Anda di halaman 1dari 6

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan energi minyak dan gas bumi semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya populasi dan berbagai kegiatan atau aktivitas manusia yang
banyak membutuhkan energi khususnya minyak dan gas bumi. Hal tersebut yang
menyebabkan banyaknya peneliti di bidang eksplorasi minyak dan gas bumi terus
melakukan inovasi terhadap batuan reservoar, khususnya pada zona low
resistivity yang sering terlewatkan atau tidak dianggap mengandung hidrokarbon
karena terbaca rendah nilai resistivitasnya pada suatu logging resistivitas,
sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi pada saat analisis
persentase saturasi minyak pada suatu reservoar. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai batupasir low resistivity (shaly sands) untuk
eksplorasi hidrokarbon pada masa kini.
Batuan reservoir adalah batuan sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh
minyak dan gas bumi. Syarat utama sebuah batuan dapat menjadi reservoir adalah
adanya pori-pori dalam batuan tersebut yang dapat menjadi tempat untuk
menyimpan minyak bumi atau yang lebih dikenal dengan sifat porositas. Dalam
menentukan nilai porositas dan resistivitas suatu lapisan batuan perlu dilakukan
studi mengenai sifat petrofisika suatu batuan. Sifat petrofisika ini dapat di analisa
menggunakan data hasil proses logging. Logging sumur (well logging) merupakan
proses perekaman data hasil pengukuran batuan berdasarkan sifat fisiknya
(Batemen, 1985).
Ada 4 buah jenis log yaitu log radioaktif, log listrik, log suara dan log caliper.
Jenis log radioaktif adalah log gamma ray, log densitas dan log neutron. Untuk
jenis log listrik adalah log resistivitas dan log SP (spontaneous potential). Log
caliper adalah log untuk mengukur diameter lubang bor sedangkan yang termasuk
log suara adalah log sonik (Asquith dan Krygowski, 2004). Dari data log ini dapat
diketahui dan dianalisa nilai-nilai dari sifat petrofisika suatu batuan sehingga
didapat zona-zona mana saja yang terdapat akumulasi hidrokarbon. Evaluasi
formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan reservoar dengan
menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1997). Evaluasi formasi

1
membutuhkan berbagai macam pengukuran dan analisis yang saling melengkapi
satu sama lain. Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi
reservoar, memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan
hidrokarbon (Harsono, 1997).
Tujuan dilakukannya evaluasi formasi adalah untuk mengetahui jenis batuan yang
ada di dalam reservoar dan kemudian mengetahui jenis hidrokarbon (minyak, gas
ataupun kondensat), berapa banyak hidrokarbon yang dapat diproduksi,
bagaimana sifat-sifat, keadaan batuan dan fluida yang terkandung di dalamnya,
apakah jumlah kandungan hidrokarbon yang ada cukup ekonomis untuk
diproduksi. Untuk menjawab semua pertanyaan diatas maka dilakukan evaluasi
formasi yang meliputi cutting evaluation, coring, dan well logging. Cutting
evaluation dapat memberikan petunjuk tentang litologi dari formasi dan
mengetahui tanda-tanda hidrokarbon tetapi tidak mampu memperkirakan
banyaknya migas pada lapisan formasi.
Well logging adalah teknik pengukuran karakteristik fisik batuan yang ada
disekitar sumur bor yaitu dengan menggunakan sensor yang ditempatkan pada
lubang bor. Logging dapat memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi
secara kuantitas banyaknya hidrokarbon pada lapisan dengan situasi dan kondisi
yang sesungguhnya. Dari sudut pandang pengambilan keputusan, logging
merupakan bagian yang penting dari proses pemboran dan penyelesaian sumur
dengan biaya logging 5 % dari total biaya eksplorasi sebuah sumur
(Harsono,1997).
Karakteristik batuan yang diperlukan dalam pengolahan data dan analisis log
diantaranya adalah porositas dan resistivitas. Dalam mengetahui karakteristik
batuan tersebut maka salah satu jenis logging yang dapat digunakan adalah log
resistivity. Keberadaan hidrokarbon dalam ruang pori dapat diketahui dengan
mengukur resistivitas formasi. Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah
suatu kemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir
melalui batuan tersebut (Darling, 2005). Log resistivity digunakan untuk
mendeterminasi zona hidrokarbon dan zona air, mengindentifikasi zona permeabel
dengan mendeterminasi porositas resistivitas, karena batuan dan matrik tidak

