BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neuropati diabetik telah dikenal sejak 1887 dan sering dijumpai pada negara
yang tergolong makmur dan meliputi sekitar 20% pada penderita diabetes, bahkan
menurut sarjana Mohr dan Comi menyebut angka 50-66%. Di Amerika Serikat,
kira-kira 15 juta penderita Diabetes Mellitus, separuhnya menderita neuropati
diabetik terutama dari jenis simetrik polineuropati, dan merupakan salah satu
penyebab utama dari amputasi nontraumatik. Insiden neuropati diabetik
meningkat bila pemeriksaan dilakukan lebih teliti terutama pemeriksaan sensorik
dan neurofisiologi.
Pada umumnya neuropati diabetik tidak mengakibatkan kematian, namun
dapat menyebabkan berbagai macam cacat jasmani dan penyulitan yang
menghambat kegiatan hidup sehari-hari yang sangat mengganggu seperti rasa
panas, rasa tebal, sering buang air kecil, mudah timbul infeksi/ganggren,
retinopati, impotensi dan hipotensi ortostatik. Keluhan nyeri terutama pada
ekstremitas merupakan keluhan umum pada penderita diabetes mellitus, terutama
pada penderita menahun apalagi dengan kendali glukosa yang tidak baik.
Penyebab keluhan ini dikenal sebagai neuropati perifer, komplikasi kronis
diabetes yang sulit diatasi dengan pengobatan. Dengan meng-optimalkan
pengawasan terhadap penderita diabetes, polineuropati diabetik dapat dicegah atau
diperlambat. Dibandingkan dengan polineuropati diabetik, jenis lain dari
neuropati diabetik mempunyai prognosa penyembuhan lebih baik.
B. Tujuan
Agar dapat memperoleh pemahaman tentang Diabetes Mellitus Neuropati serta
mampu melakukan asuhan keperawatan yang sesuai. Selain itu tujuan dari
penulisan makalah ini juga agar memperoleh pemahaman seperti :
1. Bagaimana penyebab Diabetes Mellitus bisa terjadi?
2. Bagaimana proses terjadinya Diabetes Mellitus?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf
penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain diabetes mellitus, (setelah
dilakukan eksklusi penyebab lainnya).
B. Etiologi
Basis patofisiologik pengembangan timbulnya periferal neuropati dari
diabetes tidaklah dipahami dengan sepenuhnya, dan berbagai hipotesis telah
diajukan. Faktor-faktor etiologik daripada diabetes neuropati diduga adalah
vaskuler, metabolisme, neurotrofik dan immunologik.
a. Faktor vaskular
Abnormalitas vaskuler yang terjadi pada pasien dengan diabetik
polineuropati meliputi penebalan membran basalis dinding pembuluh darah,
endotelial hiperplasia, disfungsi endotelial, peningkatan ekspresi endotelin
dan peningkatan kadar vascular endotelial growth factor (VEGF). Diabetes
secara selektif merusak sel, seperti endotelial sel dan mesangial sel, dimana
kecepatan pengangkutan glukosa tidak merosot dengan cepat seperti halnya
hasil peningkatan kadar gula, hal ini mendorong ke arah penumpukan
glukosa tinggi dalam sel. Berdasarkan teori ini, terjadi proses iskemia
endoneurial yang berkembang karena adanya peningkatan endoneural
vascular resistance trhadap daerah hiperglikemi. Berbagai faktor berkenaan
dengan metabolisme, termasuk pembentukan glycostatin end product, juga
telah mencakup, mendorong ke arah kerusakan kapiler, inhibisi transpor
aksonal, aktivitas Na+/K+ATPase, dan akhirnya ke degenerasi aksonal.
4
c. Faktor neurotropik
Nerve growth factor diperlukan untuk mempercepat dan
mempertahankan pertumbuhan saraf. Pada penderita diabetes kadar NGF
serum cenderung turun dan berhubungan dengan derajat neuropati.
d. Faktor immunologi
Pada penderita diabetes dijumpai adanya antineural antibodies dalam
serum yang secara langsung dapat merusak struktur saraf sensorik dan
motorik yang bisa dideteksi dengan immunoflorens indeks.
C. Patofisiologi
yang lebih sering dijumpai yaitu neuropati sensorik dan motorik simetris serta
neuropati otonom. Komplikasi ini diduga sebagai akibat toksisitas metabolik atau
osmotik yang terkait hiperglikemia.
a. Neuropati Perifer Sensorik
Merupakan defisit sensorik yang seringkali didahului parestesia, rasa gatal dan
nyeri yang makin bertambah selama beberapa bulan atau tahun. Sindroma-
sindroma khas yang terjadi pada penderita DM dengan neuropati sensorik,
termasuk osteopati tangan dan kaki distal, deformitas lutut atau
pergelangan kaki, dan ulserasi neuropatik pada kaki.
b. Neuropati Motorik
Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan neuropati sensorik dan
dihubungkan dengan perlambatan hantaran saraf motorik dan kelemahan
serta atrofi otot.
c. Neuropati Otonom
Komplikasi ini sering terjadi pada penderita DM yang sudah berlangsung lama
dan merupakan problem klinis yang sangat mengganggu. Neuropati dapat
melibatkan gangguan viseral. Dapat terjadi hipotensi postural, takikardia
saat istirahat yang menetap, penurunan respon kardiovaskular,
gastroparesis, episode-episode diare (seringkali pada malam hari) dan
konstipasi, kesulitan mengosongkan kandung kemih, dan impotensi.
Lesi pada saraf perifer akan menimbulkan enam tingkat kerusakan yaitu :
a. Grade 1 (Neuropraksia)
Kerusakan yang paling ringan, terjadi blok fokal hantaran saraf,
gangguan umumnya secara fisiologis, struktur saraf baik. Karena tidak
terputusnya kontinuitas aksoplasmik sehingga tidak terjadi degenerasi
wallerian. Pemulihan komplit terjadi dalam waktu 1 2 bulan.
b. Grade II (aksonometsis)
Kerusakan pada akson tetapi membrana basalis (Schwann cell tube),
perineurium dan epineurium masih utuh. Terjadi degenerasi wallerian di
distal sampai lesi, diikutu dengan regenerasi aksonal yang berlangsung 1
inci per bulan. Regenerasi bisa tidak sempurna seperti pada orang tua.
c. Grade III
6
Ada tiga proses patologi dasar yang bisa terjadi pada saraf perifer yaitu :
a. Degenerasi Wallerian
Terjadi degenerasi sekunder pada mielin oleh karena penyakit pada akson
yang meluas ke proksimal dan distal dari tempat akson terputus. Perbaikan
membutuhkan waktu sampai tahunaan, oleh karena pertama terjadi
regenerasi kemudian baru terjadi koneksi kembali dengan otot, organ
sensoris, pembuluh darah.
b. Demielinisasi segmental
Terjadi destruksi mielin tanpa kerusakan akson, lesi primer melibatkan
sel Schwann. Demielinisasimulai daro nodus ranvier meluas tak teratur ke
segmen-segmen internodus lain. Perbaikan fungsi cepat karena tidak terjadi
kerusakan akson.
c. Degenerasi aksonal
Degenerasi pada bagian distal akson saraf perifer dan beberapa tempat
ujung akson sentral kolumna posterior medulla spinalis.
D. Manifestasi Klinik
Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Pada
beberapa orang bisa tidak dijumpai gejala. Kesemutan, tingling atau nyeri
pada kaki sering merupakan gejala yang pertama, bisa juga nyeri dan
7
kesemutan. Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris atau motorik ataupun
sistem saraf otonom.
E. Penatalaksanaan
Langkah manajemen terhadap pasien adalah untuk menghentikan
progresifitas rusaknya serabut saraf dengan kontrol kadar gula darah secara
baik. Mempertahankan kontrol glukosa darah ketat, HbA1c, tekanan darah,
dan lipids dengan terapi farmakologis dan perubahan pola hidup. Komponen
manajemen diabetes lain yaitu perawatan kaki, pasien harus diajar untuk
memeriksa kaki mereka secara teratur.
Terapi Nonmedis
1. Edukasi
Edukasi pasien sangat penting dalam tatalaksana neuropati diabetik. Target
pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak awal, dan hindari memberi
penghrapan yang berebihan.
2. Perawatan Umum (kaki)
Jaga kebersihan kaki, hindari trauma kaki seperti sepatu yang sempit. Cegah
trauma berulang pada neuropati kompresi.
8
Pencegahan
Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan)
penyakit secara umum mencakup :
- pengendalian kadar gula darah,
- status gizi,
- tekanan darah,
- kadar kolesterol, dan
- pola hidup sehat
F. Pemeriksaan Klinis
a. Inspeksi: ulserasi pada kaki dan Charcot Joint
b. Pemeriksaan Neurologik :
- pemeriksaan motorik didapat kelemahan tipe LMN
9
c. Pemeriksaan elektrodiagnostik
ENMG (Elektroneuromiografi) : meliputi kecepatan hantar saraf
motorik/sensorik (KHSM/KHSS)
G. Asuhan Keperawatan
b. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
NOC : 1. Pain Control
2. Pain Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit dengan kriteria
hasil
1. Pasien dapat mengontrol nyeri demonstrated
4. Diare berhubungan dengan fisiologis yang ditandai dengan nyeri perut, lebih
dari 3 x BAB perhari dan terdengan bising usus hiperaktif
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x60 menit dengan
kriteria hasil:
14
1. Bowl Management
2. Fluid Balance
3. Hydration
NIC : Diare Management
BAB III
PE N UTU P
A. Kesimpulan
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes
Melitus dengan prevalensi dan manifestasi klinis amat bervariasi. Dari 4 faktor
(metabolik, vaskular, imun, dan NGF) yang berperan pada mekanisme
patogenik neuropati diabetik, hiperglikemia yang berkepanjangan sebagai
komponen faktor metabolik merupakan dasar utama patogenesis neuropati
diabetik.
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan neuropati diabetik
16
B. Saran
Semoga makalah ini bisa di jadikan sebagai bahan pembelajaran dalam
perkuliahan untuk menerapkan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA