Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DI PUSKESMAS JAGIR, SURABAYA


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Oleh :

1. M. Asrorun Niam (1120016015)


2. Mahrudi (1120016077)
3. Nazilatur Rohma (1120016040)

Progam studi Profesi Ners


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). Penyebab kematian bayi terbanyak karena
kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada
saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2009).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara
global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka
kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2005. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila
di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN.
Di Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara nasional menurut analisa
SDKI 2002-2003 kejadian BBLR sebesar 6 %. Kejadian BBLR berdasarkan
provinsi bervariasi dengan rentang 2 %-15,1 % dimana yang terendah di provinsi
sumatera utara dan tertinggi di provinsi Sulawesi selatan. Di jawa berat BBLR
merupakan penyebab kematian bayi (0-1 tahun) nomor 3 pada tahun 1998 (8,5 %)
dan nomor 4 pada tahun 1999 (8,71 %).
Melihat berbagai hal diatas maka kami bermaksud untuk melakukan
penyuluhan tentang BBLR di Puskesmas Jagir Surabaya sehingga dapat
menambah pengetahuan pada masyarakat tentang BBLR dan menjadi mengerti
tentang akibat dari BBLR dan mengetahui cara mencegah BBLR dan mengetahui
penatalakasanaan penanganan dari BBLR, sehingga angka kematian bayi akibat
BBLR dapat berkurang.

2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan
peserta dapat mengetahui dan menambah pengetahuan tentang Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).

2.2 Tujuan Khusus


Setelah mendapat materi penyuluhan diharapkan peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2. Mengetahui faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
3. Mengetahui karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
4. Mengetahui masalah pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
5. Mengetahui penanganan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
6. Mengetahui pencegahan terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

4 Khalayak sasaran strategi dan output


Output mitra
No Sasaran Strategi
Puskesmas Jagir Surabaya
1 Semua pasien di Puskesmas
Jagir Surabaya
5 Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

6 Sasaran
Semua pasien di Puskesmas Jagir Surabaya
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Pokok Bahasan : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, faktor resiko, karakteristik, masalah yang
terjadi, penanganan, serta pencegahan terjadinya Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners UNUSA
Sasaran : Semua pasien di Puskesmas Jagir Surabaya
Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Jagir Surabaya
Hari/ Tanggal : Jumat/19 Mei 2017
Alokasi waktu : 30 menit

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan peserta
dapat mengetahui dan menambah pengetahuan tentang Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapat materi penyuluhan diharapkan peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2. Mengetahui faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
3. Mengetahui karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
4. Mengetahui masalah pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
5. Mengetahui penanganan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
6. Mengetahui pencegahan terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
C. MATERI
Terlampir
D. METODE
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
E. MEDIA
1) Leaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
a. Setting waktu
No. Waktu Kegiatan Penyajian Respon Peserta Media
1. Pembukaan - Memberikan salam - Menjawab salam
(10 menit) - Memperkenalkan diri - Peserta memahami
- Menyampaikan tujuan maksud dan tujuan
penyuluhan
2. Pelaksanaan - Menyampaikan materi - Mendengarkan Leaflet
(20 menit) menjelaskan: materi penyuluhan
Pengertian Bayi Berat yang disampaikan
Lahir Rendah (BBLR), - Peserta
faktor resiko Bayi Berat memperhatikan
Lahir Rendah (BBLR), jalannya penyuluhan
karakteristik Bayi Berat - Peserta bertanya
Lahir Rendah (BBLR),
masalah pada Bayi
Berat Lahir Rendah
(BBLR), penanganan
pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), dan
pencegahan terjadinya
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
- Tanya jawab
3. Penutup - Menyimpulkan dan - Peserta mampu
(10 menit) rencana tidak lanjut, menjawab pertanyaan
evaluasi dengan yang diajukan
memberikan - Menjawab salam
penyuluhan tentang
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR),
- Menutup dengan salam.

b. Setting tempat
P Ob
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Ps Ps Ps Ps Ps Ps

Keterangan:
P : Penyaji
Ob : Observer
Ps : Peserta
G. KEPANITIAAN
1) Pengorganisasian
a. Moderator : Nazilatur Rohma
b. Penyaji : M. Asrorun Niam
c. Observer : Mahrudi
2) Uraian Tugas
a. Moderator
Uraian tugas :
1. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan Tim kepada
peserta penyuluhan.
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3. Menutup acara penyuluhan.
b. Penyaji
Uraian tugas :
1. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta penyuluhan.
2. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya.

c. Observer :
1. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan
2. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
5. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa
tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.
H. EVALUASI
1) Evaluasi terstruktur
- Peserta hadir ditempat penyuluhan.
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP.
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan.
- Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan model dan media yang akan
digunakan.
- Kesiapan audiensi meliputi kesiapan menerima penyuluhan.
2) Evaluasi proses
- Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan
oleh penyuluh.
- Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon
positif dari peserta.
- Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak
meninggalkan tempat.
- Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan
secara benar.
- Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana rileks.

3) Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi:
- Peserta dapat menyebutkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan faktor resiko Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan masalah pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan penanganan pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
- Peserta dapat menyebutkan pencegahan terjadinya Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
MATERI PENYULUHAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Definisi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawiroharjo, 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun
1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram
disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010 dalam Alya, 2014).
Berat lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran yang
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.berat badan merupakan ukuran
antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR
(WHO, 2010).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 2500 gram; (2) Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.

B. Faktor Resiko BBLR


Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia
bayi belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. Usia ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
b. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. Karakteristik BBLR
Karakteristik yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5. Kepala lebih besar dari tubuh
6. Kulit tipis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapat apnea
11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna
D. Masalah pada BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah yang sering terjadi
antara lain sebagai berikut :
1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga penyakit membrane hialin karena pada stadium terakhir akan
terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi premature karena reflex menelan dan batuk belum
sempurna.
3. Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena
anoksia otak.
4. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan, karena faktor kematangan hepar sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
5. Hipoglikemia
Keadaan ini dapat terjadi pada kira-kira 15 persen pada bayi dengan berat lahir
rendah. Karena itu, pemeriksaan secara teratur terhadap kadar glukosa bayi
harus dilakukan hingga dapat diberikan makanan. Jika terdeteksi, dapat
diberikan glukosa melalui infuse intravena (6-9 mg/kg/menit).
6. Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi karena terbatasnya kemampuan untuk
mempertahankan suhu panas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya system saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relative lebih besar dibandingkan berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
E. Penanganan BBLR
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) adalah :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi (ASI)
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi
dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat.
5. Tali pusat dalam keadaan bersih.
6. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
F. Pencegahan
Hal yang dapat dilakukan ibu hamil untuk mencegah terjadinya Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut :
1. Mencegah persalinan pada kehamilan muda,misalnya dengan mengatur
aktivitas, istirahat cukup,menghindari stress, tidak minum jamu atau obat yang
tidak dianjurkan dokter/bidan.
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur yang berkualitas
3. Meningkatkan status nutrisi ibu
DAFTAR PUSTAKA

Alya, Dian. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bayi Brat Lahir
Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun
2013. Skripsi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ubudiyah

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono

World Health Organization. 2010. World Health Statistic Indicator. Geneva,


Switzerland : http://www.who..int/whosis/indicators/WHS10
Indicators Compendium 20100513.pdf.
LAMPIRAN
Pertanyaan
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai