Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM UJI BAHAN

IMPACT TEST

Disusun Oleh:

Anggun Dherti Veta Yani (6513040002)

Putri Hartaningrum (6513040018)

Donadoni Imantika (6513040025)

Adiek Astika Clara Sudaarni (6513040029)

K3-IIIA

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
1.1.1. TujuanInstruksionalUmum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test)
terhadap suatu material.
1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap
kekuatan material.
Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil
pengujian suatu material.
Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan
material.
Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.

1.2. DasarTeori
Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian
pada kereta api dan lain, akan mengalami suatu beban kejutan atau beban secara
mendadak dalam pengoperasianya. Maka dari itu ketahanan suatu material
terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat material
tersebut perlu diketahui dan diperhatikan.

Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh


adanya takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact
test bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan
dalam menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Bandul

Starting Position
Scale

Pointer

Specimen

Anvile

Gambar 1.1 Mesin Uji Impact

Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.


Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda
uji merupakan energi yang diserap oleh spesimen.

Gambar 1.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis



Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji.
Sedangkan besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut :

Eo =W.ho....(1)
E1 = W.h1...(2)

E = Eo -E1
= W (ho- h1) .(3)

dari gambar 1.2 didapatkan ho = - cos


= (1 - cos )(4)
h1 = - cos
= (1 - cos )...( 5)

dengan subtitusi persamaan 4 dan 5 pada 3 di dapatkan :


E = W ( cos - cos ) (6)

dimana: Eo = Energi awal (J)


E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
= panjang lengan bandul (m)
= sudut awal (o)
= sudut akhir (o)

Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi


impact tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A)
sehingga :
Is = E/A
= W ( cos - cos )/A (7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau notch memegang peranan
yang amat berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja
yang salah seperti diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat
sebagai pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini
dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah
yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian
impact yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U) sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.3 Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact

Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai


brittle (getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan
tanpa mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan
apabila kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan
mengalami ductile Fracture. Material yang mengalami brittle Fracture hanya
mampu menahan energi yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan.
Perbedaan permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar dibawah ini

Gambar 1.4 Pola Patahan Pada Penampang Specimen Uji Impact

I.3 Metode Pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu Metode
Charpy dan Metode Izod

a) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar1.5.a, spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung material ditumpu pada suatu landasan.
Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang
lain termasuk Indonesia.

b) Metode Izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.5.b,
spesimen dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah
pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara
Inggris.
Gambar 1.5 Metoda Pengujian Charpy (a) dan Izod (b)

I.4 Temperatur Transisi


Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat
dipengaruhi oleh temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan
impact setiap jenis material berbeda-beda.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan
impact logam, sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan
impactnya.
Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik
temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu
temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi
brittle. Titik temperatur tersebut disebut temperatur transisi.
Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 1.6. Kriteria pertama adalah T1 dimana temperatur
transisi ini diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat 100% ductile
menuju ductile-brittle. Suhu transisi ini sering disebut fracture ductility
temperature (FDT).

Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik dimana
fracture appearance berada pada 50%ductile-50%brittle.
Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai. Temperatur
transisinya diperoleh dari rumus : Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2.

Kriteria ke empat adalah T4. yaitu perubahan material dari ductile-brittle


menuju brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb.

Kriteria ke lima adalah T5 dimana suhu transisinya diperoleh dari


temperatur pada saat material bersifat ductile-brittle menuju brittle 100%.
Temperatur transisi ini sering disebut nil ductility temperature (NDT).

NDT FDT
100
Fracture appearance
Energy absorbeb, Cv

% cleavage fracture
T5m
Temperature
50

Cv

0
T4 T3 T2 T1

Gambar 1.6 Grafik Temperatur Transisi


Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada dibawah
temperatur transisi dari material yang digunakan, maka adanya crack pada
material fracture akan menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan
apabila temperatur operasi terendah masih diatas temperatur transisi dari
material, maka brittle fracture bukan merupakan masalah.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Peralatan
1. Mesin Uji Impact
2. Thermos
3. Thermometer Infrared
4. Kompor Listrik
5. Panci
6. Jangka Sorong
7. Tang
8. Stamping
9. Palu
10. Mesin Poles Logam

2.2 Bahan
1. Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
2. Spesimen uji impact untuk temperature ruang (1 buah)
3. Spesimen uji impact untuk temperature dingin (1 Buah)

2.3 Prosedur Praktikum


2.3.1 Persiapan spesimen
a. Mengambil spesimen dan jepit pada ragum,
b. Mengambil kikirdan kikir bekas-bekas machining pada spesimen
yang memungkinkan menyebabkan kesalahan ukur.
c. Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
2.3.2 Penandaan spesimen
o Mengambil stamp dan tandai seluruh specimen
1. Untuk spesimen suhu panas (51oC)
2. Untuk spesimen suhu panas (29oC)
3. Untuk spesimen suhu dingin (5oC)
2.3.3 Pengukuran dimensi
a. Mengambil spesimen ukur dimensinya (panjang, lebar dan
tebalnya).
b. Mencatat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar
kerja
c. Mengulangi langkah diatas untuk semua spesimen.

2.3.4 Menentukan panjang lengan bandul

a. Mengangkat bandul sehingga membentuk sudut 10 dari garis


tegak.
b. Melepaskan bandul sehingga berayun.
c. Mengitung dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50
ayunan (T50).
d. Menghitung lengan bandul dengan menggunakan
persamaanberikut :

T = 2 ( / g)1/2 (8)
Dimana T = periode (detik)
= T50 / 50
= panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

2.3.5 Pengkondisian spesimen pada temperatur kerja

Temperatur Ruang
Untuk spesimen pada suhu kamar bisa langsung
melakukan pengujian impact.
Temperatur Dingin
a. Menyiapkantermos yang telah diberi es batu, masukkan
specimen kedalam termos tersebut.
b. Menunggu sekitar 5 menit dan mengukur temperature
spesimen.
c. Mencatat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum
spesimen diambil untuk diuji impact.

Temperatur Panas
a. Meletakkan spesimen diatas kompor listrik yang telah
dinyalakan.
b. Menunggu sampai spesimen memanas dan tunggu 5 menit.
c. Mengukur temperatur material sebelum spesimen diambil
untuk diuji impact.
d. Mencatat pada lembar kerja.

2.3.6 Pengujian pada mesin uji impact

a. Mencatat data mesin pada lembar kerja.


b. Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
c. Atur jarum penunjuk pada posisi 0.
d. Ambil specimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat
dancepat ( <5 detik), terutama untuk kondisi panas dan
dingin.
e. Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri
pada rem.
f. Tekan pin pengunci beban sehingga bandul meluncur menimpa
spesimen.
g. Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua
kalinya.
h. Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
i. Ulangi langkah diatas untuk seluruh specimen.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN

Setelah melakukan pengujian impact test dengan spesimen baja karbon pada tiga
jenis temperatur yang berbeda yaitu pada temperatur panas, temperatur ruang dan
temperatur dingin didapatkan beberapa data sebagai berikut :

3.1 Hasil Pengujian

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen

IMPACT TEST
: 160.43 BeratBandul = 96.5 N Panjanglengan = 0,78 m
Penandaan Panjang Lebar Lebar setelah Tebal Pada Takikan tn Luas An
No
Spesimen (mm) (mm) diuji (mm) (mm) (mm2)
1 1 55 10 10 8.38 83.8
2 2 55 10 10 8.00 80.0
3 3 55 10 10 7.40 74.0

Tabel 3.2 Hasil Pengujian

Penandaan Jenis Lokasi Suhu Sudut


No
Spesimen Takikan Takikan (C) ()
1 1 V BM 51 9
2 2 V BM 29 31
3 3 V BM 5 51

Note WM = Weld Metal BM = Base Metal HAZ = Heat affected zone


Kuat Lateral
E Impact E Teoritis Jenis
NO Impact Expansion
(J) (J) Patahn
(J/mm2) (mm)
1 149 145.27 1.78 1.22 Ulet
2 139 135.49 1.74 1.72 Ulet
3 121 118.17 1.64 1.54 Ulet
Dari data-data diatas dilakukan perhitungan untuk mencari panjang lengan,
energy impac ,dan impact strength.

3.2 Pembahasan Pengujian


3.2.1 Menurut Pengujian
a. Menghitung panjang lengan ()
Banyak ayunan (n) = 50 ayunan
Waktu ayun selama 50 ayun = 89 detik
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s2
- Menghitung periode
T = 1/f = t/n = 89/50 = 1,78 detik
- Menghitung lengan beban
( / g )
T50 = 2.
( / 9,81 m s 2 )
1,78 s = 2 .
9,81 m s 2
(1,78 s) = 4 .
2 2

= 0.78 m
Berat bandul (W) = 96.5 N
Sudut ( ) = 160.43o
b. Menghitung Nilai Impact Strength Berdasarkan Praktek
Spesimen 1 suhu panas 51 oC
Diket : E = 149 Joule
A = 83.8 mm2
Kekuatan impact ( Is) = E/A
= 149 J /83.8 mm2 = 1.78 J/mm2
Spesimen 2 suhu kamar 29oC
Diket : E =139 Joule
A = 80.0 mm2
Kekuatan impact ( Is) = E/A
= 139 J / 80.0 mm2
= 1. 74 J/mm2

Spesimen 3 suhu dingin 5oC


Diket : E = 121 Joule
A = 74.0 mm2
Kekuatan impact ( Is) = E/A
= 121 J / 74.0 mm2
= 1.64 J/mm2

3.2.2 Menurut Teori


a. Menghitung E impact dan Impact strengt menurut teori
Spesimen 1 suhu panas 51oC
Sudut () = 160.430 dan Sudut () = 90
Luas penampang = 83.8 mm2
Energi impact
Eteori = W..(cos - cos)
= 96.5 N . 0.78 m.(cos 9o cos 160.43o)
= 145.27 J

Impact strength
Is = Eteori/A
= 145.27 J / 83.8 mm2
= 1.73 J/mm2

Spesimen 2 suhu kamar 29oC


Sudut () = 160.430 dan Sudut () = 310
Luas penampang = 80.0 mm2
Energi impact
Eteori = W..(cos - cos)
= 96.5 N .0.78 m (cos 31o cos 160.43o)
= 135.49 J

Impact strength
Is = Eteori/A
= 135.49 J/ 80.0 mm2
= 1.69 J/mm2

Spesimen C suhu dingin 5oC


Sudut () = 160.430 dan Sudut () = 50
Luas penampang = 74.0 mm2
Energi impact
Eteori = W..(cos - cos)
= 96.5 N . 0.78 m.(cos21 cos 160,43)
= 118.17 J

Impact strength
Is = Eteori/A
= 118.17 J / 74.0 mm2
= 1.60 J/mm2

Tabel 3.3 Perbandingan Energi Impact Percobaan dengan Perhitungan

Energi Impact Energi Impact


Suhu Spesimen
Hasil Percobaan Hasil Perhitungan Selisih
(oC)
(J) (J)
51 149 145.27 3.73
29 139 135.49 3.51
5 121 118.17 2.83

Grafik Energi Impact-Temperatur Percobaan Dan Teoritis


160
140 f(x) = 0.59x + 116.23
120 R = 0.98

100 Energi Impact


80 Percobaan
Energi Impact (J) Energi Impact Teoritis
60
Linear (Energi Impact
40 Teoritis)
20
0
10 30 50
0 20 40 60

Temperatur (oC)

Gambar 3.1 Grafik Energi Impact-Temperatur Percobaan Dan Teoritis


Tabel 3.4 Perbandingan Kekuatan Impact Percobaan dengan Perhitungan

Impact Strength Hasil Impact Strength Hasil


Suhu Spesimen Selisih
Percobaan (J/mm2) Perhitungan (J/mm2)
51 1.78 1.73 0.05
29 1.74 1.69 0.05
5 1.64 1.60 0.04

Grafik Impact Strength-Temperatur Percobaan Dan Teoritis


1.8

1.75
f(x) = 0x + 1.59
1.7 R = 0.96 Impact Strength
Percobaan
1.65
Energi Impact (J) Impact StrengthTeoritis
1.6 Linear (Impact
StrengthTeoritis)
1.55

