Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik

serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula.

Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan

berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap

orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa

bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini

penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara

konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk

memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi

untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah.

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3

domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan,

afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman,

buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan

merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.

Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :


mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan

evaluasi.

Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang penting

karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di berikan berjalan

efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan

perilaku dari penerima promosi kesehatan. Olehnya, penulisan ini membahas

Perubahan Perilaku Masyarakat Melalui Pemanfaatan Pustu Lutueng Kec Mane


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perubahan

Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :

Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau

seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)


Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku

individu atau institusi (Brooten,1978)

2.1.1. Teori Teori Perubahan


1. Teori Lewin

Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :

a. Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem.
b. Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari

dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.


c. Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan

diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut.

Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang

masih menghambat perubahan.

2. Teori Havelock

Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan

perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan

menurut Havelock.

a. Membangun suatu hubungan


b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

2.2. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia

itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk

kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau

secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan

organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan

lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan

ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

Aspek fisik

Aspek psikis

Aspek sosial

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan

sebagainya.
2.2.1. Faktor pembentuk perilaku

Perilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,

jamban, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Contohnya, seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di

posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui

manfaat imunisasi bagi anaknya. (predisposing factor) Atau barangkali juga

karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan

anaknya (enebling factor). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan

atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya

(reinforcing factors).
2.2.2. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Perilaku

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian

terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak

diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.Azwar (1995)

menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi

evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan

tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak

hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap

tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap

seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan

yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan

diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta

tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

2.3. Perubahan Perilaku


2.3.1. Teori-teori Perubahan Perilaku
a. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus Organisme Respons.
Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak

rangsangan (stimulus).
Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran

(learning process).
Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a) Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak


b) Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c) Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
b. Teori Dissonance : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara

sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila

terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan

terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut

direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku

baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi

(conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:

Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif

yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil

memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara

keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).

c. Teori fungsi: Katz


a) Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu

stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang

(subyek).
b) Prinsip teori fungsi:
Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan

subyek)
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan

(bila hujan, panas)


Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons

terhadap gejala sosial)


Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.

(marah, senang)
d. Teori Driving forces: Kurt Lewin
a) Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong

(driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).


b) Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua

kekuatan tersebut.
c) Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

e) Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas

partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap

berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut

kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan

atas 3 faktor esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu

penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.


2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah

perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman

berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang

kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa

perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik
individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi

dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan

pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan

Kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.

Secara khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban

pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku

kesehatannya

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:

a) Ancaman
Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau

kesediaanmenerima diagnosa penyakit)


Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya
b) Harapan
Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu
c) Pencetus tindakan:
Media
Pengaruh orang lain
Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender,

sukubangsa)
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan

itu)

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap

individu. Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang

menganggap penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak

akan tertular olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat

penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan


atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang

keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk

melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri

sendiri. Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya

dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan

keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang

yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat

dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan tindakan

yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.

Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :

Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan


Menganggap serius masalah
yakin terhadap efektivitas pengobatan
tidak mahal
menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
2.3.2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
a. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi

perubahan alam (lingkungan) secara alamiah


b. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang

direncanakan oleh yang bersangkutan


c. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena

terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana

proses internal ini berbeda pada setiap individu.


2.3.3. Strategi Perubahan Perilaku
a. Inforcement (Paksaan):
Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan

peraturan atau perundangan.


Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara

(tidak langgeng)
b. Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi.

Melalui pesan seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit

H1N1. Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus yang membahayakan jika

digunakan untuk alasan yang tidak baik

c. Fasilitasi

Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung.

Dengan penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge

(pengetahuan) Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni

kesediaan, identifikasi dan internalisasi.

Ketika ada rangsangan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan

keyakinan akan menimbulkan aksi dan kemudian hal itu menjadikan perbahan

perilaku.

d. Education :
Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari

pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.


Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu

lama.

Contoh Kasus:

Sebuah keluarga miskin tinggal di desa Lutueng Kecamatan Mane.

Sudah sejak kemarin anaknya yang ketiga berumur 1 tahun sakit. Gejalanya

adalah: panas, tidak mau makan, napasnya cepat, dan sesak napas.

Pertanyaan:
Kemungkinan tindakan (perilaku) apa saja yang akan diambil oleh orang tua

bayi tersebut, dan apa alasan setiap kemungkinan tindakan tersebut?


Apabila keluarga tersebut membawa anaknya ke Rumah Sakit, faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi keputusan (tindakan) tersebut?

2.4. Cara-Cara Perubahan Perilaku

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa

ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan.
Ini bisa dengan :
a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak

mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau

peraturan tidak membuang sampah disembarang tempat, dan ancaman

hukuman atau denda jikatidak mentaati.


b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak

mengerjakan apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu

bahwa anaknya bisa mati kalau tidak diberi oralit waktu mencret
2. Dengan memberi imbalan.
lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi bisa juga imbalan

yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.


Contoh:
Kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan

diimunisasi, maka anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi)
Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh

imbalan tersebut, bukan karena kesadaran atau keyakinan akan manfatnya.


3. Dengan membina hubungan baik.
Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan

masyarakat. biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran

kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya

dengan kita. Misal: Pak Lurah membuat jamban karena tidak ingin
mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi

bukan karena kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.


4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar

Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi

dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat. misalnya tidak

merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang sampah

sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah

agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti

ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat
5. Dengan memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka

Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian

hingga masyarakat. mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah,

tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan

bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk

memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi

dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan

Puskesmas keliling.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang

benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara

langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo,

gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan

apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa

membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya


berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah

makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus

ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga

mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.


Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi

sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara

cara lainnya.

Dari keenam cara diatas dapat disimpulkan bahwa sesorang atau

kelompok akan terdorong untuk berbuat sesuatu kalau di sadari bahwa dengan

berbuat sesuatu kalau sisadari bahwa dengan berbuat sesuatu itu, kebutuhan nya

bisa terpenuhi. Atau kebutuhannya terancam kalau tidak berbuat.

2.5. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat

Tenaga kesehatan masyarakat khususnya promosi kesehatan adalah

langkah awal dari tantangan tenaga kesehatan terhadap perilaku masyarakat.

Promosi kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni membantu masyarakat

menjadikan gaya hidup mereka sehat. Kesehatan yang yang dimaksud sebagai

keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan

sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan

lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan

yang sehat.

Program Promosi Kesehatan

a. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat


b. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi

dan edukasi (KIE)


c. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat
d. Promosi kesehatan dalam pencapaian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS):
1) Di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup

masyarakat. Contohnya : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air

bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ,dsb.


2) Di Institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,

masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam

mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit

di institusi kesehatan.Contohnya : tidak merokok di institusi kesehatan,

tidak meludah sembarangan,dsb.


3) Di Tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat

pengunjung dan pengelola tempat tempat umum agar tahu, mau dan

mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam

mewujudkan tempat tempat Umum Sehat. Contohnya : Membuang

sampah pada tempatnya, Tidak merokok di tempat umum, dsb.


4) Tempat tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh

pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi

masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana

perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.


5) Di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta

didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah


penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat.Contohnya : Mengkonsumsi jajanan sehat

di kantin sekolah,olahraga yang teratur dan terukur,tidak merokok di

sekolah,membuang sampah pada tempatnya,dsb.

2.6. Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku

Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat

Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang

harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :

a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan

pemberantasannya
b. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
c. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pengobatan dan pengadaan obat

Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai

derajat kesehatan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian

dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperlukan disamping harus

berdasarkan:

a. Perikemanusiaan
b. Kesehatan sebagai hak asasi
c. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
d. Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
e. Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
f. Dukungan sumber daya kesehatan

Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga

kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai kompetensi.


2.7. Pustu (Puskesmas Pembantu)

Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan

Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas

dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi

pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.

Jumlah Puskesmas Pembantu (pustu) Menurut Kondisi adalah informasi mengenai

jumlah Puskesmas Pembantu (pustu) yang dimiliki oleh Puskesmas yang

bersangkutan yang dirinci menurut kondisi fisik bangunannya. Rincian kondisi

fisik tersebut adalah:

1. Baik; apabila bangunan (pustu) yang bersangkutan dalam kondisi baik atau

tidak mengalami kerusakan.


2. Rusak Ringan; apabila bangunan (pustu) yang bersangkutan terjadi kerusakan

pada komponen pintu, jendela, kaca, penggantung, pengunci, cat, dan

sebagainya.
3. Rusak Berat; apabila bangunan (pustu) yang bersangkutan terjadi kerusakan

pada komponen pokok dari bangunan seperti pilar, pondasi, sloope, ring balk.
4. Rusak Total; apabila bangunan (pustu) yang bersangkutan sudah tidak dapat

digunakan/dimanfaatkan lagi.

Untuk melancarkan pelaksanaan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat,

puskesmas pembantu merupakan bagian utama dalam jaringan pelayanan

puskesmas, dalam jaringan pelayanan Puskesmas di setiap wilayah Desa dan

kelurahan pustu merupakanbagian integral dari puskesmas, dalam ruang lingkup

wilayah yang lebih kecil dan derajat kecanggihan yang lebih rendah. Di

Kabupaten masalah keterbatasan penduduk miskin untuk menjangkau pelayanan


kesehataan juga sangat terasa. Dengan berbagai hambatan, letak geografis dan

sarana transportasi seharusnya pustu menjadi pilihan masyarakat untuk

dimanfaatkan karena merupakan satu-satunya pelayanan kesehatan yang bisa di

jangkau oleh masyarakat. Namun kenyataannya pemanfaatan pustu masih sangat

rendah

2.8. Deskripsi Pustu Lutueng Kecamatan Mane


2.8.1. Lokasi Pustu Lutueng Kecamatan Mane
Gampong lutueng kemukiman lutueng kecamatan mane
2.8.2. Tenaga kesehatan
Pustu lutueng memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari :
a. Tenaga medis :-
b. Tenaga paramedis (perawat) : 1 orang
c. Tenaga paramedis (bidan) : 6 orang
d. Tenaga non paramedic :-
2.8.3. Fasilitas alat alat
Adapun peralatan yang dimiliki pustu lutueng kecamtan mane antara lain :
a. Alat alat pemeriksaan pasien
b. Alat alat pertolongan persalinan
c. Alat suntik dan alat alat P3K
d. Timbangan bayi dan dewasa
e. Tabung oksigen
f. Lemari obat
g. Fasilitas obat - obatan
2.8.4. Kondisi Demografi
Letak : Daerah sangat terpencil
Jarak ke Puskesmas Induk : 3 Km
Jarak ke ibu kota Kab : 110 Km
Jarak tempuh Desa : 0-3 KM
2.8.5. Kondisi Geografis

Sebelah Utara Berbatas Kab Pidie Jaya

Sebelah Selatan Gampong Turue Cut

Sebelah Timur Kecamatan Geumpang

Sebelah Barat Aceh Besar

Luas wilayah kerja Pustu 600 Ha


Jumlah penduduk 4 560 jiwa

Desa 2 Desa dari 4 desa Kec Mane

Jumlah KK 920 KK

2.8.6. Fasilitas Pendidikan Formal Dan Non Formal Wilayah Kerja Pustu

Lutueng
SD/MIN : 3 Sekolah
SMP/MTSN : 1 Sekolah
SMA/MAN :-
Dayah/Pesantren : 3 Dayah

2.8.7. Misi dan Visi Pustu Lutueng Kecamatan Manee


Misi

1. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima

2. Memanfaatkan sumber daya manusia yang ada

3. Meningkatkan peran serta masyarakat yang ada

4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

5. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara optimal

Visi
Menuju pelayanan kesehatan yang islami dengan meberikan 4s

(senyum, sapa, salam, sentuh )


2.8.8. Struktur Organisasi Pustu Lutueng
2.8.9. Denah Pelayanan Pustu Lutueng
2.8.10. Peta Gampong Lutueng Kecamatan Manee
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Program Pustu Lutueng

Adapun kegiatan pokok yang dilaksanakan di Pustu Lutueng Kecamatan

Mane yakni meliputi usaha-usaha pokok yang dilakukan ada 7 program yaitu

a. Promosi Kesehatan

Tujuan

1. Agar individu, kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan

perilaku hidup sehat.

2. Agar individu, kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya

kesehatan, ikut aktif dalam perencanaan dan pelenggaraan kesehatan.

Sasaran

1. Tatanan rumah tangga

2. Institusi pendidikan (sekolah) termasuk madrasah dan pondok pesantren

3. Tatanan tempat kerja ( pabrik, dll)

4. Tatanan tempat-tempat umum pasar, tempat, tempat ibadah, kuburan, dan

lain-lain.

