PENDAHULUAN
masyarakat membuang air besar sembarangan masih terbawa dari dulu hingga
masyarakat sangat rendah untuk menjaga kesehatan. Sikap dan perilaku masyarakat
yang cenderung tidak peduli memelihara kesehatan lingkungan ini berdampak pada
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari sekian banyak daerah
pemukiman padat di Sumatera Utara yang secara langsung terkena implikasi atas
disekitar area rumah penduduk yang juga tidak jauh dari aliran sungai menimbulkan
rumah tangga, polusi yang dihasilkan dari produktivitas pabrik, dan aktivitas manusia
lainnya yang berakibat merusak lingkungan seperti BAB (Buang Air Besar) di
sungai.
laut dengan fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) seadanya yang tidak memenuhi
standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Setiap rumah tangga hanya memiliki WC
atau kebiasaan buruk lainnya adalah mengubur tinja dengan tanah secara sembunyi-
membuang tinja ke sungai dengan menggunakan plastik dan apabila terjadi pasang
laut maka seluruh limbah rumah tangga tersebut akan terbawa oleh arus pasang laut
tersebut.
karna tidak ada larangan yang mengahalangi mereka BAB sembarangan. Belum lagi
lahan sempit yang harus mengeluarkan biaya mahal dan tidak sesuai dengan
penghasilan mereka yang mayoritas sebagai nelayan dan pedagang kaki lima. Melihat
pola perilaku BAB masyarakat tersebut muncul kehawatiran pada dampak gangguan
kesehatan; masyarakat akan lebih mudah terjangkit berbagai penyakit seperti diare
Belawan Bahagia adalah salah satu penyebab masyarakat membuang air besar di
merupakan hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran lingkungan
merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam
berbagai aktivitas lingkungan maupun aktivitas kontrol lainnya adalah hal yang
masyarakat belum merasa penting untuk memiliki fasilitas MCK sebagai kebutuhan
harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai
1
(Claire; dalam Tesis Indra Gunawan, 2012)
2
Indra Gunawan, Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sanitasiberbasis masyarakat, (Tesis
Program Magister TeknikUniversitas Diponegoro, 2012) hal 3
tatanan suatu daerah, namun suatu pembangunan harus memenuhi faktor kebutuhan
masyarakat yang tepat guna pada waktu sekarang dan yang akan
kondisi sanitasi masih buruk maka dengan melibatkan perusahaan USAID sebagai
dana pemberi hibah melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
difasiitasi oleh IUWASH (Indonesia Urban Water Sanitation Hygiene) yaitu program
kebutuhan dengan membangun sarana fasilitas sanitasi seperti MCK, WC, dan
septictank.4
3
Dalam kebijakan pembangunan desa yang ditetapkan pemerintah, dimana dikatakan
bahwamekanisme pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan sistem perencanaan dari
bawah (bottom-up) (Marzali, 2012)
4
http://www.iuwash.or.id
Belawan Bahagia merupakan salah satu program pemicuan bagi masyarakat miskin
mengubah perilaku cara BAB yang tentunya memiliki tantangan dari masyarakat
lokal dalam mengenalkan suatu produk baru yang menuntut proses adaptasi
lokal, menyatu dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu model pembangunan
Tantangan yang akan dihadapi oleh pihak luar dalam upaya pembangunan
jamban sehat ini adalah bagaimana mengubah cara pandang masyarakat melihat
manfaat penggunaan WC/septictank yang selama ini masih belum menjadi kebutuhan
dasar yang paling penting sehingga pada akhirnya mereka mengerti pentingnya
dalam mencapai tujuan proyek, pertimbangan sosial menjadi yang terpenting dalam
keberhasilan proyek.5
merupakan salah satu alternatif yang dilakukan oleh lembaga swasta untuk
mendorong perubahan perilaku hidup sehat masyarakat. Hingga kini sudah terpasang
5
Michael M.Cerrea. Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan (Jakarta: UI Press,1988)
bernilai manfaat bagi masyarakat terutama untuk terbiasa hidup sehat dengan tidak
merupakan bagian dari fungsi struktur sosial yang paling penting bagaimana pihak
masyarakat yang rendah. Peran pemerintah tidak hanya sekedar menjalankan proyek
pembangunan namun, sisi lainnya ialah harus memperhatikan aspek dari dalam
Dalam hal ini, studi antropologi terapan adalah suatu bidang dalam ilmu
Pemikiran dari sudut pandang antropologi mampu menjelaskan kebutuhan yang tepat
6
http://www.iuwash.or.id
pembangunan MCK bagi masyarakat pemukiman tidak hanya dilihat dari indikator
tersebut ialah memberikan efek jera untuk tidak lagi membuang BAB sembarangan
dan masyarakat merasa perlu merawat serta memelihara MCK yang sudah dibangun
Faktor teknologi tepat guna menjadi salah satu unsur pertimbangan keputusan
dari pelaku pembangunan agar dapat dimanfaatkan masyarakat dalam jangka waktu
yang lama. Hal ini mengacu pada apakah teknologi tersebut memberikan kemudahan-
7
Amri Marzali. Antropologi & Pembangunan Indonesia (Jakarta:Prenada Media, 2005)hal.6-7
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari
Bahagia.
sebuah informasi mengenai bahaya yang akan ditimbulkan jika tidak adanya
perbaikan sanitasi di lingkungan pemukiman padat dan kumuh. Penelitian ini juga
kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara mengubah prilaku masyarakat agar
optimal tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi,
Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,
mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaaan yang bebas dari penyakit
hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak, dapat
diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu
(Riyadi, 2004).8
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
8
www.indonesia publichealth.com diakses pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 20.00 WIB
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks dan saling
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari kesehatannya sendiri, tapi
harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap sehat-sakit atau
- Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.
- Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia.
9
Notoatmojo S, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta,
2003.
10
Anwar Musadad, Sanitasi rumah. sakit sebagai investasi, 2003,
11
Slamet Purwanto, Sudiharjo, Bambang Ristanto, dkk, Penyediaan Air Bersih, Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 2001
lingkungan merupakan kebutuhan yang paling penting yang secara langsung maupun
manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi
Bahagia melalui program sanitasi total berbasis masyarakat adalah salah satu usaha
selama ini membuang air besar sembarangan. Menurut Notoatmojo (2003), untuk
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.12
12
Notoatmojo S, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta,
2003..
g. Sederhana desainnya.
suistainable14
dengan kata lain disamping sebagai obyek juga diharapkan sebagai subyek dalam
13
Hari Poerwanto.Kebudayaan & Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar ,2005)hal.158
14
Zubaedi.Pengembangan Masyarakat (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2013).hal 24-25
dengan kebijakan yang baru. Apabila perubahan ini melibatkan seluruh masyarakat
maka terjadilah cultural behaviour dalam jangka waktu yang panjang akan terus
penguatan perubahan perilaku masyarakat agar berhenti buang air besar sembarangan
adalah satu kesatuan masyarakat yang hidup di satu lokasi yang memiliki
tempat tinggal penduduk Kelurahan Belawan Bahagia yang jauh dari sistem
15
Amri Marzali.Antropologi & Kebijakan Publik (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2013).hal31
16
Chandra, dalam Indra Gunawan 2012
dirinya sendiri sebelum mendapatkan bantuan dari luar seharusnya dapat lebih dipicu
sehingga pada akhirnya mereka akan turut ikut serta dalam pembangunan. Dengan
tersebut merupakan suatu perubahan yang bukan dilihat dari perubahan fisik tertentu
saja, tetapi pembangunan juga dapat dilihat dari pembangunan dari dalam.17
sanitasi lingkungan permukiman kumuh, yang dicirikan oleh kondisi sanitasi yang
17
Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai dari Belakang (Jakarta: LP3ES, 1988)hal.26
18
Orang luar adalah sebutan bagi orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pembangunan
desa tetapi dirinya bukan warga desa apalagi miskin. Kebanyakan dari mereka adalah kepala kantor
dan staf lapangan dalam organisasi pemerintahan di Dunia Ketiga.
pembangunan yang dibawa dari luar hanya memiliki perhatian khusus kepada orang-
orang yang terlihat di pinggiran kota saja, orang-orang kumuh di pedalaman atau
orang tua yang biasanya tidak aktif dalam forum pertemuan seringkali terlepas dari
sesudah melakukan pengamatan atas rumah-rumah warga desa yang miskin, yang
terlihat oleh pamong praja setempat. Meskipun sebagian besar penduduk desa adalah
miskin dan sebagian atau seluruhnya tergantung pada upah sebagai buruh, orang
berkecukupan. Barangkali ini benar untuk mereka yang bertempat tinggal di seputar
pusat desa, yang lebih mampu, tetapi jauh dari kenyataan bagi mereka yang hidup di
pinggiran desa dan hampir tidak punya hubungan ke luar. Hal kecil tersebut menjadi
pelajaran bagi pelaksana proyek atas masalah kemiskinan yang tidak terlihat.20
19
Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai dari Belakang (Jakarta: LP3ES, 1988)hal.30
20
Ibid.hal 34
masyarakat memiliki kesamaan visi dan orientasi dengan pengembangan sosial, yaitu
program pengembangan masyarakat dalam tradisi LSM sejauh ini dianggap telah
menerjemahkan pola pembangunan alternatif. Hal ini antara lain dapat disimak dari
perubahan yang terjadi berasal dari manusia dalam konteks perubahan lingkungan.
Pertama, pendekatan yang bersifat manipulatif yang melihat manusia sebagai obyek
dalam pengelolaan lingkungan, dan jika perlu dapat bersifat memaksa. Kedua,
21
Dr.Zubaedi, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2013) hal 143
22
Hari Poerwanto, Kebudayaan dan Lingkungan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2000) hal.163
utama tentang masyarakat. Pertama, pada berbagai bagian dari masyarakat yang
saling terkait. Ketika salah satu bagian dari masyarakat berubah, bagian lain juga
berubah. Kedua, materialisme budaya adalah dasar dari sistem sosiokultural bagi
terdiri dari teknologi dan praktek-praktek sosial dimana masyarakat cocok dengan
masuk sebagai salah satu inovasi baru yang merupakan pertimbangan apakah produk
tersebut berpengaruh pada tingkat perubahan perilaku masyarakat yang sesuai untuk
menghadapi lingkungannya.
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
23
Harriss Cultural Materialism dalam Frank Elwell
perubahan dalam lingkungan sosial dalam sebuah model berupa tahapan atau proses
perubahan pada tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat atau akan
banyak yang dituju (kelompok target) menjadi terpola sesuai dengan bunyi dan
Ada tiga klasifikasi hambatan dalam inovasi, (1) hambatan budaya, yaitu
berkaitan dengan sistem nilai, perilaku, sikap, dan kepercayaan. (2) hambatan sosial
terutama yang berkaitan dengan hubungan antar individu dan inovasi tersebut
bertentangan dengan pranata sosial yang ada dan (3) hambatan psikologis, terutama
yang berkaitan dengan cara penyampaian pesan program inovasi (Foste, dalam
Poerwanto,2000)
24
Ibid, hal.182
25
Amri Marzali. Antropologi & Kebijakan Publik (Jakarta:Kencana Prenada Media Group)hal.20
masyarakat karena berbagai hal. Ada berbagai saluran yang dapat dipakai untuk
siapakah yang merupakan sasaran client dari inovasi tadi. Terutama yang berkaitan
dengan tingkat pengetahuan dari individu atau kelompok sasaran. Dalam kaitan ini,
ada dua bentuk model dalam menyebarluaskan inovasi; (1) model hipodermik yaitu
melalui media massa. (2) model two step flow berbagai informasi tentang ide-ide baru
tadi harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran melalui perantara, yaitu change
Salah satu ciri manusia Indonesia yang cukup menonjol ialah hipokrit atau
manusia Indonesia pada masa kini terkenal dengan sikap ABS27-nya (Asal Bapak
Senang). Orang tambah pandai menyembunyikan kata hati yang sebenarnya, pikiran
mengatakan tidak dengan cara-cara yang lain, hingga kata tidak itu tidak lagi dapat
dikenali. Sikap tidak setuju atau sikap mengkritik dan mencela, semuanya
26
Roger Shoemaker (dalam Poerwanto, 2000)
27
Menurut Mochtar Lubis, faktor yang mebuat mereka menjadi hipokrit adalah tekanan yang keras
dari sistem peerintahan feodal. Sistem feodal di masa lalu yang menekan rakyat dan menindas segala
inisiatif rakyat. Korupsi adalah salah satu contoh praktek ABS yang sering terjadi di Indonesia.
Hierarki dalam organisasi memiliki banyak manfaat atau tujuan praktis yang
diperoleh, namun tidak kurang pula konsekuensi negatifnya. Pada birokrasi yang
hierarkis setiap pejabat bawahan hanya memiliki satu atasan. Penilaian kinerja
bawahan sepenuhnya tergantung atasan sehingga nasib bawahan juga akan sangat
ditentukan oleh atasan. Dalam kondisi seperti ini bawahan cenderung melakukan
berbagai cara untuk memuaskan atasan (dikenal dengan istilah ABS = asal bapak
memperoleh akses manfaat jaringan sosial. Bagi masyarakat lokal, kepercayaan ini
mempengaruhi peran dan partisipasi masyarakat secara luas. Pengakuan hak dari
pemerintah untuk masyarakat lokal akan mendorong timbulnya trust dan mendukung
ke arah good governance.29 Hal ini lah yang menjadi salah satu pertimbangan
28
Mochtar Lubis, Manusia Indonesia (Yayasan Pustaka Obor Indonesia:Jakarta,2012),hlm 18
29
Secara substantif UU 32/2004 ini menempatkan partisipasi masyarakat sebagai instrumen penting
dalam sistem pemerintahan daerah yang berguna untuk mewujudkan good governance dan
mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa hal seluruh
warga masyarakat tidak mungkin dilibatkan dalam membuat kebijakan, tetapi bagaimanapun dalam membuat
keterpercayaan sosial, social trust yang tinggi (tidak ada dusta di antara kita),
(yang menderita) dan penghargaan yang tinggi terhadap waktu, yang dapat dijadikan
aset produktif, serta penghargaan tinggi pada hargadiri/martabat manusia. Ciri lain
dari modal sosial tinggi adalah demokratisasi dan berkembangnya rasa keadilan dan
30
pengakuan tinggi atas hak-hak individu.
tata-laksana pemerintahan (self governance) yang didasari oleh social trust dan
Bapak Senang) yang dapat diartikan bahwa menjadi bos senang berarti pekerjaan
bawahan akan dihargai oleh atasan. Praktek ABS diakui memberikan keuntungan
bagi kedua belah pihaknya. Baik yang meng-ABS-kan atau bagi pihak yang di-ABS-
kebijakan yang sifatnya untuk kepentingan publik sudah seharusnya pemerintah melibatkan warga masyarakat.
Jika tidak, suatu gejolak sosial akan terjadi terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu sendiri.
masyarakat, maka setiap proyek pembangunan harus dinilai tidak berhasil (Slamet M,
pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib dan tidak sekedar sebagai
31
Asep Warlan Yusuf, Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Kota yang Berkelanjutan dan
Keadilan, 2014.hal 9
32
Gonyers dalam Indra Gunawan, 2013
33
Michael M.Cerrea.Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan (Jakarta:UI Press).hal429
untuk mencapai hasil dan dampak program/kebijakan yang lebih baik, sedangkan
pengambil kebijakan atau lembaga pemberi bantuan relatif tidak terjadi. Dengan kata
lain tidak ada interaksi antara kedua pihak, sehingga desain program dan kebijakan
pembangunan yang dibuat lebih banyak atau bahkan sepenuhnya berada di tangan
mereka tahu apa yang diputuskan dan manfaat yang akan diambil pada saat program
34
Ida Yustina. Membentuk Pola Perilaku Manusia pembangunan(Bogor:IPB Press)hal.9
35
Eko Prasojo. People and Society Empowermen.Pers[ektif:Perspektif Membangun Partisipasi Publik,
2002.
36
Hetifah Sj Sumarto,Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia),
hlm 20.
program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak
negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila
proses dalam struktur sosial yakni pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam
37
Syamsudin RS, Agus Ahmad Safei, Wardi Bachtiar, Sosiologi Pembangunan Gerbang Masyarakat
baru (Jakarta:UI Press, 2002), hlm 81
kegiatan secara kolektif.39 Sebagai sebuah proyek, tentu mempunyai batas waktu.
Seiring dengan berakhirnya masa berbagai proyek maka berakhir pula kegiatan
singkat, berbagai proyek yang ada terbengkalai. Masyarkat yang tak dilibatkan dalam
proses, meski proyek tersebut ditujukan untuk mereka, namun akibat tak ada rasa
memiliki, rakyat pun tak peduli. Adanya partisipasi masyarakat adalah sesuatu yang
tidak bisa ditolak, setidaknya karena sejumlah alaan berikut : pertama, berusaha
Kedua, memberikan dorongan kepada rakyat agar mereka memiliki rasa memiliki dan
38
IL.Pasaribu & B.Simanjuntak, Sosiologi Pembangunan, (Tarsito:Jakarta, 2003), hlm72.
39
Ikayanakesmas.blogspot.com diakses tanggal 08 november 2015 pukul 15.00WIB
40
Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Kansius:Yogyakarta,2000)hal.207
komunitas tertentu. Seperti yang diungkap Marzali (2005) etnografi merupakan ciri
khas antropologi, ini artinya etnografi merupakan metode penelitian lapangan yang
asli dari antropologi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
peneliti dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan suatu komunitas masyarakat
yang akan diteliti. Tujuan utama dari observasi adalah untuk memperhatikan perilaku
membangun rapport dengan informan. Membangun rapport adalah salah satu cara
agar tidak menimbulkan jarak antara keduanya sehingga lebih memperlancar kegiatan
penelitian. Pada saat observasi, peneliti membiasakan diri mengikuti aktivitas yang
biasa dilakukan masyarakat dan tinggal bersama agar dapat mengamati perilaku
kesehariaan masyarakat Kelurahan Belawan Bahagia terutama dalam hal cara BAB.
Dengan keterlibatan tersebut, maka pengamatan dan pemahaman yang akan muncul
Dalam hal ini, peneliti live in di salah satu rumah responden untuk melihat
1.6.2. Wawancara
(depth interview). Burhan Bungin (2007) metode wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka antara pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
data atas tanggapan mereka mengenai kegunaan jamban sehat yang dibangun di
menggunakan alat perekam (recorder), kemudian dicatat dalam bentuk field note
sebelum disempurnakan dalam bentuk laporan. Field note adalah catatan hasil
dalam menulis laporan. Hal ini sangat penting bagi si peneliti dalam penelitian
terbantu dengan adanya informan yang menguasai kondisi lingkungan setempat dan
memahami data objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan memperoleh
wawancara atau observasi. Adapun informan kunci dalam penelitian ini, yaitu :
Bapak Junaidi.
merencanakan meneliti studi kasus program sanitasi di kawasan yang kumuh seperti
program mereka yang berjalan di Sumatera Utara selama 2 bulan saya magang
disana. Berawal dari program magang yang diwajibkan untuk mahasiswa antropologi
penelitian saja, tetapi pada kesempatan program magang ini mahasiswa harus mampu
Jadi, menurut saya program magang yang dilaksanakan oleh departemen antropologi
air limbah. Sementara itu di kawasan perkampungan yang jauh dari kota, program ini
berkat bantuan dari dosen saya bernama bang farid. Sebelumnya, saya berkonsultasi
dengan beliau perihal tempat magang yang tepat selama 2 bulan. Pada saat itu juga
bang farid langsung memberikan kartu nama salah seorang karyawan IUWASH yang
itu, keesokan harinya saya dan kawan sekelompok bergegas mendatangi alamat
kantor yang tertera dalam kartu nama tersebut. Lokasi kantornya cukup sulit
ditemukan karena bangunannya tidak memilki plank nama kantor dan kami harus
berkeliling disekitar bertanya kepada satpam yang saat itu sedang berdiri dipos.
yang namanya tertera dalam kartu nama tersebut. Sebut saja namanya Hana. Pada
waktu itu mbak hana sangat terkejut dengan kedatangan kami. Tiga orang mahasiswa
yang tiba-tiba ingin menjumpai beliau tanpa membuat janji pertemuan terlebih
dahulu. Tanpa banyak basa-basi, saat itu juga saya dan kawan-kawan menjelaskan
maksud dan tujuan kedatangan kami ke kantor IUWASH. Dengan pertimbangan yang
cukup berat, mbak hana belum bisa memastikan izin magang kepada kami pada hari
itu juga. Sebelumnya belum pernah ada anak mahasiswa yang melamar magang di
kantor kami. Baru kalian yang pertama kali kesini dan kita tidak bisa menerima anak
menjawab pernyataan mbak Hana dan memikirkan cara agar dapat diterima magang
sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada kami Apa yang bisa kalian lakukan kalau
saya menerima kalian? Ilmu antropologi yang kalian pelajari apakah cocok dengan
regional Sumatera Utara. Setelah itu satu persatu dari kami mencoba menjawab
pertanyaan yang diajukan tadi. Kami meyakinkan beliau bahwa selama masa
program yang sedang berjalan pada saat itu. Pada akhirnya ada sedikit harapan dari
mbak Hana saat ia menanggapi jawaban kami Jadi seperti itu ilmu antropologi. Saya
Coba besok kalian kirim CV beserta surat permohonan magang, selanjutnya akan
saya pertimbangkan dengan kantor pusat. Hati kami pun sedikit lega mendengar
jawaban beliau. Setidaknya ada sedikit harapan untuk dapat magang disana. Sepulang
pertimbangan apakah kami layak untuk diterima magang selama 2 bulan di kantor
magang dari mbak Hana. Akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi beliau.
Melalui percakapan via telefon ia menyuruh kami untuk datang ke kantor bersama
diberikan selama magang sesuai dengan ilmu yang dipelajari. Saat itu dosen
pembimbing diwakilkan oleh Bang Farid. Singkat cerita, kesimpulan dari pertemuan
waktu itu bahwa kami akan lebih banyak melakukan tugas dilapangan daripada
dikantor. Saya dan kawan-kawan lainnya juga ditempatkan di kota yang berbeda-
beda. Kebetulan waktu itu saya memilih kota Tebing Tinggi untuk membantu
koordinator kota yang bertanggung jawab atas berjalannya program IUWASH disana.
Kabar yang sangat menggembirakan bagi saya dan kawan-kawan sekelompok saat
di Tebing Tinggi, banyak pelajaran berharga yang sebelumnya saya tidak mengenali
suatu budaya kerja sebuah NGO. Mulai dari membuat rencana kerja hingga proses
eksekusi di lapangan. Tentunya ada beberapa tantangan yang saya hadapi selama
melakukan interview calon UKM Bisnis Sanitasi di 5 kelurahan tebing tinggi dalam
waktu 3 hari. Interview dengan calon UKM dan hasil analisa interview harus
diselesaikan dalam waktu singkat. Suatu tatangan bagi saya harus mendatangi calon
ukm terpilih dan bekerjasama dengan PNPM di 5 kelurahan berbeda. Pekerjaan saya
menemukan alamat dari masing-masing calon UKM tersebut. Selama 3 hari berturut-
turut saya berkejaran dengan waktu agar pekerjaan tersebut dapat selesai tepat waktu.
