DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING
KECAMATAN SUNGAI GERINGGING
Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563
Email : pusk.sungaigeringging@gmail.com
I. Pendahuluan
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberkulosis. Sebagian kuman Tuberkulosis menyerang paru dan dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karena itu perlu diupayakan Program
Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru.
Sejak tahun 1995, program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru telah
dilaksanakan dengan strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short Course ) yang
direkomendasikan oleh WHO. Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012
dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB.
Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang
tinggi.
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata rantai
penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA
Positif yang ditemukan
2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap
V. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera
mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya
dapat dilakukan tindakan perbaikan
Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program pemantauan dengan
mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan
masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah
ditetapkan evaluasi dilakukan satu periode waktu tertentu dan biasanya setiap 6 bulan
hingga 1 tahun.
Jasri,Amd.Kep
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN
DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING
KECAMATAN SUNGAI GERINGGING
Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563
Email : pusk.sungaigeringging@gmail.com
I. Latar Belakang
Surveilance Epidemiologi adalah kegiatan analisis dan interprestasi data secara
sistematik dan terus menerus melalui proses pengumpulan, pengolahan serta diseminasi/
penyebaran informasi kepada unit pengguna yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan.
Penyelenggaraan P2 Surveilance harus sejalan dengan visi dan misi puskesmas, dengan
menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit yang berpotensi
mewabah/ KLB. Dengan adanya KAK tersebut, pengelola P2 Surveilance akan mengetahui
bagaimana kegiatan P2 Surveilance berjalan efisien dan efektif.
II. Tujuan
KAK ini akan menjadi acuan kinerja penyelenggara P2 Surveilance Puskesmas Sungai
Geringging dengan harapan pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance dapat dilaksanakan
secara efisien serta dapat meningkatkan kinerja yang tinggi dan bersinergi dengan
program-program lain.
III. Sasaran
1. Tim P2
2. Pengelola P2 Surveilance
3. Masyarakat
Jasri,Amd.Kep
NIP.
I. Latar Belakang
Surveilance Epidemiologi adalah kegiatan analisis dan interprestasi data secara
sistematik dan terus menerus melalui proses pengumpulan, pengolahan serta diseminasi/
penyebaran informasi kepada unit pengguna yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan.
Penyelenggaraan P2 Surveilance harus sejalan dengan visi dan misi puskesmas, dengan
menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit yang berpotensi
mewabah/ KLB. Dengan adanya KAK tersebut, pengelola P2 Surveilance akan mengetahui
bagaimana kegiatan P2 Surveilance berjalan efisien dan efektif.
II. Tujuan
KAK ini akan menjadi acuan kinerja penyelenggara P2 Surveilance Puskesmas Sungai
Geringging dengan harapan pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance dapat dilaksanakan
secara efisien serta dapat meningkatkan kinerja yang tinggi dan bersinergi dengan
program-program lain.
III. Sasaran
4. Tim P2
5. Pengelola P2 Surveilance
6. Masyarakat
Jasri,Amd.Kep
NIP.
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN PENGOBATAN TB
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
III.MANFAAT
a. Menyebuhkan pasien TB
IV. PELAKSANAAN
b. Tim pelaksana
V. METODE
VI. ANGGARAN
-
Jasri,Amd.Kep
NIP.
I. Pendahuluan
Dua permasalahan kesehatan yang sampai saat ini terus diatasi adalah kasus HIV dan TB.
Bersama dengan malaria, pengendalian kedua penyakit tersebut menjadi bagian dari komitmen
global dalam MDGs (Millenium Development Goals). Baik HIV maupun TB merupakan penyakit
menular yang jumlah kasusnya cenderung bertambah dalam kurun waktu tertentu sehingga perlu
penanganan maksimal untuk menekan penyebarannya. Kedua penyakit tersebut memiliki
perbedaan cara penularan dan mengakibatkan infeksi yang berbeda pula, namun apabila keduanya
bersekutu, kedua penyakit tersebut dapat menjadi ancaman bagi keselamatan seseorang baik
seseorang dengan HIV positif maupun orang yang sehat.
Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB per 100.000 penduduk dengan estimasi
prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 0,8% secara nasional (WHO Report 2007). Survei yang
dilaksanakan oleh Balitbang Depkes (2003) menunjukkan bahwa pasien dengan koinfeksi TB-HIV
pada umumnya ditemukan di RS da Rutan/Lapas di beberapa propinsi dan TB ditemukan sebagai
infeksi oportunis utama pada pasien AIDS di RS. Diperkirakan jumlah pasien TB dengan status
HIV positif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,5% mengalami peningkatan dibanding tahun
2012 sebesar 3,3% (Global Report WHO 2013). Peningkatan yang cukup besar ini
mengindikasikan bahwa kedua penyakit tersebut sangat berhubungan erat sehingga mengetahui
sejak dini dapat menimimalisir berkembanganya TB pada pasien HIV positif sekaligus menekan
penyebaran keduanya. Meski sudah ada program DOTS yang diperkenalkan sejak tahun 1995, di
Indonesia hingga saat ini kematian yang diakibatkan oleh TB masih berkisar 64,000 orang per
tahun, prevalensi TB berkisar 680,00 orang dan kasus TB baru berkisar 460,000 orang (WHO,
2014).
Tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV adalah mencegah meluasnya penularan
kedua penyakit tersebut dan mencegah terjadinya interaksi diantara kedua penyakit tersebut.
Eratnya kaitan antara TB dengan HIV membutuhkan kolaborasi penanganan antara keduanya
secara tepat dan tegas. Hal tersebut adalah tantangan utama yang harus dihadapi dalam penanganan
TB dan HIV dari awal hingga akhir, artinya mulai dari proses penanganan untuk pencegahan dini
hingga proses monitoring dan evaluasi. Tepat dalam arti sesuai dengan sasaran dan tujuan
penanganan dan tegas dalam arti berdasarkan peraturan sehingga penanganan berada dalam koridor
yang ditetapkan.
Upaya Kementerian Kesehatan untuk memulai penemuan kasus TB secara aktif di tingkat
komunitas populasi kunci yang terdampak oleh HIV dan AIDS adalah dengan mengembangan
proyek TB REACH dimana tujuannya adalah meningkatkan penemuan kasus TB pada populasi
kunci dan mendukung upaya akselerasi testing HIV dan inisiasi dini ARV. Untuk mencapai tujuan
terebut, Kemenkes RI melaksanakan upaya untuk mengintegrasikan upaya penemuan kasus TB
secara aktif ke dalam kegiatan outreach (penjangkauan dan pendampingan) pada populasi kunci
dalam penanggulangan HIV dan AIDS khususnya kelompok waria, pekerja seks dan pengguna
napza suntik (penasun) di 23 kabupaten/kota dari 4 provinsi (Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan
Papua).
III. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata
rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan
masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA
Positif yang ditemukan
2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap
Jasri,Amd.Kep
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN
DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING
KECAMATAN SUNGAI GERINGGING
Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563
Email : pusk.sungaigeringging@gmail.com
I.LATARBELAKANG
TB Paru sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks, baik sosial ekonomi , budaya, keamanan dan
ketahanan nasional. Pada tahun 2017 di Puskesmas Sungai Geringging perkiraan penderita BTA
positif 1905 kasus, dimana kasus-kasus tersebut perlu pemantauan dari petugas kesehatan, untuk
itu diperlukan kunjungan rumah kasus TB maupun kusta.
II. TUJUAN
III. SASARAN
Sasaran kunjungan rumah ini adalah penderita TB dengan BTA +, TB dengan BTA -, TB anak,
TB DO, TB Mangkir,TB MDR/ suspek MDR, TB HIV, TB DM dalam proses pengobatan serta
pengawasan pasca pengobatan.
IV. PELAKSANAAN
V. METODE
4. Membuat kesimpulan
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN PENEMUAN SUSPEK TB
I.LATARBELAKANG
TB sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks, baik sosial ekonomi , budaya, keamanan dan
ketahanan nasional.
Pada tahun 2016 di Puskesmas Sungai Geringging ditemukan suspek sebanyak 220 suspek,
dimana kasus-kasus tersebut perlu diperiksa dahaknya untuk menentukan BTA +.
II. TUJUAN
Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Menemukan penderita suspek TB;
4.
III. SASARAN
IV. PELAKSANAAN
V. METODE
2. Bidan Desa dan petugas mendapatkan informasi dari masyarakat dan fasyankes tentang
kasus-kasus dengan gejala suspek TB;
3. Bidan Desa dan petugas membuat kesepakatan dengan laboratorium puskesmas waktu
pengiriman dahak;
4. Bidan Desa dan petugas mengunjungi rumah suspek, minimal dalam 1 kali kegiatan
mendapatkan 2 kasus suspek.
5. Bidan Desa dan petugas melakukan KIE dan memotivasi penderita suspek TB :
- Menjelaskan tentang suspek TB
- Memberikan pot dahak untuk pengumpulkan dahak pagi dan dahak sewaktu
6. Bidan Desa dan petugas mengambil dan menyerahkan sampel dahak ke petugas laboratorium
puskesmas.
7. Bidan Desa dan petugas mendapatkan feedback hasil laboratorium dari petugas puskesmas.
VII. ANGGARAN
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR
I.LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas adalah Malaria. Malaria
adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2
7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit ( trombositopenia ), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma ( peningkatan trombosit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot &
tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi MALARIA
berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit ( asimtomatik ). Sebagian lagi akan menderita
demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan ada yang mengakibatkan
kematian.