1.5

Temperatur (oC)

Gambar 3.2 Grafik Impact Strength -Temperatur Percobaan Dan Teoritis

3.3. Gambar Hasil Pengujian

a. Pada temperature panas 510C


Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :
Gambar 3.3 Pola patahan spesimen pada suhu kamar
b. Pada temperature panas 290C

Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang


ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :

Gambar 3.4 Pola patahan spesimen pada suhu panas

c. Pada temperature dingin (210C)

Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang


ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :
Gambar 3.5. Pola Patahan Spesimen Pada Suhu Dingin

Ciri ciri Ductile Fracture :


1. Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan
yang kasar
2. Permukaan patahannya terlihat buram
3. Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya
4. Biasa disebut Fibrous fracture

Ciri ciri Brittle Fracture :


1. Spesimen pada umumnya putus dengan permukaan patahan yang
kasar
2. Permukaan patahannya terlihat mengkilap
3. Tidak terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya
4. Ada dua macam yakni intergranular brittel dan transgranular brittle
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa:
Spesimen dengan temperatur panas yaitu 51 oC mempunyai kekuatan impact
percobaan sebesar 1.78 J/mm dan impact strength perhitungan sebesar
1.73 J/mm
Spesimen yang di uji pada temperatur ruang yaitu 29 oC mempunyai kekuatan
impact percobaan sebesar 1.74 J/mm dan impact strength perhitungan sebesar
1.69 J/mm
Spesimen dengan temperatur dingin 5C mempunyai kekuatan impact percobaan
sebesar 1.64 J/mm2 dan impact strength perhitungan sebesar 1.60 J/mm
Spesimen mempunyai kekuatan impact yang besar ketika pada temperatur panas.
Suhu kamar, dingin dan panas memiliki sifat ductile, dilihat dari tiga spesimen
tidak mengalami kepatahan melainkan ulet (ductile).
Dari teori diketahui bahwa kekuatan impact dipengaruhi oleh temperatur,
semakin tinggi temperatur maka ketangguhan suatu material akan semakin
tinggi, karena suhu yang tinggi akan meningkatkan kekuatan suatu benda. Dari
hasil percobaan yang telah kami sama seperti teori kekuatan impact yang
diterapkan yaitu pada temperatur panas memiliki nilai kekuatan impact yang
tertinggi.

4.2 Analisa Kesalahan


Ketidaktepatan data hasil percobaan dengan hasil perhitungan dapat
disebabkan oleh terjadinya kesalahan pada perhitungan untuk mencari panjang
lengan. Hal ini terjadi karena pencatatan waktu dalam 50 ayunan dan terjadinya
kesalahan pada saat meletakkan sudut awal kurang tepat sehingga berpengaruh
pada periode yang didapat.
Ketidaktepatan hasil kurva dapat disebabkan oleh terjadinya kesalahan
pada :

1. Pembacaan skala pada mesin impact


Ketelitian skala pada mesin impact kurang tepat sehingga mempersulit
para praktikan untuk membaca skala dengan benar pada mesin impact.
Hal ini menyebabkan kesalahan dalam menentukan 0.

2. Spesimen
Bentuk specimen yang tidak sesuai dengan standard karena dalam
pengerjaan specimen tidak sesuai dengan standard yang ada. Seperti
panjang,luas penampang dan tebal specimen tidak sama antara spesimen
yang satu dengan yang lain.

3. Holding time
Ketika material dipanaskan atau di dinginkan memerlukan waktu tahan
5 menit, supaya panas atau dingin dapat meresap kedalam spesimen.
Kenyataannya ketika melakukan praktikum praktikan tidak memberikan
holding time, sehingga panas atau dingin hanya ada dipermukaan
spesimen.

4. Waktu pemindahan spesimen ke mesin impact


Ketika material dipindahkan dari panci pemanas atau freezer hingga
material itu diuji, membutuhkan waktu > 5 detik, tetapi pada
kenyataannya waktu yang digunakan lebih dari 5 detik sehingga suhu
pada material tersebut mengalami perubahan ke suhu normal.

Daftar Pustaka

Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan


Teknik Mesin FTI, ITS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, PPNS

Anda mungkin juga menyukai