Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah
satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti
manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan
suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-
beda, itu disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di
manapun memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan
disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia
itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut
Seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia
diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing
masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan dengan
manusia yang lain.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan ?
b. Bagaimana pengaruh budaya terhadap lingkungan?
c. Bagaimana problematika kebudayaan!
d. bagaimana proses dan perkembangan kebudayaan!

1.3 Tujuan
Kebudayaan dalam kehidupan manusia memegang peranan penting dengan
kebudayaan manusia merasakan adanya ketenangan batin yang tak bisa di dapatkan dari
manapun. Dengan mempelajari hubungan manusia dan kebudayaan dapat di ketahui bahwa
manusia membutuhkan kebudayaan untuk bersosialisasi dengan mahluk yang lain.
Bersosialisasi dan adaptasi sangatlah penting bagi manusia. Kebudayaan dapat juga menjadi
media penting dalam kehidupan manusia seperti pendidikan, alat pemersatu, identitas,
hiburan dan masih banyak lagi peranan penting yang dimiliki kebudayaan. Dalam dunia

1
pendidikan kebudayaan adalah penunjang yang bertujuan memperkenalkan macam-macam
kebudayaan, tujuan dan fungsi kebudayaan dalam masyarakat, dengan cara semacam ini
diharapkan para generasi penerus dapat mempelajari dan mengetahui makna kebudayaan.
Dengan membahas materi tentang kebudayaan di harapkan dapat nenambahkan wawasan
pengetahuan dan kepedulian terhadap kebudayaan.

2
BAB 2

ISI

2.1. PENGERTIAN

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, Karsa, dan
rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak
kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata
culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal
dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan
tanah (bertani).

Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau
kebudayaan dari beberapa ahli:

1) E. B. Tylor, budaya adalah stu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,


kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum, adat istiadat. Dan kemampuan yang lain
serta kebiasaan yang lain oleh yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat.

2) R. Linton, kebudayaan dapat di pandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang di pelajari
dan hasil tingkahlaku yang di pelajari, di mana unsure pembentuknya di dukung dan di
teruskan oleh anggota masyarakat lainnya.

3) Koentjaraningrat, mengertikan bahwa kebudayauan adalah keseluruhan system gagasan,


milik diri manusia dengan belajar.

4) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

5) Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang di ciptakan oleh
manusia.

Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek


kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagai besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat di pengaruhi oleh pandangan
evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang
dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.

3
2.2. KAITAN MANUSIA DAN BUDAYA

Manusia sebagai perilaku kebudayaan yani dapat dipandang setara yang dinyatakan
sebagai dialektis, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap:

1. Eksternalisasi, proses manusia mengekspresikan dirinya dalam membangun dunianya.

2. Obyektivitas, proses msyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu kenyataan yang terpisah
dari manusia dan berhadapan dengan manusia.

3. Internalisasi, proses masyarakat disergap kembali oleh manusia, yakni manusia yang
mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dapat idup dengan baik.

Manusia dan kebudayaan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangant erat
kaitannya, karena hampir seluruh kegiatan manusia yang di kerjakaannya setiap saatnya
merupakan sebuah kebudayaan. Berikut ini adalah 4 kedudukan manusia terhadap
kebudayaan:

1) penganut kebudayaan,

2) pembawa kebudayaan,

3) manipulator kebudayaan, dan

4) pencipta kebudayaan.

Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?.
Dalam sosiologi, manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya
bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur
hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia,
setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang
dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat
dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari

4
kemauan manusia yang membuatnya. Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan
kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat
dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini
tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia,
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan
menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi
membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan
dapat dilakukan dengan lebih cermat.

2.3. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN

Beberapa ilmuwian seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber (Antropolog)


menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu system. Di
mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suata rangkaian tindakan atau aktivitas manusia
yang berpola. Demikian pula J.J Honigmann dalam bukunya the world of man (1959)
membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact. Sejalan dengan
pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi
atau di golongkan dalam tiga wujud, yaitu:

1) Wujud sebagai satu kompleks dari ide- ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, dan
peraturan.

5
Wujud tersebut menunjukkan ide dari kebudayaan, sifatrnya abstrak, tak dapat dirada,
dipegang, ataupun di foto, dan tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan,
hal ini mewujudkan bahwa budaya ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal ini mewujudkan
bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan membiri arah pada
tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.
Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan
dalam arsip, tape, dan computer.

Kesimpalannya, budaya ideal ini adalah merupakan perwujudan dan kebudayaan yang
bersifat absrak.

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.

Wujud tersebut dinamakan system social, karena menyangkut tiandakan dan kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan di dokumentasi
karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak
dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup
sehari-hari di masyarakat.

Kesimpulan, sistem yang bersifat konkert, dalam bentuk perilaku dan bahasa.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud budaya ini hamper
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba,
dilihat, dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil.

Contohnya: Candi Borobudur (besar), kain batik, dan kancing baju (kecil), teknik bangunan
misalnya, cara pembuatan tembok dan pondasi rumah yang berbeda bergantung pada kondisi.

Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat


konkret, dalam bentuk materi/ artefak.

6
2.4. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

2.4.1. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal beresaha memahami:

a. Alam sekitar;

b. Alam flora di daerah tempat tinggal;

c. Alam fauna di daerah tempat tinggal;

d. Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e. Tubuh manusia;

f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesema manusia;

g. Ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu:

a) Melalui pengalaman dalam bentuk sosial. Pengetahuan melalui pengalam langsung ini
akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan
perturan yang di jadikan pedomannya.

b) Berdasarkan pengalaman yang di peroleh melalui pendidikan formal/resmi(di


sekolah)maupun dari pendidikan non-formal(tidak resmi) ,seperti kursus-kursus,penataran-
penataran,dan ceramah.

c) melalui petunjuk-petunjuk yank bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simboliks.

7
2.4.2. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diingikan,dicita-citakan dan di anggab
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan
memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenarannya), indah (nilai estetika), baik
(nilai moral atau etis), riligius (agama).

C. Kuchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia


di dunia adalah ilmu dasar yang bersifat universal, yaitu:

a) Hakikat hidup manusia (MH)

b) Hakikat karya manusia (MK)

c) Hakikat waktu manusia (MW)

d) Hakikat alam manusia (MA)

e) Hakikat hubungan antar manusia (MM)

2.4.3. Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam
menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang di hadapinya. Di dalamnya terkandung
konsep nilai kehidupan yang di cita- citakan oleh sutau masyarakat. Oleh karena itu,
pandangan hidup merupakan nilai- nilai yang di anut oleh suatu masyarakat dengan di pilih
secara selektif oleo individu, kelompok, atau bangsa.

2.4.4. Kepercayaan

Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas dari pada agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang di anggab mampu
mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan
manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, dan hanya yang Mahatinggi saja
yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluara dari permasalahan dan
kehidupan.

8
2.4.5. Persepsi

Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangkat kata-kata yang di gunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam
kehidupan.

Persepsi terdiri atas:

1) Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra
manusia.

2) Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain.

3) Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain,
jauh dari empat orang yang bersangkutan.

2.4.6. Etos Kebudayaan

Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antorpolog) berasal dari bahasa Inggris berarti
watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran
warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh
orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak dilihat oleh oranh Jawa, sebagai orang yang
agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekwen, dan bicara apa adanya. Sebaliknya
kebudayaan Jawa di lihat oleh orang Batak, bahwa watak Jawa memancarkan keselarasan,
kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar di tebak, gagasan
yang berbilit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tungkat sosial.

2.5. SIFAT-SIFAT BUDAYA

Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiao
kebudayaan mempunyai cirri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat universal. Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki cirri yang
sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa memberikan faktor ras, lingkungan alam, atau
pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang betlaku umum bagi semua budaya di mana pun.

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain:

1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

9
2. Budaya telah ada terlebih dahulu dari pada terlahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

3. Budaya diperlukan oleh manusia dan di wujudkan dalam tingkah lakunya.

4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan- tindakan


yang di terima dan di tolak, tindakan- tindakan yang di larang, dan tindakan-tindakan yang
diizinkan.

2.6. SISTEM BUDAYA

Sistem badaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri
dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan degan demikian sistem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim sebagai adat
istiadat.Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi sistem
budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.

Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling betkaitan satu sama
lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusai yang terwujud dalam unsure kebudayaan
sebagai satu kesatuan.

Unsur pokok kebudayaan (menurut Bronislaw Malinowski):

Sisten norma yang memungkinkan krja sama antara para anggota masyarakat dalam
upaya menguasai alam sekelilingnya.
Organisasi ekonomi.
Alat-alat dan lembaga pendidikan.
Organisasi kekuatan.

Melville J. Herkovits menyebut unsure pokok kebudayaan adalah:

Alat-alat teknologi.
Sistem Ekonomi.
Keluaraga.
Kekuasaan Politik.

Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang


berbeda. Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokkan menjadi:

Kebudayaan material

10
Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat
pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah, dan sebagainya.
Kebudayaan non-material
Merupakan hasil cipta, karsa, yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya.

Non-material antara lain adalah:

Volkways (norma kelaziman),


Mores (norma kesusilaan),
Norma hokum,
Mode (fashion),

Kebudayaan dapat di lihat dari dimensi wujudnya adalah:

1. Sistem budaya

Kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, peraturan, dan sebagainya.

2. Sistem sosial

Merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola dari manusia dalam organisasi
masyarakat.

3. Sistem kebendaan.

Wujud kebudayaan fisik atau alat-alat yang di ciptakan manusia untuk kemudahan
hidupnya.

2.7. MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN

Tercita atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara
manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang di lengkapi Tuhan dengan akal dan
pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi ini dan di berikan kemampuan yang di
sebutkan oleh Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia.
Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi, perasaan dan
emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.

Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bawa manusia


menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri
adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena adanya manusia

11
penciptanya dan manusia apat hidup di tengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan
akan terus hidup mana kala ada manusia sebagai pendukungnya. Dialektikan ini di dasarkan
pada pendapat Peter L. Berger, yang menyebutkan bahwa dialektika fundamental ini terdiri
dari tiga tahap: tahap eksterianalisasi, tahap objektivasi, dan tahap internalisasi.

Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus-menerus


kedalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivitas adalah tahap aktivitas
manusia menghasilkan suat u realita objektif, yang berada di luar diri manusia. Tahap
internalisasi adalah tahap di mana realitas objektif hasil ciptaan manusia di serap oleh
manusia kembali. Jadi, ada hubungan berkelenjutan antara realitas internal dengan realitas
eskternal. (Yusdi Ahmad Makalah, 2006: 5)

Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sanag besar bagi manusia. Bermacam-macam


kekuatan yng harus di hadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun
kekuatan lain yang tidak selalu baiknya. Kecuali itu manusia selalu memerlukan kepuasan
baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut di penuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yanh mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran
sebagai:

1. Suatu hubungan antarmanusia atau kelompoknya.

2. Wadah untuk menyalurkan perasaan perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.

3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

4. Pembeda manusia dan binatang.

5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak, berbuat, menentukan sikap


nya jika berhubungan dengan orang lain.

6. Peraturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,


menuntukan, sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7. Sebagai modal dasar pembangunan.

12
Manusai merupakan makhluk yang brbudaya, melalui sia akalnya manusia dapat
mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusp dania hidup dan tergantung pada
kebudayaan hasil ciptanya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam
mogolah lingkungan dengan hasil ciptanya.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai
macam kekuatan harus di hadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatn alam dan kekuatan
lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan spiritual maupun material.

Kebudayaan masyakat tersebut segabian besar di penuhi oleh kebudayaan yang


bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan
yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di
dalamnya.

Dalam tindakan untuh melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan
manusia bersikap menyerah dan semata-mata di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya.
Keadaan yang berbeda pada masyarkat yang telah kompleks, di mana taraf kebudayaan lebih
tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk
memamfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.

2.8. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh
akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan
tersebut akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.

Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah
dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintasan budaya akan mengandung banyak
variable yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling
berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian
sistematik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total
yang melingkupi satuan budaya yang ada.