Di Indonesia kasus MALARIA berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin
meningkat angka kesakitan dan sebaran wilayah terjangkit. Demikian juga di Puskesmas Sungai
Geringging selama 5 tahun terakhir kasus MALARIA berfluktuatif namun cenderung mengalami
peningkatan. Tahun 2012 angka kesakitan 10, 2 per 100.000 penduduk meningkat menjadi 39 per
100.000 penduduk pada tahun 2013 dan sempat menurun pada tahun 2014 sebesar 21 per
100.000 penduduk tetapi mengalami penigkatan kasus lagi pada tahun 2015 sebesar 61 per
100.000 penduduk. tahun 2016 sebesar 73 per 100.000 penduduk Sedangkan angka kematian
kasus ( case fatality rate ) berkisar antara 1 % s/d 1,1 %.
MALARIA diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas sebarannya
karena vektor penular MALARIA tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun di tempat
umum. Selain itu juga karena kepadatan dan mobilitas penduduk, perilaku masyarakat,
perubahan iklim dan ketersediaan air bersih.
Cara yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari MALARIA yang penting saat
ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular melalui kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk ( PSN ) . PSN yang baik adalah PSN berkualitas ( 3M plus ) yang dilakukan sendiri
oleh masyarakat ( PSN mandiri ) secara rutin dan berkelanjutan.
Agar PSN dapat berjalan dengan baik maka dalam pelaksanaannya perlu kerjasama dan
peran dari program dan sektor terkait serta peran serta masyarakat. Unit terkecil organisasi sosial
masyarakat di Puskesmas Sungai Geringging yang dapat didayagunakan dalam membantu
program PSN adalah kelompok Dasa Wisma ( DAWIS ) dengan anggota yang tidak terlalu
banyak ( 10 15 KK ) maka program PSN diharapkan lebih efektif dan efisien.
II. TUJUAN
2. Membudayakan masyarakan agar secara rutin dan berkelanjutan melakukan PSN berbasis
Dasa Wisma sehingga angka bebas jentik ( ABJ ) di atas atau sama dengan 95 %.
III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah semua lingkungan rumah ( kontainer / bredingplace baik di dalam
maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam dua RW.
IV. PELAKSANAAN
V. METODE
- 1 minggu sekali diupayakan setiap hari Jumat / Sabtu, keluarga melakukan PSN.
- Kader bersama petugas puskesmas dalam waktu 1 bulan sekali ( waktu disepakati setiap
minggu ke berapa ) mensupervisi, dengan cara menggunakan mata telanjang atau
menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik nyamuk penular MALARIA di :
- Di dalam rumah atau gedung meliputi semua penampungan air seperti bak mandi,
tampungan air kulkas, dispenser, pot / vas bunga dll
Di luar rumah meliputi semua kontainer / tempat yang dapat menampung air seperti ban
bekas, pecahan gelas botol, mainan anak, potongan bambu, talang dll
- Bila menemukan jentik nyamuk dicatat di formulir pemantauan jentik dan
langsung dilakukan pemberantasan jentik dengan cara dikuras dan disikat, dibalikkan
kontainernya, ditutup dengan tanah, dikubur, ditutup kontainer yang menampung air
Melaporkan hasil ke ketua RW, kepala desa dan puskesmas
VI. PENANGGUNG JAWAB
VII. ANGGARAN
I. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas adalah Malaria. Malaria
adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus malaria yang ditandai demam 2
7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit ( trombositopenia ), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma ( peningkatan trombosit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot &
tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi MALARIA
berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit ( asimtomatik ). Sebagian lagi akan menderita
demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan ada yang mengakibatkan
kematian.
Di Indonesia kasus MALARIA berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin
meningkat angka kesakitan dan sebaran wilayah terjangkit. Demikian juga di Puskesmas Sungai
Geringging selama 5 tahun terakhir kasus MALARIA berfluktuatif namun cenderung mengalami
peningkatan. Tahun 2012 angka kesakitan 10, 2 per 100.000 penduduk meningkat menjadi 39 per
100.000 penduduk pada tahun 2013 dan sempat menurun pada tahun 2014 sebesar 21 per
100.000 penduduk tetapi mengalami penigkatan kasus lagi pada tahun 2015 sebesar 61 per
100.000 penduduk. tahun 2016 sebesar 73 per 100.000 penduduk Sedangkan angka kematian
kasus ( case fatality rate ) berkisar antara 1 % s/d 1,1 %.
MALARIA diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas sebarannya
karena vektor penular MALARIA tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun di tempat
umum. Selain itu juga karena kepadatan dan mobilitas penduduk, perilaku masyarakat,
perubahan iklim dan ketersediaan air bersih.
Cara yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari MALARIA yang penting saat
ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular melalui kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk ( PSN ) . PSN yang baik adalah PSN berkualitas ( 3M plus ) yang dilakukan sendiri
oleh masyarakat ( PSN mandiri ) secara rutin dan berkelanjutan.
