TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Anatomi
2
Dura mater
Arachnoid mater
3
Pia mater
Pia mater adala lapisan yang paling rapuh (pia artinya lembut). Lapisan
ini memiliki banyak pembuluh darah dan melekat erat ke permukaan otak dan
korda spinalis, mengikuti setiap tonjolan dan lekukan. Di daerah-daerah tertentu,
lapisan ini masuk jauh ke dalam otak untuk membawa pembuluh darah berkontak
erat dengan sel-sel ependimal yang melapisi ventrikel. Hubungan ini penting
dalam pembentukan CSS.4
2.3 Etiologi
Malformasi arteriovena
Pembuluh darah anomali yang malformasi, juga kongenital, yang
membesar dan terjadi saat dewasa.2
4
Ruptur aneurisma fusiformis
2.4 Patofisiologi
Dari semua aneurisma cerebri, lebih dari 90% terjadi di pembuluh darah
serebral yang menyusun Circulus arteriosus cerebri (Circulus WILLISII).
Kebanyakan aneurisma cerebri disebabkan oleh defek kongenital di Tunica media
dinding vaskular yang dekat dengan titik percabangan.7
Aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan
hemodinamik pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Aneurisma
berkembang dari dinding arteri yang mempunyai kelemahan pada tunica
medianya. Tempat ini merupakan tempat dengan daya ketahanan yang lemah
5
(lokus minoris resaistensiae), yang karena beban tekanan darah tinggi dapat
menggembung dan terbentuklah aneurisma.5
2.5 Gejala
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri
kepala mendadak yang sangat berat disertai fotofobia, mual, muntah dan tanda-
tanda meningismus ( kaku kuduk dan tanda kernig). Pada perdarahan yang lebih
berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan kesadaran.2
o Kelelahan atau lumpuh pada salah satu bagian tubuh (paling sering terjadi).
Temuan pada pemeriksaan fisik bisa jadi normal, atau dokter mungkin
menemukan beberapa hal berikut:
o Kelainan neurologis global atau fokal pada lebih dari 25% pasien
6
Kelumpuhan nervus okulomotorius (aneurisma arteri komunis
posterior) dengan atau tanpa midriasis ipsilateral.
o Kejang
o Tanda-tanda oftalmologis
Edema papil
Demam tidak biasa pada awalnya namun umum setelah hari keempat
dari gangguan darah didalam ruang subarachnoid.
7
3 Bingung, penurunan kesadaran, defisit fokal ringan
4 Stupor, hemiparesis ringan sampai dengan berat, deserebrasi,
gangguan fungsi vegetatif
5 Koma dalam, deserebrasi, moribund appearance.
Selain skala Hunt dan Hess, skor Fisher juga bisa digunakan untuk
mengklasifikasikan perdarahan subarachnoid berdasarkan munculnya darah di
kepala pada pemeriksaan CT scan.5
2.8 Penatalaksanaan 5
8
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2007 :
1. Pedoman tatalaksana
a. Pada pasien yang diduga dengan PSA grade I atau II, perawatan
departemen emergensi dibatasi pada diagnosa dan terapi suportif.
Identifikasi yang dini dari nyeri kepala hebat merupakan
petunjuk untuk upaya menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Bed rest total dengan posisi kepala di tinggikan
300 dalam ruangan dan lingkungan yang tenang dan nyaman,
bila diperlukan berikan 02 2-3 L/i.
Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif.
Pasang infus IV dan monitor ketat kelainan-kelainan
neurologis yang timbul.
b. Pada pasien dengan PSA grade III, IV, atau V ,perawatan harus lebih
intensif
Menilai prosedur ABC
Intubasi endotrakeal pada pasien melindungi dari aspirasi dan
menjamin jalan nafas yang adekuat.
Intubasi untuk hiperventilasi pasien dengan tanda-tanda
herniasi:
Hindari pemakaian sedatif yang berlebihan karena akan
menyulitkan penilaian status neurologis.
2. Tindakan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang setelah PSA
a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan
antihipertensi saja tidak direkomendasikan untuk mencegah perdarahan
ulang setelah terjadi PSA, namun kedua hal tersebut sering dipakai
dalam pengobatan pasien dengan PSA.
b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulang
direkomendasikan pada keadaan klinis tertentu. Contohnya pasien
resiko rendah untuk terjadinya vasospasme atau memberikan efek yang
bermanfaat pada operasi yang ditunda.
c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahan
ulang.
9
3. Operasi pada aneurisma yang ruptur
a. Teknik operasi meliputi penjepitan (clipping) leher aneurisma atau jika
mungkin membungkus (wrapping) aneurisma tersebut.
4. Tatalaksana pencegahan vasospasme
a. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/ jam IV atau secara
oral 60 mg setiap 6 jam. Pemakaian nimodipin terbukti memperbaiki
defisit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme.
5. Antifibrinolitik
a. Obat-obat antifibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat- obat
yang sering digunakan adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis
36 g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.
6. Antihipertensi
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan
darah sistolik (TDS) tidak melebihi 160 dan tekanan darah diastolik
(TDD) 90 mmHg ( sebelum tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan
TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2
mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infus
dosisnya 50-200 mcg/kg/menit.
7. Antikonvulsi
Pemberian antikonvulsan tidak direkomendasikan secara rutin,
hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien yang mungkin timbul kejang.
Akan tetapi untuk menghindari risiko perdarahan ulang yang disebabkan
kejang, diberikan antikonvulsan untuk profilaksis. Dapat dipakai fenitoin
dengan dosis 15-20 mg/kg/hari oral atau IV. Initial dosis 100 mg oral atau
IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400mg/oral/hari dengan dosis
terbagi.
8. Terapi tambahan
- Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis mksimal 4 g/hari
- Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM 4-6 jam
- Hindari asetosal
10
- Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan :
1. Haloperidol IM 1- 10 mg tiap 6 jam
2. Petidin IM 50-100 mg atau morfin SC atau IV 5-10 mg/4-6 jam
3. Midazolam 0,06-1,1 mg/kg/jam
4. Profopol 3-10 mg/kg/jam
- Cegah terjadinya stress ulcer dengan memberikan :
1. Antagonis H2
2. Antasida
3. Inhibitior pompa proton selama beberapa hari
4. Pepsid 20 mg IV 2 kali sehari atau zantac 50 mg IV 2 kali sehari
5. Sucralfat 1g dalam 20 mL air 3 kali sehari.
2.9 Komplikasi 5
Hidrosefalus dapat terbentuk dalam 24 jam pertama karena obstruksi aliran
CSS dalam sistem ventrikular oleh gumpalan darah.
Perdarahan ulang pada PSA muncul pada 20% pasien dalam 2 minggu
pertama. Puncak insidennya muncul sehari setelah PSA. Ini mungkin
berasal dari lisis gumpalan aneurisma.
Vasospasme dari kontraksi otot polos arteri merupakan simtomatis pada
36% pasien.
Defisit neurologis dari puncak iskemik serebral pada hari 4-12.
Disfungsi hipotalamus menyebabkan stimulasi simpatetik berlebihan, yang
dapat menyebabkan iskemik miokard atau menurunkan tekanan darah
labil.
Hiponatremia dapat muncul sebagai hasil pembuangan garam serebral.
Aspirasi pneumonia dan komplikasi lainnya dapat muncul.
Disfungsi sistole ventrikel kiri: disfungsi sistole ventrikel kiri pada orang
dengan PSA dihubungkan dengan perfusi miokard normal dan
inervasi/persarafan simpatetik abnormal. Temuan ini dijelaskan oleh
pelepasan berlebihan norepinefrin dari nervus simpatetik miokard, yang
dapat merusak miosit dan ujung saraf.
11
2.10 Prognosis
Faktor yang mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas adalah
sebagai berikut: 5
o Beratnya perdarahan
o Derajat vasospasme serebral
o Muculnya perdarahan ulang
o Lokasi perdarahan
o Usia dan kesehatan keseluruhan pasien
o Kemunculan kondisi komorbid dan sumber dari rumah sakit (misal infeksi,
infark miokard).
Besarnya nilai ditentukan oleh jumlah skor Sistem Ogilvy dan Carter,
yaitu skor 5 mempunyai prognosis buruk, sedangkan skor 0 mempunyai
prognosis lebih baik.8
12