Anda di halaman 1dari 8

AHMAD SYAUQI 3714100042

RESUME 8 WELL LOG


ADVANCED LOG INTERPRETATION TECHNIQUES
A. Shaly Sand Analysis
Adanya shale pada reservoir dapat menyebabkan kesalahan pada penentuan nilai
saturasi air dan porositas pada log, dimana kekeliruan ini tidak hanya pada terjadi
pada batuan pasir, namun juga terjadi pada limestones dan dolomit. Adanya shale
pada formasi membuat log-log porositas (sonic & neutron) mengalami peningkatan
nilai porositas saat dilakukan perekaman, dimana hal ini seharusnya tidak terjadi.
Begitu juga pada log resistivitas, adanya shale pada formasi menyebabkan nilai log
resistivitas menjadi lebih rendah saat dilakukan perekaman. Adanya shale pada
formasi juga menyebabkan kontras nilai resistivitas gas, air dan minyak menjadi
berkurang. Sehingga apabila terdapat banyak shale pada suatu formasi, maka akan
sangat sulit untuk menentukan zona produktif dari formasi, dan kandungan shale
pada formasi akan mempengaruhi nilai saturasi air apabila kandungan shale pada
formasi lebih dari 15% (Hilchie, 1978). Hal ini juga akan mempengaruhi interpretasi
suatu formasi, dimana zona air akan dianggap sebagai zona hidrokarbon akibat
penurunan nilai saturasi air yang disebabkan oleh konten shale. Sehingga
diperlukan analisis shaly-sand untuk menghitung volume shale dengan rumus
berikut:
Older rocks (consolidated):

Tertiary rocks (unconsolidated):

Where:
Vsh = volume of shale
IGR = gamma ray index

Setelah volume dari shale dapat diketahui, nilai tersebut dapat digunakan untuk mengkoreksi log-log porositas dari
efek shale, dengan persamaan berikut (untuk masing-masing log porositas):
Setelah log-log porositas dikoreksi dari volume shale, nilai saturasi dapat dihitung. Berikut 3 persamaan untuk
menghitung nilai saturasi yang sering digunakan:

Masalah utama yang sering dijumpai pada analisis shaly-sand adalah menentukan
nilai resistivitas shale pada formasi. Hal ini dikarenakan kapasitas pertukaran kation
dari clay (CEC) yang mempengaruhi nilai resistivitas, dimana kaolinite dan klorit
memiliki nilai CEC yang rendah, illite dan montmorillionit memiliki nilai CEC yang
tinggi. Sehingga, montmorillionite dan illite memiliki nilai resistivitas yang lebih
rendah daripada kaolinite dan klorit. Pada analisis shaly-sand, geologist biasanya
membuat asumsi bahwa nilai resistivitas dari batas shale (Rsh) dianggap sama
dengan nilai resistivitas shale pada formasi, namun asumsi tersebut tidak selalu
benar
B. Carbonates Analysis
Pada formasi karbonat, terdapat kesulitan dalam menghitung kandungan
fluida apabila digunakan log konvensional, dikarenakan, besarnya
heterogenitas, dan ketergantungan pada hasil coring untuk mengevaluasi
formasi karbonat.

Adapun permasalahan yang terdapat pada formasi karbonat:


a. Porositas pada karbonat
Karbonat memiliki variasi yang sangat banyak pada jenis porositas.
Berdasarkan waktunya, Porositas pada karbonat dibagi atas dua, yakni 1)
porositas primer dimana porositas terbentuk dari hasil deposisi, seperti
batuan pasir-karbonat. 2)Porositas sekunder, yakni porositas yang
terbentuk akibat proses disolusi, seperti terbentuknya vugs (rongga).
Namun terdapat jenis porositas lainnya seperti inter particle porosity
yakni porositas yang terdapat pada antar partikel batuan, Intra particle
porosity yakni porositas yang terbentuk didalam butiran, fenestral
porosity yakni porositas yang berbentuk seperti lensa yang terbentuk
dari alga, shelter porosity, moldic porosity, intra crystal porosity,
dll. Variasi dari porositas ini menyebabkan log konvensional memiliki
keakuratan yang kurang karena parameter yang digunakan untuk
menghitung porositas cenderung ke batuan klastik.
b. Perhitungan Photoelectric Effect (PEF)
Photoelecric effect adalah output standar dari log densitas. PEF
berhubungan dengan nilai rata-rata jumlah atom pada formasi, dengan
rumus:
PEF = K X Z3.6
Namun pada batuan karbonat, PEF cenderung tidak akurat dikarenakan
batuan karbonat memiliki relasi yang sedikit dengan jumlah atom, bahkan
terkadang PEF tidak akurat dalam menentukan apakah itu batuan dolomit
atau limestone.
c. Perhitungan Sw dengan archie equation pada karbonat
Pada perhitungan archie, terdapat variable a,m,n yang terbentuk secara
empiris. Namun variable ini cenderung ke batuan siliklastik. Ditambah
dengan banyaknya variasi jenis porositas pada batuan karbonat seperti
bentuk porositas, ukuran porositas yang tidak seragam, membuat
perhitungan ini tidak akurat pada batuan karbonat.

