Anda di halaman 1dari 6

Pengelompokkan sistem yang digunakan dalam tes paternitas di bagi menjadi empat

yaitu :1
1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell (K), Duffy
(Fy), Kidd (Jk), Lutheran.
2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah merah
terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM), esterase D (EsD),
erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO), adenosine deaminase (ADA),
adenylate kinase (AK), group specific component (GC), Gm dan KM.
3. Human Leukocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada leukocyte.
4. DNA profiling.
Pada prinsipnya dalam penyelesaian kasus ragu ayah, semakin banyak sistem yang
diperiksa, maka peluang untuk memastikan bukan ayah akan semakin besar. Dengan
pemeriksaan semua serologi forensik yaitu pemeriksaan sel darah merah, biokimia dan HLA
maka peluang eksklusi yang memastikan bukan ayah sebesar 99,7 % dengan pemeriksaan
HLA yang memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94 %. Pemeriksaan dengan
serologi forensik kurang kuat jika dibandingakan dengan pemeriksaan DNA yang memiliki
peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9 %. Berikut ini tabel peluang eksklusi
bukan ayah dari masing-masing sistem pemeriksaan serologis pada tes paternitas.1
Tabel
Peluang
Bukan

paternitas
sering
untuk

1.
Sistem
Antigen sel darah merah
MNS
Rhesus
Kidd
Duffy
ABO
Kell
Lutheran
Protein Serum
GC
Hp
Glm
Km
Enzim sel darah merah
PGM
EAP
GPT
Glyoxalase
Esterase
AK
ADA
Human Leukocyte Antigen (HLA)
Total kombinasi semua sistem

Peluang (%)
32.1
28.0
19.0
18.0
17.6
3.3
3.3
24,7
17,5
6.5
6.0
25.3
21.0
19.0
18.4
9.0
4.5
4.5
94.0
99.7

Eksklusi
Ayah1

Tes
yang
digunakan
untuk

menyelesaikan kasus ragu ayah yaitu metode konvensional dengan analisis fenotip berupa tes
golongan darah sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) serta
tes paternitas yang menggunakan metode forensik molekular yaitu tes DNA. Analisis fenotip
hanya dapat memberikan jawaban pasti jika si X bukan ayah si anak, sedangkan tes DNA
didasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri
setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai
ayah biologis si anak.1
1.

Sistem ABO
Sistem penggolongan darah yang paling terkenal dan secara medis penting dan
pertama kali dimanfaatkan untuk tes paternitas adalah sistem ABO. Sistem golongan
darah ABO ditemukan pada tahun 1900 dan 1901 di Universitas Vienna oleh Karl
Landstainer.2 Dalam sistem ABO golongan darah dikelompokkan menjadi empat yaitu
golongan darah A, B, AB dan O. Golongan darah didasarkan pada jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :3
1.

Golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan


membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya.

2.

Golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya


dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A pada serum darahnya.

3.

Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun antigen B.

4.

Golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen tetapi memproduksi


antibodi terhadap antigen A dan B.
Pemeriksaan golongan darah ABO sangat mudah dilakukan dan tidak mahal serta

hanya membutuhkan sedikit sampel darah. Serum yang mengandung antibodi anti A
dicampur dengan sampel darah, serum lainnya yang mengandung antibodi anti B
dicampur dengan sisa sampel darah. Jika sampel darah mengalami aglutinasi dengan
penambahan antibodi anti A, tetapi tidak mengalami aglutinasi dengan antibodi anti B
berarti terdapat antigen A tetapi tidak terdapat antigen B sehingga golongan darahnya
adalah A.4 Keterangan lengkap adanya antigen dan antibodi pada sistem ABO terdapat
pada tabel berikut.5
Tabel 2. Antigen dan Antibodi Pada Sistem ABO5
Group