Terlebih lagi saya harus menyesuaikan jadwal interview dengan calon UKM,
mengingat kesediaan waktu mereka belum tentu pasti bersedia di waktu yang saya
tentukan. Dengan mencoba cara melobi dan akhirnya dihari pertama dan kedua saya
kelurahan berbeda dan saat hari ketiga saya dapat menyelesaikan hasil analisa
interview tersebut. Beruntung, hasil pekerjaan saya mendapatkan respon positif dari
mbak Hana. Selama berada di Tebing Tinggi, saya lebih banyak fokus mengenai
sanitasi perkotaan yang menangani permasalahan air. Pada saat itu program yang
sedang berjalan adalah penyediaan air bersih. Beberapa kelurahan di Tebing Tinggi
masih ada yang mengalami keterbatasan air bersih, sehingga IUWASH bekerjasama
Belawan menjadi lokasi penelitian pilihan saya untuk meneliti permasalahan sanitasi
oleh pihak IUWASH. Sesekali saya diminta mereka untuk membantu project di
yang saya lakukan setelah selesai magang selama 2 bulan yaitu menjadi co-fasilitator
Kelurahan Belawan Bahari dan Kelurahan Belawan Bahagia. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui opini masyarakat menilai visualisasi dan pesan/isi video sebelum
kegiatan ini saya bertugas untuk membangun suatu diskusi yang menarik dengan 10
responden yang hadir pada waktu itu agar saya dapat mengetahui persepsi mereka
tentang sanitasi. Kesimpulan yang saya dapatkan pada saat itu adalah mereka
memahami bahwa stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) merupakan bentuk
belum menganggap sarana sanitasi sebagai kebutuhan yang sangat penting, hanya
sebagai alat pelengkap untuk rumah panggung mereka. Menurut saya hal lain yang
memiliki agar wc yang dibangun tetap terawat sehingga dapat dipakai dalam jangka
waktu yang lama. Setelah selesai melaksanakan kegiatan tersebut, saya dan fasilitator
yang saya dampingi melakukan FGD sebut saja namanya Bang Roy berkeliling di
sekitar Kelurahan Belawan Bahari dan Belawan Bahagia. Saya meminta Bang Roy
tempat-tempat wisata yang ada di Belawan saja. Sangat berbau dan sungainya
dipenuhi kotoran sampah. Bahkan sesekali saya ingin muntah ditempat karena belum
terbiasa dengan baunya yang menyengat. Sempat saya juga melihat seorang anak
kecil tanpa rasa malu membuang air besar di selokan. Sepertinya di lingkungan ini
belum terbiasa membiasakan budaya hidup bersih dan sehat. Setelah berjalan
mengelilingi kelurahan yang dituju selama 1 jam lebih, saya tertarik untuk meneliti
dan live in bersama masyarakat disana dengan tantangan kondisi lingkungan dan
sosial yang sangat berbeda dengan lingkungan tempat tinggal saya dan Kota Tebing
Tiga minggu kemudian saya kembali dipanggil lagi oleh pihak IUWASH
lainnya yang saat itu bertugas menjadi enumerator dibagi menjadi dua kelompok.
Kebetulan saya bersam teman saya wisnu bertugas mengumpulkan data di Kelurahan
sarana sanitasi gratis pasca pembangunan. Kami mendata para penerima manfaat
lokasi penelitian saya dan wisnu menjumpai dengan Pak Junaidi untuk membantu
kami mencari alamat 100 responden terpilih untuk diwawancarai. Sambil berjalan
Mereka mengira bahwa kami akan membagi-bagikan bantuan sembako untuk warga
miskin. Setelah saya menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan saat itu, mereka
antusias untuk diwawancarai. Walaupun nama mereka tidak muncul secara acak pada
data responden yang diwawancarai tetapi saya tetap mendekati mereka. Sambil juga
saya membangun rapport dengan beberapa masyarakat agar bisa lebih akrab dan tidak
antara saya dengan penduduk setempat. Saya ingat sekali, pada waktu itu ada seorang
bapak yang mengatakan Buat apa ini dek proyek wc, gak ngerti kami. Wc aku pun
tidak tahu apa-apa tentang proyek ini. Hal semacam itu sering saya temukan di
lapangan ketika menjadi enumerator dan saya menjadi sangat penasaran apa yang
enumerator pun saya melihat langsung kondisi MCK yang dibangun apakah benar-
benar terpakai atau tidak pasca pembangunan. Bukan hanya itu saja, sesekali saat jam
Obrolan saya dengan mereka pada waktu itu lebih bersifat santai agar tidak
terlalu kaku menerima saya sebagai orang asing yang datang ke kampung mereka.
Sambil membeli jajanan di warung saya dan ibu-ibu bercerita tentang pengalaman
mereka selam tinggal di Kelurahan Bahagia. Ada dari mereka yang tsudah tinggal
mereka tinggal di kampung ini ada suka dukanya Sukanya kami disini udah kayak
saudara. Kalau di kota pasti jarang ada yang kayak kami gini ibu-ibunya siang hari
terasa disini dek. Ibu lainnya pun bergantian menyambut obrolan saya Kalau
dukanya yaa cuma susah dapat duit aja (sambil bercanda). Berharap bantuan dari
pemerintahan ajalah ini kami semua. Begitulah sekilas obrolan saya di warung
bersama ibu-ibu yang dengan senang hati menerima kehadiran saya. Mereka sangat
ramah dengan orang baru. Begitu juga dengan usaha saya membangun kedekatan
Bahagia sering kali saya menanyakan bagaiamana cara bertahan hidup masyarakat
disini yang jauh dari kota dan memiliki keterbatasan ekonomi. Ternyata Pak Junaidi
sudah tinggal di kampung ini hamapir 40 tahun. Saya dari sejak kecil sudah disini.
