Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

KARSINOMA PENIS

Disusun oleh:
Muhammad Reza Wardana
1510029019

Pembimbing:
dr. Ahmad Tobroni, Sp.B

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda
2017

2
BAB 1
STATUS PASIEN

1.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 46 tahun
Alamat : Kedang Ipil
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terakhir : SD
Suku : Kutai
Agama : Islam
Masuk rumah sakit : 26 Januari 2017

1.2. Keluhan Utama


Timbul benjolan yang mudah berdarah pada kemaluan sejak 1 tahun yang lalu
1.3. Telaah
Pasien datang ke poliklinik urologi RSUD AWS karena mengeluhkan timbul
benjolan merah pada bagian bawah kepala kemaluan. Benjolan ini berwarna
merah dan mudah berdarah. Awalnya muncul sejak satu tahun yang lalu.
Benjolan inin dirasakan nyeri. Pasien juga mengeluh sering meriang dan merasa
selalu letih. Benjolan ini dirasakan terus membesar yang awalnya hanya sebesar
biji jagung dan terlihat seperti bisul sekarang membesar hampir sekepalan
tangan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat kanker, DM dan hipertensi
Riwayat pengobatan
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat sosioekonomi

3
Pasien merupakan seorang petani. istri pasien juga merupakan seorang petani.
Pasien dan istri menghidupi 3 orang anak mereka dengan bertani.
1.4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS 15
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92 kali/menit, reguler, adekuat
Pernapasan : 22 kali/menit, reguler
Suhu : 36,6o C

Kepala dan leher


Anemis (-), ikterik (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : Gerakan dada simetris
Palpasi : Fremitus suara simetris
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru, batas kanan jantung ICS III Parasternal
line dextra, batas Kiri = ICS V Midclavicula line sinistra

Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), S1S2 tunggal reguler,
murmur (-).

Abdomen
Inspeksi : Flat, distensi (-),
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas
Pembesaran KGB inguinal yang mobile, kanan dua buah dan kiri satu buah masing-
masing berukuran 1 cm yang dirasakan tidak nyeri dan tidak ada nyeri saat penekanan.
Akral teraba hangat, edema (-), CRT < 2 detik

4
Status Lokalis Penis
Inspeksi : nampak benjolan yang berdungkul-dungkul berwarna kemerahan, terdapat
sekret putih, terkesan rapuh dan mudah berdarah, sebesar kepalan tangan.
Massa mengelilingi glans penis.
Palpasi : Massa dengan konsistensi padat, permukaan berdungkul-dungkul, batas tegas,
immobile, nyeri tekan (+). Ukuran 8 cm x 6 cm

5
1.5 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Darah
21/12/201 Normal
6
Leukosit 15.900 4,00-10,00
10^3/uL
Hb 13,4 11,0-16,0 g/dL
Hct 40,4 37,0-54,0%
Plt 450.000 100-300 10^3/uL
PSA 2,90 0,27-2,19 ug/mL
HbsAg NR
Ab HIV NR
CT 8 1-15
BT 2 1-6
LED 2,5 <10
Ur 25,6 10-40 mg/dL
Cr 1,1 0,5-1,5 mgd/L
GDS 83 60-150 mg/dL
As. Urat 6,6 3,4-7,0 mg/dL

URINALISIS
21 -12-2016 Normal
Berat jenis 1.018 1.003
1.300
Leukosit (sed) 1-2 /lpb 0-1
Eritrosit (sed) 0-1 /lpb 0-1
Kristal Ca. Oksalat Negatif (-)
+2
Warna Kuning tua Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
pH 6,0 4,8 7,8
Protein - Negatif (-)
Glukosa - Negatif (-)
Bilirubin - Negatif (-)
Urobilinogen - Negatif (-)
Sel epitel + Sedikit

Pemeriksaan USG tanggal 28 Desember 2016

6
Liver : ukuran normal, ektoparenkim homogen, Vp/VH baik, nodul/kista (-)
GB : ukuran normal, sludge (-), tampak multiple batu diameter 0,8 cm.
Lien, pankreas : ukuran normal, ektoparenkim hhomogen, nodul/kista (-)
Kedua ginjal : ukuran normal, ektoparenkim homogen, batu (-), massa (-)
VU : terisi urin, batu (-).
Kesan : multiple kolilitiasis, tak tampak nodul di liver dan para aorta

Pemeriksaan PA tannggal 23 Januari 2017


Karsinoma sel skuamos berkeratin diferensiasi baik, mikroinvasif

1.6 Diagnosis
Squamous cell carsinoma penis T2N2Mx
1.7 Penatalaksanaan
Ketorolak 3 x 30 mg
Kalnex 3 x 500 mg
Pro Partial penektomi + biopsi KGB Inguinal

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker penis merupakan suatu pertumbuhan sel yang sangat ganas pada jaringan
dan atau wilayah diluar daripada penis. Kanker penis merupakan suatu penyakit

7
yang jarang yangmana pada umumnya merupakan kanker yang tumbuh agresif
serta memiliki kecenderungan untuk menyebar. Keganasan ini hampir tidak pernah
ditemukan pada orang yang melakukan sirkumsisi. Insiden tertinggi pada fimosis
termasuk mereka yang disunat secara tidak sempurna sehingga terjadi fimosis. Pada
orang yang tidak disunat tetapi dengan kebersihan preputium dan glans penis yang
baik, insiden karsinoma rendah3.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Penis


Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora
kavernosa yang salinng berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berda
disebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotic tunika
albuginea sehingga merupakan satu kesatuan sedankan disebelah proximal terpisah
menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krura penis dibungkus oleh otot ischio-
kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii4.
Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis dan
disebelah proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir
pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus oleh fascia
Buck dan lebih sperfisial lagi oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang merupakan
kelanjutan dari fascia Scarpa4.
Didalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan
erektil yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri
atas sinusoid atau ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos
kavernosus. Rongga lacuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak
sehingga menyebabkan ketegangan batang penis4.
Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun sperma
melalui proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis tidak
bias terlepas daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya testis,
scrotum dan saluran-saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi laki-laki
adalah menghasilkan spermatozoa matang dan menempatkan sperma dalam saluran
reproduksi perempuan melalui senggama. Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam
spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresikan hormone-hormon seks
yang mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual. Semua fungsi dari system
reproduksi laki-laki diatur melalui inetraksi hormonal yang kompleks2.

2.3 Prevalensi dan Etiologi

8
Tumor ganas yang terdapat pada penis terdiri atas: (1) Karsinoma sel basal, (2)
Melanoma, (3) tumor mesenkim, dan yang paling banyak dijumpai adalah (4)
Karsinoma skuamosa. Karsinoma skuamosa ini berasal dari kulit prepusium, glans
atau shaft(batang) penis3.
Karsinoma penis paling banyak terjadi pada laki-laki dari usia 60 hingga 80
tahun, namun juga dapat terjadi pada laki-laki usia 40 hingga 60 tahun. Insidens
berhubungan dengan standar kebersihan, perbedaan kebudayaan serta agama yang
diyakini. Karsinoma penis lebih sering terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi
daripada laki-laki yang disirkumsisi1.
Dari berbagai penelitian diketemukan adanya hubungan antara kejadian
karsinoma penis dengan hygiene penis yang kurang bersih. Hal ini diduga karena
iritasi smegma mengakibatkan inflamasi kronis sehingga merangsang timbulnya
keganasan penis3.
Sirkumsisi yang dilakukan pada masa anak atau bayi akan memperkecil kejadian
karsinoma penis dikemudian hari. Kejadian karsinoma ini meningkat pada pria atau
suku bangsa yang tidak menjalani sirkumsisi antara lain India, Cina dan Afrika1.

2.4 Patofisiologi
Karsinoma penis stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksofilik, lesi
datar atau lesi ulcerative. Karsinoma papiler tumbuh kearah luar, berbentuk
papiliformis atau kembang kol pada stadium dini sulit dibedakan dari kondiloma
akuminata, pada stadium lanjut timbul nekrose dan bau busuk. Karsinoma yang
infiltrative tumbuh cepat, mudah membentuk tukak dan menginfiltasi kedalam,
permukaan kotor dan berbau busuk. Tumor kemudian membesar dan merusak
jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi limfogen ke kelenjar limfe
inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe didaerah pelvis hingga
subklavia. Fasia buck berfungsi sebagai barrier (penghambat) dalam penyebaran
sel-sel kanker sehingga jika fasia ini telah terinfiltrasi oleh tumor, sel-sel kanker
menjadi lebih mudah mengadakan invasi hematogen1.

2.5 Klasifikasi
Stadium3:
1. Stadium pertumbuhan karsinoma penis menurut Jackson
Stage I : Tumor terbatas pada glans penis atau prepusium
Stage II : Tumor sudah mengenai batang penis
Stage III : Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan metastasis
pada kelenjar limfe inguinal yang masih dapat dioperasi

9
Stage IV : Metastasis jauh atau tumor meluas ke jaringan sekitar

2. Penentuan stadium berdasarkan TNM 20093,5:


T Primary tumour
TX Primary tumour cannot be assessed
T0 No evidence of primary tumour
Tis Carcinoma in situ
Ta Non-invasive verrucous carcinoma, not associated with destructive
invasion
T1 Tumour invades subepithelial connective tissue
T1a Tumour invades subepithelial connective tissue without lymphovascular
invasion and is not poorly differentiated or undifferentiated (T1G1-2)
T1b Tumour invades subepithelial connective tissue without with
lymphovascular invasion or is poorly differentiated or undifferentiated (T1G3-4)
T2 * Tumour invades corpus spongiosum/corpora cavernosa
T3 Tumour invades urethra
T4 Tumour invades other adjacent structures

N Regional lymph nodes


NX Regional lymph nodes cannot be assessed
N0 No palpable or visibly enlarged inguinal lymph node
N1 Palpable mobile unilateral inguinal lymph node
N2 Palpable mobile multiple or bilateral inguinal lymph nodes
N3 Fixed inguinal nodal mass or pelvic lymphadenopathy, unilateral or
bilateral

M Distant metastases
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis

Stage groupings3,5:

Stage 0 : Tis or Ta, N0, M0


Stage I : T1a, N0, M0:
Stage II : Any of the following:
T1b, N0, M0
T2, N0, M0
T3, N0, M0
Stage IIIa : T1 to T3, N1, M0
Stage IIIb : T1 to T3, N2, M0
Stage IV : Any of the following:
T4, any N, M0
Any T, N3, M0
Any T, any N, M1.

2.6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

10
Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan sering mengalami infeksi,
ulserasi serta perdarahan. Dalam hal ini pasien biasanya dating terlambat karena
malu, takut dan merasa berdosa karena menderita penyakit seperti itu. Kadang-
kadang didapatkan pembesaran kelenjar limfe inguinal yang nyeri karena infeksi
atau pembesaran kelenjar limfe subklavia1.
Diagnosis ditegakkan melalui3 :
1. Ananmesis
Keluhan utama yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah lesi pada penis.
Lesi tersebut sebagai sebuah area dengan indurasi atau kemerahan, ulserasi atau
nodul kecil. Gejala lain yang dikeluhkan pasien adalah nyeri, adanya discharge dan
perdarahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi terdapat pada penis. Lesi primer harus diperiksa ukuran, lokasi dan
kemungkinan terkenanya corpora. Lakukan pula palpasi pada daerah inguinal
secara hati-hati karena pada lebih dari 50% pasien terdapat pembesaran kelenjar
getah bening inguinal. Pembesaran ini mungkin hanya sekunder karena terjadinya
inflamasi pada penis atau bias pula berasal dari metastase.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium biasanya normal. Anemia dan leukositosis mungkin terjadi
pada pasien yang telah lama ataupun pada pasien-pasien dengan sekunder infeksi.
4. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan patologi dari biopsy pada lesi primer. Biopsy diperlukan untuk
menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan pengobatan.

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan karsinoma penis dibagi menjadi 2 tahap2,3:
1. Menghilangkan lesi primer
Tujuan: Menghilangkan lesi primer secara paripurna, mencegah kekambuhandan
jika mungkin mempertahankan penis agar pasien dapat miksi dengan berdiri atau
dapat melakukan senggama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a. Sirkumsisi.
Untuk tumor-tumor yang masih terbatas pada prepusium penis
b. Penektomi parsial
adalah mengangkat tumor beserta jaringan sehat sepanjang 2 cm dari batas
proksimal tumor. Ditujukan untuk tumor-tumor yang terbatas pada glans penis atau
terletak pada batang penis sebelah distalcm dari batas proksimal tumor.
c. Penektomi total dan uretrostomi perineal.

11
Ditujukan untuk tumor-tumor yang terletak disebelah proksimal batangh penis
atau jika pada tindakan penektomi parsial ternyata sisa peni tidak cukup untuk
dipakai miksi dengan berdiri dan melakukan penetrasi kedalam vagina.
Setelah itu dibuatkan uretrostomi perineal atau perinostomi sehingga pasien miksi
dengan duduk.
d. Terapi laser dengan nd-YAG.
Dilakukan beberapa klinik melakukan eksisi tumor dengan bantuan sinar laser
e. Terapi tropikal dengan kemoterapi.
Memakai krim 5 fluoro urasil 5% ditujukan untuk tumor-tumor karsinoma in
situ atau eritroplasia queyart
f. Radiasi.
Meskipun hasil tidak memuaskan , dapat dicoba dengan radiasi ekterna

2. Terapi kelenjar limfe regional (inguinal)


Jika terdapat pembesaran kelenjar inguinal maka beberapa ahli menganjurkan
pemberian antibiotika terlebih dahulu ( setelah operasi pada lesi primer) selama 4-6
minggu.
Jika dalam wakti itu pembesaran inguinal menghilang, sementara tidak
diperlukan diseksi kelenjar inguinal tetapi masih diperlukan observasi lagi akan
kemmungkinan munculnya pembesraan kelenjar akibat metastasis dikemudfian
hari.
Jika pembesaran masih menetap, dilakukan diseksi kelenjar limfe inguinal
bilateral. Pada keadaan kelenjar limfe yang sangat besar yang mengakibatkan
inoperable dapat dicoba pemberian sitostatika atau radiasi paliatif dengan harapan
ukurannya mengecil (down staging)

2.8 Prognosis
Prognosis pada penderita stadium I dan II masih cukup baik yaitu harapan hidup
5 tahun mencapai 65-90%, tetapi bila diikiuti dengan metastasis ke kelenjar limfe,
menurun sampai 30-50%. Bila sudah ada metastasis jauh maka harapan hidup 5
tahun adalah nihil5.

2.9 Pencegahan
Tindakan sirkumsisi dapat menurunkan risiko terkena kanker penis. Pria yang
tidak disirkumsisi pada usia muda penting untuk selalu membersihkan kulit bagian
dalam (preputium) sebagai bagian dari hyegine pribadi. Kebersihan diri yang baik
dan perilaku sexual yang aman misalnya pantangan berhubungan sexual,

12
membatasi jumlah pasangan dan menggunakan kondom untuk mencegah penyakit
menular seksual hingga dapat menurunkan resiko berkembangnya kanker penis2,5.

Refleksi

Pada pasien ini keluhan sebenarnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
namun baru kali ini pergi untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Pasien datang
pada saat penyakit sudah parah dan sangat mengganggu pasien. Pola fikir seperti ini
masih banyak ditemukan di masyarakat.Perlu edukasi untuk mengubah pola fikir
semacam ini. Hal yang penting diketahui bahwa waktu menentukan prognosis.

Era JKN seperti ini diharapkan masyarakat peduli dengan kesehatan. Sehingga
apabila timbul masalah medis masyarakat segera mencari penanganan medis tanpa
perlu memikirkan masalah biaya. Menunda-nunda mencari pertolongan hingga
kondisi memburuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi (PERABOI) 2003. Cetakan I :2004.

2. www.emedicine.com/plastic/topic521.htm#section~introduction

3. www.wisc.edu/wolberg/capenis.html

4. www.wisc.edu/wolberg/penis.html#anatomy

5. www.cancerbacup.org.uk/Cancertype/Penis/Typesofcapenis#5830

13
14

Anda mungkin juga menyukai