Anda di halaman 1dari 9

AHMAD SYAUQI 3714100042

RESUME 7
INTERPRETASI PADA WELL LOG
1. Interpretasi pada well log
Interpretasi well log terbagi atas dua, yakni interpretasi secara kualitas
(kualitatif) dan interpretasi secara terukur (kuantitatif). Interpretasi pada well
log memiliki urutan-urutan kerja seperti pada skematika proses interpretasi
dibawah berikut.

Namun pada resume kali ini yang dibahas ialah identifikasi ketebalan dan
batas lapisan, perhitungan porositas, perhitungan saturasi air, dan
perhitungan permeabilitas.

2. Skematika dalam proses interpretasi pada sumur sumur log

defleski SP

separasi
resistivity

identifikasi
separasi
lapisan porous
microlog
permeabel

capiler log

interpretasi
kualitatif
Gamma ray log

ketebalan kotor
(gross
identifikasi thickness
ketebalan dan
batas lapisan ketebalan
bersih (net
thickness/ net
sand)

M-N Plot
penentuan
lithologi
batuan
Chart RHOB
dengan NPHI

interpretasi Analisis Air


sumur log Formasi

penentuan
Resistivity Air Metode SP
Formasi (Rw)

Metode Rasio

Vsh SP Log

Vsh Rt
(Resistivity)
Evaluasi
Shaliness
Vsh GR log
interpretasi
kuantitatif

Vsh Neutron
log

neutron log

Penentuan Density Log


Porositas

3. Identifikasi Ketebalan dan batas lapisan, penentuan porositas, penentuan


saturasi air formasi, penentuan permeabilitas Sonic Log

Persamaan
Indonesia

Penentuan
Persamaan
Saturasi Air
Dual Water
Formasi (Sw)

penentuan Persamaan
Permeabilitas Simandoux
3.1 Identifikasi Ketebalan dan batas lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan yang
berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk
mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara menyeluruh,
dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan eksplorasi.
Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah: SP log,
kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari defleksi
kurva log log tersebut:

a. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan permeabel.
b. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
c. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan hasil
penyebaran yangvertikal.
d. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing, biasanya
dikombinasikan dengan neutron log.
Sebelum dilakukannya analisis Gross Sand, NES, dan Net Pay, terlebih dahulu
dihitung nilai Vshale. Shale merupakan terminologi yang digunakan pada analisis
petrofisika untuk mengidentifikasi batuan berbutir halus seperti batupasir sangat
halus, batulanau, dan batulempung. Vshale mengidentifikasi kualitas suatu
reservoir, apabila nilai Vshale pada suatu reservoir rendah, maka reservoir tersebut
akan semakin bersih. Sehingga akan semakin mudah fluida untuk bergerak mengisi
pori pori yang ada. Sebaliknya, apabila nilai Vshale semakin tinggi, maka reservoir
tersebut akan semakin buruk karena akan semakin kecil porositas yang dimiliki.
Rumus Vshale yang digunakan ini adalah rumus Vshale linear, yaitu:

Setelah mendapatkan nilai baseline, maka dapat ditarik suatu garis batas yang
memisahkan antara shale dan sand yang disebut sebagai cut off. Cut off ini diambil
berdasarkan data histogram Sinar Gamma, kemudian ditarik garis yang terletak
diantara kedua puncak dari Sinar Gamma tersebut. Penarikan garis ini dilakukan
dengan cara menarik garis tengah diantara sand baseline dan shale baseline, lalu
dilakukan kontrol terhadap layout layout sumur yang ada. Dari data data inilah,
dapat dibuat peta gross sand.

Gambar 1. Contoh peta ketebalan Gross Sand

Setelah didapat peta ketebalan gross sand, maka dapat dicari nilai NES (Net
Effective Sand) yang merupakan nilai porositas efektif. Porositas efektif adalah
porositas batuan total dikurangi kandungan Vshale. NES merupakan bagian dari
gross sand namun yang memiliki nilai porositas efektif yang cenderung tinggi.
Sebab, tidak semua sand pada gross sand yang memiliki nilai porositas efektif
tinggi, terkadang masih ada sand yang memiliki nilai porositas efektif yang hanya
sedikit. Untuk itulah perlu ditarik cut off untuk menentukan zona zona yang
memiliki ketebalan NES. Porositas total pada penelitian ini didapat dari rumus:

Keterangan :
RHOB = Bacaan log densitas (gr/cc)
PHIT = Porositas total (v/v) = Massa jenis matriks batuan
PHID = Porositas Densitas (v/v) = Massa jenis fluida

untuk menghitung nilai porositas efektif, digunakan rumus:

Keterangan :
PHIE = Porositas Efektif (v/v)
PHIT = Porositas Total (v/v)
Vsh = Jumlah kandungan lempung (v/v)
Setelah dilakukannya analisis porositas, tahap selanjutnya yaitu menghitung
permeabilitas. Kurva permeabilitas ini penting untuk diketahui agar dapat dilihat
karakteristik permeabilitas pada lapangan. perhitungan permeabilitas dilakukan
dengan cara meregresi kurva plot silang antara Kurva Porositas Total Hasil Analisis
Kurva Porositas Total dari data rutin batuan inti Kurva Porositas Efektif Hasil Analisis
Kurva Porositas Efektif dari data rutin batuan inti permeabilitas (sumbu-Y) dengan
porositas efektif (sumbu-X) pada data rutin batuan inti. Data data dari batuan inti
merupakan data yang kuantitatif, sehingga keakuratannya sangat tinggi. Namun,
tidak setiap sumur memiliki data batuan inti, hanya beberapa sumur saja yang
memiliki data batuan inti dalam interval tertentu. Oleh karena itulah dilakukan
regresi agar seluruh sumur pada lapangan memiliki kurva log permeabilitas.
Kemudian, dibuatlah garis cut off NES dengan melihat plot silang antara
permeabilitas data rutin batuan inti dengan porositas efektif. Berdasarkan Bear
(1972), batupasir bersih memiliki permeabilitas sebesar 10 milidarcy.

Gambar 2. Contoh peta Net Sand

3.2 Penetuan porositas


Dalam analisa kuantitatif data log, porositas dapat dihitung berdasarkan data Log
Sonik, Log Densitas, maupun Log Neutron.
a. Perhitungan Porositas berdasarkan Log Sonik
Dengan berdasarkan pada persamaan Wyllie, porositas (e) pada
batuan clean dapat diperoleh dengan:
e=((DTDTma)/(DTflDTma))1/CP
Sedangkan pada batuan shaly, porositas dapat dihitung dengan :
e=[((DTDTma)/(DTflDTma))1/CP]-Vsh[((DTshDTma)/(DTflDTma))]
Dimana :
e = Porositas efektif,
DT = Waktu transit gelombang dari data Log Sonik (s/m),
DTma = Waktu transit gelombang pada matriks batuan (s/m),
DTfl = Waktu transit gelombang pada fluida (s/m),
CP = Faktor kompaksi;
CP=(DTsh)/100,
DTsh = waktu transit gelombang pada serpih (s/m).

b. Perhitungan Porositas berdasarkan Log Densitas (d)


Berdasarkan data log Densitas, porositas (d) pada batuan yang clean dapat
diperoleh dengan :
d=((ma-log)/(ma-fl))
Sedangkan pada batuan yang shaly, dengan :
d=[((ma-log)/( ma-fl))]-Vsh[((ma-sh)/(ma-fl))]
Dimana : d = porositas dari Log Densitas, ma = nilai densitas matriks batuan,
log = nilai densitas dari pembacaan data log, ma = nilai densitas fluida, sh =
densitas serpih.

c. Perhitungan Porositas berdasarkan Log Neutron (n)


Berdasarkan data Log Neutron, porositas pada batuan yang clean dapat dihitung
dengan :
n=[(1,02nlog)+0,0425]
Sedangkan pada batuan yang shaly, dengan :
n=[(1,02nlog)+0,0425]-(Vshnsh)
Dimana : nlog = nilai porositas Log Neutron, nsh = nilai porositas serpih.

d. Perhitungan Porositas berdasarkan Log Neutron-Densitas


Porositas efektif (e) juga dapat dihitung dengan menggunakan crossplot antara
Log Densitas dengan Neutron, yaitu :
Pada zona Minyak Bumi ; e=(n+d)/2
Pada zona Gas ; e=((n^2+d^2 )/2)
Dimana : n = porositas dari perhitungan berdasar data Log Neutron, d =
porositas dari perhitungan berdasar data Log Densitas
3.3 Penentuan Saturasi air Formasi
1.1 Persamaan Archie Persamaan Archie merupakan persamaan dasar dalam
menentukan water saturation dan menjadi dasar dari persamaan-persamaan
lainnya.

Di mana Sw = Saturasi Air


Rw = Resistivitas Air
Rt = Resistivitas batuan yang di jenuhi air kurang dari 100%
a = Konstanta batuan (pada sandstone = 0.81 dan limestone = 1)
= Porositas batuan (%).
m = Faktor sementasi.
n = Faktor saturasi
Persamaan Archie memegang peranan penting, hal tersebut dapat dilihat dengan
adanya resistivitas air (Rw) yang didapat dari Lithologi Tools, resistivitas batuan
yang dijenuhi air kurang dari 100 % (Rt) dari Resistivity Tools dan porositas () dari
Porosity Tools. Persamaan ini digunakan menghitung saturasi air garam, dan dapat
digunakan apabila sifat litologi seperti : ukuran butir, penyortiran dan clay-mineral
content telah diketahui

