Epidemiologi Go
Epidemiologi Go
GONORE
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Dr. dr. Swandari Paramitha, M kes
1
1. Epidemiologi Gonore
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Penanganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini tidak
terbatas hanya pada suatu negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia terutama pada
negara berkembang atau sedang berkembang seperti Asia Selatan dan Tenggara, Sub
Sahara Afrika dan Amerika Latin. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta
kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Hal ini disebabkan banyak faktor
penunjang yang dapat mempermudah dalam hal penyebarannya menyangkut kemajuan
sarana transportasi, pengaruh geografi, pengaruh lingkungan, kurangnya fasilitas
pengobatan, kesalahan diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah penting ialah
penyalahgunaan obat (WHO, 2006).
2. Frekuensi Gonore
Gonore masih merupakan infeksi menular seksual yang paling sering ditemukan di
negara berkembang. Epidemiologi gonore berbeda pada tiap - tiap negara. Di Swedia,
insiden gonore dilaporkan sebanyak 4.871.100 orang pada tahun 1970, sedangkan pada
tahun 1994 penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang.
Di Amerika Serikat, insiden kasus gonore mulai mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Data
World Health Organisation (WHO) menunjukan insiden gonore antara 62 juta kasus baru
pada tahun 1999, sebagian besar berasal dari Asia Selatan, Asia Timur, Afrika, Amerika
Selatan dan Amerika Tengah. Hal ini diperkirakan antara lain karena peningkatan
prevalensi resistensi dari bakteri Neisseria gonorrhoe terhadap antibiotik. Di Indonesia
infeksi gonore menempati urutan tertinggi dari semua jenis IMS (WHO, 2006).
Gonore adalah penyakit kedua yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Infeksi
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, sebagaimana Chlamydia trachomatis,
merupakan penyebab utama pelvic inflammatory disease (PID) di Amerika Serikat. PID
dapat menyebabkan dampak yang serius pada wanita, seperti infertilitas tuba, kehamilan
2
ektopik, dan nyeri panggul kronis. Selain itu, epidemiologi dan studi biologis
memberikan bukti bahwa infeksi gonokokal memfasilitasi penularan infeksi HIV.
Bersama-sama, perilaku seksual dan prevalensi masyarakat dapat meningkatkan risiko
tertular gonore. determinan, seperti status sosial ekonomi, diskriminasi, dan akses ke
perawatan kesehatan yang berkualitas juga berkontribusi (Hogben, 2008).
3
Diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta kasus gonore di dunia setiap tahunnya.
Di Indonesia, dari data yang diambil dari beberapa jumlah daerah memberikan hasil
bervariasi. Data epidemiologi dari Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia
(KSIMSI) tahun 2012 menemukan insidens gonore di Manado tahun 2007-2011 sebesar
31%, menempati urutan ke-2 di Indonesia. Medan 26,3%, Padang 33,3%, Bandung
28,7%, Semarang 23,8%, Yogyakarta 27,3% dan Denpasar 16,3% (Winda, 2012).
Dari hasil kegiatan sero survei HIV/AIDS dan IMS Kabupaten Ciamis 2005-2008
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis menemukan kasus penyakit
Gonore 36,32 % dari 201 orang yang diperiksa pada tahun 2005, 68,23 % dari 384 orang
yang diperiksa pada tahun 2006, 100 % dari 208 orang yang diperiksa pada tahun 2007,
sedangkan pada tahun 2008 terdapat 92,81 % kasus penyakit Gonore dari 167 orang
yang diperiksa di Kabupaten Ciamis, dari data tersebut juga terlihat adanya peningkatan
kasus penyakit gonore setiap tahunnya (Winda, 2012).
3. Distribusi
Umur penderita sangat bervariasi, namun seperti yang disebutkan oleh Hakim L,
bahwa yang disebut sebagai kelompok perilaku risiko tinggi dalam PMS ialah perilaku
yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit dimana usia
juga memiliki hubungan terhadap aktifitas seksual. Jika dilihat dari segi usia, maka yang
tergolong kelompok risiko tinggi adalah usia 20 sampai 24 tahun (Hakim, 2001).
Pada tahun 2015 di Amerika Serikat kasus gonore menjadi yang tertinggi di
kalangan remaja dan dewasa muda). Pada 2015, tingkat tertinggi di antara perempuan
yang diamati adalah yang berusia 20-24 tahun (546,9 kasus per 100.000 perempuan) dan
15-19 tahun (442,2 kasus per 100.000 perempuan). Laki-laki, didapatkan tertinggi di
antara mereka yang berusia 20-24 tahun (539,1 kasus per 100.000 laki-laki) dan 25-29
tahun (448,8 kasus per 100.000 laki-laki). Secara keseluruhan pada 2015, orang berusia
15-44 tahun menyumbang 92,7% dari kasus yang dilaporkan (CDC, 2015).
4
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Abdullah di RSU Dr. Soetomo Surabaya
pada Periode 20022006 didapatkan bahwa usia terbanyak adalah dalam rentang 24
sampai 44 tahun yaitu 52,6% (Fitri & Dwi, 2008).
Jenis kelamin dalam hal ini baik penderita laki-laki maupun perempuan dapat
terinfeksi N. gonorrhea dan berbagai hasil dari penelitian menunjukkan hasil yang
bervariasi. Namun secara umum wanita tercatat lebih sedikit menderita gonore daripada
laki-laki. Hal ini disebabkan 80% perempuan tidak mengeluhkan adanya gejala, maka
dari itu tidak segera mencari pengobatan. Sementara pada laki-laki yang terinfeksi,
jarang yang tidak menunjukkan gejala. Hanya 310% dari penderita pria yang tidak
memberi gejala klinis (Malik et al, 2004).
Seperti yang diamati di Amerika Serikat kasus gonore pada laki-laki lebih tinggi
dari perempuan. Selama 2014-2015, kasus gonore pada laki-laki adalah 18,3% (119,0-
140,9 kasus per 100.000 laki-laki) dan pada wanita sebanyak 6,8% (100,4-107,2 kasus
per 100.000 perempuan) (CDC, 2015). Penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Soetomo
Surabaya pada Periode 20022006 didapatkan bahwa distribusi pria berbanding wanita
adalah 90,7% : 9,3% (Fitri & Dwi, 2008).
Faktor lingkungan yang lembab, dan seringnya anak memakai pakaian, handuk
dan seprei tempat tidur yang sama dengan orang tuanya yang menderita gonore patut
dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab. Infeksi gonokokus pada anak yang
tinggal di negara tropis memang lebih banyak disebabkan karena penularan nonseksual
(Fitri & Dwi, 2008).
5
Daftar Pustaka
Fitri Abdullah Jawas, Dwi Murtiastutik, 2008. Penderita Gonore di Divisi Penyakit
Menular Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 20022006. Dalam http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-BIKKK_vol%2020%20no%203_des%202008_Acc_4.pdf. Diakses tanggal
12 April 2017.
Hakim L., 2001. Epidemiologi Penyakit Menular Seksual. Dalam: Daili SF, Makes WIB,
Zubier F, Judanarso J, editor. Penyakit Menular Seksual. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. h. 114.
Malik SR, Amin S, Anwar AI., 2004. Gonore. Dalam: Amiruddin MD, editor. Penyakit
Menular Seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. p. 6585.