Anda di halaman 1dari 31

Pendekatan Penanganan Pekerjaan

Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, terdapat berbagai kegiatan yang


memerlukan
penanganan berbeda, sesuai dengan karakteristik kegiatan dan sasaran antara
(milestone)
yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Pendekatan umum yang akan
digunakan
dalam penanganan pekerjaan ini dikelompokkan ke dalam karakteristik kebutuhan
penanganan
kegiatan, yaitu:
Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi
Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi dan
permasalahan
Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan rencana
teknik ruang
Pendekatan yang digunakan untuk masing-masing karakteristik pekerjaan tersebut
akan
dijelaskan pada bagian sub-bab berikut ini

4.3.1 Pendekatan Eksploratif dalam Pengumpulan Data


Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.
Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan informasi
maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep penanganan.

1) Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi


Dalam proses pengumpulan data dan informasi, pendekatan eksploratif digunakan
mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi
data dan informasi di lokasi studi yang dilakukan. Sifat pendekatan eksploratif yang
menerus akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan informasi
berdasarkan hasil temuan terakhir. Pendekatan eksploratif juga memungkinkan
proses pengumpulan data yang memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak
terbatas pada ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya ataupun
stakeholder yang terkait dan terkena imbas secara langsung dari kegiatan terkait,
namun juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku maupun tulisan singkat
yang memuat teori atau model penanganan kawasan perkotaan, penanganan lahan
perkotaan, dan studi kasus penerapan kebijakan pengembangan kawasan
perkotaan yang telah dilakukan.
Dalam pendekatan eksploratif ini sangat memungkinkan diperoleh informasi-
informasi tambahan yang tidak diduga sebelumnya atau yang tidak pernah
dikemukakan dalam teori-teori yang ada. Informasi yang didapat dengan
pendekatan ini bisa bersifat situasional dan berdasarkan pengalaman sumber.

2) Eksplorasi dalam Proses Analisa dan Evaluasi


Eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi dilakukan guna mengelaborasi pokok
permasalahan serta konsep-konsep penanganan dan pengembangan kawasan
perkotaan yang ada berikut dukungan regulasi dan kebijakan. Eksplorasi perlu
mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik permasalahan
melalui pendalaman pemahaman terhadap lokasi pekerjaan..
Proses eksplorasi ini akan mengkerucut pada suatu bentuk pendekatan yang
konfirmatif dalam menilai keseusaian suatu pola penanganan lahan industri serta
kebutuhan rumusan kebijakan yang dapat mengintervensi permasalahan agar pola
penanganan terpilih dapat diimplementasikan dan mencapai hasil yang optimal.
4.3.2 Pendekatan Studi Dokumenter dalam Identifikasi dan Kajian Materi
Pekerjaan
Pekerjaan ini memiliki kecenderungan sifat studi yang memerlukan dukungan
kegiatan kajian, baik terhadap literatur berupa tulisan, jurnal, dan hasil studi
terkait, hingga berbagai jenis regulasi dan kebijakan yang terkait dengan upaya
pengembangan kawasan khususnya dalam konsep kawasan perkotaan. Untuk itu,
diperlukan model pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan
mengeksplorasi berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi
dokumenter memiliki ciri pendekatan yang mengandalkan dokumen/data-data
sekunder seperti:
peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait
laporan perencanaan pengembangan kawasan perkotaan pada wilayah lain
(best practice)
Teori maupun konsep-konsep pengembangan kawasan perkotaan, termasuk
dalam aspek pendukungnya seperti kelembagaan, pengelolaan kawasan,
serta aspek pembiayaan.

4.3.3 Pendekatan Preskriptif dalam Perumusan Konsep Pengembangan


Kawasan Perkotaan
Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang
bersifat
kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan rekomendasi
yang
bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan ataupun kebijakan.
Pendekatan ini
bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai suatu rencana alternatif kebijakan untuk
kemudian
mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan dengan kemungkinan
implementasi kebijakan
dan program-programnya di masa yang akan datang. Dengan penggunaan
pendekatan
preskriptif ini, diharapkan studi tidak hanya terfokus pada analisa kondisi eksisting,
namun juga
dapat memperhatikan potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi penanganan
atau
kebijakan.
Pendekatan Perencanaan
4.3.4 Pendekatan Perencanaan Incremental-Strategis dan Strategis
Proaktif dalam Penyusunan RTBL Kawasan Perkotaan

a. Pendekatan Incremental-Strategis
Rencana teknis penataan kawasan perkotan merupakan bagian dari penataan ruang
kota, yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan kota dalam aspek
keruangan. Rencana rinci penataan kawasan tersebut memuat serangkaian
kegiatan yang bertujuan untuk mencapai maksud dan tujuan pembangunan ruang
kota, yaitu membentuk wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kota yang
efektif dan efesien. Suatu produk Rencana Teknis penataan kawasan perkotaan
yang baik harus operasional, oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan
yang ditetapkan harus realistis, demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan
yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang realistis adalah:
Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota.
Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota.
Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses
pembangunan.
Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata.
Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kota.
Mengenali aturan main yang berlaku dalam proses pembangunan kota.

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RTBL Kabupaten Merangin adalah


Pendekatan Incremental yang lebih bersifat strategis, dimana sebagian besar
kondisi-kondisi awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan pembangunan tidak
diperhatikan atau diluar kontrol. Adapun karakteristik pendekatan ini antara lain:

Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata.


Bersifat jangka pendek dan menengah
Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis
Mempertimbangkan eksternalitas
Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final

Metoda SWOT merupakan contoh penjabaran dari pendekatan yang bersifat


incremental-strategis.

b. Pendekatan Strategis-Proaktif
Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan
incremental-strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis proaktif adalah :

Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan


pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan
penyelesaian masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-program
pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan.

Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun eksternal,


dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam
membentuk pola tata ruang kawasan yang terjadi.
Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang akan
datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi
tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat kemungkinan-kemungkinan
munculnya kecenderungan-kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta
kejutan-kejutan lain yang terjadi diluar perkiraan semula.
Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan
memberikan satu acuan arah-arah pembangunan kawasan.
Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action)

c. Pencampuran Kedua Pendekatan dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Kedua jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini. Perbedaan
penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan dengan
karakteristik kegiatan yang sedang dilakuakan. Penjelasan singkatnya adalah
sebagai berikut:
Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana struktur, maka
pendekatan incremental-strategis perlu dikedepankan untuk dapat
menghasilkan suatu konsepsi pengembangan yang sifatnya cenderung
utopis, namun hal ini memang disesuaikan dengan kebutuhan perumusan
visi-misi dan tujuan pengembangan kawasan yang memiliki kecenderungan
untuk mencapai suatu kondisi yang paling ideal, setidaknya sebagai sebuah
target jangka panjang yang perlu diwujudkan
Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan aspek
pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-proaktif untuk
dapat menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang realistis dan dapat
diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.

4.3.5 Pendekatan Teknis Perencanaan


Pendekatan perencanaan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah pendekatan dari
segi pemanfaatan daya dukung lahan yang didasarkan pada hubungan antara
fungsi-fungsi yang akan dikembangkan. Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan
ini adalah mendapatkan hasil rancangan yang dapat mencerminkan pola interaksi
antara zona-zona fungsi yang beragam dan jelas dirasakan oleh pemakainya.
4.3.6 Aspek-Aspek yang menjadi Dasar dalam Perancangan
Dibawah ini merupakan aspek-aspek yang dijadikan dasar dalam perencanaan RTBL
Kabupaten Merangin adalah :
Dari segi fungsi; Kabupaten Merangin harus dapat memenuhi tuntutan fungsi
kawasan sebagai :
Tempat berkumpulnya kelompok manusia (penghuni) dalam rentang waktu
yang cukup lama
Tempat untuk pengembangan perilaku sosial kemasyarakatan/kehidupan
manusia yang melakukan interaksi sosial, budaya maupun ekonomi secara optimal
Dapat memberi nilai positif terhadap lingkungan sekitarnya dan umumnya
terhadap Kabupaten Merangin

Dari bentuk rancangan tapak, Kabupaten Merangin harus dapat :


Mencerminkan fasilitas umum yang efisien dan terencana
Sesuai dengan fungsi kegiatan yang dilakukan
Mencerminkan kesederhanaan, efisien tanpa mengurangi citra estetis
Dari segi ekonomi, pembangunan Kabupaten Merangin harus dapat dilakukan
secara bertahap, ekonomis, serta hasil akhirnya dapat dinikmati masyarakat
pengguna dengan harga terjangkau
Dari segi waktu, perencanaan Kabupaten Merangin harus memungkinkan
fleksibilitas, baik perluasan, perubahan fungsi maupun variasi penggunaan sesuai
dengan kondisi waktu.
Dari segi teknologi, aplikasi perencanaan Kabupaten Merangin dalam
pembangunannya harus memungkinkan penggunaan teknologi maju dalam rancang
bangun, tetapi juga harus dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
sederhana atau yang sudah ada.
Kriteria Perencanaan Bangunan
Pada dasarnya kriteria perencanaan bangunan yang diterapkan dalam perencanaan
Kabupaten Merangin ini meliputi dua sistem, yaitu :

a. Sistem lingkungan
Merupakan kriteria perencanaan yang berkaitan dengan segi fisik material dalam
bentuk wujud tata letak ataupun fisik bangunan.
Pada sistem ini mencakuip :
konteks fisik ; klimatologis, geologis, topografis, landuse, bentuk bangunan,
pola sirkulasi dan peraturan-peraturan pemerintah maupun daerah yang
terkait
konteks kebudayaan ; tradisi, cara hidup, hubungan sosial, politik, ekonomi,
religi, ilmu pengetahuan, keindahan (estetis) dan teknologi.

b. Sistem manusia
Merupakan kriteria perencanaan yang berhubungan dengan segi non fisik, yang
merupakan
pendekatan dari segi tingkah laku (behavior approach) manusia sebagai pemakai
dari wujud
fisik bangunan.
Pada sistem ini tercakup :
Beberapa aktifitas organis: lapar, haus, belanja, interaksi social
Tata ruang : fungsional, territorial
Perletakan dan lokasi : statis dan dinamis
Sosial : privacy dan public
Sensor : penglihatan, perasaan, pendengaran, panas, dingin, keindahan dan
keseimbangan
Kedua sistem tersebut berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan harus dapat
diintegrasikan
dalam desain bentuk bangunan yang direncanakan di dalam Kabupaten Merangin.

Konsep Perancangan
Konsep dasar perancangan didasarkan pada perilaku/aktifitas kehidupan sehari-hari
yang
merupakan konsep utama dalam pendekatan perancangan Kabupaten Merangin.
Pendekatan terhadap konsep penunjang (konsep ramah lingkungan) menjadi alat
bantu dalam
mendesain secara konkrit.
Sasaran utama yang akan dicapai dengan konsep-konsep ini adalah menciptakan
suasana
lingkungan perkotaan yang nyaman, rapi, aman, terjangkau oleh konsumen
pengguna dan
tetap peduli terhadap lingkungan.
Sasaran lainnya adalah menciptakan suasana Kabupaten Merangin ini dalam
dimensi
yang lebih modern, desain bentuk tipikal bangunan rumah tinggal yang efisien dan
efektif serta
lingkungan perumahan yang dirancang secara terpadu akan menjadi dinamika
Kabupaten Merangin ini tanpa meninggalkan sifat kekhasannya, yaitu
kesederhanaan.

Pendekatan Tindakan di Lapangan


Untuk pendekatan tindakan dilapangan, kegiatan yang dilakukan ada 4 (empat)
kegiatan
diantaranya adalah: Kegiatan yang dilakukan dengan Pokjanis, kegiatan yang
dilakukan dengan
tokoh dan stakeholder, kegiatan dengan warga dan yang terakhir adalah kegiatan
yang
dilakukan di konsultan. Berikut pendekatan yang dimaksud:

Dalam kegiatan yang dilakukan dengan Pokjanis, kegiatan yang dilakukan ada 2
(dua) diantaranya adalah penyamaan persepsi dan penyepakatan Rencana Kerja;
dan Rapat Teknis serta rencana tindak kawasan. Kemudian untuk kegiatan yang
kedua, yaitu pendekatan kegiatan yang dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat
dan stakeholder kota. Kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan forum kota ke-
1 (materi yang dilontarkan adalah materi berdasarkan rumusan hasil FGD-1 di
daerah) untuk mendapatkan output yang diharapkan untuk menginisiasikan
asosiasi kawasan. Kegiatan forum kota ke-2 juga demikian, seperti halnya forum
kota sebelumnya, dalam kegiatan ini juga input yang menjadi masukan kegiatan ini
adalah kegiatan FGD-2, begitupun dengan forum kota-3. Fungsi dari ketiga forum
ini adalah untuk menetapkan asosiasi kawasan perencanaan dalam hal
pembentukan kelembagaan asosiasi kawasan.
Untuk kegiatan yang dilakukan tim konsultan, kegiatan yang dilakukan merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan perumusan konsep serta analisis perencanaan
penataan RTBL Kabupaten Merangin, diantaranya adalah Penanganan Kawasan
Penataan, Pengendalian Kawasan, Rencana Investasi Kawasan DED (Detail
Engineering Design), Finalisasi hingga pelaporan untuk kegiatan ini.
Tahap Persiapan
Dalam Tahap persiapan ini dilakukan kegiatan Anaisis Kawasan dan Wilayah
Perencanaan yang
berfokus pada pemantapan rencana pelaksanaan kerja dan metoda pelaksanaan
pekerjaan
yang riil akan dilaksanakan. Kegiatan awal dari tahap persiapan dimulai dengan
Persiapan Dasar
berupa penajaman output & lingkup, metodologi, jadwal pekerjaan dan penyamaan
persepsi
dari tim konsultan yang dilakukan dalam format diskusi informal dengan Tim Teknis
.
Pararel dengan kegiatan persiapan dasar,
akan dilakukan pula Kajian Pustaka berupa
: review RTRW Kabupaten Merangin, kajian
kebijakan sektoral pada tingkat kota, serta
kajian teoritis terkait dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Kedua kegiatan ini
dilaksanakan selama dua minggu, dari
minggu pertama hingga minggu kedua.
Hasil-hasil dari desk studi ini kemudian
akan menjadi bahan bagi pelaksanaan
survey pendahuluan (preliminary survey)
yang akan dilaksanakan pada minggu ke
tiga. Survey pendahuluan ini dilakukan
melalui visualisasi kondisi kawasan dan
mengidentifikasi lokasi dan permasalahan
yang mungkin ditemui di lapangan. Hasil
dari survai pendahuluan ini selanjutnya
dituangkan kedalam perumusan isu
permasalahan, hipotesa dan sintesa awal
serta deliniasi awal kawasan perencanaan.
Keseluruhan hasil dari tahap ini selanjutnya
dituangkan kedalam laporan pendahuluan
yang kemudian akan dibahas dengan tim
teknis pada minggu ke empat, sekaligus
menandai berakhirnya tahap persiapan.
Kegiatan persiapan ini terbagi 3 (tiga) bagian yaitu : (i) persiapan dasar, (ii) desk
studi, dan (iii)
survai pendahuluan.
a. Persiapan dasar, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertajam serta
mendudukan rencana serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang riil akan
dilaksanakan.
Kegiatan persiapan dasar ini lebih ditekankan pada koordinasi intern dengan
pemberi kerja
untuk memperoleh kesepakatan mengenai metoda dan rencana kerja yang akan
dilaksanakan.
b. Desk Studi, dilakukan untuk mempertajam pemahaman tentang diagnosa awal
potensi
permasalahan pengembangan Kabupaten Merangin.
c. Survai Pendahuluan (Preliminary Survai), merupakan kegiatan peninjauan lokasi
Kabupaten Merangin yang ditekankan pada : orientasi awal wilayah perencanaan,
dan
memperoleh gambaran isu permasalahan, hipotesa dan sintesa awal serta deliniasi
awal
wilayah perencanaan.

