RESUME 7
INTERPRETASI PADA WELL LOG
1. Interpretasi pada well log
Interpretasi well log terbagi atas dua, yakni interpretasi secara kualitas
(kualitatif) dan interpretasi secara terukur (kuantitatif). Interpretasi pada well
log memiliki urutan-urutan kerja seperti pada skematika proses interpretasi
dibawah berikut.
Namun pada resume kali ini yang dibahas ialah identifikasi ketebalan dan
batas lapisan, perhitungan porositas, perhitungan saturasi air, dan
perhitungan permeabilitas.
defleski SP
separasi
resistivity
identifikasi
separasi
lapisan porous
microlog
permeabel
capiler log
interpretasi
kualitatif
Gamma ray log
ketebalan kotor
(gross
identifikasi thickness
ketebalan dan
batas lapisan ketebalan
bersih (net
thickness/ net
sand)
M-N Plot
penentuan
lithologi
batuan
Chart RHOB
dengan NPHI
penentuan
Resistivity Air Metode SP
Formasi (Rw)
Metode Rasio
Vsh SP Log
Vsh Rt
(Resistivity)
Evaluasi
Shaliness
Vsh GR log
interpretasi
kuantitatif
Vsh Neutron
log
neutron log
Persamaan
Indonesia
Penentuan
Persamaan
Saturasi Air
Dual Water
Formasi (Sw)
penentuan Persamaan
Permeabilitas Simandoux
3.1 Identifikasi Ketebalan dan batas lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga mempunyai tujuan yang
berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor (gross isopach map) adalah untuk
mengetahui batas-batas penyebaran suatu lapisan batuan secara menyeluruh,
dimana pada umumnya digunakan untuk maksud-maksud kegiatan eksplorasi.
Sedangkan penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran ketebalan bersih
disebut peta net sand isopach.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah: SP log,
kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari defleksi
kurva log log tersebut:
a. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan permeabel.
b. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
c. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan hasil
penyebaran yangvertikal.
d. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing, biasanya
dikombinasikan dengan neutron log.
Sebelum dilakukannya analisis Gross Sand, NES, dan Net Pay, terlebih dahulu
dihitung nilai Vshale. Shale merupakan terminologi yang digunakan pada analisis
petrofisika untuk mengidentifikasi batuan berbutir halus seperti batupasir sangat
halus, batulanau, dan batulempung. Vshale mengidentifikasi kualitas suatu
reservoir, apabila nilai Vshale pada suatu reservoir rendah, maka reservoir tersebut
akan semakin bersih. Sehingga akan semakin mudah fluida untuk bergerak mengisi
pori pori yang ada. Sebaliknya, apabila nilai Vshale semakin tinggi, maka reservoir
tersebut akan semakin buruk karena akan semakin kecil porositas yang dimiliki.
Rumus Vshale yang digunakan ini adalah rumus Vshale linear, yaitu:
Setelah mendapatkan nilai baseline, maka dapat ditarik suatu garis batas yang
memisahkan antara shale dan sand yang disebut sebagai cut off. Cut off ini diambil
berdasarkan data histogram Sinar Gamma, kemudian ditarik garis yang terletak
diantara kedua puncak dari Sinar Gamma tersebut. Penarikan garis ini dilakukan
dengan cara menarik garis tengah diantara sand baseline dan shale baseline, lalu
dilakukan kontrol terhadap layout layout sumur yang ada. Dari data data inilah,
dapat dibuat peta gross sand.
Setelah didapat peta ketebalan gross sand, maka dapat dicari nilai NES (Net
Effective Sand) yang merupakan nilai porositas efektif. Porositas efektif adalah
porositas batuan total dikurangi kandungan Vshale. NES merupakan bagian dari
gross sand namun yang memiliki nilai porositas efektif yang cenderung tinggi.
Sebab, tidak semua sand pada gross sand yang memiliki nilai porositas efektif
tinggi, terkadang masih ada sand yang memiliki nilai porositas efektif yang hanya
sedikit. Untuk itulah perlu ditarik cut off untuk menentukan zona zona yang
memiliki ketebalan NES. Porositas total pada penelitian ini didapat dari rumus:
Keterangan :
RHOB = Bacaan log densitas (gr/cc)
PHIT = Porositas total (v/v) = Massa jenis matriks batuan
PHID = Porositas Densitas (v/v) = Massa jenis fluida
Keterangan :
PHIE = Porositas Efektif (v/v)
PHIT = Porositas Total (v/v)
Vsh = Jumlah kandungan lempung (v/v)
Setelah dilakukannya analisis porositas, tahap selanjutnya yaitu menghitung
permeabilitas. Kurva permeabilitas ini penting untuk diketahui agar dapat dilihat
karakteristik permeabilitas pada lapangan. perhitungan permeabilitas dilakukan
dengan cara meregresi kurva plot silang antara Kurva Porositas Total Hasil Analisis
Kurva Porositas Total dari data rutin batuan inti Kurva Porositas Efektif Hasil Analisis
Kurva Porositas Efektif dari data rutin batuan inti permeabilitas (sumbu-Y) dengan
porositas efektif (sumbu-X) pada data rutin batuan inti. Data data dari batuan inti
merupakan data yang kuantitatif, sehingga keakuratannya sangat tinggi. Namun,
tidak setiap sumur memiliki data batuan inti, hanya beberapa sumur saja yang
memiliki data batuan inti dalam interval tertentu. Oleh karena itulah dilakukan
regresi agar seluruh sumur pada lapangan memiliki kurva log permeabilitas.
Kemudian, dibuatlah garis cut off NES dengan melihat plot silang antara
permeabilitas data rutin batuan inti dengan porositas efektif. Berdasarkan Bear
(1972), batupasir bersih memiliki permeabilitas sebesar 10 milidarcy.
Secara empiris, dari pengukuran di lapangan diperoleh Sxo = (Sw) 1/5 , dan dengan
membagi persamaan (2) dan (4) maka diperoleh persamaan (5) sebagai berikut :
Persamaan (5) merupakan persamaan untuk menentukan saturasi air dengan
metode rasio resistivitas. Metode ini tidak membutuhkan informasi tentang
porosiats dan faktor formasi.
3.4 Penentuan Permeabilitas
Permeabilitas, kemampuan pori batuan untuk meloloskan fluida. Konsepnya
diperkenalkan oleh H. Darcy di tahun 1856, yang dinyatakan dalam :
Q=K(P1P2 )A/(.L)
Dimana : Q = laju aliran fluida (cm3/sec), A = luas penampang media berpori (cm2),
= viskositas fluida (cps), P1P2 = perbedaan tekanan (atm), L = panjang media
berpori (cm), K = permeabilitas (Darcy).