1.2 Persamaan Indonesia


Persamaan Indonesia pada mulanya digunakan untuk memodelkan formasi-formasi
di Indonesia yang volume serpihnya besar dan air formasi terdiri dari air tawar.
Persamaan Indonesia merupakan persamaan dengan pendekatan porositas efektif.
Porositas efektif merupakan porositas total yang telah telah dikoreksi terhadap
kandungan serpih dalam formasi. Persamaan ini merupakan persamaan empiris
yang diturunkan berdasarakan persamaan Archie untuk formasi bersih.
di mana Sw = water saturation (%)
Rt = resistivitas formasi (ohm.m)
Vsh = volume shale (%)
Rsh= resistivitas shale (ohm.m)
Rw= resistivitas air formasi (ohm.m)
a = faktor formasi
m = faktor sementasi
n = eksponen saturasi = porositas (%)
Volume shale diperoleh dari pembacaan log GR dan resistivitas serpih yang
diperoleh dari log resistivitas pada zona sshale pada sumur yang sama. Persamaan
Indonesia sangat dipengaruhi oleh volume serpih dan resistivitas serpih. Semakin
besarnya volume shale dalam formasi, resistivitas akan semakin mengecil.
Sebaliknya, untuk mendapatkan volume shale yang kecil maka harus diperoleh
kondisi dengan resistivitas shale yang cukup besar. Akan tetapi shale pada
persamaan ini ada pada garis non linier sehingga efektif untuk mereduksi pengaruh
kandungan shale yang tinggi dalam formasi. Persamaan Indonesia efektif untuk
menentukan saturasi air formasi dengan kandungan shale lebih besar dari 40 %.

1.3 Metode Rasio Resistivitas


Metode rasio resistivitas mengasumsikan bahwa formasi dibagi menjadi dua bagian,
terinvasi lumpur bor dan tak terinvasi lumpur bor. Kedua zona tersebut memiliki
faktor formasi (F) yang sama, tetapi masing-masing mengandung air dengan
resistivitas berbeda, Rt (true resistivity) untuk zona tak terinvasi dan Rxo (flushed
zone resistivity) untuk zona terinvasi. Bila sumur selesai di bor, formasi yang dekat
dengan lubang bor akan terkontaminasi pleh filtrasi lumpur. Bila lapisan
mengandung minyak, umumnya daerah dekat lubang bor mempunyai resistivitas
rendah, sedangkan resistivitas di daerah yang jauh dari lubang bor lebih tinggi.
Sehingga perbandingan antara alat resistivitas dangkal dengan alat resistivitas
dalam akan memberikan tanda hidrokarbon. Persamaan Archie seperti pada
persamaan (2). Sedangkan saturasi air untuk zona terinvasi adalah

Secara empiris, dari pengukuran di lapangan diperoleh Sxo = (Sw) 1/5 , dan dengan
membagi persamaan (2) dan (4) maka diperoleh persamaan (5) sebagai berikut :
Persamaan (5) merupakan persamaan untuk menentukan saturasi air dengan
metode rasio resistivitas. Metode ini tidak membutuhkan informasi tentang
porosiats dan faktor formasi.
3.4 Penentuan Permeabilitas
Permeabilitas, kemampuan pori batuan untuk meloloskan fluida. Konsepnya
diperkenalkan oleh H. Darcy di tahun 1856, yang dinyatakan dalam :
Q=K(P1P2 )A/(.L)
Dimana : Q = laju aliran fluida (cm3/sec), A = luas penampang media berpori (cm2),
= viskositas fluida (cps), P1P2 = perbedaan tekanan (atm), L = panjang media
berpori (cm), K = permeabilitas (Darcy).

Permeabilitas dapat diklasifikasikan menjadi :


Permeabilitas absolut (K) = (250.phi3/Swi)2 kemampuan batuan meloloskan satu
jenis fluida yang 100% jenuh.
Permeabilitas efektif; kemampuan batuan meloloskan satu macam fluida apabila
terdapat dua macam fluida yang terpisah.
Permeabilitas relatif; perbandingan antara permeabilitas absolut dan efektif.
Skala kualitas dari permeabilitas suatu batuan (Koesoemadinata, 1980) :
< 5 mD : Ketat (tight)
5 10 mD : Cukup (fair)
10 100 mD : Baik (good)
100 1000 mD : Baik sekali (very good)
Perhitungan permeabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode, yang
salah satunya adalah Coates Free Fluid Index yang dikembangkan oleh Coates
tahun 1973.
k=[(/C)^2(FFI/BVI)]^2
dimana : k = permeabilitas, = porositas, C = konstanta Coates, BVI = Bulk
Volume Irreducible, FFI = Free Fluid Index (FFI = BVI).

Anda mungkin juga menyukai