Gatal :
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum
korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok
yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia
dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena
dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar
panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa
memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan
pada fase akut untuk mengurangi edema dan
mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping
itu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL)
sangat efektif dalam mempertahankan fungsi dan ROM.
Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan
ROM pada ekstremitas bawah dan harus dimulai bila
secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif termasuk
bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak
mampu melakukan latihan ROM aktif
Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan
terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami
maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan
jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan
luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim
pada feses dapat merusak permukaan kulit.
1. Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin setelah
selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung kemih yang tidak
teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan
menahan keluarnya urin.
Tekanan pada kondisi normal arteriola, kapiler, dan tekanan venula adalah 32, 20
dan 12 mm Hg. Tekanan yang dihasilkan di bawah yang iskiadika tuberositas
sementara seseorang duduk dapat mencapai 300 mm Hg, dan tekanan sakral
dapat berkisar dari 100 hingga 150 mm Hg. Kelebihan 8,12 (yaitu, di atas 32 mm
Hg) menyebabkan sumbatan aliran kapiler, menyebabkan iskemik, cedera dan
bengkak biru cairan, sel, dan protein. Otot dapat rusak oleh tekanan melebihi 60
mm Hg selama lebih dari satu jam, meskipun kulit lebih tahan. Fakta-fakta ini
memberikan alasan bagi yang sering reposisi pasien dan 2 jam berubah jadwal
protokol standar (data dari studi hewan juga mendukung langkah-langkah ini) .
Geseran yang umum terjadi ketika kepala tempat tidur yang ditinggikan lebih
dari 30 derajat, menyebabkan pasien untuk slide down. Akhirnya, kelembaban,
ketika berlebihan, menghasilkan kelelahan dan melemahnya kulit, termasuk
faktor-faktor penyebab berlebihan keringat, tinja atau inkontinensia, dan
eksudasi dari luka besar.
Suhu :
Energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama dalam otot, kemudian
keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas yang
dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun
suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan yang cukup
besar (sekitar 4C) antara suhu inti dan suhu permukaan tu-buh.6,7
Selanjutnya per-tukaran panas dengan lingkungan sekitar berlangsung
melalui alat pernapasan dan kulit, karna setiap usaha untuk memperta-
hankan suhu inti akan mempengaruhi bagi-an perifer tubuh terutama tangan
dan ka-ki.
sebab adanya vasodilatasi maupun aktivitas otot dapat mempengaruhinya.
Lingkungan yang panas dan lembab lebih mengganggu daripada lingkungan
yang kering walaupun dengan suhu lebih panas. Jadi penguap-an air dari
permukaan tubuh menyebabkan perpindahan panas dari kulit ke lingkungan.
arus balik darah berlang-sung melalui vena superfisial dan konduk-tans
jaringan meningkat.
Bila suhu lingkungan se-kitarnya lebih rendah dari suhu kulit, maka
pengeluaran panas melalui konveksi dan radiasi akan meningkat.
Dalam proses keperawatan pengkajian kulit merupakan pengkajian yang
bekelanjutan dan vital. Aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit
yang tidak terencana dan konsistensi dapat mengakibatkan teradinya gangguan
integritas kulit (Potter&Perry. 2012).
Gangguan integritas kulit menjadi ancaman bagi lansia dan klien dengan
keterbatasan mobilitas, penyakit kronis, trauma, dan klien yang mengalami
prosedur invasif (Berman, et al. 2009).
Dekubitus atau luka tekan adalah nekrosis jaringan lokal yang ketika jaringan
lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam
jangka waktu yang lama (Saryono & Widianti. 2010).
Tulang yang menonjol akan mengalami tekanan yang menyebabkan penurunan
suplai darah pada jaringan sehingga jaringan akan kekurangan oksigen yang
berpotensi mengalami dekubitus (Potter&Perry. 2012).
Dekubitus sangat dipengaruhi oleh besarnya tekanan. Tekanan yang ditimbulkan
oleh bobot tumbuhlah yang menyebabkan aliran darah ke kapiler berkurang
yang menyebabkan peristiwa iskemik yang berpotensi terjadi dekubitus (Morton,
et al 2012).
Pada klien obesitas jaringan adiposa memperoleh vaskularisasi yang buruk,
sehingga semakin rentan mengalami luka tekan. Demikian pula klien yang kurus
mengalami massa otot yang kurang dan tonjolan pada tulang yang nyata
sehingga berisiko terjadinya dekubitus (Perry&Potter, 2012).
Berat badan berpengaruh terhadap besarnya tekanan, dimana ketika klien
berbaring maka berat badan akan berpindah pada penoonjolan tulang. Semakin
besar tekanan yang diberikan, semakin besar pula risiko terjadinya kerusakan
pada kulit berakibat terjadinya dekubitus (Potter&Perry. 2012).
Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi