Anda di halaman 1dari 15

Laporan 1 Praktikum Fisiologi

Mekanisme Sensorik
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Kelompok : A6

Anggota Kelompok :

Nama NIM Tanda


Tangan
Mitha Wulandari 102013432
Theresia Ervina 102016033
Niko Julian 102016052
Ermenilda Sonia Dacamis 102016125
Salma Mardiah 102016171
Ellon Julian Emus Akasian 102016194
Fatin Batrisyia Binti Saiful Azizan Azli 102016256

Tujuan Percobaan

a. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin


b. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
c. Memeriksa daya (kemampuan) menetukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil)
d. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)
e. Menentukan adanya perasaan iringan (after image) dan menerangkan mekanisme
terjadinya after image.
f. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
- Kekasaran permukaan
- Bentuk
- Bahan pakaian
Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh

Alat dan Bahan

1 3 waskom dengan air bersuhu 20, 30, dan 40


2 Gelas beker dan termokimia
3 Es
4 Alkohol dan eter
5 Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut frey + jarum
6 Pensil + jangka + berbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian
7 Mistar pengukur waktu reaksi

Cara Kerja

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

1 Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20, 30, dan
40.
2 Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke dalam air bersuhu
40 untuk 2 menit.
3 Catat kesan apa yang saudara alami.
4 Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30C. Catat
kesan apa yang saudara alami.
5 Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm.
6 Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti yang di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada
sub. 4 dan 5.
7 Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol dan eter. Kesan apa yang saudara
alami ?

II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan dan Nyeri di Kulit

1 Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada
pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2 Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan
pula daerah itu di lukiskan tangan pada kertas. Kotak 3 x 3 cm, di buat lagi menjadi 12 x
12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil.
3 Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4 Selidikah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan
panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan
yang telah di panasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50C. Tandai titk-
titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5 Ulangi penyelidikan yang serupa pada no. 4 dengan kerucut kuningan yang telah
didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai titik-titik dingin yang
diperoleh dengan tinta.
6 Selidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut frey dan titik-titik yang memberkikan kesan nyeri
dengan jarum.
7 Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan
di kertas.

III. Lokalisasi Taktil

1 Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung
jarinya.
2 Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3 Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang di tunjuk.
4 Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

IV. Diskriminasi Taktil

1 Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik ujung jari dengan menempatkan
kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2 Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan
berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat di bedakan sebagai 2 titik.
3 Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka ambang
terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4 Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara berturut-turut (suksesif).
5 Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik
ujung jari, tengkuk dan pipi.
6 Catat apa yang saudara alami.

V. Perasaan Iringan (After Image)

1 Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama
saudara melakukan percobaan VI.
2 Setelah saudara selesai dengan percobaan VI, angkatlah pensil dari telinga saudara dan
apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

A Kekasaran Permukaan Benda


1 Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang
mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2 Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
B Bentuk benda
1 Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang
saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin, dan lain-lain)
2 Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
C Bahan pakaian
1 Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang
saudara berikan.
2 Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis / sifat bahan yang dirabanya itu.
Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?

VII. Tafsiran Sikap

1 Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.


2 Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya, ke
dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3 Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4 Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya
dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5 Perhatikan apakah ada kesalahan.
6 Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa
nama kelainan jarak neurologis yang dideritanya?
7 VIII. Waktu Reaksi
1. Suruh pasien simulasi duduk dan meletakan lengan bawah dan tangan kanannya ditepi
meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap untuk menjepit.
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal diantara dan stinggi ibu jari dan telunjuk PS tanpa menyentuh
jari-jari PS.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan PS harus menangkapnya
selekas-lekasnya. Ulangi latihan ini sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).
Apa yang menentukan hasil reaksi seseorang?

Hasil Percobaan

Percobaan I

Nama PS : Theresia Ervina

Hasil percobaan :
Percobaan A

Pada saat tangan kanan PS dimasukkan ke dalam waskom berisi air bersuhu 20 derajat
celcius, pasien merasakan sensasi dingin pada tangan kanannya tersebut. Sedangan pada saat
tangan kiri dimasukkan ke dalam Waskom yang berisikan air dengan suhu 40 derajat celcius,
pasien merasakan sensasi panas pada tangannya. Setelah pasien memasukkan kedua tangannya
ke waskom air bersuhu 30 derajat celcius secara bersamaan, PS merasa sensasi panas pada
tangan kanannya yang tadinya berada didalam air bersuhu 20 derajat celcius dan sebaliknya
tangan kiri yang sebelumnya berada pada air bersuhu 40 derajat celcius merasakan sensasi
dingin.

Percobaan B

Pada saat kedua punggung tangan pasien dikeringan dan di tiup dari jarak kurang lebih 10
cm, pasien merasakan sensasi dingin pada kedua tangannya. Namun setelah punggung tangan
dibasahi dengan air dan ditiup, sensasi dingin yang dirasakan melebihi sensasi dingin disaat
kering.

Percobaan C

Pada saat punggung tangan dioleskan dengan alkohol, tangan terasa dingin dan sensasi
dinggin tetap bertahan untuk beberapa waktu.

Pembahasan :

Pada percobaan pertama sensasi panas pada tangan terjadi dikarenakan adanya reseptor ruffini
yang tersebar pada kulit dibagian sensorik sedangkan pada sensasi tangan terdapat badan
reseptor krauser yang merupakan reseptor dingin pada kulit. Sehingga dengan adanya
thermoreseptor yang berupa badan ruffini dan badan krauser pasien dapat merasakan sensasi
panas pada tangan kirinya dan sensasi dingin pada tangan kanannya. Pada saat tangan pasien
dimasukkan secara bersamaan kedalam waskom berisi air 30 derajat. Tangan kanan pasien
merasakan sensasi panas dikarenakan adanya perpindahan kalor yang berupa penerimaan kalor
dari air ke tangan. Sedangkan pada tangan kiri merasakan sensai dingin, hal ini terjadi karena
adanya perpindahan kalor yang tidak lain adalah perpindahan kalor dari tangan ke air
dikarenakan suhu air yang lebih rendah.

Pada percobaan kedua, punggung tangan pasien yang ditiup dalam keadaan kering terasa dingin.
Sensasi dingin ini juga dapat terjadi karena adanya thermoreseptor yang berupa badan krauser
pada kulit. Pada saat punggung tangan diolesi air, punggung tangan terasa lebih dingin daripada
saat kering. Hal ini dikarenakan terjadi proses evaporasi dimana laju udara mempercepat
terjadinya penguapan pada tangan yang dibasahi sehingga panas dikeluarkan.

Pada percobaan ketiga, punggung tangan yang diolesi alkohol terasa dingin. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya pengambilan kalori oleh alcohol dari kulit sehingga menimbulkan sensasi
dingin

Percobaan II

Nama PS : Ellon Julian

Hasil percobaan :
Pembahasan :

Pada percobaan dilakukan, dapat diketahui bahwa kulit memiliki reseptor yang peka terhadap
panas, dingin, nyeri, dan tekan. Dapat dikehahui juga bila reseptor-reseptor tersebut memiliki
letak spesifik tempat dimana dia berada sehingga akan ada beberapa bagian kulit yang dapat
merasakan sensasi tertentu dan ada yang tidak. Sensasi panas pada kulit dikarenakan adanya
badan ruffini yang merupakan thermoreseptor panas sedangkan sensasi dingin dikarenakan
adanya badan badan krauser yang merupakan thermoreseptor dingin. Sensasi tekan pada kulit
dikarenan adanya badan vater-paccini yang merupakan reseptor terhadap rasa tekan. Perasaan
nyeri pada kulit disebabkan oleh ujung-ujung saraf tidak bermielin atau nosiseptor. Selain
reseptor-reseptor tersebut, terdapat jugan badan meissner/merkel yang berguna untuk
merasakaan adanya rabaan atau rasa singgung pada kulit. Reseptor-reseptor ini terletak pada
bagian-bagian yang berbeda-beda sehingga tidak semua kotak pada percobaan tersebut dapat
merasakan semua sensasi yang ada.

Percobaan III

Nama PS : Niko Julian


Hasil percobaan :

Bagian yang Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5


di tekan
Jari-jari 0,5 cm 0,6 cm 0,4 cm 0,2 cm 0,2 cm
Telapak 0,3 cm 2 cm 0,6 cm 2 cm 0 cm
Lengan 2 cm 4,3 cm 0,6 cm 2,5 cm 3 cm
bawah
Lengan atas 4 cm 5 cm 3,5 cm 4 cm 1,5 cm
Tengkuk 1,8 cm 1,5 cm 1,7 cm 1,4 cm 1 cm

Pembahasan:

Reseptor sensoriknya bekerja pada percobaan ini adalah mekanoreseptor yang peka terhadap
sensasi tekanan. Pada lokalisasi taktil, terdapat 2 mekanoreseptor yang bekerja yaitu badan
meissner (diskus merkel) yang peka terhadap rabaan dan juga badan paccini yang peka terhadap
tekanan dengan sensitivitas khusus. Pada percobaaan ini dapat dilihat bahwa saraf ujung jari
memiliki jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Sehingga ujung
jari memiliki kemampuan menerima rangsang lebih tepat daripada bagian-bagian lainnya.
Walaupun luas permukaan ujung jari lebih kecil dari pada luas permukaan tengkuk, tetapi
reseptor tekan lebih banyak tersebar pada ujung jari dari pada reseptor tekan yang ada pada
tengkuk. Karena saraf memiliki tipe ujung saraf yang bebas, maka pada bagian yang memiliki
reseptor tekan yang banyak akan lebih cepat menghantarkan rangsangnya ke saraf-saraf lainnya,
yang membuat PS dapat memperkirakan di mana lokasi pemberian rangsang tekan dengan selisih
yang lebih kecil. Jaras utama dari trasmisi sinyal somatosensorik adalah system kolumna dorsalis
lemniskus medialis dan system lateral. Meskipun sebagian rangsangan nyeri dapat di ketahui
lokasinya lebih jelas tetapi presisi titik demi titik di system kolumna dorsalis lemniskus medial
dan sifat system anterolateral menyebabkan dibagian beberapa daerah tersebut kurang efektif
dalam melokasikannya.

Ketidakmampuan seseorang dalam mengenali lokasi taktil Topognosia yaitu kemampuan


seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil pada kulit atau bagian tubuh. Namun
perbedaan jarak antara tempat yang dirangsang dengan tempat yang ditunjuk tidak sama pada
setiap bagian tubuh yang dirangsang. Reseptor raba paling banyak ditemukan pada kulit jari
tengan serta bibir dan relatif jarang pada kulit badan.

Percobaan IV

Nama PS : Niko Julian

Hasil percobaan :

Simultan Suksesif

Ujung jari 1cm (2 titik) 1cm (2 titik)

0,9cm (2 titik) 0,9cm (2 titik)

0,8cm (2 titik) 0,8cm (2 titik)

0,7cm (2 titik) 0,7cm (2 titik)

0,6cm (2 titik) 0,6cm (2 titik)

0,5cm (2 titik) 0,5cm (2 titik)

0,4cm (2 titik) 0,4cm (1 titik)

0,3 cm (2 titik) 0,3 cm (2 titik)


0,2 cm (1 titik)
0,2 cm (1 titik)

Pipi 2 cm (2 titik) 2 cm (2 titik)

1,5 cm (2 titik) 1,5cm (2 titik)

1 cm (2 titik) 1cm (1 titik)

0,5 cm (1 titik) 0,5 cm (1 titik)


Tekuk 3 cm (2 titik) 3 cm (2 titik)

2,5 cm (2 titik) 2,5 cm (2 titik)

2 cm (1 titik) 2 cm (2 titik)

1,5 cm (1 titik) 1,5 cm (1 titik)

Pembahasan :

Percobaan ini mengunakan metode untuk menentukan kemampuan seseorang untuk membedakan dua
rangsangan kulit yang diberikan bersamaan sebagai dua titik terpisah yang disebut dengan diskriminasi
dua titik.1 Hal ini bergantung pada elemen-elemen pemroses sentral dijalur kolumna dorsalis-lemniskus
medialis yang merupakan medan resepstif suatu neuron. 2 Sehingga ketika diberikan rangsangan dua titik
dengan jarak yang dekat PS hanya mampu merasakan seperti diberikan rangsangan pada satu titik saja.
Tetapi ketika diberikan rangsangan berupa dua titik dengan jarak yang lebih jauh PS baru merasakan
adanya rangsangan dari dua titik. Dengan menggunakan metode suksesif dikarenakan faktor waktu yang
mempengaruhi penyebaran rangsangan sehingga perbedaan kedua titik akan lebih mudah diketahui
seperti pada hasil percobaan diatas dimana pemberian rangsang secara suksesif mempermudah PS
mengetahui diskriminasi titik.

Percobaan V

Nama PS: Ellon Julian

Hasil percobaan :
Pada saat pensil diletakkan di telinga, PS merasakan bahwa ada pensil di telinganya.
Namun ketika pensil tersebut diambil oleh pemeriksa, tanpa diketahui PS. PS masih merasakan
pensil tersebut msih ada lagi di telinganya.

Pembahasan :
Pada Saat PS meletakan pensil didaun telinganya selama beberapa menit, tanpa diketahui PS
pensil yang berada di daun telinga PS diambil secara tiba-tiba dan yang terjadi adalah PS tidak
merasakan pensil tersebut diambil. PS tetap merasakan seperti masih ada pensil di daun
telinganya. Hal ini terjadinya karena adanya salah satu sirkuit pada sistem saraf yaitu sikuit
reverberasi atau sirkuit bolak balik (oscilatory). Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan
balik positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali
masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang
untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki
percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron
sebelumnya. Jadi, pada intinya adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga
rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga
menimbulkan perasaan iringan (after image).