Antigen pada Sel Darah Merah

Antibodi (Aglutinin) Serum

O
A
B
AB

A
B
AB

Anti A dan anti B


Anti B
Anti A
-

Golongan darah ABO diturunkan melalui gen pada kromosom 9 dan tidak berubah
oleh pengaruh lingkungan selama kehidupan berlangsung. Golongan darah ABO
seseorang ditentukan dengan mewarisi 1 dari 3 alel (A, B atau O) dari tiap orang tua.
Alel A dan B bersifat lebih dominan dari pada alel O. Hal ini menyebabkan seseorang
yang memiliki genotip AO akan memiliki fenotip A, dan seseorang yang memiliki
genotip BO akan memiliki fenotip B sedangkan orang yang memiliki genotip OO akan
memiliki fenotip O. Alel A dan B sama-sama dominan sehingga jika alel A diperoleh dari
satu orang tua dan alel B dari orang tua yang lain maka fenotip yang muncul adalah AB. 2
Dari hal tersebut diketahui bahwa golongan darah A memiliki dua fenotip yaitu AA dan
AO, golongan darah B juga memiliki 2 genotip yaitu BB dan BO. Sedangkan golongan
darah O dan AB hanya memiliki satu genotip. 2,5 Kemungkinan golongan darah anak yang
diwariskan oleh persilangan masing-masing golongan darah orang tua dijelaskan pada
tabel berikut.
Tabel 3. Pewarisan Golongan Darah Kepada Anak4

2.

Ibu/Ayah

AB

O
A
B
AB

O
O, A
O, B
A, B

O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB

O, B
O, A, B, AB
O, B
A, B, AB

A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB

Sistem Rhesus
Jenis golongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
rhesus atau faktor Rh. Golongan darah ini ditemukan oleh Landstainer saat melakukan
imunisasi terhadap kelinci menggunakan darah monyet dan menemukan antisera yang
tidak hanya mengaglutinasi sel darah merah monyet tetapi juga mengaglutinasi sel darah
merah dari 85% populasi manusia.5 Seseorang yang memiliki sel darah merah yang
mengalami aglutinasi disebut rhesus positif dan orang yang memiliki sel darah merah
yang tidak mengalami aglutinasi disebut rhesus negatif. Antibodi yang bertanggung
jawab terhadap reaksi tersebut disebut anti Rh. Golongan darah ini memiliki genetik
paling komplek dibandingkan sistem yang lain karena sistem ini melibatkan 45 antigen

yang berbeda pada permukaan sel darah merah yang dikontrol oleh gen pada kromosom
satu.6
Tiap orang memiliki sepasang gen darah faktor Rhesus yang dapat dites di
laboratorium untuk mengetahui adanya antigen Rhesus. Jika tes tidak menemukan
antigen, orang tersebut dikatakan memiliki tipe darah Rh negatif (Rh-), dan jika hal yang
sebaliknya terjadi maka dikatakan orang tersebut memiliki tipe darah Rh positif (Rh +).
Tabel berikut memperlihatkan hubungan gen, genotip dan faktor Rhesus.
Tabel 4. Gen Rh, Genotip dan Faktor Rhesus
Gen
RhRh +

Gen
RhRh-

Genotip
Rh-/RhRh+/Rh-

Faktor Rhesus
RhRh+

Rh+

Rh+

Rh+/Rh+

Rh+

Sistem Rhesus terdiri dari sejumlah besar antigen yang berbeda-beda, tetapi untuk
keperluan praktis salah satu diantaranya yaitu Rhesus D yang dianggap paling penting
karena Rhesus D paling kuat dalam merangsang pembentukan antibodi. Untuk
menetapkan penggolongan darah digunakan serum anti D dan untuk mengklasifikasikan
individu-individu sebagai Rhesus positif atau Rhesus negatif digunakan tanda D + atau
D -. D bersifat dominant terhadap d karena anti d tidak pernah muncul. Rhesus positif
dan rhesus negatif ditentukan oleh gen D dan gen d. Golongan Rhesus positif
mempunyai dua macam genotip yaitu DD dan Dd, sedangkan golongan negatif hanya
mempunyai satu macam genotip yaitu dd. Berikut ini kemungkinan genotif golongan
darah anak dengan sistem Rhesus.7

3.