2
konduktif maka kemampuan batuan untuk menghantarkan arus listrik tergantung
pada fluida dan pori batuan tersebut.
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari
dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk mengkalibrasi model
petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh melalui log. Setelah
pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan dijaga agar
tetap awet. Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya semula berada dan
relatif tidak mengalami gangguan sehingga banyak informasi yang bisa didapat.
Volume shale (Vsh) menunjukkan seberapa banyak kandungan shale/clay dalam
suatu batuan. Hal ini berpengaruh terhadap sifat batuan karena shale/clay menjadi
penghambat suatu batuan untuk mengalirkan fluida karena clay bersifat
impermeabel (tidak dapat mengalirkan fluida) (Harsono, 1997). Semakin banyak
shale/clay yang terdapat pada batuan tersebut maka akan mudah menghambat
fuida untuk berada pada batuan tersebut dan batuan tersebut menjadi kurang baik
menjadi sebuah reservoir. Porositas efektif (PHIE) adalah volume pori yang saling
berhubungan satu sama lain pada batuan. Porositas menunjukkan seberapa besar
volume dari batuan tersebut menampung hidrokarbon (Darling, 2005). Semakin
besar porositas pada batuan reservoir memungkinkan batuan tersebut menampung
lebih banyak fluida hidrokarbon.
Untuk memastikan konsistensi data well logging, maka perlu dilakukan evaluasi
secara langsung. Cara yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu formasi
secara langsung dapat dilakukan dengan coring atau core sampling. Pada
penelitian ini penulis mencoba untuk membuat sampel core batuan berpori buatan
sebagai media untuk mengetahui konsistensi data log resistivity. Dengan
mengetahui porositas dan resistivitas terukur dari sampel core buatan kita dapat
mengetahui konsistensi data dengan membandingkan hasil plot porositas dengan
faktor pembentukan batuan berpori yang diperoleh dari data well logging.

I.2 Masalah yang dikaji


1. Bagaimana mengukur porositas dan resistansi dari sampel core buatan?
2. Bagaimana menghitung resistivitas air dan resistivitas sampel core buatan?
3. Bagaimana mengetahui faktor formasi dan porositas menggunakan
persamaan Archie?

3
4. Bagaimana membandingkan resistivitas dari sampel core formasi bersih
dan formasi terkotori?
5. Bagaimana membandingkan hasil penelitian dengan hasil logging
resistivity?

I.3 Maksud dan Tujuan


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuat sampel core dari berbagai macam batuan sedimen
2. Mengukur porositas dan resistansi sampel core
3. Mengukur resistivitas air dan resistivitas sampel core
4. Menghitung porositas dengan persamaan Archie
5. Membandingkan porositas hasil penelitian dengan persamaan Archie
6. Membandingkan resistivitas formasi bersih dan formasi terkotori
7. Membandingkan hasil eksperimen dengan data logging resistivity

I.4 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan-batasan dalam masalah yang
dibahas. Penulis menitik beratkan permasalahan pada perbandingan resistivitas
sampel core untuk formasi bersih dengan resistivitas sampel core formasi
terkotori dan membandingkan hasil penelitian dengan perhitungan persamaan
Archie sebagai pedoman pengukuran logging resistivity.

I.5 Metodologi Penelitian


Penulisan hasil penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen
pembuatan sampel core, pengukuran dan perhitungan porositas, resistivitas, faktor
formasi untuk masing-masing formasi bersih dan terkotori hingga
membandingkannya dengan metode Archie sebagai pedoman pengukuran logging
resistivity.

Mulai

Studi literatur dan persiapan alat dan bahan

4
Pembuatan sampel core

Pengukuran , Ro, Rw, Pengukuran , Ro, Rw,


F formasi bersih F formasi terkotori

Perhitungan
(Archie)

Membandingkan hasil penelitian


dengan data literatur

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar I.1 Diagram alir penelitian

I.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan penelitian ini dirangkum dalam beberapa bab,
dimana setiap bab menjelaskan bagian-bagian dari penelitian ini, penelitian ini
terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Menjelaskan tentang karakteristik batuan reservoar, batuan
sedimen, karakteristik fluida reservoar, evaluasi formasi, logging
resistivity, metode Archie.
BAB III : Metodologi Penelitian

5
Menjelaskan tentang metode pengambilan data dan susunan
rangkaian percobaan.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Menjelaskan tentang terukur dan terhitung, menjelaskan perbedaan
resistivitas sampel core formasi bersih dan formasi terkotori,
menganalisa hasil plo Log dan Log F, membandingkan hasil
penelitian dengan literatur.
BAB V : Penutup
Menjelaskan tentang rangkuman dari keseluruhan bab yang
ditampilkan dalam penelitian ini, yang berisikan tentang
kesimpulan dari hasil yang dicapai berdasarkan metode yang
digunakan dalam penelitian.

Anda mungkin juga menyukai