a. Pendekatan Incremental-Strategis
Rencana teknis penataan kawasan perkotan merupakan bagian dari penataan ruang
kota, yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan kota dalam aspek
keruangan. Rencana rinci penataan kawasan tersebut memuat serangkaian
kegiatan yang bertujuan untuk mencapai maksud dan tujuan pembangunan ruang
kota, yaitu membentuk wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kota yang
efektif dan efesien. Suatu produk Rencana Teknis penataan kawasan perkotaan
yang baik harus operasional, oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan
yang ditetapkan harus realistis, demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan
yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang realistis adalah:
Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota.
Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota.
Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses
pembangunan.
Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata.
Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kota.
Mengenali aturan main yang berlaku dalam proses pembangunan kota.
b. Pendekatan Strategis-Proaktif
Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan
incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis proaktif adalah :
a. Sistem lingkungan
Merupakan kriteria perencanaan yang berkaitan dengan segi fisik material dalam
bentuk wujud tata letak ataupun fisik bangunan.
Pada sistem ini mencakuip :
konteks fisik ; klimatologis, geologis, topografis, landuse, bentuk bangunan,
pola sirkulasi dan peraturan-peraturan pemerintah maupun daerah yang
terkait
konteks kebudayaan ; tradisi, cara hidup, hubungan sosial, politik, ekonomi,
religi, ilmu pengetahuan, keindahan (estetis) dan teknologi.
b. Sistem manusia
Merupakan kriteria perencanaan yang berhubungan dengan segi non fisik, yang
merupakan
pendekatan dari segi tingkah laku (behavior approach) manusia sebagai pemakai
dari wujud
fisik bangunan.
Pada sistem ini tercakup :
Beberapa aktifitas organis: lapar, haus, belanja, interaksi social
Tata ruang : fungsional, territorial
Perletakan dan lokasi : statis dan dinamis
Sosial : privacy dan public
Sensor : penglihatan, perasaan, pendengaran, panas, dingin, keindahan dan
keseimbangan
Kedua sistem tersebut berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan harus dapat
diintegrasikan
dalam desain bentuk bangunan yang direncanakan di dalam Kabupaten Merangin.
Konsep Perancangan
Konsep dasar perancangan didasarkan pada perilaku/aktifitas kehidupan sehari-hari
yang
merupakan konsep utama dalam pendekatan perancangan Kabupaten Merangin.
Pendekatan terhadap konsep penunjang (konsep ramah lingkungan) menjadi alat
bantu dalam
mendesain secara konkrit.
Sasaran utama yang akan dicapai dengan konsep-konsep ini adalah menciptakan
suasana
lingkungan perkotaan yang nyaman, rapi, aman, terjangkau oleh konsumen
pengguna dan
tetap peduli terhadap lingkungan.
Sasaran lainnya adalah menciptakan suasana Kabupaten Merangin ini dalam
dimensi
yang lebih modern, desain bentuk tipikal bangunan rumah tinggal yang efisien dan
efektif serta
lingkungan perumahan yang dirancang secara terpadu akan menjadi dinamika
Kabupaten Merangin ini tanpa meninggalkan sifat kekhasannya, yaitu
kesederhanaan.
Dalam kegiatan yang dilakukan dengan Pokjanis, kegiatan yang dilakukan ada 2
(dua) diantaranya adalah penyamaan persepsi dan penyepakatan Rencana Kerja;
dan Rapat Teknis serta rencana tindak kawasan. Kemudian untuk kegiatan yang
kedua, yaitu pendekatan kegiatan yang dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat
dan stakeholder kota. Kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan forum kota ke-
1 (materi yang dilontarkan adalah materi berdasarkan rumusan hasil FGD-1 di
daerah) untuk mendapatkan output yang diharapkan untuk menginisiasikan
asosiasi kawasan. Kegiatan forum kota ke-2 juga demikian, seperti halnya forum
kota sebelumnya, dalam kegiatan ini juga input yang menjadi masukan kegiatan ini
adalah kegiatan FGD-2, begitupun dengan forum kota-3. Fungsi dari ketiga forum
ini adalah untuk menetapkan asosiasi kawasan perencanaan dalam hal
pembentukan kelembagaan asosiasi kawasan.
Untuk kegiatan yang dilakukan tim konsultan, kegiatan yang dilakukan merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan perumusan konsep serta analisis perencanaan
penataan RTBL Kabupaten Merangin, diantaranya adalah Penanganan Kawasan
Penataan, Pengendalian Kawasan, Rencana Investasi Kawasan DED (Detail
Engineering Design), Finalisasi hingga pelaporan untuk kegiatan ini.
Tahap Persiapan
Dalam Tahap persiapan ini dilakukan kegiatan Anaisis Kawasan dan Wilayah
Perencanaan yang
berfokus pada pemantapan rencana pelaksanaan kerja dan metoda pelaksanaan
pekerjaan
yang riil akan dilaksanakan. Kegiatan awal dari tahap persiapan dimulai dengan
Persiapan Dasar
berupa penajaman output & lingkup, metodologi, jadwal pekerjaan dan penyamaan
persepsi
dari tim konsultan yang dilakukan dalam format diskusi informal dengan Tim Teknis
.
Pararel dengan kegiatan persiapan dasar,
akan dilakukan pula Kajian Pustaka berupa
: review RTRW Kabupaten Merangin, kajian
kebijakan sektoral pada tingkat kota, serta
kajian teoritis terkait dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Kedua kegiatan ini
dilaksanakan selama dua minggu, dari
minggu pertama hingga minggu kedua.
Hasil-hasil dari desk studi ini kemudian
akan menjadi bahan bagi pelaksanaan
survey pendahuluan (preliminary survey)
yang akan dilaksanakan pada minggu ke
tiga. Survey pendahuluan ini dilakukan
melalui visualisasi kondisi kawasan dan
mengidentifikasi lokasi dan permasalahan
yang mungkin ditemui di lapangan. Hasil
dari survai pendahuluan ini selanjutnya
dituangkan kedalam perumusan isu
permasalahan, hipotesa dan sintesa awal
serta deliniasi awal kawasan perencanaan.
Keseluruhan hasil dari tahap ini selanjutnya
dituangkan kedalam laporan pendahuluan
yang kemudian akan dibahas dengan tim
teknis pada minggu ke empat, sekaligus
menandai berakhirnya tahap persiapan.
Kegiatan persiapan ini terbagi 3 (tiga) bagian yaitu : (i) persiapan dasar, (ii) desk
studi, dan (iii)
survai pendahuluan.
a. Persiapan dasar, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertajam serta
mendudukan rencana serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang riil akan
dilaksanakan.
Kegiatan persiapan dasar ini lebih ditekankan pada koordinasi intern dengan
pemberi kerja
untuk memperoleh kesepakatan mengenai metoda dan rencana kerja yang akan
dilaksanakan.
b. Desk Studi, dilakukan untuk mempertajam pemahaman tentang diagnosa awal
potensi
permasalahan pengembangan Kabupaten Merangin.
c. Survai Pendahuluan (Preliminary Survai), merupakan kegiatan peninjauan lokasi
Kabupaten Merangin yang ditekankan pada : orientasi awal wilayah perencanaan,
dan
memperoleh gambaran isu permasalahan, hipotesa dan sintesa awal serta deliniasi
awal
wilayah perencanaan.
Secara keseluruhan, metoda yang digunakan pada tahap ini adalah : desk study
book review,
stakeholders approach dan visualisasi lapangan dengan keseluruhan kegiatan
berupa :
1. Me-mobilisasi tenaga-tenaga ahli yang dilibatkan dan penyiapan perangkat-
perangkat
pekerjaan yang mendukung, seperti: perangkat komputer dan perangkat kantor.
2. Pada bagian ini juga menguraikan isu-isu mengenai Kebijakan Pembangunan
Provinsi
Kalimantan Barat , khususnya terkait dengan pengembangan wilayah dan
perkembangan
industri, baik isu yang menguatkan dan isu yang bersifat melemahkan perencanaan
kawasan dan juga identifikasi permasalahan kawasan.
3. Isu dan permasalahan diperoleh dengan metode kajian dan review literatur
terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Barat serta kebijakan-
kebijakan
sektoral.
4. Mengkaji dan me-review literatur-literatur tersebut dilakukan dengan bersama-
sama oleh
semua anggota tim dengan metode desk study dan stake holder approach untuk
mencapai
kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan.
5. Selain itu, penyamaan persepsi juga dilakukan untuk desain pengerjaan; jadual
pengerjaan;
metodologi; deliniasi dan luas kawasan; dan sistematika pengerjaan.
6. Survai pendahuluan dilakukan dalam upaya untuk memperoleh gambaran awal
serta
orientasi kawasan perencanaan melalui metoda visualisasi lapangan (bersifat over
view
saja, bukan observasi lapangan yang lebih mendalam).
Tahap ini diawali dengan kegiatan pengumpulan data dan survai yang bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran nyata kondisi wilayah perencanaan, sehingga diharapkan
rencana
yang dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan.
Pengumpulan data
yang akan dilakukan dalam survai ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu
Pengumpulan data
sekunder dan pengumpulan data primer.
- Pengumpulan Data
Dari hasil telaah awal, Konsultan mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini
seperti
dalam tabel berikut. Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang
tertera pada
tabel tersebut setelah melakukan survai dan kajian awal wilayah perencanaan maka
desain
kebutuhan data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai kebutuhan dan
karakteristik
spesifik wilayah perencanaan.
Tabel Kebutuhan Data TTBL Kabupaten Merangin
Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti :
data fisik dan penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll
Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak
duplikasi
Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal
sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta
tematik dll
Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel
isian dan peta isian tematik
Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian,
prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunder
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat
uraian
deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian
dan
menuangkan informasi kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan
mikro dan
makro. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program
setiap
aspek.
- Analisis
Kelanjutan dari proses kompilasi dan tabulasi adalah proses analisis. Ada empat hal
utama
yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :
1. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang;
2. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa
lalu
sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan, terutama
pengaruh
tumbuhnya fungsi baru khususnya pada pelayanan kabupaten;
3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan
antar sub
sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu
berkembang, serta perhitungan ruang dalam kawasan sebagai akibat
perkembangan di
masa depan;
4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah yaitu menilai kondisi
keuangan
Daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan, personalia, baik
pada saat
sekarang maupun yang diperlukan di masa depan.
Kegiatan analisis ini, secara substansi terbagi menjadi dua yaitu : analisis internal
dan analisis eksternal.
Analisis Eksternal menyangkut analisis terhadap kedudukan kawasan dalam
konstelasi makro dikaitkan dengan kebijakan pembangunan Provinsi Kalimantan
Barat , baik kebijakan spasial (RTRW) maupun kebijakan sektoral serta analisis
terhadap kedudukan kawasan dalam konteks keruangan makro, yaitu menyangkut
aksesibilitas eksternal kawasan dan dukungan infrastruktur terhadap Kabupaten
Merangin.
Analisis internal tapak terkait dengan kondisi eksisting dari kawasan perencanaan.
Analisis internal selalu menjadi aspek yang penting dalam proses perancangan
sebuah tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai
ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi permukaan, vegetasi dan kondisi bawah
tanah permukaan. Semua pertimbangan ini menuntut analisis dan penelitian yang
ekstensif dan mendetail untuk menghasilkan data-data yang akurat. Bagian ini
membahas berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut di
atas.
a. Analisis Topografi
Pada permukaan tapak, topografi merupakan salahsatu faktor yang penting yang
harus direncanakan. Lapisan geologi yang mendasari dan proses erosi alamiah yang
berjalan lambat mengakibatkan perbedaan kelandaian permukaan, lembah-lembah,
pegunungan dan perbukitannya. Ciri-ciri topografis ini sangat berpengaruh di dalam
menentukan suatu rencana tapak, karena akan menentukan karakteristik kawasan
lahan yang ada.