13
Bebarapa variable yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:

Physical environment, menunjukkan pada lingkungan natural seperti : temperature,


curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora, dan fauna.
Cultural social environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosialisasi seperti : norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
Environmental orientation and representation, mengacu pada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai
lingkungannya.
Environmental behavior and process,meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
Put carries product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik
seperti budaya pertanian dan iklim.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku akan dikembangkan
dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek
kehidupan lainnyayang menjadi cirri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

2.9. PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, kars dan rasa manusia oleh
karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannnya sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.

Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks


dan memiliki eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang
mampu mempengaruhi kebudayaan dan memberi peluang untuk terjadinya perobahan
kebudayaan.

Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh
kebudayaaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau
melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial : akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu
bilamana kebudayaan tersebut berguna unutk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang
dihadapinya.

14
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan
fisik. Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh : orang-
orang yang hidup didaerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur (produktif) akan
mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksikan bahan
pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian antara lingkungan fisik dengan kebudayaan yang
terbentuk dilingkungan tersebut, kemudian ada keserasian juga antara kebudayaan
masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan
seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya peradaban (kebudayaan) yang lebih
maju. Misalnya, dibangun sistem irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan lain
sebagainya.

Kebudayaan dari suatu kelompok sosial tidak secara kompleks ditentukan oleh
lingkungan fisik saja, namun lingkunagn tersebut sekedar untuk memberi peluang untuk
terbentuknya sebuah kebudayaan. Dari waktu ke waktu kebudayaan berkembang seiring
dengan majunya teknologi, (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat
berperan dalam kehidupan setiap manusia.

Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang ,


termasuk dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok
sosial akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan. Suatu komunitas dalam kelompok sosial
bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alas
an sudah tidak sesuai dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan
kebudayaan kadang kala disalahartikan menjadi suatu penyimpan kebudayaan. Interpretasi ini
mengambil dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka
yang bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan teradisional
selama turun-temurun.

Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap perilaku regular (yang tampak) yang ditampilkan oleh para
penganut kebudayaan.karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang
dengan budaya yang dianut di dalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah
kontrol sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu cambuk bagi komunitas yang
menganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan
yang sesuai dan mana kebudayaan yang tidak sesuai.

15
2.10. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN

Beberapa problematika kebudayaan antara lain :

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-menurun
diyakini sebagai pemberi berkah kehidupa. Mereka enggan meninggalkan kampung
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya
miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang
hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini
dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Contohnya, program
keluarga berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezekinya.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk daerah yang terkena bencana alam
banyak mengalami kesulitan hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran
penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan
dengan hidup mereka di tempat yang lama.

4. masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.

Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar,


karena pengetahuan serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-
program pembangunan.

5. sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkann budaya tradisional sedemikian rupa, yang


menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka
miliki secara turun-temurun.

6. sikap etnosentrisme

Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsnaya sendiri
dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah

16
memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar
golongan.

Kebudayaan yang berkembang dalam suatu wilayah seperti Indonesia sebagai Negara
kepulauan yang terdiri dari beberapa wilayah suku bangsa dan budaya yang beraneka
ragam. Masing-masing kebudayaan ini dianggap sebagai satu cirri khas daerah local.
Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat
dalam memandang kebudayaan orang lain. Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan
kecendrungan erpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya
lain.

7. perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
dlam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan
manusia.

2.11. PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring


dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang
bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Ada lima faktor
perubahan kebudayaan, yaitu :

a. Perubahan lingkungan alam.


b. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu kelompok lain.
c. Perubahan karena adanya penemuan.
d. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa
elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat
lain.
e. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan
mengadopsi suatu perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang
realitas.

Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu
saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, bukan
sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.

17
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

18
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus
hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan
merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala
disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.

3.2 Daftar Pustaka

http://www.tugasku4u.com/2013/04/makalah-ilmu-sosial-budaya-dasar.html
Kessing, Roger, M., 1992, Antropologi Budaya suatu persepektif Kontemporer, jilid 2,
terj: Samuel Gunawan, Jakarta: Erlangga
Koentrajaningrat (Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta:
Jambatan.
Abdul Hakam, Kama, Manusia dan Lingkungan Sosial Budayanya, makalah,
lokakarya Dosen ISBD, Dikti Depdiknas, Batam.

19

Anda mungkin juga menyukai