Agar PSN dapat berjalan dengan baik maka dalam pelaksanaannya perlu kerjasama dan
peran dari program dan sektor terkait serta peran serta masyarakat. Unit terkecil organisasi sosial
masyarakat di Puskesmas Sungai Geringging yang dapat didayagunakan dalam membantu
program PSN adalah kelompok Dasa Wisma ( DAWIS ) dengan anggota yang tidak terlalu
banyak ( 10 15 KK ) maka program PSN diharapkan lebih efektif dan efisien.
II. TUJUAN
4. Membudayakan masyarakan agar secara rutin dan berkelanjutan melakukan PSN berbasis
Dasa Wisma sehingga angka bebas jentik ( ABJ ) di atas atau sama dengan 95 %.
III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah semua lingkungan rumah ( kontainer / bredingplace baik di dalam
maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam dua RW.
IV. PELAKSANAAN
V. METODE
- 1 minggu sekali diupayakan setiap hari Jumat / Sabtu, keluarga melakukan PSN.
- Kader bersama petugas puskesmas dalam waktu 1 bulan sekali ( waktu disepakati setiap
minggu ke berapa ) mensupervisi, dengan cara menggunakan mata telanjang atau
menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik nyamuk penular MALARIA di :
- Di dalam rumah atau gedung meliputi semua penampungan air seperti bak mandi,
tampungan air kulkas, dispenser, pot / vas bunga dll
Di luar rumah meliputi semua kontainer / tempat yang dapat menampung air seperti ban
bekas, pecahan gelas botol, mainan anak, potongan bambu, talang dll
- Bila menemukan jentik nyamuk dicatat di formulir pemantauan jentik dan
langsung dilakukan pemberantasan jentik dengan cara dikuras dan disikat, dibalikkan
kontainernya, ditutup dengan tanah, dikubur, ditutup kontainer yang menampung air
Melaporkan hasil ke ketua RW, kepala desa dan puskesmas
VII. ANGGARAN
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN SURVEILANS BERBASIS KEJADIAN
I.LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatan saat ini mempunyai beban ganda ( double burden ).
Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar. Selanjutnya berbagai penyakit
baru ( new emerging disease ) ditemukan, disisi lain ada kecenderungan peningkatan penyakit
yang selama ini sudah berhasil dikendalikan ( reemerging disease ).
Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sebagai
kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB, pengertian ini menyembunyikan makna
analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses
kegiatan surveilans epidemiologi. Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans
epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan, agar dilakukan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.
II. TUJUAN
5. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah penyakit potensial KLB atau yang diperlakukan seperti
KLB, sebagai contoh :DBD, Ckikungunya, Campak klinis, AFP, Polio, Difteri, Pertusis, GHPR
( rabies ), Malaria, Flu Burung, Flu Babi, Leptospirosis, Meningitis, keracunan, diare ( balita
atau adanya peningkatan kasus diare ), pneumonia balita, penyakit menular lain yang ada
kecenderungan peningkatan.
6. PELAKSANAAN
7. METODE
3. Pengolahan data
5. Penyebarluasan informasi
8. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung jawab kegiatan ini adalah Programer Surveilans KLB dan PD3I, Diare, ISPA,
Zoonosis
9. ANGGARAN
Waktu/Jam :
Hari/Tanggal :
Sasaran :
Media :
Laptop
LCD
MATERI
1.Pengertian TBC/Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan
di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif
atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC
diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap
menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus
waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
Sumber penularan TBC adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC
menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang
mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.Penyakit TBC
biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan
mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini
membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan
beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun,
virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya
infeksi TBC.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN
DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING
KECAMATAN SUNGAI GERINGGING
Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563
Email : pusk.sungaigeringging@gmail.com
I. Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama di negara-negara dengan beban TB
yang tinggi di wilayah Asia Tenggaran yang berhasil mencapai target Millennium
Development Goals (MDGs) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA
positif dan 85% kesembuhan. Berdasarkan Global TB Report WHO 2011, Indonesia berada
pada urutan keempat dari 22 negara dengan beban TB tertinggi di dunia, dan urutan ke
sembilan dari 27 negara dengan beban multi drug resistance (MDR) TB di dunia. Akan tetapi,
penatalaksanaan TB di Indonesia terutama di sebagian besar rumah sakit, klinik dan praktek
swasta belum sesuai dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) atau
pun standar pelayanan sesuai International Standards for Tuberculosis Care (ISTC). Keadaan
ini menyebabkan timbulnya dan meningkatnya kasus TB dengan resisten Obat Anti TB (OAT).
.
III. Tujuan
Agar penjaringan suspek TB MDR bisa terlaksana dengan baik dan pasien TB MDR
bisa tuntas melakukan pengobatan