Penempatan bangunan pada tapak dalam Kabupaten Merangin dan kaitannya
terhadap bangunan lain sangat penting. Rencana perletakan bangunan ini
disesuaikan dengan kondisi topografi untuk menciptakan keserasian, sehingga
masalah drainase dapat diperkecil dan efisiensi fungsional bangunan ditingkatkan.
b. Analisis Klimatologi
Faktor klimatologi (matahari, angin, suhu dan pemandangan) merupakan
pertimbangan mendasar dalam menentukan pola atau tata letak bangunan. Melihat
letak geografis Kabupaten Merangin, faktor klimatologi terutama suhu udara yang
relatif sejuk memberi masukan penting dalam menentukan karakter bangunan.
Bukaan (exposure) bangunan terhadap suhu udara yang panas dan sinar matahari
harus diantisipasi oleh desain bangunan, tata letak massa bangunan serta pola
vegetasi untuk meredam panas dan memaksimalkan aliran udara ke dalam
bangunan ataupun tapak.
c. Analisis Hidrologis
Analisis hidrologis di kawasan perencanaan sangat penting dan erat kaitannya
dalam menentukan karakter dan pola drainase yang direncanakan. Analisis
hidrologis yang tepat diperlukan untuk merencanakan sistem drainase yang baik
dan tepat guna menghindari biaya konstruksi yang mahal
d. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas di dalam kawasan memberi pengaruh besar terhadap pembagian blok
(cluster) dan tata letak bangunan. Sedangkan penentuan alur aksesibilitas ini
dijabarkan dalam wujud pola jalan. Di dalam tapak telah terdapat rencana jalan
umum yang akan menghubungkan kawasan ke dan dari luar tapak. Dari rencana
jalan ini tampaknya akan menjadi titik tolak penentuan entry point ke dalam
kawasan. Bentuk tapak yang ada dan kondisi alamiah tapaknya memberikan satu
alternatif dalam penentuan entrance ke dalam tapak.
e. Analisis Pola Vegetasi
Pola vegetasi yang ada akan mempengaruhi karakter tapak yang akan
direncanakan. Jenis pohon/tanaman akan mencerminkan pula jenis tanah
permukaan yang ada. Pola vegetasi ini selanjutnya akan berperan pula dalam
perencanaan ruang terbuka dan tata hijau kawasan.
f. Analisis Estetika / View
Sumberdaya estetika tapak yang ada dalam kawasan perencanaan memberi andil
dalam mengolah bentuk ataupun tata letak bangunan di dalamnya untuk
memaksimalkan daya tarik visual yang akan direncanakan. Sumberdaya yang ada
ini diakibatkan oleh keragaman bentuk permukaan tanah yang memberi karakter
keruangan tersendiri.
3. Aspek strategis
Dari hasil analisis di atas, selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan tata
ruang kota yang dibagi dalam strategi penataan kawasan, strategi pengendalian,
dan strategi untuk melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta.
