102016052 / B6
Email :Niko.2016fk052@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
DNA (Deoxyribonucleic Acid) merupakan molekul pembawa informasi genetika pada tiap
makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki DNA yang berbeda satu dengan yang
lainnya. DNA dapat digunakan untuk berbagai hal contohnya seperti identifikasi penyakit,
kasus criminal, dan juga silsilah keluarga. Pada satu silsilah keluarga seperti orang tua dan
anak, terdapat beberapa DNA yang sama dikarenakan adanya pewarisan karakter melalui
DNA. Pada awalnya golongan darahlah yang digunakan untuk mencari tahu silsilah keluarga
seseorang. Namun dengan seiring berkembangnya jaman dan ditemukannya teknik PCR yang
1
Abstract
DNA (Deoxyribonucleic Acid) is the molecular carrier of genetic information in every living
creature. Every living being has a different DNA from one another. DNA can be used for a
variety of things for example like disease identification, criminal cases, and also the
pedigree. In the pedigree like parents and children, there are a couple of the same DNA due
to the inheritance of characters through DNA. At first blood types used to find out a person's
pedigree. However, with the development and the discovery of the PCR technique using Taq-
polymerase enzymes and gel Electrophoresis process, proving the biological relationships
PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga setiap orang itu unik dan
sifat-sifat tersebut diwariskan dari orang tuanya. Seorang anak selalu mewariskan
karakteristik dari orang tuanya baik yang tampak maupun tidak. Karakteristik tersebut dibawa
oleh unit bernama gen pada orang tua yang diwariskan kepada anaknya. Pada tahun 1860,
Gregor Mendel menemukan teori hereditas mengenai pewarisan sifat melalui persilangan dari
antara kacang ercis untuk membuktikan bahwa gen dari anak merupakan hasil dari
Pewarisan secara fisik dapat dilihat dari bentuk dan ciri-ciri fisik lainnya, seperti rambut,
mata, bentuk wajah, dan lain-lain. Namun untuk mengidentifikasi pewarisan karakteristik
yang tidak nampak seperti gen, diperlukan teknik tertentu yang tidak lain adalah PCR
(Polymerase Chain Reaction).1 Teknik PCR sangatlah berguna dalam proses identifikasi
2
silsilah keluarga dari seseorang bahkan penyakit yang terikat pada gen. Dengan adanya teknik
PCR mengidentifikasi gen lebih menjadi lebih mudah dan lebih akurat dibanding dengan
Rumusan masalah pada skenario ini merupakan bagian dari skenario D dimana seorang ibu
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan mengenai pewarisan sifat dan teknik PCR yang digunakan untuk
PEMBAHASAN
Pewarisan karakter
Pewarisan karakter dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antara individu.
menggunakan kacang ercis dan sekarang dikenal dengan Hukum Mendel. 1,2,3 Hukum Mendel
yang pertama adalah hukum pemisahan (segregasi) yang menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel
akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Dalam hukum
Mendel yang pertama menjelaskan bahwa pada gen terdapat dua jenis alel yang diturunkan,
yaitu alel dominan dan resesif. Sedangkan hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua
individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.1,2,3 Dengan kata lain, alel dengan gen
sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Setiap individu yang akan mewarisi karakter
3
karakter dapat diketahui dengan lebih spesifik pada bidang biologi molekuler melalui
pengujian DNA (Deoxyribonucleic Acid). Teknik pengujian DNA selalu berkembang, mulai
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah molekul pembawa informasi genetik yang terdapat
dalam sel pada makhluk hidup. Tepatnya berada di dalam kromosom yang terletak didalam
inti sel. Berdasarkan penemuan Watson dan Crick, DNA terdiri atas dua untai yang berpilin
membentuk struktur heliks ganda.1,3 Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida
pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya dengan arah yang
berbeda yaitu 3-5 dan 5-3. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri
dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai
DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan
hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai sedangkan nukleotida-
nukleotidanya dihubungkan oleh phosphodiester. Satu nukleutida terdiri dari 3 gugus fungsi
yaitu satu gula ribose, triphosphate, dan satu basa nitrogen. Jenis kedua pasangan basa pada
DNA, yaitu guanin dan sitosin distabilkan oleh tiga ikatan hidrogen. Akibat pembentukan
pasangan DNA ini, rantai DNA bersifat komplementer (saling melengkapi). DNA yang
berfungsi sebagai pembawa informasi genetika juga dapat ditranskripsi menjadi RNA untuk
4
Golongan Darah
Menggunakan golongan darah merupakan salah satu cara termudah untuk mengetahui
pedigree seseorang.1,8 Golongan darah itu sendiri merupakan kategori darah berdasarkan
antigen dan antibodi yang terdapat didalamnya. Terdapat tiga jenis sistem dalam
penggolongan darah, yaitu sistem golongan darah ABO, MN, dan juga rhesus.2,9
Pada awalnya, Karl Landsteiner menemukan 3 jenis golongan darah yang tidak lain adalah A,
B, dan O dengan cara mencari ada tidaknya antigen A dan antigen B. Kemudian, Alfred Von
Decastello dan Adriano Sturli berhasil menemukan golongan darah AB yang memiliki
antigen A dan antigen B namun tidak memiliki antibodi. Pemeriksaan golongan darah
tergolong mudah karena hanya membutuhkan beberapa tes darah. Dengan menambahkan
serum anti-A atau anti-B pada sebuah sampel darah, dapat diperhatikan terjadinya
pergumpalan atau tidak.8-10 Contohnya, apabila sampel darah menggumpal saat dicampur
serum anti-B dan tidak menggumpal saat dicampur serum anti-A maka golongan darah
tersebut adalah golongan darah B karena terdapat antigen B didalamnya. Sedangkan pada
darah golongan darah AB, pemberian serum anti-A ataupun anti-B akan mengakibatkan
penggumpalan. Pemberian serum anti-A ataupun anti-B pada golongan darah O tidak akan
genotipe IAIA dan IAi, golongan darah B memilik genotipe I BIB dan IBi, golongan darah AB
memiliki genotipe IAIB, dan golongan darah O memiliki genotipe homozigot resesif ii.
5
Seperti pada table di bawah ini.
Golongan darah sistem MN dapat diketahui dari perbedaan antigen glikoprotein. Antigen
glikoprotein terdapat pada membran sel darah merah dan disebut glikoforin A.2 Antigen ini
dapat diketahui dengan adanya reaksi antara antigen-antibodi. Berdasarkan reaksi imunologis
antaran antigen glikoforin dengan antibodinya, maka telah di identifikasi ada dua macam
Sel darah merah mampu untuk menghasilkan antigen M dan N bergantung kepada ada
tidaknya gen kodominan yang terdiri atas dua alel, yaitu alel L M dan alel LN. Berdasarkan
kombinasi kedua alel tersebut, reaksi antar antigen dengan dua anti serum yang mengandung
anti bodi, yaitu anti-M dan anti-N, menghasilkan fenotip dan genotip golongan darah sistem
MN sebagai berikut.
6
Tabel 2: Karakteristik Golongan Darah Sistem MN.2
Sistem golongan darah rhesus ditentukan dari ada tidaknya antigen-Rh. Berdasarkan ada
tidaknya antigen-RH, golongan darah rhesus dibagi atas dua, yaitu Rh-positif dan Rh-
penggumpalan pada darah dengan Rh-positif dan sebaliknya pada Rh-negatif. 2,9 Sistem
golongan darah rhesus itu sendiri ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940.
Golongan darah Rh termasuk ke dalam garis keturunan oleh satu gen dengan dua alel yang
tidak lain adalah R dominan dan r resesif serta pembentukannya ditentukan oleh R dominan.
Golongan darah rhesus dapat menyebakan komplikasi seperti pada eritoblastosis fetalis
dimana adanya perbedaan rhesus pada ibu dengan Rh-negatif dan ayah denga Rh-positif.
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik amplifikasi atau pengandaan DNA
secara in vitro dengan menggunakan enzim.11-13 Teknik PCR lebih banyak digunakan karena
dapat menghasilkan DNA dalam jumlah banyak dalam waktu yang cukup singkat dan dapat
dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan.11-14 Enzim yang digunakan dalam proses PCR
berasal dari bakteri thermos aquaticus yang disebut enzim taq polimerase.11,13,15 Teknik PCR
7
memiliki tiga tahap penting dalam prosesnya. 11 Dimulai dari tahap denaturasi yang
merupakan tahap pemanasan molekul DNA hingga 94 oC agar untai ganda pada DNA terpisah
menjadi untai tunggal untuk digunakan sebagai cetakan bagi DNA baru. Diikuti oleh tahap
annealing atau penempelan yang merupakan tahap dimana enzim taq polimerase mulai
membentuk DNA baru pada DNA berukuran pendek (10-30 pasang basa) yang disebut primer
pada suhu dan jangka waktu tertentu (45oC- 60oC dengan waktu sekitar 1-2 menit). Tahap
terakhir dari proses PCR ini adalah proses ektension atau pemanjangan, yaitu tahap yang
terjadi pada saat primer telah menempel pada untai DNA target dan enzim DNA polimerase
mulai melakukan pemanjangan dan pembentukan DNA baru hasil penggabungan dari primer,
DNA cetakan dan juga nukleotida. Dengan menggunakan tiga tahap proses PCR tersebut
secara berulang-ulang, maka hasil proses amplikasi DNA cetakan dalam jumlah besar.11
Teknik PCR sangatlah membantu dalam memperbanyak DNA dalam bidang kesehatan
terutama dalam mendeteksi berbagai penyakit akibat mutasi dan juga penyakit yang terikat
pada gen.16-18
Elektroforesis Gel
Elektoforesis merupakan suattu upaya untuk memisahkan suatu molekul dalam larutan yang
memanfaatkan medan listrik.11,18,19 Molekul DNA memiliki muatan yang bersifat negatif
sehingga bila diberi medan listrik maka DNA akan bermigrasi kearah kutub yang lebih
positif. Elektroforesis dapat dilakukan melalui media gel agarosa dan poliakrimalid. 20 Teknik
elektoforesis dengan gel agarosa digunakan untuk pemisahan dan pemurnian DNA,
sedangkan gek poliakrimalid dapat digunakan untuk protein. Posisi DNA pada gel dapat
dilihat melalui pewarnaan gel dengan senyawa etidium bromide yang dapat dilihat dengan
penyinaran UV.
8
PENUTUP
Kesimpulan
(Deoxirobonucleic acid) antara anak dengan orang tua dikarenakan DNA orang tua dan anak
memiliki beberapa kesamaan. Pembuktian anak kandung dapat dimulai dari pemeriksaan
fisik dan golongan darah namun masih memiliki beberapa kekurangan. Untuk mendapatkan
hasil dengan lebih cepat dan akurat, dapat menggunakan pemeriksaan DNA. Pemeriksaan
DNA itu sendiri menggunakan beberapa teknik seperti teknik PCR (Polymerase chain
Daftar Pustaka
1. Kresnowidjojo S. Pengantar genetika medic. 1st ed. Jakarta. EGC ; 2015: h. 8-202
2. Aryulina D, Choirul M, Manaf S, Winarni EW. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas
XII. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2013. h.155-64.
3. Hartl DL. Essential genetics a genomics perspective. 6th ed. Burlington. Jones
& Bartlett Learning; 2014: h. 1-192
4. Johansen W. The genotype conception of heredity. International Jurnal of
Epidemiology. 2014; 43(3): 989-1000
5. Roini C. Organisasi konsep genetika pada buku biologi sma kelas XII. Jurnal
EduBio Tropika. 2013; 1(1): 1-60
6. Wijayanto DA, Hidayat R, Hasan M. Penerapan model persamaan diferensi
dalam penentuan probabilitas genotip keturunan dengan dua sifat beda. Jurnal
ILMU DASAR. 2013; 14(2): 79-84
7. Machwiyah Y, Handayani NTN. Analisis pedigree dan fenotip pasangan
kembar: studi kasus pada keluarga kembar di Kecamatan Laweyan, Surakarta.
Jurnal Biogenesis. 2013; 1(1): 18-27
9
8. Suryadi T. Teknik analisis dna dalam mengidentifikasi genotip golongan darah
pada jenazah kasus forensik. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2015; 15(3):
157-161
9. Azhar FN, Madona P, Tianur. Alat pembaca golongan darah dan rhesus. Jurnal
Teknik Elektro dan Komputer. 2014; 2(2): 145-152
10. Michael JG, Barrie M, Margaetts, John MK, Leonare arab. Biologi sel,
penerjemah; Andry H, editor. Jakarta: EGC, 2012.h.285. Terjemahan dari:
Public biology cell
11. Joshi M, Deshpande JD. Polymerase chain reaction: methods, principles and
RNAs, and proteins in the same single cell. Clinical Chemistry. 2012; 58(12): 1682-
91
13. Rambe E, Restuhadi F, Nugroho TT. Amplifikasi DNA dan sekuensing daerah ITS-1
ekstraksi dna tanaman bitti (vitex cofassus reinw) serta analisis keragaman genetik
dengan teknik RAPD-PCR. Jurnal Sains & Teknologi. 2012; 12(3): 265-276
15. Nayak KK, Tiwari A. Expression of taq polymerase I gene in escherichia coli BL21.
(PCR) terhadap variasi gejala penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
pada beberapa jenis daun tanaman jeruk. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2013;
2(2): 82-91
17. Pranawaty RN, Buwono ID, Liviawaty E. Aplikasi Polymerase Chain Reaction (PCR)
konvensional dan real time untuk deteksi white spot syndrome virus pada kepiting.
21(1): 11-7
10
19. Fitriya RT, Ibrahim M, Lisdiana L. Keefektifan metode isolasi DNA kit dan
euchema cottoni untuk pemisahaan fragmen DNA. Online Journal of Natural Science.
11