Dibesarkan dikampung ini. Alhamdulillah ibu saya masih hidup dan masih tinggal
disini. katanya. Lanjut saya bertanya Apa bapak tidak ingin tinggal di luar
Belawan? Di Medan gitu pak beliau menjawab Sudah nyaman disini. Kalau mau
tinggal di kota kan perlu duit banyak. Belum sangguplah saya beli tanah atau rumah
disana. Saat mencari rumah salah satu responden yang ingin saya jumpai, kami
melewati rumah pangung Pak Junaidi yang sangat kecil tepatnya di pinggir sungai.
perjalanan menuju rumah responden yang akan diwawancarai untuk mengisi data
kuisoner.
ambil setelah melakukan enumerator, ternyata dari hasil survey banyak dari mereka
membuat saya tertarik dan semakin penasaran untuk meneliti dan mencari
penyebabnya. Apakah proyek yang dibangun asal jadi, salah dari masyarakat yang
terlalu apatis dengan pembangunan, faktor budaya masyarakat di Belawan atau ada
hal penyebab lainnya. Pikiran saya masih menduga-duga saat itu. Hingga emosi saya
ikut merasakan bingung bercampur kasihan dengan mereka yang tinggal disana.
Bingung karena pikiran saya pada saat itu sepertinya sedang kepikiran mengapa
proyek yang sudah mengeluarkan dana cukup besar belum juga dapat memuaskan
masyarakat dengan bangunan wc yang sudah dibangun, padahal benda ini gratis
untuk mereka. Perasaan kasihan dengan mereka yang tinggal disana karena setiap kali
wawancara saya harus mengisi form pendapatan masyarakat yang sangat kecil,
bahkan kadang mereka juga harus menahan lapar. Rata-rata pekerjaan kepala rumah
tangga sebagai nelayan, kuli/tukang, pedagang kaki lima, tukang becak, dan
pekerjaan serabutan lainnya yang pendapatannya juga tidak menentu. Paling kecil
Rp.50.000,-/per hari. Belum lagi melihat tempat tinggal mereka yang seadanya
Mendekati minggu terakhir bulan Mei saya mulai melakukan penelitian untuk
bekerjasama saat enumerator) meminta kontak Pak Junaidi untuk janjian bertemu
dengan beliau pada hari sabtu. Sedari pertama bertemu dengan Pak Junaidi, saya
kontaknya, saya segera menghubungi Pak Junaidi untuk meminta izin diperbolehkan
bersedia meluangkan waktu untuk bertemu saya pada hari sabtu. Sabtu
siang saya tiba di rumah Pak Junaidi, namun beliau masih bekerja diluar sebagai
tukang becak kata istrinya. Selang 15 menit kemudian akhirnya ia sampai juga
dirumah. Wajahnya terlihat sangat lelah sepulang mencari sewa becak disaat siang
hari yang panas terik waktu itu. Kami pun sedikit berbincang sambil meminum teh
yang disajikan isrtrinya sambil duduk di teras rumah yang langsung berhadapan
dengan sungai yang keruh. Sambil mengobrol, sesekali pandangan saya melihat ikan
dan udang-udang kecil disungai yang ramai ditangkap anak-anak. Sebelum berangkat
ke Belawan, dari rumah saya sudah harus berjanji untuk tidak mengeluh dengan
kondisi lingkungan kumuh dan bau selama penelitian. Lingkungan tempat tinggal
saya selama penelitian jauh berbeda dengan dengan tempat tinggal di kota. Betah-
betahin lah disini. Jangan-jangan kamu pun juga gak betah nanti lama-lama tinggal
disini. Gak ada mall pulak kan begitulah candaan Pak Junaidi yang menyiyir saya
Kebetulan saat hari sabtu saya tiba di sana, pada hari itu juga kampung
waktu itu. Acaranya dimulai pada jam 15.00 WIB. Ikut hadir saja tidak apa-apa.
kata Pak Junaidi. Saya pun merasa sedikit heran dengan informasi kedatangan para
meneteri itu. Apa keperluan mereka datang ke Belawan, saya menerka apa mungkin
akan ada kerjasama untuk membangun kampung ini. Tepat pukul 3 sore rombongan
perkumpulannya berada di musholla tidak jauh dari rumah Pak Junaidi. Tidak ada
tempat pilihan lain lagi yang bisa digunakan untuk pertemuan dengan para pejabat
dari Bangladesh waktu itu. Saya pun bertemu dengan bang roy yang sudah lama saya
menanyakan kepadanya Apa urusan mereka mau kemari bang? lalu bang roy
menjawab Gak ada yang terlalu penting. Bukan kerjasama. Mereka cuma mau
masyarakat menyapa para pejabat-pejabat itu dengan bahasa inggris yang tidak
seperti artis. Sambil berjalan-jalan saya yang saat itu menemani mereka berkeliling
Jadi, kami ingin melihat bagaimana masyarakat miskin disini dapat bertahan hidup.
Kami ingin melihat mata pencaharian mereka dan potensi yang bisa dibangun.
Mungkin bisa menjadi contoh yang dapat diterapkan bagi masyarakat miskin di
negara kami begitulah kata pak menteri perekonomian dari Bangladesh kepada saya.
Sore itu cukup menyenangkan dan merupakan pengalaman baru bagi saya bisa
Bangladesh.