a. Strategi penataan kawasan; dapat dijabarkan lebih lanjut dalam skala prioritas
pengembangan berdasarkan tipe kecenderungan perkembangan meliputi kawasan
yang dinamis tumbuh selaras rencana, kawasan yang lambat tumbuh yang harus
dipercepat/distimulir, kawasan yang diharapkan tumbuh karena berbagai
pertimbangan, kawasan yang harus diperlambat dan dibatasi perkembangannya
atau kawasan yang harus ditata kembali. Dalam pembangunan penataan ruang
akan dirumuskan strategi pengembangan dan pengendalian serta pengelolaan
setiap fungsi kawasan dengan aspek-aspek: strategi pengembangan dan
pengendalian kawasan budi daya, sarana prasarana, sistem transportasi,
kelembagaan dan pengelolaan kawasan lindung;
b. Strategi pengembangan dan pengendalian; dalam upaya menggiring dan
mengarahkan sesuai rencana struktur ruang yang diharapkan maka perlu upaya
pengendalian, monitoring dan pengelolaan dengan berbagai mekanisme faktor
insentif
(mendorong/menstimulir), faktor disinsentif (melarang bahkan menghukum)
dengan tujuan seluruh arah pembangunan ruang sesuai dengan yang diharapkan;
c. Strategi melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta; dalam mewujudkan
pembangunan akan dilakukan berbagai pendekatan agar masyarakat memahami
dari hakekat dan tujuan rencana dan bersedia ikut terlibat dan berpartisipasi serta
mendukung rencana itu sendiri. Strategi pelibatan masyarakat adalah dengan
mengembangkan prinsip-prinsip keterbukaan dan trransparansi, melibatkan dalam
perumusan rencana sejak survai (menjadi responden, panel, nara sumber),
dilibatkan dalam perumusan rencana sampai tahap akhir.
4. Aspek implementasi rencana; rencana tata ruang akan dijabarkan lebih lanjut
agar operasional dengan dukungan rencana strategis (strategic plan) dan rencana-
rencana investasi (investment plan) pada beberapa kawasan prioritas dan akan
dilengkapi dengan indikasi program pembangunan dan petunjuk teknis
pembangunan. Untuk mendukung agar rencana dan program dapat disepakati dan
dapat direalisasikan, maka akan dirancang suatu mekanisme diseminasi, sosialisasi
rencana kepada seluruh pelaksana pembangunan, yang dalam hal ini adalah
masyarakat umum, pemerintah dan swasta.
a. Mekanisme pembiayaan; pada dasarnya merupakan rumusan dalam aspek
pendanaan pembangunan terkait dengan penataan ruang yang membutuhkan
keterlibatan bukan hanya pemerintah saja namun juga swasta dan masyarakat
yang akan bisa menarik minat untuk berinvestasi dalam pengembangan sarana dan
prasarana bagi swasta yang berminat;
b. Dukungan aspek legal; perlu dibuat legitimasi dari rencana dengan kekuatan
legal hukum yang dapat dijadikan pedoman pembangunan terkait aspek kepastian
hukum dalam program-program pembangunan dimana rencana yang dibuat
seyogyanya dapat diperdakan dan menjadi acuan seluruh komponen instansi
pemerintah, masyarakat dan swasta;
c. Mekanisme kelembagaan; pemanfaatan produk rencana dan implementasinya
harus didukung dengan kerja sama dan koordinasi berbagai instansi yang dapat
dirumuskan dalam bentuk suatu mekanisme kerja yang saling mendukung antara
pemerintah daerah;
d. Petunjuk teknis; produk rencana akan dilengkapi dengan petunjuk teknis agar
menjadi operasional dalam pelaksanaan di lapangan. Panduan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang secara teknis dapat menjadi acuan pembangunan pada
skala mikro. Petunjuk teknis akan dibuat dan merupakan pelengkap dan pendukung
teknis dalam setiap strategi dan arahan rencana yang dibuat.
Tahap ini merupakan proses akhir dari serangkaian kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari
pelaksanaan kegiatan seminar yang diselenggarakan pada tahap sebelumnya.
Fokus kegiatan pada tahap ini adalah lebih pada penyempurnaan hasil-hasil yang
telah disepakati pada pelaksanaan seminar. Keseluruhan hasil akhir akan
dituangkan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Merangin, Executive Summary, Dokumen DED, dan Media Sosialisasi
serta draft Surat Keputusan Bupati Merangin / RAPERDA yang nantinya menjadi
payung hukum bagi pelaksanaan dan evaluasi RTBL Kabupaten Merangin.
Rencananya tahap ini akan memakan waktu sekitar 1 bulan hingga akhir masa
pekerjaan.