5. Tatanan institusi kesehatan

Kegiatan

1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan

lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya

2. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat didalam kegiatan antara lain

berupa gotong-royong dan olah raga.


b. Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Keluarga berencana (KB)

1) Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Pengertian

KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita serta anak pra sekolah yang

menjadi tanggung jawab puskesmas, dalam meningkatkan kesehatan serta

kesejahteraan bangsa pada umumnya.

Sasaran

Ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita serta anak pra sekolah.

Tujuan

1. Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil, yaitu: timbang berat badan,

mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet

penambah darah dan vitamin A.

2. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai keadaan gizi,

perawatan payudara, ASI eksklusif, kebersihan diri dan lingkungan serta

P2P.

3. Memberikan motivasi agar ibu hamil ikut pelayanan KB.

4. Merujuk pasien ke rumah sakit, apabila penyakitnya tidak dapat di

tanggulangi di pustu.

Kegiatan

1. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui.

2. Pertolongan persalinan di luar rumah sakit.

3. Pemeriksaan dan pemeliharaan anak.


4. Pengobatan sederhana dan pencegahan rehidrasi pada anak yang

menderita diare dengan pemberian cairan per oral.

5. Menjalankan kunjungan rumah.

6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.

7. Kursus Dukun.

8. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).

2) Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Pengertian

Keluarga Berencana adalah penggunaan cara-cara mengatur kesuburan

agar menjarangkan kelahiran selanjutnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan

Menaikkan kesehatan melalui upaya menjalan kelahiran dalam

kelembagaan NKKBS ( Norma keluarga kecil Bahagia Sejahtera)

Sasaran

PUS ( Pasangan Usia Subur ), ibu hamil dan ibu menyusui.

Kegiatan

1. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan usaha-

usaha terpadu.

2. Memberikan layanan kontrasepsi pada akseptor KB dalam bentuk IUD,

pil, kondom, suntikan, KONTAP, dan susuk.

3. Menerima akseptor dan calon akseptor yang di rujuk dari pos-pos KB

dan posyandu wilayah kerja puskesmas.


4. Memotivasi calon akseptor dan akseptor KB agar menjadi motivator

KB.

5. Melayani konsultasi kemandulan dan kosultasi KONTAP.

6. Membuat laporan kegiatan KB bulanan, triwulan dan tahunan.

Keberhasilan program KB untuk wilayah kerja Pustu Lutueng Kecamatan

ManeKecamatan Simpang Empat dapat diukur dengan beberapa indikator,

diantaranya proporsi peserta KB baru menurut Metode Kontrasepsi, persentase

cakupan peserta KB aktif terhadap PUS dan presentase peserta KB baru Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

c. Upaya Perbaikan Gizi

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan

komplek, pada hakekatnya dikarenakan keadaan ekonomi yang kurang dan

kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Penyakit-

penyakit karena kurangnya gizi di Indonesia adalah defisiensi pritein,

kalori,vitamin A dan yodium (gondok dan kreatin). Beberapa kegiatan usaha

perbaikan gizi di Puskesmas Simpang Empat, yaitu:

o Mendata jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas.

o Melakukan survei terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi

balita.

o Melaksanakan pemberian Vitamin A dosis tinggi untuk mencegah

defisiensi Vitamin A pada balita.

o Memberikan tablet penambah dara untuk mencegah dan mongobati

anemia pada ibu hamil dan menyusui.


o Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk

memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayuran dan

buah-buahan serta memelihara ternak terutama unggas.

Dalam mengatasi masalah gizi telah dilakukan upaya melalui program

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Pemberian Makanan Tambahan (PTM),

pemberian kapsul Vitamin A dan pemberian tablet Fe.

e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Definisi

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari

orang atau hewan sakit, dari reservoir ataupun benda-benda yang mengandung

bibit penyakit lainnya ke manusia sehat.

Sasaran

Seluruh lapisan masyarakat.

Tujuan

1. Mencegah terjadinya penyakit.

2. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.

3. Menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dilaksanakan karena :

o Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang dapat

dicegah dengan imunisasi, misalnya : penyakit Difteri, Tetanus,

dan lain-lain.
o Masih tingginya penyakit menular yang berhubungan dengan

hygiene dan sanitasi, misalnya : Kolera, Diare, Tifus, Infeksi

Mata dan Cacingan.

o Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang

penularannya melalui vektor, misalnya : Malaria, Filariasis,

Demam Berdarah.

o Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang

ditularinya secara langsung, misalnya : TBC, ISPA, Kusta,

Campak, Polio dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan P2M berupa :

o Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan.

o M emberikan penyuluhan kesehatan daerah wabah di puskesmas.

o Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio,

DT dan TT.

f. Pengobatan atau Rujukan

Dalam usaha pengobatan penderita tidaklah diobati secara kuratif

melainkan juga memberikan pengertian tentang preventif terhadap penyakit. Di

Pustu Lutueng Kecamatan Mane dilaksanakan pengobatan dasar bagi pasien rawat

jalan dan menolong penderita gawat darurat seperti kecelakaan lalu lintas,

persalinan dan lain-lain. Pada pemeriksaan kesehatan masyarakat puskesmas,

kegiatan yang dilakukan meliputi :


o Pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit dan memberikan obat

melalui apotek yang ada di Puskesmas.

o Penyuluhan kepada pasien pada saat dilakukan pemeriksaan.

o Merujuk penderita yang tidak mampu di tanggulangi dan

melanjutkan pengobatan setelah penderita dikembalikan.

g. Pencatatan dan Pelaporan

Tujuan

1. Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan.

2. Untuk dipergunakan sebagai bahan didalam menyusun rencana kerja.

Tugas Pokok dari SP2TP Pustu Lutueng Kecamatan Maneadalah :

o Mencatat seluruh hasil kegiatan yang ada di Puskesmas

Simpang Empat.

o Melaporkan seluruh data hasil kegiatan program puskesmas.

Pencatatan

1. Kegiatan administrasi

2. Registrasi family folder

3. Registrasi kegiatan lain

Pelaporan

1. Laporan kejadian luar biasa

2. Laporan biasa, mencatat jumlah penyakit, pengunjung puskesmas

3. Laporan mingguan yaitu mencatat kasus penyakit menular


4. Laporan bulanan yaitu mencatat kegiatan puskesmas dan posyandu

5. Laporan triwulan, mencatat terpadu semua kegiatan puskesmas dan

rencana kerja selama triwulan

6. Laporan tahunan, mencatat dalam satu tahun yang diambil dari

laporan bulanan

7. Laporan khusus, berupa penyakit, kematian dan obat

h. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Kegiatan UKS di Pustu Lutueng Kecamatan Mane Kecamatan Simpang

Empat meliputi :

1. Mendata jumlah murid sekolah.

2. Memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan intra atau ekstra

kurikuler (dokter remaja).

3. Melaksanakan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang berisikan materi,

antara lain : kesehatan pribadi, kesehatan gigi, kesehatan lingkungan,

P2M, imunisasi, P3K dan lain-lain.

4. Membuat rencana kerja bulanan dan menbuat laporan kerja bulanan,

triwulan, tahunan.

3.2. Diagram 10 Penyakit Terbesar Di Pustu Lutueng dari 2010 - 2014


Kesimpulan :

Pada tahun 2010 kasus penyakit terbanyak adalah penderita rheumatoid arthitris
dengan 931 kasus dan
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa promosi kesehatan,

sebagai sebuah alat, dapat digunakan untuk membuat perubahan, baik perubahan

sikap, perilaku maupun kebijakan.Untuk itu semua diperlukan motivasi yang

tinggi, niat kuat, ketelatenan, dan kesabaran, karena akan banyak hambatan yang

akan dihadapi, mengingat selama ini promosi kesehatan ini belum mendapatkan

umpan balik yang maksimal dari masyarakat. Sehingga perlu usaha lebih ekstra

dan maksimal untuk mewujudkan perubahan perilaku yang diharapkan melalui

adanya promosi kesehatan.

4.2. Saran

Sebaiknya terus dilakukan peningkatan promosi kesehatan, memperluas

jaringan promosi terutama daerah-daerah terpencil dan rakyat miskin, dan

peningkatan sarana dan prasarana oleh pemerintah dan instantsi terkait demi

mewujudkan Indonesia bersih dan sehat.


APEL PAGI DI PUSTU LUTUENG

APRESIASI DARI Ka. PUSTU LUTUENG KEPADA STAF


PUSTU YANG DISIPLIN
FOTO BERSAMA STAF PUSTU LUTUENG

Ka. PUSTU LUTUENG DI DEPAN PUSTU LUTUENG


RUANG TUNGGU

RUANG POLI UMUM


RUANG KARTU DAN
APOTIK

RUANG KIA DAN


BERSALIN

KAMAR MANDI
HALAMAN PUSTU SEBELUM DI
TANAM SAWI

HALAMAN PUSTU SESUDAH DI


TANAM SAWI

PANEN SAWI
PASIEN DILAYANI DI LUAR RUANGAN KARENA POLI UMUM DAN
KIA DI TEMPATI PASIEN BERSALIN
BAYI KURANG GIZI DESA BLANG DALAM
TAHUN 2014

KECELAKAAN GAJAH MENGAMUK TURUN DARI GUMUE


KLL DENGAN CKB DILAYANI DI PUSTU LUTUENG
KLL DENGAN CKB YANG SUDAH SEMBUH
KASUS KORBAN MENINGGAL DI VISUM DI PUSTU
LUTUENG JAM 5 SORE
PELAYANAN DAN KONSELING IBU HAMIL
PEMERIKSAAN DAN KONSELING KEPADA PASIEN
PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HD
KEGIATAN POSYANDU
PELAYANAN KESEHATAN KUNJUNGAN
RUMAH PASIEN PASCA CKB
RUTINITAS DI POLI
RAPAT RUTIN DI PUSTU LUTUENG
PENGOBATAN MASSAL DI MEUNASAH LUTUENG

PENINJAUAN DAN KONSELING KEBERSIHAN WARUNG


KEGIATAN UKS
KEGIATAN UKS
KEGIATAN PKK KECAMATAN DI
DESA LUTUENG BERSAMA IBU
CAMAT MANEE

KEGIATAN PKK KECAMATAN DI


DESA LUTUENG BERSAMA IBU
CAMAT MANEE
KEGIATAN PKK KECAMATAN DI DESA
LUTUENG BERSAMA IBU WAKIL BUPATI,
IBU CAMAT, IBU KEPALA DESA MANEE

KEGIATAN PKK KECAMATAN DI


DESA LUTUENG BERSAMA IBU
WAKIL BUPATI
KUNJUNGAN KTU MANEE
KUNJUNGAN GUBERNUR DAN BUPATI KETIKA
GEMPA DI MANEE

KUNJUNGAN KAPUS DAN STAF PUSKESMAS


MANEE KE PUSTU LUTUENG
PENGARAHAN DARI BAPAK SEKRETARIS DINKES PIDIE
KETIKA MENGIKUTI PELATIHAN TB KUSTA 2012

PELATIHAN BTCLS DENGAN TIM 118


DARI JAKARTA 2013
STUDI BANDING PENGENALAN RS BATAM 2013

KUNJUNGAN KE RUMAH LANSIA 2014


KUNJUNGAN DINAS PROVINSI NAD 2014

PENEMPELAN STIKER HIJAU OLEH DINAS PROVINSI


NAD SEBAGAI PUSTU DENGAN PELAYANAN BERSAHAJA
SOSIALISASI KSDA SUMBER DAYA ALAM OLEH KAPOLRES
PIDIE, KAPOLHUT DAN BPBD DAN KAPOLSEK MANEE

SOSIALISASI JUMPERSAL LINTAS SEKTORAL 2013


KEGIATAN PEMBUKAAN MTQ JUNI 2014
HUT RI 2014
SOSIALISASI JAMPERSAL KEPADA MASYARAKAT
SOSIALISASI
LUTUENGJAMPERSAL KEPADA
DARI DINKES MASYARAKAT
KAB PIDIE
LUTUENG DARI DINKES KAB PIDIE

DOKUMENTASI PASCA PELAYANAN GEMPA,


CAMP TO CAMP
LOKMIN DI PUSKESMAS MANEE

PASUKAN GAJAH LEWAT DI PUSTU LUTUENG


DI KEBUN DURIAN STAF PUSTU LUTUENG
BERSAMA DOKTER NABILA DAN STAF PUSTU
LUTUENG LAINNYA
3 BERSAUDARA

5 BERSAUDARA

Anda mungkin juga menyukai