Malam harinya saya diajak Pak Junaidi kerumah Ibu beliau yang tak jauh dari
rumah tempat tinggal Pak Junaidi. Disana tinggal seorang ibu dan kakak
nyaman untuk saya menginap. Pak Junaidi meminta saya untuk tinggal di rumah
ibunya saja karena lebih luas dan ada kamar kosong. Sementara itu di rumah Pak
Junaidi padat dan sangat sempit, tidak ada lagi tempat kosong di kamar tidur. Belum
Kakak Pak Junaidi bernama Asnah. Bu Asnah sangat ramah dan menerima
saya dengan senang hati. Baru pertama kali bertemu, saya sudah dianggap seperti
saudara. Bahkan sepulang penelitian kami masih berhubungan melalui telfon. Kamu
panggil saja saya bude. Tidak apa-apa. Biar lebih akrab. Jangan pernah sungkan ya
tinggal disini. kata Bu Asnah. Hari demi hari selama saya tinggal disana mulai
pada saat pasang, saya dan Bu Asnah harus membersihkan halaman rumah yang
kotor. Terkadang saya harus menggulung celana seperti orang kebanjiran jika hendak
berpergian keluar rumah. Bude Asnah bekerja sebagai pelayan dirumah makan. Jika
hari libur, saya sering diajak bude berbelanja ke pasar dan membantunya masak.
lingkungan disana tak pernah sepi hingga larut malam. Sekitar jam 11 malam masih
ramai anak-anak yang berkumpul dengan teman-temannya. Entah apa yang mereka
bapak-bapak yang masih mengobrol di mushola, atau tetangga yang sekedar bersantai
malam diteras rumah. Pagi harinya saat saya berkeliling di kampung tersebut, saya
mulai banyak melihat aktivitas masyarakat yang sibuk dengan kegiatan paginya.
Terdengar mesin-mesin perahu nelayan yang siap menjaring ikan dan sekelompok
Dalam mencari data lapangan, saya selalu dibantu dan ditemani oleh bude
disana, jadi ia juga banyak mengenal penduduk disana. Sampai-sampai tukang becak
pun mengenali bude yang supel dengan siapapun. Setiap kali berjalan dengan bude,
saya dikenali oleh tetangganya sebagi keponakannya. Rasa senang dalam hati saya
baru. Saya pun merasa diterima dengan baik oleh orang-orang disana. Saya
perhatikan orang-orang Belawan memang cukup keras gaya bicaranya. Tetapi ketika
hal tersebut menunjukkan sikap sopan mereka dengan orang baru. Selama tinggal
disana saya berpenampilan sesederhana mungkin agar tidak terlalu mencolok. Lebih
sering menggunakan kaos dan celana tidur, memakai sandal dan tidak pernah
Belawan Bahagia. Saat pertama kali tiba dirumah Pak Junaidi, tanpa sengaja saya
melihat tikus masuk melintasi ruang tengah. Itu juga tidak hanya sekali saja. Ketika
pasang, saya merasa risih dengan kutu busuk yang mulai bermunculan dari selokan di
depan rumah bude Asnah. Tak kalah lagi dengan serbuan nyamuk yang selalu
Bagi saya jika seseorang akan tinggal di lingkungan yang baru, maka ia harus
siap beradaptasi dengan kondisi lingkungan, sosial, dan budaya itu. Perilaku saya
yang tidak pernah membiasakan diri untuk menghemat air. Berbeda dengan kampung
ini, di Kelurahan Belawan Bahagia masih sering kesulitan air. Biasanya saya bisa
mandi 3x sehari dengan menggunakan air dirumah sesukanya. Mencuci baju, minum,
atau aktivitas apapun yang menggunakan air bisa saya lakukan dengan mudah karena
atidak pernah mengalami macet air. Berbanding terbalik ketika saya tinggal di rumah
bude Asnah. Kamar mandinya cukup bersih tetapi sangat sempit dan kecil. Kamar
mandinya tidak tertutupi dengan atap dan banyak dipenuhi ember-ember kecil. Rata-
lebih mudah menampung air hujan ketika mereka kesulitan air. Jarang sekali saya
mendengar aliran kran air mengalir deras. Bak mandinya juga tidak selalu penuh
terisi air. Saya sadar diri harus menghemat air untuk keperluan Bude Asnah, Nek
Imah (ibu dari bude), dan juga saya. Mandi pun hanya sekali dalam sehari. Tetapi
kalau sedang ada persediaan air, cukup untuk 2 kali mandi. Begitu juga jika saya
ingin mencuci baju. Mengurangi pemakaian air cucian yang terlalu berlebihan dan
mencuci baju selama 2 hari sekali. Begitulah pengalaman saya selama melakukan
beradaptasi hingga dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pelajaran yang saya
ambil dari kegiatan ini bukan hanya sekedar mendapatkan data lalu pulang. Tetapi
Medan Belawan Kota Medan. Lokasi ini tepatnya di sebelah selatan Kelurahan
Belawan Bahari. Lokasi ini menjadi pilihan karena merupakan salah satu Kelurahan
adanya pengaruh perubahan perilaku hidup bersih dan sehat oleh masyarakat.