rumus BB/TB2.

58
Rasa ingin makan terus menerus
Makan banyak dan kurangnya aktifitas
Obesitas apabila tidak di tangani dapat menimbulkan berbagai penyakit:

Patofisiologi Obesitas

59
8. Jelaskan pencegahan dan edukasi obesitas!

Membudayakan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang, yaitu:


Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber serat sehingga dapat
mengurangi absorpsi kalori dan lemak di usus halus.
Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana.
Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
Mengurangi konsumsi alkohol.
Berhenti merokok.
Mengurangi asupan kalori secara bertahap, yaitu pengurangan 500 kalori dari kebutuhan.
Menurunkan berat badan - 1 kg per minggu secara bertahap agar tidak terjadi
pemecahan lemak yang berlebihan secara drastis.

9. Jelaskan tatalaksana obesitas ?

Obesitas abdomen, tujuan terapinya yaitu mengurangi berat badan sebanyak 7% hingga
10% selama satu tahun pertama terapi. Sesudah itu, teruskan penurunan berat badan sebisa
mungkin dengan tujuan akhir mencapai berat badan yang diinginkan (IMT <25 kg/m 2). Dua
obat yang dapat digunakan dalam menurunkan berat badan adalah sibutramin dan orlistrat.
Dengan mempertimbangkan peranan otak sebagai regulator berat badan, sibutramin dapat
menjadi pertimbangkan walaupun tanpa mengesampingkan kemungkinan efek samping yang
mungkin timbul. Cara kerjanya di sentral memberikan efek mengurangi asupan energi
melalui efek mempercepat rasa kenyang dan mempertahankan pengeluaran energi setelah
berat badan turun dapat memberikan efek tidak hanya untuk penurunan berat badan namun
juga mempertahankan berat badan yang sudah turun.

10. Komplikasi dan prognosis obesitas ?

Komplikasi Obesitas
Dalam berbagai penelitian telah diketahui bahwa obesitas merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya penyakit lain, misalnya sesak nafas/sistim pernafasan dan pada penderita
usia lanjut sering terjadi osteoartrosis.

Obesitas dan Hipertensi

60
Penelitian tahun 1959 menunjukkan adanya hubungan langsung antara hipertensi dengan
berat badan yang berlebihan; penelitian Framingham juga menemukan adanya kenaikan
tekanan darah pada dewasa muda yang mempunyai berat badan lebih, namun masih banyak
diperlukan informasi untuk menjelaskannya. Selain itu beberapa penelitian epidemiologi
telah membuktikan pula adanya hubungan yang linier antara obesitas dan hipertensi;
hubungan kausalnya belum dapat diketahui dengan pasti, namun dalam pengamatan
selanjutnya apabila penderita obesitas diturunkan berat badannya maka tekanan darahnya
akan turun pula; oleh karena itu timbul beberapa teori yang dikemukakan mengenai adanya
hubungan tersebut, diantaranya yaitu :
Miller dkk. dalam penelitiannya mendapatkan adanya peningkatan kadar insulin dan
aldosteron dalam plasma penderita obesitas. Aldosteron akan mengurangi ekskresi Na dalam
glomeruli, begitu juga insulin pada percobaan binatang dengan jelas mengurangi pula sekresi
Na dalam glomeruli; dalam beberapa hal keadaan ini diperkirakan juga terjadi pada manusia,
sehingga adanya peningkatan insulin dan aldosteron akan menyebabkan retensi Na dalam
darah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah, yang menyebabkan
hipertensi.

Obesitas dan Penyakit Jantung Iskemik

Penelitian Framingham menunjukkan meningkatnya resiko kematian mendadak yang


sangat menyolok baik pada pria ataupun wanita dengan obesitas. Wanita obesitas mempunyai
resiko 13 kali lebih banyak mengalami kematian mendadak dan kesakitan dibandingkan
dengan wanita yang tidak obesitas. Dari hasil penelitian tersebut timbul dugaan apakah
obesitas berpengaruh langsung terhadap terjadiny aarteriosklerosis koroner. Pada penelitian
terhadap binatang yang dibuat obesitas ternyata peningkatan terjadinya arteriosklerosis tidak
dapat dibuktikan. Sehubungan dengan keadaan tersebut maka diadakan pengamatan pada
penderita obesitas yang dengan pemeriksaan angiografi memperlihatkan sklerosis arteria
koronaria, ternyata tidak terbukti pada pemeriksaan bedah mayat; oleh karena itu
arteriosklerosis tidak berhubungan dengan kenaikan berat badan. Ada pendapat bahwa
obesitas tidak langsung menyebabkan terjadi arteriosklerosis koroner, tetapi hanya
merupakan tambahan risiko terjadinya serangan penyakit jantung koroner.

Obesitas dan Diabetes Melitus

61
Obesitas ternyata juga mempengaruhi metabolisme tubuh manusia; yang sangat menyolok
dan sering terjadi adalah hubungan langsung antara obesitas dengan diabetes melitus. Pada
obesitas kemungkinan terkena diabetes melitus.2,9 kali lebih sering bila dibandingkan yang
tidak obesitas.

Obesitas dan Gangguan Pernafasan

Pada penderita obesitas terdapat timbunan lemak pada rongga dada dan rongga perutnya
sehingga akan menyebabkan gangguan proses pernafasan; oleh karena itu pada obesitas
cenderung terjadi penurunan kapasitas yang akan mengakibatkan penurunan fungsi paru.
Kelainan ini bila dalam keadaan berat dengan tanda-tanda somnolen dan hipoventilasi disebut
dengan Pickwickian syndrome. Keadaan ini akan menghilang bila penderita menurunkan
berat badannya.

Obesitas dan Kelainan Sendi

Setiap peningkatan berat badan lebih dari normal akan menimbulkan beban yang
berlebihan pada sendi penyangga berat badan, dan ini cenderung menyebabkan trauma ringan
tetapi terus-menerus dan akan berakhir menjadi osteoartrosis (OA) baik primer ataupun
sekunder. Engel dalam penelitiannya atas populasi penduduk yang dibagi menjadi 4 grup,
ternyata grup yang mempunyai berat badan berlebihan dengan umur makin tua cenderung
lebih cepat menderita OA. Sendi yang terkena adalah sendi penyangga berat badan yaitu
punggung, pangkal paha, lutut dan pergelangan kaki.

Prognosis Obesitas
Perilaku dan kebiasaan makan yang baik merupakan cara terapeutik yang dianjurkan untuk
menghindari obesitas. Jika ditangani dengan baik dan tepat dalam menurunkan berat badan
maka prognosis akan baik. Namun jika dibiarkan maka obesitas akan berlanjut dan bisa
terjadi komplikasi.

11. Jelaskan kalisifikasi BMI?

62
Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas
Underweight < 18,5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-
masalah klinis lain meningkat)
2 2
Batas normal 18,5 kg/m 24,9 kg/m Rata-rata
Overweight 25 kg/m2
Pre-obose 25,0 29,9 kg/m2 Meningkat
Obese I 30,0 34,9 kg/m2 Sedang
Obese II 35,0 39,9 kg/m2 Berbahaya
Obese III 40,0 kg/m2 Sangat berbahaya

Klasifikas Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa
(IOTF, WHO 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas


Underweight < 18,5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-
masalah klinis lain meningkat)
2 2
Batas normal 18,5 kg/m 22,9 kg/m Rata-rata
Overweight 23 kg/m2
At Risk 23,0 24,9 kg/m2 Meningkat
Obese I 25,0 29,9 kg/m2 Sedang
Obese II 30,0 kg/m2 Berbahaya

12. Jelaskan hormon pengaturan nafsu makan?

Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam regulasi proses-proses
homeostasis, termasuk mengatur perilaku, nafsu makan dan sejumlah neuropeptida sentral
telah diketahui terlibat di dalamnya. Sistem neuropeptida sentral ini secara langsung diatur
oleh sinyal-sinyal metabolic dan hormone. Sinyal metabolic berupa kadar nutrient (glukosa,
protein, lemak) dalam darah, sinyal mekanik dan kimia dari pencernaan serta hormone
pencernaan bekerja secara primer sebagai patokan tubuh untuk rasa kenyang sehingga
membatasi jumlah makanan yang masuk.

Hormon leptin dan insulin mempunyai peran dalam homeostasis energy jangka panjang.
Pelepasan kedua hormone tersebut menyebabkan modulasi neuropeptida hipotalamus yang
mengatur perilaku makan dan berat badan. Homeostasis energy diregulasi melalui berbagai
mediator sebagai sinyal yang kelak akan diintegrasikan di hipotalamus dan korteks serebri.
Mediator tersebut dibagi menjadi 2 yaitu neuropeptida yang diproduksi di otak dan bekerja
sebagai suatu komponen dari sirkuit saraf, serta mediator perifer yang bersirkulasi dalam
darah dan memberikan input ke otak.
Neuropeptida yang berperan dalam regulasi homeostasis energy diantaranya adalah:

63
Agouti related peptide (AgRP)
Melanocyte stimulating hormone (a-MSH)
Cocaine-and amphetamine-regulated transcript (CART)
Hypocretin
Melanin-concentrating hormone (MCH)
Neuropeptida Y (NPY)
Thyrotropin-releasing hormone (TRH)

Molekul perifer:
Leptin
Kolesistokinin (CCK)
Ghrelin
Insulin

13. Jelaskan AKG sesuai pemicu berdasarkan BB, TB, dan umur?

Umur BB Jenis Kalori Protein Fe Vit B1


(tahun) (kg) Pekerjaan (kal) (gr) (gr) (mg)
13-15 42 1900 56 24 0,8
16-19 45 1950 46 24 0,8
20-59 47 P. Ringan 1800 41 28 0,8
P. Sedang 2150 41 12 0,9
P. Berat 2600 41 12 1,1
>60 47 1700 41 8 0,7
Hamil +285 +9 +2 +0,2
Menyusui Th.I +500 +17 +4 +0,3
Th.II +400 +13 +4 +0,3

14. Pada histologi jaringan adiposa, sel lemak bertambah banyak atau bertambah
besar?

Berdasarkan kondisi selnya, obesitas dapat digolongkan dalam beberapa tipe yaitu :

1) Tipe Hiperplastik
Kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi
normal, tetapi ukuran sel - selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak

64
- anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak - anak akan
lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik
Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel
normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat
akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik
Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan
tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.
Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena
dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Keterangan:
A = Jaringan adiposa tipe Hipertropik
B = Jaringan adiposa tipe Hiperplastik
C = Jaringan adiposa normal
15. Jelaskan hubungan pola makan dengan timbulnya obesitas!

Pola makan yang berlebihan tetapi aktivitas fisik kurang sehingga energi yang dikeluarkan
tidak sesuai dengan asupan yang masuk, jika hal ini terjadi dalam waktu kurun lama, maka
dapat mengakibatkan penumpukan lemak di bawah kulit yang akhirnya menimbulkan
obesitas. Konsumsi makanan yang berlebihan terutama yang mengandung karbohidrat dan
lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan
kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan
lemak yang lama-kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Ditambah kebiasaan yang tidak
benar sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antaralain sering
mengkonsumsi makanan kecil yang tinggi kalori atau sering diberi istilah ngemil.

Beberapa perilaku / gaya hidup yang kurang tepat dapat menimbulkan kegemukan, seperti:

Makan Berlebihan

65
Mempunyai nafsu makan yang berlebihan merupakan kebiasaan yang buruk, baik
dilakukan di rumah, restoran, pertemuan-pertemuan, maupun pesta. Apabila sudah
kenyang, jangan sekali-kali menambah porsi makanan meskipun makanan yang tersedia
sangat lezat dan merupakan makanan favorit.
Makan terburu-buru
Kebiasaan makan secara terburu-buru (tergesa-gesa) akan menyebabkan efek kurang
menguntungkan bagi pencernaan dan dapat mengakibatkan cepat merasa lapar kembali.
Padahal jika makan dikunyah lebih lama selain kelezatan makanan dapat dinikmati, juga
dapat membuat lama waktu makan. Dengan demikian tanpa disadari makanan yang masuk
ke mulut relatif lebih sedikit, tetapi rasa kenyang dapat terpenuhi.
Menghindari Makan Pagi
Banyak orang yang menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih atau
memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.
Dengan kondisi ini, jika dihitung jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak
jika dibandingkan kalau makan pagi.
Waktu Makan Tidak Teratur
Jika jarak antara dua waktu makan terlalu panjang, ada kecenderungan untuk
mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Jika keadaan tersebut berlangsung relatif lama
maka akan mengakibatkan kegemukan.

Salah Memilih dan Mengolah Makanan


Ada berbagai sebab atau karena ketidaktahuan dimana seseorang salah memilih makanan.
Sementara itu banyak juga orang memilih makanan hanya karena prestise atau gengsi
semata. Makanan cepat saji yang banyak ditawarkan sekarang banyak mengandung lemak,
kalori, dan gula berlebih.
Kebiasaan Mengemil Makanan Ringan
Mengemil merupakan kegiatan makan diluar waktu makan. Biasanya makanan yang
dikonsumsi berupa makanan kecil (makanan ringan) yang rasanya gurih, manis, dan
digoreng. Bila tidak dikontrol, hal ini akan mengakibatkan kegemukan karena jenis
makanan tersebut adalah makanan tinggi kalori.

16. Jelaskan hubungan konsumsi vitamin dengan timbulnya obesitas!

66
Kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena tekanan darah
tinggi, diabetes, stroke, dan kematian akibat kanker dan penyakit jantung. Vitamin ini juga
membantu tubuh menyerap kalsium, mineral yang menguatkan tulang. Vitamin D sangat
berguna bagi tubuh ketika dalam aliran darah. Itu sebabnya para ahli menggunakan tes serum
vitamin D darah untuk menilai apakah seseorang kekurangan vitamin. Tapi vitamin D juga
larut dalam lemak, yang berarti bahwa vitamin D dapat diserap oleh lemak tubuh.