Orang tua

: DD x DD

DD x Dd

Dd x Dd

Anak

DD atau Dd

DD atau dd

Orang tua

: DD x dd

Dd x dd

dd

Anak

DD atau dd

DD
Dd

dd

dd

Sistem MNS
Sistem MNS terbagi menjadi dua yaitu MN dan Ss. Untuk sistem MN dikenal 3
macam fenotip yaitu M, N dan MN. Masing-masing fenotip hanya memiliki satu macam
genotip yaitu MM, NN, MN. Pada sistem Ss terdapat dua macam fenotip yaitu S dan s.
Fenotip S mempunyai dua genotip yaitu SS dan Ss, sedangkan fenotip s hanya memiliki
satu genotip ss.4

Pada sistem ini antigen M dan N memiliki dominasi yang sama besar, sedangkan
gen S lebih dominan daripada gen s oleh karena itu gen S disebut gen yang dominan
sedangkan gen s disebut gen yang resesif. Sama seperti pada sistem ABO antigen M dan
N tidak akan timbul pada anak jika orang tuanya tidak memiliki antigen tersebut. Antigen
S dan s ditemukan ada pada darah manusia berhubungan dengan antigen M dan N, tetapi
kepentingan praktisnya sangat kecil. Tabel dibawah ini menunjukkan sistem pewarisan
antigen M dan N.
Tabel 5. Fenotif Anak dari Orang Tua pada Sistem MNS
Fenotif Orang Tua

4.

Fenotif Anak
Tidak Mungkin
N, MN

MxM

Mungkin
M

M x MN

M, MN

MxN

MN

M. N

MN x MN

M, N, MN

MN x N

N, MN

NxN
N
M, MN
Tes Human Leukocyte Antigen (HLA)
Human Leukocyte Antigen (HLA) adalah nama untuk major histocompatibility
complex pada manusia. Gen HLA terdapat pada kromosom 6 dan berfungsi untuk
mengkode antigen presenting cell dan protein atau peptida yang terdapat di dalam sel.
Terdapat 6 lokus pada kromosom 6 dimana gen yang memproduksi HLA diwariskan,
yaitu: HLA-A, HLA-B, HLA-C, HLA-DR, HLA-DQ, HLA-DP. Produk gen HLA dapat
dibagi menjadi dua klas. Klas I terdiri dari produk dari gen yang terletak pada lokus
HLA-A, HLA-B, HLA-C. HLA ini dijumpai pada semua sel berinti. Klas II terdiri dari
antigen yang diwariskan dari gen yang terletak pada lokus , HLA-DR, HLA-DQ dan
HLA-DP. Klas II hanya diekspresikan pada jenis-jenis sel tertentu, meliputi sel-sel yang
menyerupai makrofag yang disebut

antigen presenting cell yaitu pada limfosit-B,

makrofag, monosit, sel dendritik, sel endotel, sel limfosit-T yang teraktifasi.4
Tes Human Leukocyte Antigen adalah tes untuk mendeteksi adanya antigen pada sel
darah putih. Tes HLA biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan jaringan pada
transplantasi organ, namun dapat pula digunakan untuk tes paternitas. Secara
fundamental pewarisan gen HLA sama sederhananya dengan pewarisan golongan darah,
namun terdapat gambaran tambahan berupa rangkaian genetik. Pada kasus disputed
paternity tes HLA digunakan sebagai metode eksklusi. HLA dari anak, ibu dan pria yang
diduga sebagai ayah biologis akan dibandingkan, apabila terdapat ketidakcocokan antara

pasangan antigen pria tersebut dengan anak maka pria tersebut dapat dikeluarkan dari
kemungkinan sebagai ayah biologis seorang anak.4
1. Cordner, Stephen D., Plueckhahn Vernon D. Ethics, Legal Medicine and Forensic
Pathology. Melbourne University Press. Australia, 1991.
2. Anonim.
ABO
Blood
Types.

Available

at

http://anthro.Palomar.edu/blood/ABOsystem.htm: 21 Mei 2008


3. Anonim. Golongan Darah. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/GolonganDarah : 21
Mei 2008.
4. Anonim.

Human

Leukocyte

Antigen

Test.

Available

at:

http://www.answer.Com/topic/himan-leukocyte-antigentest : 24 Mei 2008.


5. Roberts, JA Fraser., Pembrey, Marcus E. Pengantar Genetika Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.
6. Anonim. Rh Types. Available at: http://antro. Palomar. edu/blood/Rhsystem.htm : 21 Mei
2008.
7. Knighat, Bernard. Simpsons Forensic Medicine. Arnold a member of Hodder Headline
Group. New York, 1997.
8. Wiknjosaatro H. Ilmu Kandungan Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai