Oleh :
1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). Penyebab kematian bayi terbanyak karena
kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada
saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2009).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara
global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka
kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2005. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila
di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN.
Di Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara nasional menurut analisa
SDKI 2002-2003 kejadian BBLR sebesar 6 %. Kejadian BBLR berdasarkan
provinsi bervariasi dengan rentang 2 %-15,1 % dimana yang terendah di provinsi
sumatera utara dan tertinggi di provinsi Sulawesi selatan. Di jawa berat BBLR
merupakan penyebab kematian bayi (0-1 tahun) nomor 3 pada tahun 1998 (8,5 %)
dan nomor 4 pada tahun 1999 (8,71 %).
Melihat berbagai hal diatas maka kami bermaksud untuk melakukan
penyuluhan tentang BBLR di Puskesmas Jagir Surabaya sehingga dapat
menambah pengetahuan pada masyarakat tentang BBLR dan menjadi mengerti
tentang akibat dari BBLR dan mengetahui cara mencegah BBLR dan mengetahui
penatalakasanaan penanganan dari BBLR, sehingga angka kematian bayi akibat
BBLR dapat berkurang.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan
peserta dapat mengetahui dan menambah pengetahuan tentang Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
6 Sasaran
Semua pasien di Puskesmas Jagir Surabaya
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
b. Setting tempat
P Ob
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Keterangan:
P : Penyaji
Ob : Observer
Ps : Peserta
G. KEPANITIAAN
1) Pengorganisasian
a. Moderator : Nazilatur Rohma
b. Penyaji : M. Asrorun Niam
c. Observer : Mahrudi
2) Uraian Tugas
a. Moderator
Uraian tugas :
1. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan Tim kepada
peserta penyuluhan.
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3. Menutup acara penyuluhan.
b. Penyaji
Uraian tugas :
1. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta penyuluhan.
2. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya.
c. Observer :
1. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan
2. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
5. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa
tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.
H. EVALUASI
1) Evaluasi terstruktur
- Peserta hadir ditempat penyuluhan.
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP.
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan.
- Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan model dan media yang akan
digunakan.
- Kesiapan audiensi meliputi kesiapan menerima penyuluhan.
2) Evaluasi proses
- Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan
oleh penyuluh.
- Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon
positif dari peserta.
- Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak
meninggalkan tempat.
- Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan
secara benar.
- Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana rileks.
3) Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi:
- Peserta dapat menyebutkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan masalah pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan penanganan pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan pencegahan terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
MATERI PENYULUHAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
A. Definisi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawiroharjo, 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun
1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram
disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010 dalam Alya, 2014).
Berat lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran yang
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.berat badan merupakan ukuran
antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR
(WHO, 2010).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 2500 gram; (2) Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.
Alya, Dian. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bayi Brat Lahir
Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun
2013. Skripsi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ubudiyah