Sel-sel lemak tubuh menyerap vitamin D dengan cepat, mengeluarkannya dari darah.
Ketika itu terjadi, jika vitamin yang digunakan untuk proses metabolisme tidak tersedia maka
proses peredaran darah yang sehat tidak akan tercapai. Oleh sebab itu orang yang gemuk
perlu melengkapi dengan lebih banyak vitamin D daripada orang dengan berat badan normal.

17. Jelaskan hubungan konsumsi mineral dengan timbulnya obesitas!

Gizi adalah asupan makanan yang dikaitkan dengan kebutuhan diet tubuh. Gizi baik
merupakan kondisi dimana nutrisi yang menyuplai tenaga seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral dan air memenuhi keperluan tubuh seseorang. Masalah gizi lebih
diindikasikan apabila IMT lebih dari angka 25. Resistensi insulin meningkat seiring
peningkatan berat badan.

Pola asupan makanan yang buruk dapat mempengaruhi gizi mikronutrient,termasuk seng.
Pada obesitas dapat ditemukan defisiensi seng Asupan makanan yang tinggi fitat (seperti
yang ditemukan pada padi, jagung, gandum)dapat mempengaruhi absorbsi dari seng. Selain
itu, seng dapat dihambat dengan interaksi antara mikronutrien lain seperti kalsium, besi dan
asam folat.33 Di Amerika dan beberapa negara berkembang ditemukan bahwa asupan seng
dapat berasal dari daging sebesar 40-60% dan produk susu sebesar 10-30%. Namun
demikian, perubahan pola makan yang tinggi daging dan produk susu tersebut dapat menjadi
faktor risiko defisiensi seng dan besi seperti halnya yang terjadi pada vegetarian.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat kekurangan mikronutrien mungkin


berhubungan dengan peningkatan penumpukan lemak tubuh. Defisiensi mikronutrien sering
dikaitkan dengan obesitas, salah satunya adalah seng. Namun demikian tidak jelas apakah
kekurangan tersebut berasal dari asupan yang tidak memadai untuk massa tubuh secara
keseluruhan atau jika hasil dari perubahan dalam metabolisme mikronutrien pada subyek

67
obesitas atau keduanya. Penelitian Chen menemukan kelompok obesitas memiliki kadar
leptin yang lebih tinggi pada setiap pengambilan sampel dibandingkan kelompok normal
serta terdapat korelasi negatif antara kadar leptin dan seng dalam plasma (r=-0.51, p=0.012),
sehingga disimpulkan bahwa seng memegang peran pada produksi leptin di jaringan adipose
subkutan.

18. Jelaskan metabolisme vitamin di tubuh!

Metabolisme Vitamin A

Metabolisme Vitamin D

68
Manusia mendapat vitamin D dari beberapa cara, antara lain dari pengaruh sinar matahari,
diet dan suplemen, Pengaruh sinar matahari dalam pembentukan Vitamin D bagi manusia
melalui pengaruh sinar ultraviolet B berasal dari matahari yang mempunyai panjang
gelombang antara 290 sampai 315 nanomikron, sinar tersebut menembus kulit dan
mengubah 7-dehidrocholesterol menjadi provitamin D3 yang kemudian segera berubah
menjadi vitamin D3. Sedangkan sumber Vitamin D2 dan D3 yang berasal dari diet dan
suplemen dalam bentuk chilomikron dialirkan ke pembuluh limfa untuk masuk sirkulasi
vena.

Secara umum Vitamin D disimpan dalam sel-sel lemak tubuh. Vitamin D dalam sirkulasi
darah vitamin D diikat oleh protein khusus untuk di bawa ke hati. Di dalam hati vitamin D
yang belum aktif dengan bantuan enzim tertentu diubah menjadi vitamin D aktif, yaitu 25
dehidroksi vitamin D atau 25(OH)D. Dari hati vitamin D kemudian dibawa ke ginjal. Kadar
vitamin D aktif di dalam darah tersebut diatur oleh hormon paratiroid, kalsium dan fosfor.
Kadar vitamin aktif inilah yang menjadi dasar para klinis menilai kadar Vitamin D seseorang
di dalam darahnya. Kadar vitamin D seseorang sangat dipengaruhi oleh kalsium, fosfor, dan
faktor pertumbuhan fibroblast. Kadarnya akan menjadi menurun akibat umpan balik negatif
dari hormon paratiroid.

Metabolisme Vitamin E

Vitamin E terdiri atas 2 kelas substansi aktif biologis yaitu tokoferol dan tokotrienol, dimana
yang terpenting adalah -tokoferol.57 Struktur kimia vitamin E terdiri atas rantai samping
gugus merupakan nukleus methylated 6-chromanol (3,4-dihydro-2H-1-benzopyran-6-ol),
kemudian 3 unit isoprenoid, dan ikatan ester atau hidroksil bebas pada C-6 dari nukleus
chromanol. Seperti vitamin larut lemak yang lain, vitamin E diabsorbsi di usus halus secara
difusi, absorbsinya tergantung adanya lemak dalam diet, fungsi kelenjar biliar dan pankreas
yang baik. Vitamin E tidak mempunyai protein pembawa yang spesifik dalam plasma,
vitamin E yang terabsorbsi bergabung ke dalam kilomikron, yang secara cepat berpindah ke
lipoprotein plasma dimana dia terikat tidak spesifik.

Vitamin E ditangkap oleh hepar dan bergabung dengan Very-Low-Density Lipoprotein


(VLDL), lebih banyak dalam bentuk -tokoferol dibanding bentuk yang lain, untuk kemudian

69
disekresikan kembali. Sebagian besar sisa VLDL kaya trigliserida akan kembali ke hepar,
sebagian lagi berubah oleh lipoprotein lipase menjadi Low-Density Lipoprotein (LDL).
Selama proses ini vitamin E juga secara spontan berpindah ke lipoprotein densitas tinggi
(High-Density Lipoprotein / HDL). Tokoferol plasma lebih banyak didistribusikan oleh LDL
dan HDL. Transpor vitamin E oleh polyunsaturated lipids menjamin perlindungan lipid
tersebut terhadap radikal bebas, kadar tokoferol yang bersirkulasi cenderung sesuai dengan
kadar total lipid dan kolesterol. Masuknya vitamin E ke dalam sel dapat terjadi melalui proses
mediasi reseptor (LDL membawa vitamin ini ke dalam sel) atau melalui proses yang dibantu
oleh lipoprotein lipase dimana vitamin E dilepaskan dari kilomikron dan VLDL. Di dalam
sel, transpor intraseluler dari tokoferol membutuhkan protein pengikat tokoferol intraseluler.
Vitamin E pada sebagian besar sel-sel non adiposa terdapat pada membran sel dimana dapat
dimobilisasi.

Metabolisme Vitamin K

Dibawah kondisi fisiologis normal, kebanyakan zat gizi dicerna sebelum mereka mencapai
usus besar. Pernyataan tersebut sebagian besar benar untuk vitamin K. Meskipun demikian,
vitamin K dapat di absorpsi dengan baik oleh usus besar. Hal ini merupakan sebuah
keuntungan untuk individu karena vitamin K yang dikonsumsi dijamin akan disintesis
sampai pada bahgian usus paling bawah oleh tali usus. Mekanisme absorpsi vitamin K dan
angka kejadian absorpsi sangat bergantung pada spesies. Misalnya seperti ayam yang
mempunyai kecepatan absorpsi daripada tikus. Absorpsi vitamin K1 dan K2 di analogkan
terjadi secara aktif, melalui transport energy-dependent, sedangkan absorpsi vitamin K3 di
analogkan melalui difusi pasif.

Vitamin K dianggap sebagai vitamin yang mempunyai satu fungsi yaitu untuk
penggumpalan darah. Penggumpalan darah merupakan fenomena yang bukan satu tahap.
Namun, ini berkaitan dengan beberapa fase yang harus di integrasi jika gumpalan ini
terbentuk. Adapun empat fase yang harus di identifikasi adalah bentuk tromboplastin,
aktivasi tromboplastin, bentuk thrombin dan bentuk fibrin.

Vitamin K di sintesis dalam hati, oleh sebab itu, hati digunakan sebagai tempat penyimpanan
vitamin ini. Fungsi vitamin K sebagai subtract aktif dalam karboksilasi oksidatif post-
translational protein yang diseleksi lewat residu asam glutamic. Ini merupakan proses siklik,
sebagaimana vitamin berperan sebagai subtract aktif dan di metabolism oleh mikrosom hati.

70
Metabolisme Vitamin C

Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang disebut juga
sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam keadaan kering
vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil
dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Di dalam tubuh, vitamin C
terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin
C akan diserap di saluran cerna melalui transpor aktif .

Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat
yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-
galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua
bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat
(bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro
askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali.

Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas
usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah 90%
untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi
sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah
di dalam jaringan adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C di ekskresikan terutama melalui
urin,sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di ekskresikan melaului kulit.

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100 mg/hari.
Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan pengukuran kadar
vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan
kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui apabila kadar
vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl.

Metabolisme Vitamin B

Vitamin B1 (Thiamin) dalam bentuk Koenzim Thiamin Pirofosfat (TPP) atau Trifosfat (TPP)
memegang peranan penting dalam transformasi energi, konduksi membran dan saraf serta
dalam sintesis pentose dan bentuk koensim tereduksi dan niasin. Trifosfat (TPP) atau Difosfat
(DPP), Thiamin berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi. Thiamin
dibutuhkan untuk dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil Ko A dan memungkinkan

71
masuknya substrat yang dapat dioksidasi kedalam siklus kreb untuk pembentukan energi.
Asetil Ko A yang dihasilkan enzim ini disamping itu merupakan prekusor penting lipida dan
asetil kolin, yang berarti adanya peranan TPP dalam fungsi normal system saraf. Dalam
siklus Krebs, TPP merupakan kofaktor pada dekarboksilasi oksidatif alfa-ketoglutarat
menjadi suksinil-KoA. TPP juga dibutuhkan untuk dikarboksilasi asam alfa-keto seperti asam
alfa- ketoglutarat dan 2- ketokarboksilat yang diperoleh dari asam-asam amino
metionin,treonin,leusin,isoleusin, dan valin. Thiamin juga merupakan koenzim reaksi
transketolase yang berfungsi dalam jalur alternative oksidasi glukosa. Walaupun tiamin
dibutuhkan dalam metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, peranan utamanya adalah
dalam metabolisme karbohidrat.

Vitamin B 2 berperan sebagai koenzim dalam metabolism karbohidrat, protein, dan lemak

untuk menghasilkan energi, menjaga kesehatan mata, dan penting dalam sintesis vitamin B 3

(niasin). Defisiensi vitamin B2 dapat menyebabkan glositis, angular cheilitis, anemia dan

dermatitis pada telinga dan hidung. Jumlah asupan yang direkomendasi untuk laki-laki adalah
1,3 mg per hari dan wanita adalah 1,1 mg per hari. Vitamin B 2 dapat diperoleh dari hati sapi,

kacang kedelai, susu, dan bayam.

Vitamin B 3 penting sebagai koenzim dalam produksi energi. Ia bertindak dengan vitamin B 2

dalam produksi glukosa dan metabolismenya, metabolisme lemak dan protein. Kekurangan
vitamin B3 menyebabkan gangguan pencernaan, kurang selera makan, stomatitis, glositis dan

penyakit pelagra yang ditandai dimensia, dermatitis, diare dan kematian. Nilai yang
direkomendasi untuk orang dewasa dalam asupan sehari-hari adalah 14-16 mg. Contoh
makanan yang mengandung vitamin B3 adalah daging sapi, ayam, kentang, dan susu.

Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam sintesis asam nukleat, metabolisme asam

amino, asam lemak, karbohidrat, dan folat. Ia juga diperlukan dalam pembentukan dan
regenerasi sel darah merah, sintesis mielin, dan membantu system syaraf berfungsi dengan
baik. Kekurangan nutrisi vitamin B12 menyebabkan terjadinya anemia pernisiosa, glositis,

72
stomatitis, xerostomia, kehilangan tulang dan gangguan sensori periferal. Nilai asupan yang
direkomendasi bagi orang dewasa adalah 2,4 g per hari. Vitamin B 12 terdapat dalam hati

sapi, ikan salmon, susu, dan telur.

Vitamin B 6 berperan sebagai koenzim dalam metabolism protein, konversi triptofan

kepada niasin, sintesis hemoglobin, sintesis asam lemak esensial menjadi asam lemak tak
jenuh, produksi energi dari glikogen, sintesis neurotransmitter dan membantu sistem syaraf
berfungsi dengan baik. Malnutrisi vitamin B6 melemahkan sistem imun, lelah, insomnia,

dermatitis, anemia, angular chelitis dan glositis. Jumlah asupan yang direkomendasi untuk
orang dewasa adalah 1,1 1,7 mg per hari. Antara contoh makanan adalah gandum utuh,
daging sapi, ayam, bayam dan kuning telur.

19. Jelaskan metabolisme mineral di tubuh!

73
Mineral adalah substansi inorganik esensial sangat penting dalam mempertahannkan
kehidupan, pertumbuhan, reproduksi. Keseimbangan mineral ini sangat penting bagi
kesehatan. 4% dari tubuh manusia (60 mineral) terdapat dalam bentuk ion ataupun terikat.

Makronutrien : dibutuhkan dalam jumlah besar


Mikronutrien : dibutuhkan dalam jumlah kecil (mikro-mili gram)

Fungsi mineral:

74
Komponen penting senyawa dalam tubuh seperti Kalsium dan Fosfor sebagai penyusun
struktur tulang dan gigi.
Kofaktor/metaloenzim dalam reaksi biologis. Mineral akan berikatan dengan enzim
tertentu dan mengaktifkan enzim yang bersangkutan, sehingga berbagai reaksi biologis
dalam tubuh dapat terus berlangsung. Selain itu, mineral berikatan dengan komponen
protein dan mempengaruhi aktivitas protein yang bersangkutan, yakni peran besi sebagai
bagian dari hemoglobin pada sel darah merah.
Fasilitator penyerapan dan transport zat gizi. Penyerapan dan transport beberapa zat gizi
sangat bergantung pada beberapa mineral, seperti sodium yang berperan penting dalam
penyerapan karbohidrat dan kalsium yang memfasilitasi penyerapan vitamin B12.
Menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Sebagian besar reaksi kimia di tubuh dapat
berlangsung bila keasaman cairan tubuh sedikit di atas netral. Keasaman cairan tubuh
sangat ditentukan oleh konsentrasi relative dari ion H+ dan OH- . Beberapa mineral
memiliki tendensi untuk berikatan dengan ion lainnya.
Menjaga keseimbangan cairan tubuh. Mineral dalam bentuk ion mempunyai pengaruh
besar terhadap perpindahan cairan tubuh baik dari luar sel maupun inter sel ke pembuluh
darah. Mekanisme ini secara keseluruhan turut serta mengontrol keseimbangan cairan
diseluruh tubuh sehingga proses metabolisme dapat terus berlangsung.
Penghantar impuls saraf. Prinsip mekanisme ini adalah perpindahan ion mineral antar sel
saraf di sepanjang serabut saraf. Mineral yang berperan terutama adalah Natrium dan
Potassium yang bekerja menghantarkan impuls antar membran sel serta kalsium yang akan
merangsang keseluruh saraf untuk mengeluarkan molekul Neuro transmitter, mengikatnya
dan menghantarkan ke sel saraf lain.
Regulasi kontraksi otot, yakni mineral yang terdapat di antara sel yang berperan dalam
aktifitas otot. Kontraksi otot memerlukan ion kalsium dalam jumlah cukup. Sedangkan
relaksasi otot dapat berlangsung normal berkat aktivitas ion Natrium, Potassium dan
Magnesium.

Kalsium (Ca)

75
Fungsi Ca
unsur pembentuk tulang, gigi, dan pengaturan fungsi sel dan impuls saraf.
Komponen integral dalam mekanisme pembekuan darah

Metabolisme: absorbsi memerlukan protein pengikat kalsium yang diatur oleh vitamin D,
hormon paratiroid dan kalsitonin

Dalam tubuh : Bentuk kristal kalsium fosfat (tulang dan gigi ).


Pada tulang : dalam bentuk hydroksilapatit [3Ca3 (PO4)2.Ca(OH)2 ]
Dalam bentuk : Ca2+ kontraksi otot transmisi impuls syaraf,transport ion,transmisi dari
sinyal yang menyeberangi membran.
Sumber : susu, suplemen kalsium, Kalsium karbonat,Kalsium glukonat, Kalsium laktat
Penyakit: rakitis, osteomalasia dan osteoporosis

Fosfor

Terlibat dalam metabolisme energy sebagai bagian dari ATP.


Bagian dari nukleotida lain dari berbagai zat terfosforilasi
Ikut dalam pengaktifan beberapa reaksi dalam semua metabolisme.
Konsentrasi intraseluler > ekstraseluler
Merupakan buffer intraseluler.
Sebagai bagian dari fosfolipid
membentuk struktur bilayer dari dinding sel dalam suatu larutan.
Fosfor diserap dari diet dalam bentuk fosfat anorganik bebas.

76
Sumber : sangat banyak terdapat pada makanan yang terproses ( cocacola ), makanan yang
kaya protein ( daging )
Fungsi: unsur pembentuk tulang, gigi,ATP intermediat metabolik terfosforilasi, asam
nukleat.
Metabolisme: Kontrol absorpsinya tidak diketahui (vitamin D). Kadar serum diatur oleh
reabsorpsi ginjal.
Penyakit: Anak-anak; rakitis. Dewasa; osteomalasia
Gejala toksisitas: rasio serum Ca2+: P, yang rendah menstimulasi hipertiroidism sekunder;
dapat menyebabkan hilangnya tulang.
Sumber: Zat tambahan makanan mengandung fosfat

Natrium

Fungsi: Kation utama di dalam cairan ekstrasel. Mengatur volume plasma, keseimbangan
asam-basa, fungsi saraf dan otot, Na+/ K+-ATPase. Metabolisme diatur oleh aldosteron.
Gejala toksisitas: Hipertensi pada individu yang rentan,cushing disease,dan cedera otak.
Sumber: garam meja; garam yang ditambahkan pada makanan jadi. Defisiensi : secara diet
tidak pernah terjadi tapi dapat terjadi pada keadaan abnormal penyakit addison ( fungsi
adrenal dan aldosteron tidak ada).

Kalium

Fungsi: Kation utama didalam cairan intrasel; fungsi saraf dan otot, Na+/K+-
ATPase,keseimbangan asam basa.
Metabolisme: Juga diatur oleh aldosteron.
Defisiensi : Hipokalemia diare, muntah,asiduria, penyakit cushing (kelebihan steroid ).

77
Hiperkalemia : Kerusakan jaringan (infark miokard ) atau kerusakan ginjal dan ulkus usus
halus.
Sumber: Sayuran, buah, kacang- kacangan

Klorida

Fungsi: Keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, getah lambung,
pergeseran klorida pada transpor HCO3 didalam eritrosit
Sumber: Garam meja

Magnesium

60% terdapat pada tulang sebagai bagian mineral yang mengkristal dan permukaan
kristal terhidrasi.Sisanya terdapat dalam sel-sel jaringan lunak
fungsinya menstabilkan ATP dalam reaksi enzim yang membutuhkan ATP ( siklus
Krebs,glikolisis, siklasi adenil,fosfatase,reaksi sintesis protein dan asam nukleat
Berperan dalam transmisi dan aktivitas neuromuskular.
Fungsi :mobilisasi mineral tulang dan hormon paratyroid.
Erat hubungan dengan mineral lain yang terlibat dalam metabolisme tulang atau
jaringan lunak.
Sumber :biji-bijian, kacang-kacangan dan coklat.
Defisiensi : sebagai komplikasi penyakit lain melibatkan malabsorbsi intestin dan
menurunkan fungsi ginjal.
rendah kadar Ca2+ dan K+ dalam plasma.
Gejala : tetani.
Terapi :garam Magnesium peroral atau perinjeksi

Kromium

Fungsi: Kromium trivalen ( Cr3+ ) ,konstituen faktor toleransi glukosa (GTF) yang
berikatan ke dan meningkatkan potensi insulin.
Defisiensi :terjadi pada pasien dengan nutrisi via parenteralis intoleransi
glukosa,hiperkolesterolemia (HMG KoA reduktase ) dan trigliserida dalam serum
meningkat sclerotic aortic plaques.
Sumber: Daging, hati, ragi (brewers yeast), padi-padian, whole grain, kacang-kacangan,
keju.

78
Kobalt

Bagian ( intrinsik ) dari vitamin B12 yang dibutuhkan dalam 2 reaksi enzimatik :

1. Sintesis metionin dari homosistein.

2. Konversi metimalonil menjadi suksinil KoA.

Kobalt yang disuplai secara eksklusif dalam bentuk vitamin B12.


Dosis tinggi garam kobalt proliferasi sel-sel eritropoetik sumsum tulang dan sel sel
tiroid ( injeksi )

Tembaga ( Cu)

Fungsi: Konstituen enzim oksidase: sitokrom c oksidase, dll.Sitosolik superoksid


dismutase ( paling banyak ). Berperan pada absorpsi besi.
Metabolisme: Diikat oleh albumin dan dan suatu protein baru ( transcuprein ) hati
diproses : 1.diinkorporasi dengan seruloplasmin. 2.eksresi melalui empedu.
Gejala toksisitas: Jarang; timbul sekunder akibat penyakit Wilson
Sumber: Hati, kacang-kacangan dan kerang-kerangan.

Yodium

Metabolisme: Disimpan didalam tiroid sebagai tiroglobulin.


Penyakit: Anak-anak; kretinism
Dewasa; goiter dan hipotoroidism, miksedema
Gejala toksisitas: tirotoksikosis, goiter.
Sumber: Garam beryodium, makanan laut.
Fungsi Tiroid
o Berpengaruh dalam konsumsi oksigen dan tingkat metabolisme.

79
o Meningkatkan utilisasi ATP
o Merangsang pelepasan asm-asam lemak dari jaringan adipose
Dalam saluran pencernaan iodium bahan makanan dikonversi menjadi I-( mudah
diserap ) bergabung dengan pool iodide intra / ekstraseluler iodium ke kelenjar tiroid
untuk disimpan setelah mengalami peroksidasi akan melekat dengan tirosin dari
tiroglobulin. Tingkat bebasnya hormon tersebut dimonitor oleh hipotalamus melalui TSH.
Konsentrasi T4 plasma jauh lebih besar dari T3, tapi T3 lebih potensial dan turnovernya
lebih cepat. T3 plasma dibuat dari T4 dengan jaln deiodenasi dalam jaringan nontiroid.
Sebagian besar kedua bentuk ini terikat pada protein plasma terutama thyroid binding-
gobulin ( TBG ). Hormon yang bebas aktivitas pada sel target.
Defisiensi : Menurunkan produksi hormone tiroid terutama T4 dan menurunkan tingkat
metabolisme.
Defisiensi iodium T3/ T4 menurun memobilisasi mekanisme merangsang produksi
T3/ T4 ( TSH ) dan retensi iodium oleh tubuh. Konsentrasi TBG meningkat dan TSH
merangsang sintesis tiroglobulin hipertrofi / hiperplasia kelenjar tiroid.
Hipertrofi tiroid terapi diet beryodium.Kalau cukup lama dengan tiroksin.
Faktor lain yang dapat mengakibatkan hipertofi tyroid : genetik, mengkomsumsi zat-zat
goitrogen (lobak,kol ) karena menghambat sintesis dan sekresi hormon tyroid.

Besi (Fe)

Fungsi: Konstituen enzim heme (hemoglobin, sitokrom, dll)


Metabolisme: diangkut sebagai transferin; disimpan sebagai feritin atau hemosiderin;
hilang pada sel-sel yang terlepas dan melalui perdarahan.
Pitat, oksalat, tannin, dan fosfat yang ada dalam makanan membentuk endapan besi
yang tidak larut besi tidak dapat diserap.
Pada keadaan akhlorida membentuk ikatan hidroksida yang tidak larut untuk
mencegahnya digunakan iron chelating agents (vit.C, fruktose, fumarat dan asam amino)
Fe dapat larut.
Defisiensi Fe : tidak tersedia dalam diet atau hilangnya Fe karena perdarahan selama masa
menstruasi, kehamilan dan perdarahan pada gastrointestinal yang tidak terdeteksi.
Penyakit: Anemia (hipokromik mikrositik)
Gejala toksisitas: Siderosis; hemokromatosis herediter.

80
Konsentrasi Fe di jaringan dalam jumlah yang tinggi infark myocard Fe
inorganik yang tidak berikatan merangsang pembentukan radikal oksigen yang reaktif
H2O2
Defisiensi Fe diterapi : Ferro sulfat, Ferro glukonat, Ferro fumarat.
Sumber: Daging merah, hati, telur.

Mangan

Fungsi: Kofaktor enzim piruvat dan karboksilase asetil KoA dan dehidrogenase isositrat,
dismutase superoksida, arginase ( siklus urea ), glukokinase. Sintesis glikoprotein dan
proteoglikan. Superoksida dismutase mitokondria.
Penyakit: Tidak diketahui ada pada manusia (Mg2+dapat mensubsitusikan Mn2+)
Gejala toksisitas: Keracunan melalui inhalasi menyebabkan gejala psikotik dan Parkinson.
Sumber : kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran.

Molibdenum

Fungsi: Konstituen enzim oksidase (xantin dan aldehid oksidase).


Berinteraksi dengan besi dan tembaga.
Penyakit: timbul sekunder akibat nutrisi parenteral.
Dari diet diserap baik distribusi oleh plasma berakumulasi di ginjal, hati, tulang dan
kulit.
Ekskresi : urin dan empedu ( sedikit )
Sumber : grain ( lembaga biji-bijian ) dan kacang-kacangan.

Selenium

Fungsi: Konstituen glutation peroksidase dan pencegahan kanker.


Metabolisme: Antioksidan sinergistik dengan vitamin E.
Defisiensi :gangguan metabolisme ( Duchennes muscular dystrophy ), katarak dan tidak
adanya spermatogenesis.
Gejala toksisitas: Berada pada kadar toksik didalam sebagian tanah. Suplementasi mega
dosis menimbulkan kerontokan rambut, dermatitis dan iritabilitas

81
Sumber: Tanaman, tetapi bervariasi sesuai kandungan tanah.

Zink

Fungsi: Kofaktor banyak enzim: laktat dehidrogenase, alkalin fosfatase, karbonik


anhidrase, dll. Pembentukan zinc fingers pada reseptor nuclear untuk steroid-tiroid,
reseptor kalsiterol.
Ekskresi : pankreas ,empedu, keringat, rambut, kulit dan urin.
Sumber : biji-bijian .
Penyakit: Hipogonadisme, kegagalan pertumbuhan, gangguan penyembuhan luka,
penurunan ketajaman mengecap dan menghidu; terjadi sekunder akibat akrodermatitis
enteropatika, nutrisi parenteral
Gejala tosisitas: Iritasi gastrointestinal, muntah.

20. Jelaskan hubungan ketidak teraturan makan dengan timbulnya obesitas!

Obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy intake)
dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan
asupan energi disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan
energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan
lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan
disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk
sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak.
Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas.

Regulasi dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak) dan
controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan dalam
menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan
adipose. Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri
dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi sistem saraf dan
hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal yang diterima
oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, absorpsi

82
serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh
terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan adalah zat lemak.

Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran
cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi asupan
makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide, oksintomodulin,
neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi asupan makanan. Terdapat
pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik
meningkatkan ataupun menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin.
Diantaranya histamin, apabila sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan
meningkat.

Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi meskipun juga dapat
dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang
akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide agouti-related
(AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang makanan. Gangguan pada
produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan.
Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin
dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan lemak.

21. Jelaskan hubungan olahraga terhadap obesitas!

Obesitas sangat berpengaruh terhadap olahraga. Misalnya pada olahraga atletik, seseorang
yang memiliki badan berlebihan lemak dapat mudah mengalami kecapaian dan gangguan
fungsi organ serta mudahnya terjangkit penyakit. Seseorang yang mengalami obesitas sangat
rentan terhadap kebebasan dalam bergerak, itu dikarenakan banyaknya penumpukan asam
laktat yang ada dalam tubuh, sehingga tubuh seseorang yang mengalami obesitas akan cepat

83
lemah. Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada
bias menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.

Daftar Pustaka

Guntur Hermawan. Komplikasi Obesitas dan Usaha Penanggulangannya. Laboratorium


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: EMS. 2005
Noer, Sjaifoellah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3th ed. Jakarta: FKUI. 2000; 1.

84
:www.idp-europe.org/docs/EENET-asia-7-BMI-pull-out-ID.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Cerika%20Rismayanthi,
%20S.Or./Metabolisme-lemak.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23164/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32574/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter%20II.pdf
Huda MSB, Wilding JPH, Pinkey JH, Gut peptides and the regulation of appetite. Obs
Rev. 2006.

PEMICU 3
METABOLIK ENDOKRIN

Pemicu 3:
Ny. F, 40 tahun, ingin mengkonsultasikan hasil pemeriksaan kesehatannya. Pasien tidak ada
keluhan. Lima tahun sebelumnya, pasien melahirkan bayi 4,5kg. Pada hasil laboratorium
didapatkan glukosa daah puasa 150 mg/dL, glukosa darah 2 jam setelah makan 276 mg/dL,

85
trigliserida 180 mg/dL, kolesterol HDL 40 mg/dL, kolesterol LDL 150 mg/dL, kolesterl total
226 mg/dL.

Kata kunci:
Perempuan, 40 tahun
Melahirkan bayi 4,5 kg 5 tahun sebelumnya
Glukosa darah puasa 150 mg/dL
Glukosa darah 2 jam sebelum makan 276 mg/dL
Trigliserida 180 mg/dL
HDL 40 mg/dL
LDL 150 mg/dL
Kolesterol total 226 mg/dL

Kata Sulit:
Glukosa darah puasa
Glukosa darah 2 jam setelah makan
Trigliserida
HDL
LDL
Kolesterol

Identifikasi Masalah:
Perempuan, 40 tahun, ingin mengkonsultasikan hasil pemeriksaan kesehatannya dengan
riwayat 5 tahun yang lalu melahirkan bayi 4,5 kg.
Hasil laboratorium menunjukkan keadaan hiperglikemia.

Analisis Masalah:

86
Hipotesis:
Perempuan, 40 tahun mengalami hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan insulin

Spyder Web:

Pertanyaan Terjaring:

87
1. Jelaskan definisi kata sulit!
Glukosa darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah seseorang setelah orang
tersebut tidak makan selama 8 sampai 12 jam (biasanya semalam). Tes ini digunakan
untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes. Tes ini juga digunakan untuk memantau
pasien diabetes.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa. Glukosa darah dapat
bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah
itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Kadar gluksoa darah
sesudah makan ditentukan dua jam sesudah pengambilan tes toleransi glukosa.
Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak terestreifikasi menjadi gliserol
merupakan lemak netral yang disintesis dari karbohidrat untuk disimpan di dalam sel
lemak. Pada hidrolisis enzimatik, trigliserida melepaskan asam-asam lemak bebas ke
dalam darah.
HDL (High Density Lipoprotein) adalah kolesterol serum yang dibawa oleh lipoprotein
densitas tinggi, lebih kurang 20-30% dari total serum kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) adalah kolesterol serum yang dibawa oleh lipoprotein
densitas rendah, lebih kurang 60-70% dari total serum kolesterol.
Kolesterol adalah prekursor asam empedu dan hormon steroid serta unsur penting
membran sel dengan mengatur fluiditas dan permeabilitasnya. Kolesterol disntesis di olh
hati dan jaringan lainnya, tetaoi sebagian diabsorpsi dari makanan dan setiap jenis
klesterol diangkut didalam plasma oleh lipoprotein tertentu.

2. Jelaskan anatomi kelenjar pankreas!

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama, yaitu
menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin serta menghasilkan beberapa hormon
atau fungsi endokrin. Pankreas terletak pada kuadran kiri atas abdomen dan bagian
kaput/kepalanya menempel pada organ duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari
pankreas ke duodenum melalui saluran pankreas utama. Pankreas dikenal manusia sejak
lama. Pankreas diidentifikasi oleh dokter bedah Yunani Herophilus yang hidup di tahun 335-
280 SM. Pankreas dapat didefinisikan sebagai organ kelenjar yang hadir dalam endokrin dan
sistem pencernaan dari semua vertebrata. Pankreas seperti spons dengan warna kekuningan.
Bentuk pankreas menyerupai seperti ikan. Pankreas ini sekitar panjang 15 cm dan sekitar 3,8
cm lebar. Pankreas meluas sampai ke bagian belakang perut, di belakang daerah perut dan
melekat ke bagian pertama dari usus yang disebut duodenum. Sebagai kelenjar endokrin,
menghasilkan hormon seperti insulin, somatostatin dan glukagon dan sebagai kelenjar

88
eksokrin yang mensintesis dan mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung enzim
pencernaan yang selanjutnya diteruskan ke usus kecil. Enzim-enzim pencernaan
berkontribusi pada pemecahan dari karbohidrat, lemak dan protein yang hadir di paruh
makanan yang dicerna.

3. Jelaskan histologi kelenjar pancreas!

Kelenjar pancreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin pewarnaan HE
terpulas lebih gelap dan bagian endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pancreas
mirip dengan kelenjar parotis karena pars terminalisnya berupa asinus. Di dalam asinus dapat
dijumpai sel sentroasinar yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding
duktus interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil.

89
4. Jelaskan fisiologi kelenjar pankreas!

Pankreas adalah sebulah kelenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah lambung,
di atas lengkung pertama duodenum. Kelenjar campuran ini mengandung jaringan eksokrin
dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel
sekretorik mirip anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum. Bagian endokrinnya yang
lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhans, yang
tersebar diseluruh pankreas.

Hormon-hormon terpenting yang disekresikan oleh sel pulau-pulau langerhans adalah insulin
dan glukagon. Pankreas eksokrin dan endokrin berasalh dari jaringan berbeda selama
perkembangan masa mudigah dan hanya memiliki kesamaan lokasi. Pankreas eksokrin
mengeluarkan getah pancreas yang terdiri dari dua komponen:
Enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus;
Larutan cairan basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus
pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung Natrium bikarbonat.

Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori
makanan : (1) enzim proteolitik untuk pencernaan protein, (2) amylase pankreas untuk
pencernaan karbohidrat, dan (3) lipase pankreas untuk mencerna lemak. Sekresi Alkalis
cairan pankreas, berfungsi mengoptimalkan pada lingkungan yang netral atau sedikit basa,
namun isi lambung yang sangat asam dialirkan kedalam lumen duodenum didekat tempat
keluarnya enzim pankreas kedalam duodenum.

90
Kimus asam ini harus cepat dinetralkan dilumen duodenum, tidak saja agar enzim pankreas
berfungsi optimal tetapi juga untuk mencegah kerusakan mukosa duodenum akibat asam.
Volume sekresi pankreas berkisar antara 1 dan 2 liter sehari, bergantung pada jenis da derajat
stimulasi.

Sel endokrin pancreas yang terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan sekresi insulin, dan
sel alpha yang menghasilkan glucagon. Sedangkan sel deta yang lebih jarang, tempat sintesis
somatostatin. Somatostatin pancreas menghambat saluran cerna dalam berbagai cara, dengan
efek keseluruhan adalah menghambat pencernaan nutrient dan mengurangi penyerapannya.
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini
menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanan bahan-bahan tersebut. Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang
juga dipengaruhi oleh insulin, tetapi pada kebanyakan kasus efek glucagon adalah
berlawanan dengan efek insulin. Tempat utama kerja glucagon adalah di hati, tempat hormon
ini menimbulkan berbagai efek pada metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.

5. Jelaskan biokimia kelenjar pankreas!


a. Glikogen
Tahap pertama adalah pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan
enzim glukokinase dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat.
Glukosa-6-fosfat dengan enzim glukomutase menjadi glukosa-1-fosfat.
Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil
transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi).
Tahap terakhir terjadi kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu
dalam rantai glikogen primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan
satu unit glukosa.
Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam
proses glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa.
Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa yang
disebut glikogenolisis juga melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi
dengan jalur yang berbeda. Senyawa antara UDP-glukosa (Glukosa Uridin Difosfat)
terjadi pada jalur pembentukan tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian
pula enzim yang berperan dalam kedua jalur tersebut juga berbeda.
Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat
dsari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia berenergi
tinggi.

91
Sedang enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan
fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-
fosfat.
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa 1-
fosfat uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa)dan
pirofosfat (PPi).
Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum untuk
biosintesis disakarida dan polisakarida.
Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan dari
glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut.
Dalam hal ini UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa
fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa
fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.

b. Insulin

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta
kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama
dengan hormon glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-
gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah
siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.

Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal, karena
fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam
darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi
rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis
asam amino dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam rangsangan
terhadap sel beta. Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan sekresi

92
insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan belum
sepenuhnya dapat dipahami secara jelas.

c. Somatostatin

Hormon somatostatin berfungsi untuk menghambat pelepasan GH dari


hipofisis. Somatostatin adalah hormon peptida yang mengendalikan sistem endokrin dan
berpengaruh terhadap transmisi sinyal saraf dan perkembangan sel tubuh.GHIH mempunyai
dua bentuk dari irisan sebuah preproprotein, satu dengan 14 asam amino dan 28 asam amino.
GHIH disekresi oleh beberapa organ antara lain lambung, usus, sel delta pankreas, dan
neuron dari nukleus perventrikular dari hipotalamus dan kelenjar. GHIH adalah sebuah
hormon inhibitor yang antagonis terhadap GHRH dalam proses sekresi GH. Hormon lain
dengan sekresi terhambat oleh karena GHIH antara lain:
Enteroglukagon
Gastrin
Glukagon
Insulin, hanya pada saat sel delta pada pankreas mensekresi GHIH
Kolesistokinin (CCK)
Motilin
Vasoactive intestinal peptide (VIP)
Hormon dari kelompok sekretin, termasuk GIP
TSH

6. Jelaskan hiperglikemia!

Hiperglikemia menurut definisi berdasarkan kriteria diabetes melitus yang dikeluarkan oleh
International Society for Pediatrics and Adolescent Diabetes (ISPAD) adalah KGD sewaktu
11.1 mmol/L (200 mg/dL) ditambah dengan gejala diabetes atau KGD puasa (tidak
mendapatkan masukan kalori setidaknya dalam 8 jam sebelumnya) 7.0 mmol/L (126
mg/dL).14 Definisi lain hiperglikemia menurut World Health Organization (WHO) adalah
KGD 126 mg/dL (7.0 mmol/L), dimana KGD antara 100 dan 126 mg/dL (6,1 sampai 7.0
mmol/L) dikatakan suatu keadaan toleransi abnormal glukosa.

93
Pada keadaan kritis, terdapat stres dimana terjadi aktivasi sistim aksis hipothalamus-
pituatary-adrenal (HPA) dengan dilepaskannya kortisol dari kelenjar adrenal. Peningkatan
kortisol mengakibatkan peningkatan dari pelepasan epinefrin, norepinefrin, glukagon dan
growth hormone. Aktivasi tersebut merupakan komponen yang esensial dalam adaptasi
terhadap suatu penyakit dan stres untuk memelihara homeostasis sel dan organ. Milieu
metabolik hiperglikemia yang disebabkan oleh stres terjadi pada pasien nondiabetik dengan
keadaan kritis sangat kompleks. Kombinasi dari berbagai faktor, termasuk adanya pelepasan
yang berlebihan dari hormon counter regulatory seperti glukagon, growth hormone,
katekolamin, glukokortikoid, dan sitokin seperti interleukin (IL) -1, IL-6, dan tumor necrosis
factor- (TNF ) ditambah dengan pemberian katekolamin, dektrosa dan nutrisi sebagai
terapi penunjang pada pasien dengan keadaan kritis, serta terjadinya defisiensi insulin relatif,
dan lemahnya pengambilan glukosa perifer memegang peranan penting dari terjadinya
hiperglikemi

Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel akibatm hiperglikemia adalah akibat


penumpukan intraseluler dari spesimen oksigen reaktif (Reactive Oxygen Specimen =ROS).
KGD yang tinggi meningkatkan perbedaan potensial akibat tingginya proton pada rantai
respiratori mitokondria, yang mengakibatkan perpanjangan hidup dari superoxide-generating
electron transport intermediates, sehingga terjadilah penumpukan ROS.

Saat terjadi penumpukan ini, terjadi 4 mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel, yaitu:

Peningkatan aliran jalur polyol : hiperglikemia menyebabkan peningkatan konversi


glukosa menjadi sorbitol polialkohol, bersaman dengan penurunan nicotineamid adenosine
dinucleotide phosphate (NADPH) dan glutation, meningkatkan sensitivitas sel terhadap
stres oksidatif.
Peningkatan pembentukan advance glycation end product (AGE): pembentukan dari AGE
bertentangan dengan intergritas target sel dalam modifikasi fungsi protein atau dengan
menginduksi produksi receptor-mediated dari reactive oxygen species, yang dapat
menyebabkan perubahan pada ekspresi gen.
Aktivasi dari isoform protein kinase C (PKC): hiperglikemia menyebabkan peningkatan
konversi glukosa menjadi sorbitol, yang dimetabolisir menjadi fruktosa oleh sorbitol
dehidrogenase, meningkatkan rasio NADH/NAD+. Hal ini menyebabkan triose fosfat
yang teroksidasi dan sintesis de novo dari diacylglycerol (DAG). Peningkatan DAG
mengaktifkan PKC.

94
Peningkatan aliran jalur hexosamine : pada hiperglikemia, glukosa semakin banyak
memasuki hexosamine-pathway. Produk akhir dari jalur ini, UDP-N-acetylglucosamine,
adalah substart yang diperlukan untuk faktor transkripsi intraseluler, yang mempengaruhi
ekspresi dari banyak gen. Jalur ini berhubungan dengan disfungsi endotelial dan
mikrovaskular.

7. Jelaskan hiperlipidemia!

Hiperlipidemia atau disebut juga Hyperlipopreteinemia, merupakan suatu keadaan dimana


kadar kolesterol atau trigliserida tinggi di dalam darah, termasuk juga kadar LDL (Low
density lipoprotein) yang tinggi dan kadar HDL (High density lipoprotein) yang rendah.
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energy, yang berfungsi sebagai sumber
energi untuk proses metabolism tubuh.

8. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko diabetes melitus!

Definisi diabetes melitus


Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Etiologi diabetes melitus


Transmisi genetik.
Kelainan sekresi dan kerja insulin
Obesitas
Gaya hidup

Faktor resiko diabetes melitus

Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes mellitus sering
muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. Semakin bertambahnya umur, maka
risiko menderita diabetes mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun (kelompok risiko
tinggi).
Jenis kelamin
Distribusi penderita diabetes mellitus menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di Amerika
Serikat penderita diabetes mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan daripada lakilaki.

95
Namun, mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus
belum jelas.
Bangsa dan etnik
Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukkan bahwa bangsa Asia lebih berisiko
terserang diabetes mellitus dibandingkan bangsa Barat. Hasil dari penelitian tersebut
mengatakan bahwa secara keseluruhan bangsa Asia kurang berolahraga dibandingkan
bangsa-bangsa di benua Barat. Selain itu, kelompok etnik tertentu juga berpengaruh terutama
Cina, India, dan Melayu lebih berisiko terkena diabetes mellitus.
Faktor keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Adanya riwayat diabetes mellitus
dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar terkena
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli
menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau
kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai
pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Riwayat menderita diabetes gestasional.
Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5 % pada ibu hamil. Biasanya diabetes akan
hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi diabetes di kemudian hari. Ibu hamil
yang menderita diabetes akan melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4000
gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap diabetes tipe 2
kelak.

9. Jelaskan patofisiologi, tanda dan gejala diabetes melitus!

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).
Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan:


Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran glukosa oleh
hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena sebagian besar sel tubuh
tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin, timbul keadaan ironis, yakni
terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel.

96
Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi
kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan glukosa muncul pada
urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.

Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya. Keadaan
ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).

Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah turun
mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian
karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat
tekanan filtrasi yang tidak adekuat.

Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan
osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya timbul polidipsia
(rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.

Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan sel kelaparan akibatnya nafsu makan (appetite)
meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang berlebihan).

Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis


trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-besaran
asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian
besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel.

Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah katabolisme
protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka lisut dan melemah
sehingga terjadi penurunan berat badan.

10. Jelaskan klasifikasi diabetes melitus!

DM adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Secara
etiologi DM dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM dalam kehamilan, dan diabetes

97
tipe lain. DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel pankreas (reaksi autoimun). Sel pankreas
merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur
kadar glukosa dalam tubuh.

Bila kerusakan sel pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul.
Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar
penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non
autoimun. DM tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1
idiopathic, pada mereka ini ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda imun dan mudah
sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30
tahun dan DM Tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada.

DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang dominan resistensi
insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin.3,4 Pada diabetes ini terjadi
penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi
sel . Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
relatif. Kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe 2 umumnya terjadi pada
usia > 40 tahun. Pada DM tipe 2 terjadi gangguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi
produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita tidak tergantung pada
pemberian insulin.3 Walaupun demikian pada kelompok diabetes melitus tipe-2 sering
ditemukan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. DM dalam kehamilan (Gestational
Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan yang disertai dengan peningkatan insulin
resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia).3 Pada umumnya mulai ditemukan
pada kehamilan trimester kedua atau ketiga.4 Faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM,
kegemukan dan glikosuria.

GDM meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia dan


makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar
sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Kasus GDM kira-kira 3-5% dari
ibu hamil dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di kehamilan
berikutnya.

98
Subkelas DM lainnya yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik
(kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushings, akromegali),
penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang
mengganggu kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma genetik (Downs,
Klinefelters.

11. Jelaskan pemeriksaan diabetes melitus!

Diagnosis Diabetes Mellitus (DM) harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah.
Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk
memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah dilakukan di laboratorium klinik.
Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh
(whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka - angka kriteria diagnostik
yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
diperiksa glukosa darah kapiler .

12. Jelaskan tatalaksana diabetes melitus!

Terapi farmakologi

Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel pankreas dalam merespon glukosa
Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai,
rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin
mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek
kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Macam-macam
sediaan insulin:

Insulin kerja singkat

99
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru sesudah setengah jam
(injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin, Humulin Regular.

Insulin kerja panjang (long-acting)


Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya di cairan jaringan dan
menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan
adalah mencampurkan insulin dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya,
contoh: Monotard Human.

Insulin kerja sedang (medium-acting)


Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan mencampurkan
beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan. Secara keseluruhan sebanyak 20-
25% pasien DM tipe 2 kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar
glukosa darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa
darahnya dengan kombinasi metformin dan sulfonilurea, langkah selanjutnya yang
mungkin diberikan adalah insulin.

Obat Antidiabetik Oral


Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes
mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan
satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.

Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar pancreas oleh sebab itu
hanya efektif apabila sel-sel Langerhans pankreas masih dapat berproduksi Penurunan
kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea
disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Obat golongan ini
merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang
serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya.
Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme dalam hati.Masa kerjanya
relatif singkat, dengan waktu paruh eliminasi 4-5 jam. Dalam darah tolbutamid terikat
protein plasma. Di dalam hati obat ini diubah menjadi karboksitolbutamid dan diekskresi
melalui ginjal. Asektoheksamid dalam tubuh cepat sekali mengalami biotransformasi,
masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi dalam tubuh obat ini diubah menjadi 1-

100
hidroksilheksamid yang ternyata lebih kuat efek hipoglikemianya daripada asetoheksamid
sendiri. Selain itu itu 1-hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa paruh yang lebih
panjang, kira-kira 4-5 jam.

Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme di dalam hati da


metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam darah terikat albumin, masa paruh
kira-kira 36 jam sehingga efeknya masih terlihat beberapa hari setelah pengobatan
dihentikan. Tolazamid diserap lebih lambat di usus daripada sulfonilurea lainnya dan
efeknya pada glukosa darah tidak segera tampak dalam beberapa jam setelah pemberian.
Waktu paruhnya sekitar 7 jam.

Sulfonilurea generasi kedua


Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100 kali lebih kuat
daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana obat-obat lain tidak efektif lagi, risiko
hipoglikemia juga lebih besar dan sering terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan
sulfonilurea yang lain yaitu dengan single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi
insulin pada setiap pemasukan glukosa (selama makan). Obat ini dimetabolisme di hati,
hanya 21% metabolit diekresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan
ginjal.

Glipizid memiliki waktu paruh 2-4 jam, 90% glipizid dimetabolisme dalam hati menjadi
produk yang aktif dan 10% diekskresikan tanpa perubahan melalui ginjal (Katzung, 2002).
Universitas Sumatera Utara Glimepiride dapat mencapa penurunan glukosa darah dengan
dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti
efektif dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8 mg. Glimepiride mempunya
waktu paruh 5 jam dan dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk yang tidak
aktif .

Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan glukosa darah
melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular dan menurunkan produksi
gula hati. Metformin juga menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat,
sehingga layak diberikan pada penderita yang overweight

101
Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan berupa penurunan
kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot,
jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan
otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan
yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan
kelelahan sel pankreas. Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.

Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase


Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di
lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose.

Terapi non farmakologi

Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein
dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal.
Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
Mencegah komplikasi akut dan kronik.
Meningkatkan kualitas hidup.

Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus, yang terpenting dari
semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal dan pencegahan serta
perawatan komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian utamanya pada regulasi
administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat badan yang
sehat. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respon sel-sel terhadap stimulus glukosa.

Olah raga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan
sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olah raga yang disarankan,
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang.

102
13. Jelaskan edukasi dan pencegahan diabetes melitus!

Meningkatnya prevalensi penderita Diabetes di Indonesia yang tercatat lebih dari 13 juta
menjadikan Indonesia berada di peringkat keempat untuk jumlah penderita DM terbanyak di
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina .Penderita penyakit gula atau kencing manis di
Indonesia saat ini tidak hanya diderita oleh orang tua melainkan usia produktif seperti remaja
dan dewasa pun ternyata juga diserang penyakit ini. Sangatlah penting upaya pencegahan
untuk menanggulangi meningkatnya penderita Diabetes khususnya di Indonesia. Untuk itu
diperlukan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya tindakan pencegahan. Pencegahan
DM dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Pencegahan Primer
Upaya yang ditujukan kepada orang-orang yang termasuk ke dalam kategori beresiko tinggi,
yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit ini tapi berpotensi untuk mendapatkannya.
Edukasi berperan penting dalam pencegahan secara primer.
Pencegahan Sekunder
Merupakan suatu upaya pencegahan dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi
dini dan memberikan pengobatan sejak awal. Pengobatan penyakit sejak awal harus segera
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit menahun. Edukasi mengenai
DM dan pengelolaannya, akan mempengaruhi peningkatan kepatuhan pasien untuk berobat.
Pencegahan Tersier
Jika penyakit menahun DM telah terjadi, maka para ahli harus berusaha mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi penderita sedini mungkin sebelum penderita
mengalami kecacatan yang menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar
disiplin terkait sangat diperlukan sebagai upaya untuk pengobatan DM.

14. Jelaskan prognosis dan komplikasi diabetes melitus!

Komplikasi diabetes melitus


Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Arteri Perifer
Gangren
Retino diabetik
Nefropati diabetik
Neuropati

103
Prognosis diabetes melitus
Prognosis bergantung terhadap kepatuhan pasien mentaati pengobatan.

15. Bagaimana pengaruh diabetes melitus terhadap kehamilan!

Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi glukosa
dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. Selama kehamilan, peningkatan
kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali
pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi
oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif
(kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh
membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber
energi. Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika
pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan
hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM. Tanda dan
gejala:

Sentiasa rasa haus


Sering buang air kecil
Kelelahan
Mual
Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
Penglihatan kabur

Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu. Komplikasi janin
termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian perinatal, kelainan bawaan,
hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko
kelahiran secara sactio caesaria.

16. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium!

Pemeriksaan Nilai Normal Data Pasien Keterangan


Glukosa darah puasa 75-110 mg/dl 150 mg/dl Hiperglikemia
Glukosa darah 2 jam setalah makan <200 mg/dl 276 mg/dl Hiperglikemia

104
Trigliserida 20-160mg/dl 180 mg/dl Hipertrigliserida
HDL 40-60 mg/dl 40 mg/dl Normal
LDL <100 mg/dl 150 mg/dl Hiperlipidemia
Kolesterol total <200mg/dl 226 mg/dl Hiperkolesterol

17. Berapa presentase anak terkena diabetes melitus dari orang tua yang terkena
diabetes melitus!

Umumnya gejala awal diabetes tipe 2 tidak dapat dideteksi. Risiko mengidap diabetes cukup
tinggi jika keluarga, orang tua atau saudara anda juga memiliki riwayat penyakit ini. Risiko
diturunkan : jika ada salah satu orang tua dengan dm tipe 2, risiko penyakit itu diturunkan
sebesar 15 persen. Tetapi jika kedua orang tua memiliki kondisi tersebut, risiko penyakit itu
diturunkan kepada anak mereka sebesar 75 persen. Namun, faktor lain seperti kegemukan,
malas olahraga dan makanan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko.

18. Jelaskan prognosis bayi yang dilahirkan pada orang tua yang menderita diabetes
melitus!

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga penelitian kesehatan ibu dan anak
menunjukkan hasil yang mengecewakan. Dalam audit atau pemeriksaan nasional ini,
terkumpul data dari 231 unit masalah keibuan, bahwa meskipun peningkatan kontrol diabetes
sudah dilakukan oleh sang ibu, bayi yang dilahirkan masih tetap beresiko terkena komplikasi.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes memiliki prognosis yang cukup uruk karena
beresiko meninggal kali lebih besar, cacat 2 kali lebih besar, dilahirkan dengan bobot > 4
kilogram atau 2 kali lebih besar.

19. Bagaimana mekanisme pengontrolan glukosa dalam tubuh?

Kadar gula darah dipengaruhi oleh hormone dan mekanisme metabolic. Konsentrasi glukosa
dalam darah normal orang dewasa adalah 3,9-5,8 mmol/L (70-105 mg/100 mL). Saat makan
kadar gula darah dapat meningkat hingga 6,5-7,2 mmol/L. Glukosa dalam aliran darah
berkisar 16 gram dimana kecepatan peningkatan gula darah adalah 8-10 gram tiap jamnya
setelah absorpsi dan pergantiannya dilakukan setiap 2 jam. Hati merupakan produsen glukosa
utama untuk menjaga stabilitas kadar gula darah. Selain itu kadar gula juga dipengaruhi oleh

105
mekanisme hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah insulin, glukoagon, epinefrin,
hormone tiroid, glukokortikoid dan hormone pertumbuhan.