Percobaan VI
Nama PS : Mitha Wulandari

Hasil Percobaan :

A. Kekasaran permukaan Benda

Pada percobaan ini, PS diperintahkan untuk meraba beberapa amplas dan mengurutkan
mulai dari yang paling kasar sampai halus dengan mata tertutup. Pada percobaan ini PS
dapat membedakan dan mengurutkan derajat kekasaran dari 4 amplas yang disediakan.
Hal ini karena terdapat reseptor raba yang diperankan oleh badan meissner atau merkel
yang terletak pada beberapa bagian tubuh diantaranya ujung jari, pergelangan tangan dan
punggung atau abdomen.

B. Bentuk Benda
Pada percobaan ini, PS diperintahkan untuk menebak benda disekitarnya dengan mata
tertutup dan PS mampu menebak benda disekitarnya hal ini dikarenakan adanya rasa
proprioseptif yaitu sadar atau tahu posisi/sikap tubuh tanpa harus melihat yang terdiri
dari rasa kekuatan, rasa gerak dan rasa posisi/sikap. Dalam hal ini PS juga memiliki
memori mengenai benda yang ia akan tebak saat itu.
C. Bahan Pakaian
Pada percobaan ini, PS diberikan beberapa bahan pakaian dan PS diperintahkan untuk
membedakan pakaian yang lebih halus dan kasar namun dengan mata tertutup. PS
mampu membedakan bahan yang halus dan yang kasar tanpa control penglihatan karena
adanya badan meissner yang berperan dalam rasa rabaan/ singgung.

Kesimpulan :

Dalam hasil percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa PS dapat membedakan derajat
kekasaran amplas, menyebutkan bentuk benda-benda, dan dapat menyebutkan sifat benda yang
diraba. Hal ini terjadi karena adanya reseptor kinaesthesi, yang membuat kita dapat membeda-
bedakan benda tanpa melihat bentuknya. Reseptor tersebut juga bisa membuat sensasi raba,
tekanan dan getaran. Jadi PS tidak menderita kelainan neurologis seperti Topognosia dan
Astereognosis.

Percobaan VII

Nama PS : Theresia Ervina

Hasil Percobaan :
Pada percobaan ini, PS yang lengannya digerakan secara pasif dapat menebak bagian
tubuh apa yang sedang ditunjuk. Ketika PS diminta untuk menunjuk bagian tubuh yang telah
ditentukan pemeriksa, PS juga dapat menunjuk dengan benar apa yang diperintahkan tanpa
melakukan kesalahan.

Pembahasan :
Seluruh mekanisme gerak yang dialami tubuh selalu berhubungan dengan sistem saraf, sehingga
meskipun dalam keadaan mata tertutup PS dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh yang
dimaksudkan dengan benar karena proses pengiriman rangsangan dari sel saraf sensorik hingga
ke Sistem Saraf Pusat (SSP) hingga kembali ke saraf motorik berjalan dengan normal. Ketika
diberi rangsangan saraf sensorik akan menerima dan mengirimkan informasi dimana daerah
tubuh yang diberi rangsang ke SSP. Lalu dilanjutkan oleh sel saraf motorik yang berfungsi
membawa impuls menuju ke tubuh untuk menggerakkan anggota tubuh sehingga PS dapat
menunjukkan respon dengan lancar. Jadi, selama kerja saraf tidak terganggu, maka penghantaran
informasi atau impuls ke SSP dan dari SSP ke motorik akan berjalan dengan lancar.

Percobaan VIII

Nama PS : Fatin

Hasil Percobaan :

Pada percobaan ini PS di perintahkan menagkap mistar yang akan dilepaskan secara tiba-tiba
oleh pemeriksa.

Percobaan Jarak
I 0,27 cm
II 0,21 cm
III 0,21 cm
IV 0,21 cm
V 0,19 cm
Rata - Rata 0,218 cm

Pembahasan :

Pada percobaan ini, PS cenderung memiliki waktu reaksi yag stabil namun, ada naik ada yang
turun. Dalam hal ini PS mampu menangkap mistar secara cepat. Berbagai macam rangsang yang
diterima oleh tubuh kita akan membuat kita memberikan respon balik terhadap rangsang
tersebut. Hal ini terjadi melalu beberapa proses didalamnya yaitu reseptor sensoris berupa
reseptor penglihatan, reseptor pendengaran, reseptor taktil (permukaan tubuh) akan mengirimkan
sinyal ke sistim syaraf. Sehingga terjadi reaksi segera terhadap tubuh untuk beberapa waktu.
Daftar Pustaka

1. Campbell, Neil A. 2010. BIOLOGI EdisiKedelapanJilid 1. Jakarta: Erlangga.


2. Guyton AC, Hall J.E. Fisiologi kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC; 2007. hal. 364- 367,554-
556.
3. Ward Jeremy, Clarke R, Linden R. At a glance fisisologi. Jakarta: Erlangga; 2012. hal. 118-
110.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC;2014. h.112-115.

Anda mungkin juga menyukai