Dari permasalahan tersebut terdapat solusi-solusinya antara lain:


a. Kombinasi log densitas dan log neutron
b. Pengklasifikasian system porositas
c. Mengintegritasikan analisa log dengan hasil core
d. Penggunaan NMR log
e. Penggunaan Spectral Gammay Log
C. Multi mineral Analysis
Metode probabilistic atau metode analisis multi mineral adalah metode yang
dilakukan dengan suatu sistem perhitungan probabilitas untuk mengetahui
volume serpih (Vsh), saturasi fluida yaitu Sxo dari air dan hidrokarbon, dan
kemudian mencari porositas (PhiT, dan PhiE), serta saturasi air (Sw) dari
batuan, kemudian dari hasil awal dari perhitungan ini dibentuk rekonstruksi
kurva log GR, resistivitas, dan porositas berdasarkan persamaan tanggapan
dari alat masing-masing log. Hasil rekonstruksi kurva log yang diperoleh
dibandingkan dengan kurva log aslinya. Semakin mendekati kurva log
sebenarnya, maka hasil yang diperoleh akan mendekati keadaan sebenarnya.
Metode probabilistik dikenal juga sebagai metode analisis multimineral
dengan memanfaatkan menu mineral solver yang dalam perhitungannya
atau kemungkinan kemungkinannya sepenuhnya dikerjakan software.
Namun dalam analisis pada sumur ini, parameter yang dibutuhkan untuk
analisis multimineral diperoleh dari hasil pembacaan log dan crossplot pada
analisis dengan metode deterministik yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 1. Contoh hasil analisis multi mineral

Penentuan Nilai Cut-off


Satu- satunya cara memperoleh nilai cutoff adalah meng-run parameter aliran
dalam sumur reservoir. Pendekatan pragmatis yang sering digunakan untuk
penentuan nilai cutoff yang dibutuhkan yaitu: 1. Plot inti porositas vs logaritma
permeabilitas inti. Untuk gas digunakan cutoff permeabilitas dari 0,1 sampai 1,0
md, untuk penggunaan minyak 1,0 sampai 5,0 md. Karena fluida pada reservoir
sumur ini berupa gas maka digunakan cutoff permeabilitasnya sebesar 0,5 mD yang
diambil dari nilai tengah antara 0,1-1,0mD. Kemudian nilai cutoff permeabilitas ini
diplot pada crossplot, dan ditarik terhadap garis hubungan linear kedua kurva
hingga mendapatkan nilai porositas ekuivalen dalam grafik ini sesuai dengan cutoff
permeabilitas yang dipilih. 2. Plot porositas vs saturasi air di zona gas di atas zona
transisi. Masukkan dengan nilai cutoff porositas untuk menemukan SW yang sesuai.
3. Dalam shaly sand (batupasir serpihan), plot porositas vs serpih volume.
Masukkan grafik dengan nilai cutoff porositas untuk memperoleh volume serpih
yang sesuai.

Gambar 2. Contoh hasil Rekapitulasi parameter yang telah diperoleh dengan


metode deterministik dengan menggunakan metode crossplot maupun perhitungan
manual.

D. Interpretasi Model Dua Air


Pada tahun 1968 Waxman dan Smits berdasarkan studi teoritis dan experimen di
labo ratorium memperkenalkan hubungan antara saturasi dan resistivitas untuk
formasi serpihan yang mengkaitkan konstribusi resistivitas dari serpih (relatif
terhadap resistivitas dari formasi) thd CEC (Cation Exchange Capasity) dari serpih.
Akan tetapi hasil studi Waxman-Smits ini terlalu teoritis krn pd saat itu pengukuran
in-situ parameter CEC batuan belum dapat dilakukan, oleh sebab itu pada tahun
1977 Clavier dan kawan-kawan mengembangkan model dua-air (Dual Water Model)
sebagai suatu solusi yang lebih praktis.
Pada dasarnya model dua-air menganggap bhw formasi serpihan adalah formasi
bersih dengan porositas, susunan butiran dan kandungan fluida yang sama, kecuali
air yang terkandung nampaknya lebih konduktif dr yg diharapkan dibandingkan
salinitas kesuluruhannya. Kelebihan konduktivitas ini disebabkan oleh tambahan
ion-ion positif (Na+,K+, Ca++) yang terikat pada lapisan difusi disekeliling kristal
lempung. Kation-kation ini diperlukan untuk mengimbangi kelainan listrik yang
terjadi didalam kristal lempung itu. Jumlah ion pengimbang ini menyusun apa yang
disebut CEC.
Secara ringkas model dua-air ini menerapkan tiga dalil yaitu:
1. Konduktivitas dari lempung disebabkan oleh parameter CECnya.
2. CEC dr lempung murni adlh sebanding dngn luas penampang dari lempung.
3. Didlm larutan garam, anion ditarik keluar dr lapisan air yg mengelilingi
permukaan Kristal lempung. Ketebalan dr lapisan ini bertambah dng menurunnya
salinitas dr larutan itu sam pai pd batasan tertentu. Ketebalan ini juga merupakan
fungsi dari temperatur.

Lapisan tipis dr air tanpa-garam ini (air lempung) memegang peranan penting krn
kristal lempung mempunyai permukaan yg relatif luas sekali mencapai 6300
acres/ft3, bandingkan dng luas permukaan butiran pasir yg hanya 0.1-0.2 acres/ft3,
mk volume dr air lempung tdk bisa diabaikan begitu saja. Secara singkat, model
dua-air mengatakan bahwa formasi serpihan dapat dianggap sebagai formasi bersih
dengan mengandung dua jenis air:
1. Air yang berasosiasi dengan lempung, disebut air-ikat dengan konduktivitas CWb.
Air-ikat ini tidak dapat diproduksikan karena merupakan bagian dari lempung.
2. Air lain yang berasosiasi dengan batuan lain kecuali lempung disebut air-bebas.
Karena mineral lempung (lempung kering) dapat dianggap tidak menghantarkan
listrik, mk lempung dpt diperlakukan spt mineral lain
Dengan asumsi bahwa formasi serpihan itu bisa dianggap sebagai formasi bersih,
maka hukum saturasi air Archie dapat berlaku, walaupun perlu dimodifikasi untuk
mengakomodasikan air-ikat. Persamaan Archie bila ditulis dlm bentuk konduktivitas
adalah:

dimana: a, m, dan n adalah konotasi persamaan Archie yang kita sudah pelajari
sebelumnya. Ct adalah konduktivitas dari formasi ash (Ct adalah kebalikan dari Rt ),
Cwe adalah konduktivitas ekivalen dari air yg tdpt dlm ruang kosong batuan

Perhatikan bahwa & Sw, menyatakan volume total termasuk volume yg berisi air-
ikat dan air-bebas.
Persamaan dituliskan sbg :
dimana Vw dan Vwb adalah volume keseluruhan dari air-bebas dan air-ikat dengan
konduktivitas Cw dan Cwb. Dalam bentuk saturasi air, persamaan dapat ditulis
sebagai:

Porositas dan saturasi dr formasi bersih didpt dng mengurangi bag volume dr air
ikat ( Swb). Maka porositas efektif adlh:

dan saturasi air adalah

E. Borehole Correction
enyesuaian yang harus dilakukan untuk mengukur log untuk membawa kembali ke
kondisi standar yang telah ditandai oleh borehole correction. Pengukuran yang
berbeda membutuhkan koreksi yang berbeda. Sebagai contoh, pengukuran
resistivitas biasanya memerlukan koreksi untuk lubang bor, invasi dan shoulder
bed,dan mungkin juga dikoreksi untuk apparent dip, anisotropy dan lapisan secara
keseluruhan pada sumur horizontal. Pengukuran densitas memerlukan koreksi
hanya untuk ukuran lubang bor, sedangkan pengukuran porositas neutron
memerlukan koreksi suhu, tekanan dan sejumlah besar parameter lubang bor dan
formasi. Tidak semua koreksi signifikan dalam semua kasus. Koreksi dapat dihitung
secara manual, dengan menggunakan grafik, atau diterapkan melalui software.
Konvensional, koreksi diterapkan secara berurutan, seperti misalnya lubang bor
pertama lalu invasi. Dalam beberapa situasi, seperti kombinasi invasi yang dalam
dan pemancaran yang tinggi pada pengukuran resistivitas, koreksi terlalu
bergantung pada aplikasi sekuensial agar akurat. Solusinya adalah model forward
iteratif.
Jumlah pengukuran log harus disesuaikan untuk menghilangkan kontribusi lubang
bor. Meskipun sebagian besar pengukuran log dirancang untuk mengambil sinyal
minimal dari lubang bor, beberapa kontribusi biasanya tetap ada. Kontribusi ini
dapat dihapus oleh perangkat lunak atau dengan entri manual ke dalam grafik
koreksi. Pada tahanan resistivitas, koreksi menggantikan lubang bor dengan
resistivitas sama dengan formasi. Pada NMR, koreksi menyesuaikan pembacaan
dengan yang dapat ditemukan dalam kondisi standar, seperti 8-in. [20-cm] lubang
bor diisi air tawar.

Anda mungkin juga menyukai