Insulin menghambat fosforilase hati, yang merupakan enzim utama yang menyebabkan
terpecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim
glukokinase, yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal
dari glukosa sesudah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Selain itu, insulin juga
menurunkan kadar glukosa dengan memfasilitasi proses pemasukannya pada jaringan yang
sensitive terhadap insulin.

20. Bagaimana mekanisme pemberian insulin pada pasien diabetes melitus?

Insulin dihasilkan oleh kalenjar pankreas pada tubuh kita, hormon insulin yang diproduksi
oleh tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar
pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal
juga sebagai sebutan insulin eksogen.

Keadaan memerlukan insulin eksogen:


Semua diabetes tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
pada kalenjar pankreas tidak ada ataupun hampir tidak ada.
Diabetes tipe 2 mungkin membutuhkan insulin eksogen apabila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika
diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan
diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja
menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi energi. Perlu
diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikkan insulin:
Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan
akan lebih cepat.
Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan pada
daerah perut.

106
Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha.
Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan digerak-gerakkan. Penyuntikkan
insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang terjadinya perlemakan
dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak
1inchi (+ 2,5cm) dari daerah sebelumnya.
Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah
yang lain.

21. Jelaskan diabetes melitus terkait genetik!

Patofisiologi diabetes melitus terkait genetik:

a. HLA dan jenis-jenisnya NIDDM (tipe 2) tidak mempunyai asosiasi dengan HLA. Telah
diketahui bahwa pembentukan antigen diatur oleh gen-gen yang terletak pada lengan
pendek kromosom ke-6 yang disebut Major Histocompatibility Complex (MHC). Pada
manusia MHC ini disebut sebagai Human Leucocyte System A-antigen (HLA).Sintesis
antigen dikendalikan oleh sistem genetik dan sistem genetik diturunkan sesuai hokum
mendel. Antigen-antigen HLA inidiproduksi oleh 3 kelas gen-gen (three classes of genes):
Class I antigen: HLA-antigen mendapat kode A,B dan C.Haplotype yang sama
memberi respon yang baik pada transplantasi dan grafting (85 sampai 90% sukses
dalam jangka panjang).
Class II antigen:
- HLA-antigen mendapat kode DP, PQ dan DR. HLA-DRw3 dan HLA-DRw4
mempunyai asosiasi dengan IDDM (tipe 1), masing-masing mempunyai risikorelatif
3,3 dan 6,4 (pakai w dibelakang locus {sepertiDRw3 dan DRw4} berarti bahwa
allele ini sudah diakuiWHO).
- Sebaliknya HLA-DR2 mempunyai asosiasi negatif dengan diabetes mellitus, boleh
dikatakan memberi proteksi terhadap timbulnya IDDM.
- Allele HLA-DQw 1.2 sangat protektif terhadap timbulnya IDDM. HLA-DQ typing
diperlukan untuk accurate assessment of susceptibility terhadap IDDM
- Ada suatu allele yang langka yang mempunyai asosiasi dengan IDDM, yaitu HLA-
BfF1, risiko relatif sekitar 15%.
Class III antigen (Complement): terbanyak dari antigen antigen ini tidak mempunyai
hubungan erat dengan HLA. b.
b. Triggering factor Infeksi oleh virus dan mungkin juga faktor-faktor lingkungan
laindianggap sebagai trigerring factor untuk mulai merusak sel-sel B(sel beta)

107
c. Ada 4 jenis abnormalitas imunologik:
Infiltrasi limfosit-limfosit ke dalam pulau-pulau langerhans (reaksi inflamatoir).
Predominasi dari limfosit-limfosit ke dalam pulau- pulau langerhans (reaksi
inflamatoir)
Predominasi dari limfosit-limfosit T yangmengandung molekul-molekul HLA-DR
ICA (Islet Cell Antibodies) dalam sirkulasi
Defisiensi dari sel-sel suppressor T Gerich (1989)menganggap bahwa IDDM
disebabkan olehdekstruksi autoimun dari sel-sel beta.
d. Kemudian timbul diabetes yang nyata.

22. Jelaskan tentang resistensi insulin!

Resistensi insulin didefinisikan sebagai munculnya respons biologis / gejala klinis akibat
meningkatnya kadar insulin (bisa normal). Hal ini sering dikaitkan dengan terganggunya
sensitivitas jaringan terhadap insulin yang diperantarai glukosa.

Mekanisme Seluler pada Kondisi Resistensi Insulin

Diperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan ada sekitar 250 juta orang yang terkena diabetes
mellitus tipe 2 di seluruh dunia. Meskipun faktor utama yang menyebabkan penyakit ini tidak
diketahui, jelas bahwa resistensi insulin memainkan peran utama dalam perkembangannya.
Bukti untuk ini berasal dari (a) adanya resistensi insulin 10-20 tahun sebelum timbulnya
penyakit, (b) penelitian lintas seksi yang menunjukkan bahwa resistensi insulin adalah
penemuan yang konsisten pada pasien dengan diabetes tipe 2, dan (c) studi prospektif
menunjukkan bahwa resistensi insulin adalah prediktor terbaik dari apakah seorang individu
nantinya akan menjadi diabetes.

Secara fisiologis di seluruh tubuh, kerja insulin dipengaruhi oleh peran hormone lain. Insulin
bersama growth-hormone (GH) dan IGF-1 mendorong proses metabolic pada saat makan.
GH disekresi sebagai respons terhadap peningkatan insulin, ehingga tidak terjadi
hipoglikemia akibat insulin. Hormone kontraregulator insulin seperti glucagon,
glukokortikoid, dan katekolamin mendorong proses metabolic pada saat puasa. Glukagon
menyebabkan proses glikogenolisis, glukoneogenesis, dan ketogenesis. Rasio insulin-
glukagon memperlihatkan derajat fosforilasi atau defosforilasi dari enzim-enzim yang
berperan dalam sekresi/aktivasi insulin. Katekolamin menyebabkan lipolisis dan
glikogenolisis. Sementara glukokortikoid menyebabkan katabolisme otot, glukoneogenesis,
dan lipolisis. Sekresi yag berlebihan dari hormone-hormon kontra-insulin akan berakibat

108
resistensi insulin pada beberapa tempat. Resistensi insulin pada kebanyakan tempat dipercaya
sebagai manifestasi tingkat seluler dari defek sinyal insulin post-reseptor. Mekanisme yang
mungkin sebagai penyebab resistensi insulin antara lain mekanisme down-regulasi, defisiensi
atau polimorfisme genetic dari fosforilasi tyrosine reseptor insulin, protein IRS atau PIP-3
kinase, atau abnormalitas fungsi GLUT 4 yang disebabkan berbagai hal.

Peningkatan konsentrasi plasma bebas asam lemak biasanya terkait dengan banyak insulin
resisten negara bagian, termasuk obesitas dan diabetes melitus tipe 2. Dalam sebuah
penelitian cross-sectional dari muda keturunan, berat badan normal dari pasien diabetes tipe
2, kami menemukan hubungan terbalik antara konsentrasi plasma puasa asam lemak dan
sensitivitas insulin, konsisten dengan hipotesis bahwa metabolisme asam lemak diubah
kontribusi untuk resistensi insulin pada pasien dengan diabetes tipe 2. Selanjutnya, studi
terbaru ukuran konten trigliserida intramuskular oleh otot biopsi atau konten trigliserida
intramyocellular dengan 1H NMR (Shulman, 2000) telah menunjukkan hubungan yang lebih
kuat antara akumulasi trigliserida intramyocellular dan resistensi insulin. Dalam serangkaian
studi klasik, Randle dkk. menunjukkan bahwa asam lemak bersaing dengan glukosa untuk
oksidasi substrat dalam hati tikus terisolasi otot dan otot diafragma tikus. Mereka
berspekulasi bahwa oksidasi lemak menyebabkan peningkatan resistensi insulin berhubungan
dengan obesitas.

Mekanisme asam lemak yang berakibat resistensi insulin pada otot rangka seperti yang
diusulkan oleh Randle dkk. Peningkatan lemak konsentrasi asam mengakibatkan ketinggian
asetil KoA yang intramitochondrial/CoA dan NADH/NAD+ rasio, dengan inaktivasi
berikutnya dari piruvat dehidrogenase. Hal ini pada gilirannya menyebabkan konsentrasi
sitrat untuk meningkat, menyebabkan penghambatan fosfofruktokinase. Setelah kenaikan
intraseluler glukosa-6-fosfat konsentrasi akan menghambat aktivitas heksokinase II, yang
akan mengakibatkan peningkatan intraseluler konsentrasi glukosa dan penurunan otot
pengambilan glukosa. Bawah: Usulan alternatif mekanisme untuk asam lemak yang diinduksi
resistensi insulin pada otot rangka manusia. Peningkatan pengiriman dari asam lemak ke otot
atau penurunan metabolisme intraseluler asam lemak menyebabkan peningkatan intraseluler
metabolit asam lemak seperti diasilgliserol, lemak asil KoA, dan ceramides. Metabolit ini
mengaktifkan serin/treonin kinase cascade (mungkin diprakarsai oleh protein kinase Cq)
menyebabkan fosforilasi serin/treonin situs pada substrat reseptor insulin (IRS-1 dan IRS-2),
yang pada gilirannya mengurangi kemampuan substrat insulin reseptor untuk mengaktifkan

109
PI 3-kinase. Sebagai akibatnya, glukosa transportasi kegiatan dan lainnya peristiwa hilir
reseptor insulin signaling berkurang.

23. Jelaskan pengaturan diet untuk penderita diabetes melitus!

Tujuan Diet Diabetes Mellitus adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan
makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan
aktivitas fisik.
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal pada orang
dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk
peningkatan kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dari penyakit
katabolik.
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan
latihan jasmani.
5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang utama pada
penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam:

a. Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk mencapai kadar
glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energi adalah 60-70 % dari
karbohidrat, 10-15 % dari protein, 2025 % dari lemak. Makanlah aneka ragam makanan yang
mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang
bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain.
Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber
zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan
lain-lain.
Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat
pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

b. Jenis Bahan Makanan

110
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan makanan khusus,
anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah
pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk
mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk
penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan
segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu
banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.

24. Jelaskan aturan olahraga untuk penderita diabetes melitus!

Olahraga yang dipilih sebaiknya yang disenangi dan dapat meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, serta melibatkan otot-otot besar (kaki, tangan, dan bahu).

Ikutilah prinsif FITT (frekuensi, intensitas, tempo, dan tipe) berikut:


1. Frekuensi
Lakukan 3-5 kali seminggu dengan teratur. Lebih baik bila seang sehari dipakai untuk
istirahat memulihkan kembali ketegangan otot.
2. Intensitas
Pilih jenis olahraga yang bersifat ringan hingga sedang, yaitu yang menghasilkan 60-70
persen detak jantung maksimum atau MHR (Maximum Heart Rate). Perhitungannya adalah
(220-umur) dikalikan dengan faktor keamanan (60-70 Persen).
3. Tempo
Lamanya berolahraga adalah sekitar 30 sampai 60 menit.
4. Tipe
Jenis olahraga yang baik adalah aerobik yang bersifat daya tahan, karena dapat memperkuat
otot jantung dan pembuluh darah. Misalnya jalan, joging, bersepeda dan berenang.
Untuk setiap kali berolahraga, tahap-tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
Pemanasan (warming up)
Tahapan ini untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang
sebenarnya. Selain menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung untuk mendekati
intensitas latihan, juga untuk mencegah cedera.Lakukan pemanasan selama 5 sampai l0
rnenit.
Latihan inti (conditioning)

111
Usahakan target batasan latihan tercapai agar diperoleh manfaatnya, tetapi jangan
berlebihan. Lakukan selama 30 sampai 60 rnenit.
Pendinginan (cooling down)
Selesai latihan inti, jangan langsung berhenti. Lakukan pendinginan untuk mencegah
terjadinya penimbunan zat-zat racun akibat gangguan metabolisrne tubuh sewaktu
berolahraga. Salah satu racun tersebut adalah asam laktat, hasil pembakaran glukosa tanpa
oksigen untuk energi tambahan bagi tubuh. Pendinginan juga menurunkan kembali darah
yang tcrkumpul di otot yang aktif. Agar tidak terasa nyeri atau menjadi pusing. Lakukan
pendinginan selama 5 sampai l0 menit.
Peregangan (stretching)
Lakukan gerakan tambahan setelah pendinginan untuk melemaskan kembali otot.

Senam Khusus Diabetes


Khusus untuk penderita diabetes tipe 1 ataupun tipe 2 yang berat dianjurkan untuk melakukan
senam diabetes.
1. Latihan berdiri di atas jari kaki
Lakukan tanpa sepatu.
Berdiri berpegangan pada punggung kursi.
Angkat dan turunkan tubuh dengan berdiri di atas ujung jari kaki. (jinjit)
Ulangi sanrpai 20 kali.
2. Menekuk lutut
Pegang punggung kursi dengan sebelah tangan.
Tekuk lutut dalam-dalam dengan punggung tetap lurus.
Ulangi sebanyak 5 kali, lalu pada latihan berikutnya tingkatkan pelan-pelan hingga
menjadi 10 kali.
3. Menggoyang-goyangkan kaki
Berdirilah dekat meja. Tangan yang sebelah berpegangan pada pinggir meja.
Satu kaki diletakkan di atas tumpukan buku tebal atau bangku pendek, sehingga kaki
lain menjadi tergantung.
Gerakkan kaki yang tergantung itu ke dcpan dan ke belakang sampai l0 kali. Ganti
dengan kaki yang sebelahnya dengan membalik posisi berpegangan pada meja.
4. Mendorong dinding
Letakkan kedua telapak tangan di dinding.
Jauhkan letak kaki dari dinding dengan kedua telapak kaki tetap menempel di lantai.
Tekuk kedua lengan l0 kali dengan selalu menjaga agar punggung dan lutut tetap lurus
dan tungkai tidak terangkat. Renggangkan urat achilles (pada tumit kaki) dan otot betis.
Setiap kali menekuk lengan, pertahankan posisi tersebut selama 10 detik.

112
5. Menggelindingkan bola dengan kaki
Duduklah di atas kursi dengan pungung tegak, kedua kaki diletakan di atas bola.
Cengkeramlah bola dengan jari kami.
Kemudian lepaskan cengkeramannya.
UIangi beberapa kali untuk setiap kaki.

25. Jelaskan kerja insulin yang berasal dari pemberian luar!

Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel pankreas dalam merespon glukosa.
Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai, rantai
A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai
peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin
adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.

Macam-macam sediaan insulin:


1. Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru sesudah setengah jam
(injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin, Humulin Regular.

2. Insulin kerja panjang (long-acting)


Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya di cairan jaringan dan
menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan adalah
mencampurkan insulin dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh:
Monotard Human.

3. Insulin kerja sedang (medium-acting)


Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan mencampurkan
beberapa bentuk insulin dengan lama kerja berlainan, contoh: Mixtard 30 HM.

Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan memerlukan


insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat
dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan kombinasi metformin dan sulfonilurea, langkah
selanjutnya yang mungkin diberikan adalah insulin.

113
26. Carilah gambaran struktur glukosa, trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol!

Struktur glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi.Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (-D-glukopiranosa)

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa-monosakarida yang mengandung enam
atom karbon.Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu
oksigennya membentuk cincin yang disebut cincin piranosa, bentuk paling stabil untuk aldosa
berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen
kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu
gugus CH2OH.Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif,
yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.

Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya
membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP.Sebelum
digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida. Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi
sukrosa.Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida).

Struktur Trigliserida

Triasilgliserol atau trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dengan asam lemak.
Proporsi molekul trigliserol yang mengandung residu asam lemak yang sama pada ketiga
posisi ester pada lemak alami sangatlah kecil ( Murray, 2000 ). Trigliserida adalah salah satu

114
bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian
masuk ke dalam plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai klomikron berasal dari penyerapan
usus setelah makan lemak, dan sebagai VLDL ( Very Low Density Lipoprotein ) yang
dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Trigliserida ini di dalam jaringan diluar hepar
( pembuluh darah, otot, jaringan lemak ), dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa
hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasikan menjadi LDL.Kolesterol yang terdapat
pada LDL ini kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer itu, sehingga
LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat.

Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL ( High Density
Lipoprotein ) ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak
empedu sehingga sering disebut sebagai kolesterol baik.

Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam
bentuk trigliserida, dan apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan
memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh
darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan komponen tersebut kemudian dibakar dan
menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O).

Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR1-CH2-COOR, dimana R, R, dan


R masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Panjang rantai asam lemak pada
trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum
adalah 16,18, atau 20 atom karbon. Asam lemak alami yang ditemukan pada tumbuhan dan
hewan biasanya terdiri dari jumlah atom karbon yang genap disebabkan cara asam lemak
dibiosintesis dari Asetil koA.

115
Struktur Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk binatang (contoh :
daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan untuk
membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna lemak.Kolesterol sangat dibutuhkan untuk memperoleh
kesehataan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi akan terjadi
pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat mengakibatkan resiko tinggi
terhadap penyakit jantung (Vella, 2001).

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol eksogen,
suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen.
Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk
oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai
dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat
yang berstruktur dasar inti sterol ini.

Struktur HDL

High Density Lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein berdensitas tinggi, terutama mengandung
protein.HDL diproduksi di hati dan usus halus. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid
yang ada di dalam darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali
atau dikeluarkan dari tubuh. HDL kolesterol adalah lipoprotein yang mengandung banyak
protein dan sedikit lemak.HDL bertindak seperti vacum cleaner yang menghisap sebanyak
mungkin kolesterol berlebih.HDL memungut kolesterol ekstra dari sel-sel dan jaringan-

116
jaringan untuk kemudian dibawa ke hati, dan menggunakannya untuk membuat cairan
empedu atau mendaur ulangnya.

HDL adalah partikel lipoprotein yang terkecil, memiliki densitas yang paling tinggi karena
lebih banyak mengandung protein dibandingkan kolesterol.Kandungan apolipoprotein
terbanyaknya adalah Apo A-I dan Apo A-II.Hati mensintesis lipoprotein sebagai kompleks
dari apolipoprotein dan fosfolipid, yang membentuk partikel kolesterol bebas, kompleks ini
mampu mengambil kolesterol yang dibawa secara internal dari sel melalui interaksi dengan
ATP-binding cassette transporter AI (ABCA1). Suatu enzim plasma yang disebut Lecithin-
cholesterol acyltransferase (LCAT) mengkonversi kolesterol bebas menjadi kolesteril ester
(bentuk yang lebih hidrofobik dari kolesterol), yang kemudian tersekuestrasi kedalam inti
dari partikel lipoprotein, akhirnya menyebabkan HDL yang baru disintesis berbentuk bulat.
Partikel HDL bertambah besar karena mereka beredar melalui aliran darah dan memasukkan
lebih banyak kolesterol dan molekul fosfolipid dari sel dan lipoprotein lainnya, misalnya
dengan interaksi dengan transporter ABCG1 dan Phospholipid Transport Protein (PLTP)

HDL mengangkut kolesterol sebagian besar ke hati atau organ steroidogenik seperti adrenal,
ovarium, dan testis oleh kedua jalur langsung dan tidak langsung. HDL akan dibersihkan oleh
reseptor HDL seperti Scavenger Reseptor BI (SR-BI), yang memediasi penyerapan selektif
kolesterol dari HDL.

Pada manusia, mungkin jalur yang paling relevan adalah yang tidak langsung, yang dimediasi
oleh kolesterol ester transfer protein (CETP).Protein ini merubah trigliserida dari VLDL
terhadap ester kolesterol HDL.Sebagai hasilnya, VLDL diproses untuk LDL, yang dibuang
dari sirkulasi oleh reseptor LDL jalur. Trigliserida tidak stabil dalam HDL, tetapi terdegradasi
oleh hepatik lipase sehingga, akhirnya, partikel HDL kecil yang tersisa, yang akan memulai
kembali penyerapan kolesterol dari sel. Kolesterol yang ditranspor ke hati akan dieksresikan
ke empedu usus baik secara langsung maupun tidak langsung setelah konversi menjadi asam
empedu. Pengiriman kolesterol HDL ke adrenal, ovarium, dan testis penting untuk sintesis
hormon steroid

117
Struktur LDL

Low Density Lipoprotein (LDL) ini sering disebut dengan istilah kolesterol jahat adalah
kolesterol yang mengangkut paling banyak kolesterol dan lemak di dalam darah. Kadar LDL
yang tinggi dan pekat ini akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding-
dinding pembulu darah pada saat transportasi dilakukan. Kolesterol yang melekat itu
perlahan-lahan akan mudah membentuk tumpukan-tumpukan yang mengendap, seperti plak
pada dinding-dinding pembulu darah. Akibatnya saluran darah terganggu dan ini bisa
meningkatkan resiko penyakit pada tubuh seseorang seperti stroke, jantung koroner, dan lain
sebagainya.

118
LDL mempunyai densitas 1,019-1,063 g/mL dan diameter 20-30 nm.Pada elektroforesis

kertas atau agarose, LDL mempunyai mobilitas . Partikel LDL mempunyai inti

hidrofobik yang terdiri dari kolesteol ester (35-40%) dengan sedikit trigliserida (8-12%).
Lapisan polar permukaan terdiri dari fosfolipid (20-25%), kolesterol bebas (5-10%) dan
apolipoprotein B (20-24%).Apolipopreotein B berfungsi menjaga integritas struktural dari
LDL serta sebagai reseptor apo B dan apo E.

Daftar Pustaka

Dorland, Newman. Kamus Kedokteran DORLAND. 31th ed. Jakarta: EGC. 2012.
Hartono, Andry. Harrison Endokrinologi dan Metabolisme. Jakarta: Karisma. 2013.
Damayanti, Lia. Penuntun Praktikum Histologi. 2th ed. Jakarta : Dian Rakyat. 2013.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC. 2012.
Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.
2006; 2.
Syarif, Amir. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: FKUI. 2012.
Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: EMS. 2005
Noer, Sjaifoellah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3th ed. Jakarta: FKUI. 2000; 1.
http://repository.usu.ac.id
repository.unand.ac.id
fkep.unand.ac.id

119
PEMICU 4
METABOLIK ENDOKRIN
Pemicu 4:
Nn.A, 25 tahun berobat dengan keluhan leher membesar sejak 6 bulan terakhir. Pasien juga
mengeluh berat badan menurun, berdebar-debar, dan banyak keringat. Pada pemeriksaan fisik
frekuensi denyut jantung 120x/menit, serta frekuensi nadi 100x/menit.

Kata Kunci:
Perempuan 25 tahun
Leher membesar sejak 6 bulan lalu
BB turun
Palpitasi
Banyak keringat
Frekuensi denyut jantung 120x/menit
Frekuensi nadi 100x/menit

Identifikasi Masalah:
Perempuan, 25 tahun, mengeluh leher membesar sejak 6 bualn lalu.
Keluhan penyerta, yaitu BB menurun, berdebar-debar, dan banyak keringat.

Analisis Masalah:

120
Hipotesis:
Perempuan, 25 tahun berdasarkan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik, ia mengalami
hipertiroid karena kelebihan hormon tiroid.

Spyder Web:

121
Pertanyaan Terjaring:

1. Jelaskan anatomi kelenjar tiroid!

122
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 20-25
gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus.
Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan
panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat
folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana
hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior
dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis
eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus
kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia
servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler.
Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan
dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang
masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses
ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.

2. Jelaskan fisiologi kelenjar tiroid ?

Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam folikel
tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan
dipecah menjadi hormone tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon
ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ target.

123
Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis hypothalamus hipofisis-
tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid Releasing Hormon (TRH) yang akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian
TSH merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid terutama
dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam beberapa tahap : a. Tahap
trapping; b. Tahap oksidasi; c. Tahap coupling; d. Tahap penimbunan atau storage; e. Tahap
deyodinasi; f. Tahap proteolisis; f. Tahap sekresi.

a. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel
folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi
belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan
ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar
dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini
dirangsang oleh TSH.
b. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi).
Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi
kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3
akan lebih banyak daripada T4.

c. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang
terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan
iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang

124
terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan
dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
d. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di
dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan
dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
e. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian
akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
f. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang
di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes
koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT.
g. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding
Protein (TBP) danThyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan
0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan
kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa
yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas
akan meningkat.

3. Jelaskan biokimia hormon tiroksin ?

Kelenjar thyroid membutuhkan yodium agar bias menghasilkan hormone Thyroid. Yodium
berinteraksi dengan protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatic dan
protein ter-iodinasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk

125
suatu unit thyroxine yang berikatan dengan protein. Unit aromatic ini kemudian lepas dan
menghasilkan suatu hormone tiroid thyroxine yang sangat kuat.

Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu
jangka panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja
keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolism
sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.

Hormon tiroid tiroksin (T4) dan tri-iodothyronine (T3) adalah turunan tirosin yang diperlukan
untuk pengembangan dan fungsi sel di seluruh tubuh. Mereka meningkatkan sintesis protein
dihampir semua jaringan tubuh dan meningkatkan konsumsi tergantung pada Na+/ K+
ATPase (pompa Na). Kelebihan tiroksin meyebabkan hipertiroidisme, dengan peningkatan
jantung, tekanan darah overaktif, kelemahan otot, dan kehilangan berat badan.

4. Jelaskan biokimia hormon triyodotiroin?

Kelenjar thyroid merupakan organ yang mensekresikan terutama hormon 3,5,3-l-


triiodotironin ( T3) dan 3,5,3,5-l- tetraiodotironin (T4). Hormon ini membutuhkan Iodium
untuk aktifitas biologiknya. Pada kelenjar Thyroid T3 dan T4 terikat pada thyroglobulin,
tempat berlangsungnya biosintesa hormon ini . Pembebasan T3 dan T4 Dari thyroglobulin
memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH (atau cAMP) tetapi dihambat oleh
Iodium dan oleh Litium seperti Litium Karbonat yang digunakan untuk terapi manik depresif.
Efek ini dimanfaatkan dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi hiperthyroidisme. T3
dan T4 yang berada di sirkulasi berikatan dengan protein darah yaitu :
- TBG (85 % )
- TBPA
- AlbuMin (sedikit)
- Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas).

Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang tinggi
dinukleus sel sasaran. Disitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan afinitas yang
rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio
spesifik DNA, menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan meningkatkan atau
menurunkan transkripsi gen. Dari transkripsi gengen ini timbul perubahan dari tingkat
transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk

126
protein dari gen ini. Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon
Thyroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang penting pada usia balita.

5. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko hipertiroid!

Hipertiroid adalah respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan.

Etiologi hipertiroid:
Penyakit Grave : kelainan autoimun akibat interaksi antara antibodi terhadap resptor TSH
IgG dengan reseptor TSH pada kelenjar tiroid yang menyebabkan stimulasi kelenjar tiroid,
sekresi tiroksin yang meningkat, dan pembesaran tiroid.
Struma toksik multinodular: struma yang berkepanjangan dapat menyebabkan
hipertiroidisme. Sering terjadi relaps setelah terapi dengan obat antitiroid, sehingga
diperlukan pembedahan atau radioterapi.
Adenoma toksik: nodul yang hiperfungsi secara otonom yang menyebabkan kelebihan
hormon tiroid dan menekan sekresi TSH.
Tiroiditis hasimoto: bersifat autoimun (berhubungan dengan antibodi peroksidase tiroid),
pembesaran tiroid yang licin pada perabaan.
Tiroiditis oleh virus (de Quevarian).
Terapi pengganti tiroksin yang berlebihan
Kelebihan iodin

Faktor resiko hipertiroid:


Turunan/genetik,
Gender. perempuan lebih berisiko terkena hipertiroid daripada laki-laki (8 : 1).

6. Jelaskan tanda & gejala dan klasifikasi tiroid ?

1) Hipotiroid

Definisi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti
tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya
akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi

127
hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating
Hormon).

Tanda & Gejala


Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa,
kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak,
konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitivitas terhadap banyak
pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita yang
hamil

2) Hipertiroid

Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah produksi jumlah
hormon tiroid dalam tubuh.dengan katalain kelenjar tiroid bekerja lebih aktif,dinamakan
dengan thyrotoksikosis,dimana berarti terjadi peningkatan level hormon tiroid yang
ekstrim dalam darah.

Tanda & Gejala


Gejala yang sering tampak adalah sering gugup, iritabilitas, peningkatan respirasi,
bedebar-debar, tremor, ansietas, susah tidur (insomnia), berkeringat banyak, rambut
rontok, dan kelemahan pada otot, khususnya kerja dari otot lengan dan kaki, frekwesi
buang air besar terganggu, kehilangan berat badan yang cepat, pada wanita periode
menstruasi lebih cepat dan aliran darah lebih kencang. Hiperthiroid biasanya mulainya
lambat, tetapi pada beberapa pasien muda perubahan ini terjadi sangat cepat. awalnya
gejela dirasakan yang diartikan salah,contoh persaan gugup yang dianggap karena stres.

7. Jelaskan patofisiologi hipertiroid?


Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari
hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan
produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan
perifer.

Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan, proses
oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini

128
berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino
dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel
dan peningkatan proses-proses intraseluler.

Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka metabolisme jaringan, sintesa protein dan
lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan adanya palpitasi,
takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan yang meningkat, berat
badan yang menurun. Kadang-kadang gejala klinis yang ada hanya berupa penurunan berat
badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air besar yang tidak diketahui
sebabnya. Patogenesis Hipertiroid masih belum jelas diketahui. Diduga peningkatan kadar
hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu aktivator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan
kelenjar tiroid hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga
disebut sebagai antibodi reseptor TSH. Anti-bodi ini sering juga disebut sebagai thyroid
stimulating immuno-globulin (TSI) dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua
penderita Hipertiroid. Selain itu pada Hipertiroid sering pula ditemukan antibodi terhadap
tiroglobulin dan anti mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua antibodi
ini mempunyai peranan dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini
bisa ditemukan hampir pada 60 -70% penderita Hipertiroid, bahkan dengan pemeriksaan
radioassay bisa ditemukan pada hampir semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin
bisa ditemukan pada 50% penderita. Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena
adanya efek dari kontrol immunologik (immuno-regulation), defek ini dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti HLA dan faktor lingkungan seperti infeksi atau stress. Pada toxic
nodular goiter peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan oleh autonomisasi dari nodul
yang bersangkutan dengan fungsi yang berlebihan sedangkan bagian kelenjar selebihnya
fungsinya normal atau menurun.

Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat. Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat
kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai
kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi
imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran

129
yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari sistem
cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.

8. Pemeriksaan Hipertiroid ?
Pada pemeriksaan hipertiroid dapat menggunakan pemeriksaan labaoratorium berupa
pemeriksaan:
- Kadar total tiroksin dan triyodotironin serum
- Kadar TSH serum
- Ambilan yodium radioisotop

Kadar tiroksin dan triyodotironin serum diukur dengan radioligand assay. Pengukuran
termasuk hormon terikat dan hormon yang bebas. Kadar normal tiroksin adalah 4 sampai 11
g/dl; untuk triyodotironin kadarnya berkisar dari 80 sampai 160 ng/dl. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif.

Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik; nilai normal dengan
assay generisa ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0 U/ml. Kadar TSH plasma sensitif dan
dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Terdapat kadar yang tinggi pada pasien
dengan hipotiroid primer, yaitu pasien yang memiliki kadar tiroksin rendah akibat timbal
balik peningkatan pelepasan TSH hipofisis. Sebaliknya, kadar akan berada dibawah normal
pada pasien dengan peningkatan autonom pada fungsi tiroid atau pada pasien yang menerima
dosis penekan hormon tiroid eksogen. Dengan adanya assay radioimunometrik yang sangat
sensitif terhadap TSH, uji ini sendiri dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang
didugamemiliki penyakit tiroid.

Tes ambilan yodium radioaktif digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap dan mengubah yodida. Pasien menerima dosis RAI yang akan ditangkap
oleh tiroid dan dipekatkan setelah melewati 24 jam . kemudian radioaktivitas yang ada dalam
kelenjar tiroid tersebut dihitung. Normalnya, jumlah radioaktif yang diambil berkisar dari
10% hingga 35% dari dosis pemberian. Pada hipertiroid nilainya tinggi dan akan rendah bila
kelenjar tiroid ditekan.

9. Jelaskan prognosis dan komplikasi hipertiroid?

130
Prognosis hipertiroid sangat tergantung pada penyebab. Dengan penanganan dan
pemantauan yang disiplin, umumnya gejala hipertiroid akan terkendali dan teratasi. Dosis
obat perlu disesuaikan secara berkala sampai kondisi telah normal (euthyroid). Pengobatan
perlu dilanjutkan minimal 18 24 bulan, bila tetap terkendali dan stabil, obat dapat
dihentikan. Umumnya pendeita hipertiroid memberi respons yang baik dengan pengobatan,
walaupun ada kemungkinan terjadi kekambuhan.

Komplikasi hipertiroid yang perlu dicermati ialah :

1. Krisis hipertiroid/Thyroid storm. Situasi urgent yang ditandai demam tinggi, denyut
jantung sangat cepat dan tidak teratur (fibrillasi atrial), tak sadar sampai meninggal.
Kondisi ini dapat terjadi akibat minum obat yang tidak disiplin.

2. Kelainan pada mata berupa mata kering, gangguan penglihatan, mudah infeksi, luka
sampai buta.

3. Hipertensi, gangguan irama jantung sampai gagal jantung.

4. Osteoporosis (tulang kropos).

10. Jelaskan tatalaksana hipertiroid ?

Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau


metimazol yang diberikan paling sedikit selama satu tahun. Obat obat ini menghambat
sintesis dan pelepasan tiroksin.

Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah

Pengobatan dengan yodium radioaktif.

Walaupun mekanisme autoimun merupakan faktor utama yang berperan dalam


patogenesis terjadinya sindrom penyakit Graves, namun penatalaksanaannya terutama
ditujukan untuk mengontrol keadaan hipertiroidisme. Sampai saat ini dikenal ada tiga jenis
pengobatan terhadap hipertiroidisme akibat penyakit Graves, yaitu: Obat anti tiroid,
pembedahan dan terapi yodium radioaktif. Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal
antara lain berat ringannya tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat
antitiroid dan respon atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain yang menyertainya.

131
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil dipasarkan
dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan nama metimazol dan
karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol yang isinya sama
dengan metimazol. Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid.
Mekanisme aksi intratiroid yang utama ialah mencegah/mengurangi biosintesis hormon tiroid
T3 dan T4, dengan cara menghambat oksidasi dan organifikasi iodium, menghambat coupling
iodotirosin, mengubah struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin.
Sedangkan mekanisme aksi ekstratiroid yang utama ialah menghambat konversi T4 menjadi
T3 di jaringan perifer (hanya PTU, tidak pada metimazol). Atas dasar kemampuan
menghambat konversi T4 ke T3 ini, PTU lebih dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang
memerlukan penurunan segera hormon tiroid di perifer. Sedangkan kelebihan metimazol
adalah efek penghambatan biosintesis hormon lebih panjang dibanding PTU, sehingga dapat
diberikan sebagai dosisi tunggal. Belum ada kesesuaian pendapat diantara para ahli mengenai
dosis dan jangka waktu pengobatan yang optimal dengan OAT. Beberapa kepustakaan
menyebutkan bahwa obat-obat anti tiroid (PTU dan methimazole) diberikan sampai terjadi
remisi spontan, yang biasanya dapat berlangsung selama 6 bulan sampai 15 tahun setelah
pengobatan. Untuk mencegah terjadinya kekambuhan maka pemberian obat-obat antitiroid
biasanya diawali dengan dosis tinggi. Bila telah terjadi keadaan eutiroid secara klinis,
diberikan dosis pemeliharaan (dosis kecil diberikan secara tunggal pagi hari). Regimen umum
terdiri dari pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg setiap 6 jam. Setelah 4-8 minggu,
dosis dikurangi menjadi 50-200 mg, 1 atau 2 kali sehari.

Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit Graves adalah
penyakit autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi remisi. Evaluasi pengobatan
paling tidak dilakukan sekali/bulan untuk menilai perkembangan klinis dan biokimia guna
menentukan dosis obat selanjutnya. Dosis dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga
dosis tertentu yang dapat mencapai keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan perlahan
hingga dosis terkecil yang masih mampu mempertahankan keadaan eutiroid, dan kemudian
evaluasi dilakukan tiap 3 bulan hingga tercapai remisi.

11. Mengapa BB pasien menurun ?

Hipertiroid merupakan keadaan dimana terjadi hipersekresi T3, T4 dan TSI, namun TSH
Menurun. Hipersekresi T3 oleh sel folikel tiroid pada pasien hipertiroid juga mengakibatkan
peningkatan jumlah reseptor adrenergik. Oleh karena itu, terjadi respon terhadap reseptor

132
adrenergik berlebih saat hormon T3 dilepaskan ke jaringan. Dan saat terjadi stimulasi
terhadap medula adrenal untuk biosintesis katekolamin oleh hormon T3 dan saat hormon
katekolamin itu dilepaskan, maka berikut ini adalah efeknya : Saat hormon Epinefrin dan
Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan berikatan dengan reseptor 1 dan 2 mengakibatkan
peningkatan glukoneogenesis, lipolisis, dan glikogenolisis. Oleh karena itu, pada pasien
hipertiroid umumnya berat badan mereka akan mengalami penurunan. Selain itu, vasodilatasi
perifer pun terjadi di extremitas yang mengakibatkan tangan sering berkeringat.

12. Mengapa leher membesar?

Penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
sehingga leher membesar.

13. Mengapa jantung berdebar-debar?

Jantung berdebar-debar merupakan salah satu gejala utama dari hipertiroid.


Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormon tiroid.
Akibatnya, kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi. Padahal hormon ini hanya
diperlukan dalam jumlah sedikit. Hormon tiroid sendiri sangat penting dalam proses
metabolisme makanan menjadi energi, juga untuk mengendalikan pertumbuhan tubuh.
Manfaat lain hormon tiroid yang tidak kalah penting adalah mengatur suhu tubuh,
mempengaruhi denyut jantung, dan mengontrol produksi protein.

Jika kelenjar tiroid mempunyai aktivitas berlebihan, sedangkan pengendalian thyroid


stimulating hormone (TSH) berkurang, hormon tiroksin yang dihasilkan akan berlebihan.
Pada keadaan ini hormon tersebut akan merangsang tubuh. Perangsangan hormon ini
mengakibatkan tubuh menjadi lebih aktif.

Gangguan yang terjadi pada kelenjar tiroid inilah yang merupakan salah satu pemicu
percepatan detak jantung. Semakin cepat detak pada jantung maka semakin cepat pula
metabolisme yang terjadi dalam tubuh. Hal ini disebakan karena kelenjar tiroid mengalami
gangguan.

133
14. Mengapa banyak keringat?
Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini akan
berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut: suhu lingkungan yang tinggi,
gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh
yang meningkat sehingga proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan
energi, gangguan emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada
saraf simpatik.
Penyebab keringat berlebihan hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
dugaan gangguan dan hiperaktifitas pada mata rantai saraf simpatik sebagai pengendali
pembentukan keringat atau hiperaktifitas pada kelenjar keringatnya itu sendiri. Pada
hipertiroid biasanya keringat banyak di telapak tangan dan kaki.

15. Mengapa takikardi dan takipneu?

Sistem kardiovaskular seperti palpitasi dengan adanya kombinasi hormone tiroid dan
katekolamin hormone tiroid yang berpengaruh pada SA node dan adanya kerentanan yang
berlebihan penderita hipertiroid terhadap rangsangan system simpatis nyeri dada/angina. Hal
ini diduga akibat adanya peningkatan konsumsi oksigen oleh otot jantung. Efek dari T3 pada
otot jantung maupun kebutuhan oksigen perifer. Frekuensi nadi yang meningkat dan akan
bertambah cepat jika aktivitas serta adanya perubahan emosi, sesak napas karena terdapat
kenaikan curah jantung dan konsumsi oksigen pada saat melakukan aktifitas. Nadi yang
takikardi atau diatas normal juga merupakan efek hormone tiroid mempercepat kerja jantung.

Daftar Pustaka

Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta: EMS. 2005.


Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.
2006; 2
http://eprints.undip.ac.id/44851/3/Nugroho_Trihadi_22010110120107_BAB_2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39717/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3541/1/biokimia-mutiara2.pdf
hhtp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/chapter%2011.pdf

134
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39717/4/Chapter%20II.pdf
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6.
Jakarta : EGC, 2005.
http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39717/4/chapter%2520II.pdf

135

Anda mungkin juga menyukai