Secara keseluruhan, metoda yang digunakan pada tahap ini adalah : desk study
book review,
stakeholders approach dan visualisasi lapangan dengan keseluruhan kegiatan
berupa :
1. Me-mobilisasi tenaga-tenaga ahli yang dilibatkan dan penyiapan perangkat-
perangkat
pekerjaan yang mendukung, seperti: perangkat komputer dan perangkat kantor.
2. Pada bagian ini juga menguraikan isu-isu mengenai Kebijakan Pembangunan
Provinsi
Kalimantan Barat , khususnya terkait dengan pengembangan wilayah dan
perkembangan
industri, baik isu yang menguatkan dan isu yang bersifat melemahkan perencanaan
kawasan dan juga identifikasi permasalahan kawasan.
3. Isu dan permasalahan diperoleh dengan metode kajian dan review literatur
terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Barat serta kebijakan-
kebijakan
sektoral.
4. Mengkaji dan me-review literatur-literatur tersebut dilakukan dengan bersama-
sama oleh
semua anggota tim dengan metode desk study dan stake holder approach untuk
mencapai
kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan.
5. Selain itu, penyamaan persepsi juga dilakukan untuk desain pengerjaan; jadual
pengerjaan;
metodologi; deliniasi dan luas kawasan; dan sistematika pengerjaan.
6. Survai pendahuluan dilakukan dalam upaya untuk memperoleh gambaran awal
serta
orientasi kawasan perencanaan melalui metoda visualisasi lapangan (bersifat over
view
saja, bukan observasi lapangan yang lebih mendalam).

Hasil dari kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan ini kemudian dituangkan ke


dalam design survai yang akan digunakan dalam survey lapangan pada tahap
selanjutnya.
Tahap Identifikasi dan Analisis
Inti materi dari tahap ini adalah pelaksanaan survey, kompilasi hasil survey dan
analisis. Tahap
ini merupakan lanjutan dari diskusi pembahasan dengan tim teknis yang telah
diselenggarakan
pada tahap sebelumnya. Masih dalam rangkaian Kegiatan Analisis Kawasan dan
Wilayah
Perencanaan Apabila perangkat pelaksana survai (design survey) telah siap dan
disetujui
substansinya oleh pemberi kerja, tim akan turun ke lapangan untuk melaksanakan
survey
lapangan.
penstrukturan dan tabulasi data pada minggu ke 5 hingga ke 6. Maksud pelaksanan
secara
pararel adalah untuk lebih mengefektifkan waktu pelaksanaan pekerjaan, dengan
kata lain
ketika data lapangan telah diperoleh (walaupun proses keseluruhan survai belum
tuntas),
dengan segera pentabulasian dan penstrukturan data akan dilaksanakan. Proses
kompilasi
data direncanakan akan berlangsung selama 4 minggu yang diakhiri dengan
verifikasi data
dengan tim teknis pada minggu ke 8. Setelah verifikasi data, akan dilaksanakan
proses
analisispenetapan kawasan prioritas perencanaan yang direncanakan berlangsung
selama 2
minggu dari minggu ke 5 hingga minggu ke 6. Hasil-hasil Identifikasi kawasan
prioritas akan
ditindak lanjuti dengan penyusunan profil kawasan prioritas perencanaan yang
diteruskan
dengan melakukan kajian potensi persoalan tantangan bangunan gedung, setelah
diperoleh
kawasan prioritas perencananaan pada minggu 9 dalam bulan ke-3 dilanjutkan
dengan
kegiatan analisis dan perumusan tujuan pengembangan kawasan serta perumusan
konsep
dasar dan strategi pengembangan kawasan. Secara keseluruhan, tahap ini
memakan waktu
sekitar 2 bulan yaitu pada bulan ke 2 hingga minggu keempat bulan ke 3.
Targetan yang ingin dicapai pada tahap ini antara lain :
- Penajaman gambaran permasalahan
- Tersepakatinya Wilayah Perencanaan
- Tersedianya format data sesuai dgn kebutuhan analisa
- Diperolehnya data serta informasi yang dibutuhkan
- Tersepakatinya akurasi dan kesahihan data
- Tersedianya formulasi kebutuhan serta proyeksi penanganan untuk masa yang
akan
datang
- Terumuskannya potensi, masalah, peluang dan kendala pengembangan
- Teridentifikasinya prediksi pengembangan dan permasalahan

Tahap ini diawali dengan kegiatan pengumpulan data dan survai yang bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran nyata kondisi wilayah perencanaan, sehingga diharapkan
rencana
yang dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan.
Pengumpulan data
yang akan dilakukan dalam survai ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu
Pengumpulan data
sekunder dan pengumpulan data primer.
- Pengumpulan Data
Dari hasil telaah awal, Konsultan mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini
seperti
dalam tabel berikut. Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang
tertera pada
tabel tersebut setelah melakukan survai dan kajian awal wilayah perencanaan maka
desain
kebutuhan data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai kebutuhan dan
karakteristik
spesifik wilayah perencanaan.
Tabel Kebutuhan Data TTBL Kabupaten Merangin

a. Pengumpulan data sekunder (survey instansional)


Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan
dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait. Di
samping
pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi
dengan pihak
instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi
kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan
program yang
sedang dan akan dilakukan terkait pengembangan Kabupaten Merangin.
b. Observasi Lapangan
Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari
lapangan atau obyek
kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu
metode
observasi langsung ke lapangan, dan metode penyebaran kuesioner atau
wawancara.
Penetuan penggunaan kedua metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang
dibutuhkan.
Namun demikian ketiganya diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan
informasi dan
fakta yang diinginkan. Survai primer yang akan dilakukan terdiri dari 4 tipe survai,
yaitu :
1. Survai land use dan bangunan
Survai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna lahan
eksisting serta
bangunan penting yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang diperoleh dari
survai
ini digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting dan kemudian
menetapkan
struktur tata ruang dan penggunaan lahan pada tahun yang direncanakan.
2. Survai infrastruktur
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dengan cara pengamatan
lapangan guna menangkap/ menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik.
Disamping
itu survai ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari para stakeholders terkait
mengenai permasalahan dan kondisi infrastruktur kota yang bersangkutan.
Masukan tersebut dapat
diperoleh melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.
3. Survai Transportasi
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai transportasi
kota
dengan bentuk survai yang dilakukan adalah:
Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan
dan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/ menginterpretasikan
data-data sekunder lebih baik
Traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-rata
(LHR) pada jalan-jalan utama dan persimpangan penting.
4. Survai Pelaku ekonomi
Data dan informasi yang ingin didapat dari kegiatan survai ini adalah data pelaku,
lokasi,
kecenderungan dan potensi pasar, rencana, permasalahan dan keinginan para
pelaku tersebut.
Pengumpulan data pelaku ekonomi dilakukan dengan cara :
Pengamatan lapangan untuk mengamati pola penyebaran dan jenis intensitas
kegiatan ekonomi tersebut
Wawancara/kuesioner terhadap pelaku aktivitas
Selain suvai tersebut diatas, akan diakukan pula survai-survai berikut :
1. Survai Sosial Kependudukan (survai rumah tangga)
Pengumpulan data mengenai sosial kependudukan dilakukan dengan survai primer
dan
sekunder, dengan materi yang dikumpulkan adalah data penduduk dan
distribusinya,
struktur penduduk, serta sosial kemasyarakatan. Untuk pengumpulan data yang
bersumber
langsung dari masyarakat akan digunakan wawancara semi-terstruktur. Data yang
akan
dikumpulkan meliputi jenis data:
Data fakta, yaitu data faktual berupa data demografis dan data status
lainnya yang melekat pada masyarakat, baik secara individual maupun
kolektif;
Data sikap, yaitu data mengenai sikap preferensi masyarakat terhadap
kondisi dan aspek pelayanan perkotaan, suasana lingkungan, kebijaksanaan
yang berlaku dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan,
dengan berbagai nilai, seperti suka atau tidak suka, serta puas atau tidak
puas;
Data pendapat, yaitu data mengenai pendapat masyarakat terhadap
persoalan yang ada pada sistem lingkungan perkotaan. Pernyataan dari
masyarakat mengungkapkan ide serta gagasan masyarakat.
Data perilaku, yaitu data mengenai perilaku dan tindakan yang dilakukan
masyarakat secara individu terhadap suatu hal.

Dalam teknik wawancara akan menggunakan cara :


Teknik wawancara langsung pada tempat alamat responden
Teknik wawancara pada tempat kegiatan masyarakat seperti kampus, jalan,
tempat-tempat
umum
Teknik seminar dengan mengundang responden yang kompeten

Masing-masing teknik di atas akan dipergunakan sesuai dengan karakteristik


responden,
efektivitas dan relevansinya dengan variabel pertanyaan.
Seperti telah dipaparkan pada tabel F.2, data-data yang dibutuhkan dapat
dikelompokan
menjadi :
Data biofisik adalah lebih bersifat pada keadaan sumberdaya alamnya yang antara
lain:
Letak dan luas wilayah dan kawasan
Topografi dan kemiringan lereng
Geologi, tanah dan geomorfologi
Data iklim, yang meliputi data curah hujan, kelembaban, temperatur udara
dan jumlah bulan basah/kering (time series : minimal 10 tahun terakhir).
Data hidrologi.
Keadaan penutupan lahan (hutan, perkebunan, belukar, alang-alang dan lain-
lain).
Keadaan lahan kritis dan penyebarannya
Penggunaan Lahan
Kondisi liputan lahan
Data lainnya yang diperlukan (banjir, kekeringan, intensifikasi pertanian,
perkebunan, industri dan sebagainya).

Teknik Pengumpulan Data Bio-Fisik:


Pengumpulan data bio-fisik dilaksanakan dengan mewawancarai/ mencatat
informasi yang tersedia pada instansi/dinas yang berkompetan atau langsung
di stasiun-stasiun yang bersangkutan atau dengan menganalisa/interpretasi
peta atau citra/foto udara yang tersedia.
Data iklim dapat diperoleh dari instansi/stasiun iklim yang ada di wilayah
DAS yang bersangkutan atau stasiun terdekat.
Data iklim yang dikumpulkan sedapat mungkin selama jangka waktu
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data hidrologi dan prasarana
pengairan diperoleh dari Instansi/Dinas Kimpraswil setempat atau instansi
lain.

Data Sosial ekonomi yang diperlukan antara lain:


Kependudukan (jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan)
Ekonomi dan wisata
Luas dan Pemilikan lahan
Kelembagaan/organisasi masyarakat
Sarana/prasarana penyuluhan dibidang pertanian/kehutanan
Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana perekonomian lainnya

Teknik pengumpulan data sosial ekonomi:


Data dan informasi keadaan sosial-ekonomi penduduk dapat berupa data
primer maupun data sekunder (statistik).
Data primer diperoleh dengan cara sampling terhadap pengusaha industri,
buruh dan pelaku industri lainnya yang terkait dengan Kabupaten Merangin.
Data sosial ekonomi diperoleh dari instansi/dinas yang terkait sampai pada
tingkat kabupaten. Data ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat sosial
ekonomi penduduk di dalam DAS yang bersangkutan.

- Tabulasi dan Kompilasi Data


Setelah data-data diperoleh, kemudian dilakukan akurasi atau kesahihan data
melalui metode
pengujian-pengujian statistika dan tahun pembuatan data untuk mengetahui
apakah data-data
tersebut sesuai dengan kondisi kawasan sebenarnya.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan
data dan
survai kemudian dikompilasikan. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini
dilakukan dengan
cara mentabulasi dan mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan
cara
komputerisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh
sehingga
akan mempermudah pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu analisis. Penyusunan
data itu
sendiri akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi
mengenai
kondisi regional (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data dan informasi
mengenai kondisi
lokal Kabupaten Merangin sendiri (kondisi mikro).

Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti :
data fisik dan penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll
Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak
duplikasi
Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal
sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta
tematik dll
Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel
isian dan peta isian tematik
Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian,
prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunder
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat
uraian
deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian
dan
menuangkan informasi kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan
mikro dan
makro. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program
setiap
aspek.

- Analisis
Kelanjutan dari proses kompilasi dan tabulasi adalah proses analisis. Ada empat hal
utama
yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :
1. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang;
2. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa
lalu
sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan, terutama
pengaruh
tumbuhnya fungsi baru khususnya pada pelayanan kabupaten;
3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan
antar sub
sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu
berkembang, serta perhitungan ruang dalam kawasan sebagai akibat
perkembangan di
masa depan;
4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah yaitu menilai kondisi
keuangan
Daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan, personalia, baik
pada saat
sekarang maupun yang diperlukan di masa depan.

Kegiatan analisis ini, secara substansi terbagi menjadi dua yaitu : analisis internal
dan analisis eksternal.
Analisis Eksternal menyangkut analisis terhadap kedudukan kawasan dalam
konstelasi makro dikaitkan dengan kebijakan pembangunan Provinsi Kalimantan
Barat , baik kebijakan spasial (RTRW) maupun kebijakan sektoral serta analisis
terhadap kedudukan kawasan dalam konteks keruangan makro, yaitu menyangkut
aksesibilitas eksternal kawasan dan dukungan infrastruktur terhadap Kabupaten
Merangin.
Analisis internal tapak terkait dengan kondisi eksisting dari kawasan perencanaan.
Analisis internal selalu menjadi aspek yang penting dalam proses perancangan
sebuah tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan makro iklim, berbagai
ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi permukaan, vegetasi dan kondisi bawah
tanah permukaan. Semua pertimbangan ini menuntut analisis dan penelitian yang
ekstensif dan mendetail untuk menghasilkan data-data yang akurat. Bagian ini
membahas berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut di
atas.
a. Analisis Topografi
Pada permukaan tapak, topografi merupakan salahsatu faktor yang penting yang
harus direncanakan. Lapisan geologi yang mendasari dan proses erosi alamiah yang
berjalan lambat mengakibatkan perbedaan kelandaian permukaan, lembah-lembah,
pegunungan dan perbukitannya. Ciri-ciri topografis ini sangat berpengaruh di dalam
menentukan suatu rencana tapak, karena akan menentukan karakteristik kawasan
lahan yang ada.
Penempatan bangunan pada tapak dalam Kabupaten Merangin dan kaitannya
terhadap bangunan lain sangat penting. Rencana perletakan bangunan ini
disesuaikan dengan kondisi topografi untuk menciptakan keserasian, sehingga
masalah drainase dapat diperkecil dan efisiensi fungsional bangunan ditingkatkan.
b. Analisis Klimatologi
Faktor klimatologi (matahari, angin, suhu dan pemandangan) merupakan
pertimbangan mendasar dalam menentukan pola atau tata letak bangunan. Melihat
letak geografis Kabupaten Merangin, faktor klimatologi terutama suhu udara yang
relatif sejuk memberi masukan penting dalam menentukan karakter bangunan.
Bukaan (exposure) bangunan terhadap suhu udara yang panas dan sinar matahari
harus diantisipasi oleh desain bangunan, tata letak massa bangunan serta pola
vegetasi untuk meredam panas dan memaksimalkan aliran udara ke dalam
bangunan ataupun tapak.
c. Analisis Hidrologis
Analisis hidrologis di kawasan perencanaan sangat penting dan erat kaitannya
dalam menentukan karakter dan pola drainase yang direncanakan. Analisis
hidrologis yang tepat diperlukan untuk merencanakan sistem drainase yang baik
dan tepat guna menghindari biaya konstruksi yang mahal
d. Analisis Aksesibilitas
Aksesibilitas di dalam kawasan memberi pengaruh besar terhadap pembagian blok
(cluster) dan tata letak bangunan. Sedangkan penentuan alur aksesibilitas ini
dijabarkan dalam wujud pola jalan. Di dalam tapak telah terdapat rencana jalan
umum yang akan menghubungkan kawasan ke dan dari luar tapak. Dari rencana
jalan ini tampaknya akan menjadi titik tolak penentuan entry point ke dalam
kawasan. Bentuk tapak yang ada dan kondisi alamiah tapaknya memberikan satu
alternatif dalam penentuan entrance ke dalam tapak.
e. Analisis Pola Vegetasi
Pola vegetasi yang ada akan mempengaruhi karakter tapak yang akan
direncanakan. Jenis pohon/tanaman akan mencerminkan pula jenis tanah
permukaan yang ada. Pola vegetasi ini selanjutnya akan berperan pula dalam
perencanaan ruang terbuka dan tata hijau kawasan.
f. Analisis Estetika / View
Sumberdaya estetika tapak yang ada dalam kawasan perencanaan memberi andil
dalam mengolah bentuk ataupun tata letak bangunan di dalamnya untuk
memaksimalkan daya tarik visual yang akan direncanakan. Sumberdaya yang ada
ini diakibatkan oleh keragaman bentuk permukaan tanah yang memberi karakter
keruangan tersendiri.

Dalam pekerjaan ini analisis yang dilakukan menggunakan model pendekatan


SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis
yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu kawasan,
sehubungan dengan kegiatan pengembangan kawasan yang akan dilakukan di
masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap :
Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki Kota atau Kabupaten, yang
dapat memacu dan mendukung perkembangan Kabupaten Merangin,
misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek
lokasi yang strategis, dan ruang yang masing tersedia;
Kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat
pengembangan Kota atau Kabupaten, baik hambatan dan kendala fisik
kawasan maupun non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia,
aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung,
keterbatasan/ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan
pembangunan yang terbatas;
Peluang-peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan
pengembangan kawasan, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis;
Ancaman-ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak
sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau
pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang dapat mematikan
kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.
Dalam penyusunan RTBL Kabupaten Merangin ini dibutuhkan beberapa metoda
analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data dan
informasi yang akan diperoleh. Walaupun demikian pada usulan teknis ini disajikan
beberapa gagasan mengenai teknik proyeksi, model dan formula analisis yang
umum dan banyak dipergunakan dalam suatu kegiatan analisis perencanaan yang
kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik analisis. Lebih jauh
beberapa metoda analsis yang dapat digunakan pada pekerjaan ini akan di ulas
pada bagian lain dari bab ini
Selanjutnya hasil dari analisis antara lain memuat : langkah-langkah penentuan
arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan.

1. Penentuan arah pengembangan

Dalam menentukan arah pengembangan kawasan dilakukan pula penentuan batas


wilayah perencanaan. Batas Kawasan ditentukan berdasarkan kriteria yang berlaku,
dimana kawasan perencanaan merupakan kawasan yang homogen dengan
karakteristik kawasan heritage. Selain itu diperlukan peninjauan terhadap aspek
ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta fungsi
pertahanan keamanan.

2. Identifikasi potensi dan masalah pembangunan


Mengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan Kabupaten
Merangin dalam mewujudkan keterpaduan, keseimbangan, dan keserasian
pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-
program pembangunan kawasan jangka panjang.
Dalam melakukan kegiatan identifikasi permasalahan di kawasan, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan :
a. Perkembangan sosial-kependudukan;
Dimaksudkan untuk melihat gambaran kegiatan sosial kependudukan, baik tingkat
pertumbuhan penduduk, ukuran keluarga, budaya atau aktivitas sosial penduduk
termasuk tradisi, serta pergerakan penduduk (migrasi) yang mencerminkan daya
tarik kawasan.
b. Prospek pertumbuhan ekonomi;
Dimaksudkan untuk melihat gambaran sektor-sektor pendorong perkembangan
ekonomi dan tingkat perkembangannya yang dapat dilihat dari faktor
ketenagakerjaan, PDRB, kegiatan usaha dan perkembangan penggunaan tanah dan
produktivitasnya.
c. Daya dukung fisik dan lingkungan;
Dimaksudkan untuk melihat kemampuan fisik dan lingkungan perkotaan dalam
mendukung pengembangan yang akan terjadi maupun yang ada pada saat ini.
Termasuk diantaranya adalah untuk mengidentifikasikan lahan-lahan potensial bagi
pengembangan selanjutnya. Informasi yang dibutuhkan bagi keperluan tersebut
antara lain:
Kondisi tata guna tanah (penggunaan tanah);
Kondisi bentang alam kawasan;
Lokasi geografis;
Sumber daya air;
Kondisi lingkungan yang tergambarkan dari kondisi topografi dan pola
drainase;
Sensitivitas kawasan terhadap lingkungan, bencana alam dan kegempaan;
Status dan nilai tanah;
Ijin lokasi, dll.

d. Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan;


Dimaksudkan untuk melihat kondisi tingkat pelayanan prasarana dan sarana
perkotaan bagi kebutuhan aktivitas penduduk perkotaan dalam menunjang fungsi
dan peran kawasan di wilayah perkotaan. Informasi yang dibutuhkan bagi
keperluan ini antara lain:
Jenis infrastruktur perkotaan;
Jangkauan pelayanan;
Jumlah penduduk yang terlayani;
Kapasitas pelayanan.

Dengan informasi tersebut, diharapkan dapat diformulasikan kondisi kawasan


terutama yang menyangkut keserasian dan keterpaduan pengembangan Kawasan,
antara pengembangan kota inti dan pusat-pusat aktivitas maupun wilayah
pengaruhnya. Formulasi kondisi kawasan tersebut mencakup permasalahan,
potensi, peluang, serta tantangan yang ada maupun kecenderungan yang akan
datang.
Segala proses kegiatan pada tahap kompilasi dan analisis ini selalu
mengikutsertakan instansi teknis di daerah dalam bentuk fasilitasi, konsultasi,
maupun diskusi. Pada saat pengkompilasian data, pelibatan instansi teknis
dilakukan melalui pemaparan hasil-hasil serta cara pengkompilasian data yang
dilakukan konsultan. Demikian juga, ketika struktur data telah tersusun, dilakukan
kegiatan konsultatif untuk memverifikasikan hasil survai yang diperoleh. Kegiatan
dilanjutkan pula pada saat rumusan hasil analisis telah diperoleh, yaitu melalui
kegiatan temu wicara stakholders. Kegiatan temu wicara stakeholder ini merupakan
tahap kegiatan koordinasi yang ditujukan untuk mendapatkan/menyerap aspirasi
stakeholder berkaitan dengan isu strategis (termasuk faktor eksternal), potensi dan
konsep pengembangan wilayah, serta untuk melakukan penyempurnaan isu
strategis, potensi, konsep dan arahan pengembangan dari RTR Kabupaten Merangin
Tahap Perumusan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Tahapan ini merupakan proses pensintesisan hasil-hasil analisis untuk memberikan
alternatif-alternatif perencanaan sebagai sintesa penanganan masalah dan prediksi
pengembangan di masa yang datang.
Intensitas kegiatan pada tahap ini lebih banyak dilaksanakan di studio. Tahap ini
merupakan kelanjutan dari analisis yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya
dan menindak lanjuti pembahasan laporan antara yang dilakukan pada minggu ke
18.. Tahap ini diawali dengan perbaikan rumusan tujuan pengembangan kawasan
serta perumusan konsep dan strategi pengembangan kawasan yang prosesnya
berlangsung kurang lebih selama 3 bulan pada minggu ke 13 hingga ke 24.
Konsep dan strategi pengembangan kawasan ini selanjutnya akan menjadi landasan
bagi perumusan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan beserta indikasi program
pembangunan kawasan yang dilakukan pada minggu ke 20 hingga minggu ke 21.
Keseluruhan perencanaan yang dihasilkan selanjutnya akan dibahas pada seminar
pembahasan pada akhir minggu ke 23 dan penyerahan laporan draft akhir pada
akhir minggu ke - 24.
Dari hasil analisis kemudian dapat dilakukan interpretasi untuk berbagai macam
faktor yang akan mempengaruhi hasil rencana, yaitu:
1. Aspek strategis, yaitu mengkaji kawasan dalam konteks kebijaksanaan lokal dan
regional serta aspek implementasi dan persoalan/kondisi eksisting dewasa ini,
dengan tahapan kajian rinci sebagai berikut:
a. Melakukan kajian terhadap berbagai kebijakan peran dan fungsi yang diemban
oleh kawasan dengan penekanan pada keselarasan, konsistensi berbagai peran
dalam konteks kebijaksanaan lokal maupun regional, serta aspek implementasi
kebijaksanaan dengan rencana tata ruang yang akan disusun.
b. Kajian kondisi eksisting, yaitu identifikasi berbagai persoalan nyata akibat peran
dan fungsi yang diemban berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan
implementasinya serta aspek manajemen pembangunan dan proses dinamis
akifitas perkotaan dengan kajian dalam konteks hubungan makro maupun mikro.
Kajian kondisi eksisting tidak hanya pada data yang bertitik berat pada aspek fisik
bernuansa spasial namun juga akan mengungkapkan fenomena spasial dengan
kajian aspek sosial ekonomi terkait perwujudan kehidupan perkotaan berdasarkan
pengalaman lapangan. Aspek-aspek yang akan dikaji meliputi penelaahan
kecenderungan perkembangan, sosial kemasyarakatan dan kependudukan, pola
struktur dan pemanfaatan ruang, aspek perizinan, potensi dan daya dukung
wilayah, perkembangan ekonomi, kelengkapan sarana dan prasarana serta sistem
pelayanan transportasi.

2. Aspek skenario masa depan kota apabila perkembangannya dibiarkan seperti


adanya (do nothing) dan issue apa yang menjadi faktor-faktor kritis masa depan
untuk melakukan tindakan antisipasi (do something) dengan melihat faktor negatif
(kelemahan, ancaman) dan faktor positif (kekuatan, peluang) berdasarkan tujuan
pembangunan kota yang diharapkan. Adapun kajian rincinya adalah sebagai
berikut:
a. Skenario perkembangan masa depan dalam berbagai aspek yang akan menjadi
gambaran perkembangan kawasan di masa yang akan datang;
b. Isu kawasan; berdasarkan gambaran skenario masa datang dan dikaitkan
dengan harapan terhadap kawasan dapat dilihat kesenjangan antara harapan
dengan realita. Berbagai kesenjangan tersebut yang akan menjadi titik tolak
pemikiran dalam melihat permasalahan dalam konteks ruang dan waktu dan akan
dicoba dikaitkan dengan fakta-fakta persoalan yang terungkap baik berdasarkan
kajian data sekunder, pengamatan lapangan dan survai sosial ekonomi. Dengan
kajian sesuai standar teknis perencanaan kota dan wilayah serta masukan dari
berbagai pihak maupun aspirasi masyarakat dapat diungkapkan berbagai isu
penting dalam rangka menentukan
berbagai faktor-faktor yang harus diperhatikan dan menjadi faktor kritis di masa
yang akan datang;
c. Rumusan SWOT sebagai pengembangan lebih rinci dari analisis potensi dan
masalah yang dijabarkan dalam kajian eksternal dan internal. Berdasarkan kajian
SWOT dapat dibuat rumusan strategi pembangunan dan strategi arahan
pemanfaatan ruang dan sebagai landasan kajian analisis aspek-aspek strategis;
d. Menentukan faktor kritis masa datang dengan dukungan pendekatan SWOT. Yang
dimaksud dengan faktor kritis adalah faktor yang bersifat membatasi
perkembangan, faktor yang menjadi ancaman yang akan menjadi persoalan yang
dapat mengganggu eksistensi kota sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aspek
kajian sudah bersifat integral dan komprehensif memperkaitkan berbagai aspek
baik aspek fisik tata ruang, lingkungan hidup dan sumber daya, fungsi-fungsi
kegiatan, aspek sosial ekonomi budaya kemasyarakatan, aspek kelembagaan dan
manajemen pembangunan dalam konteks regional maupun lokal;
e. Menganalisis faktor kritis, meliputi kajian kecenderungan perkembangan ekonomi
dan investasi, pola struktur ruang, kebijaksanaan, perizinan, sistem pelayanan
transportasi, kebutuhan sarana prasarana, daya dukung lingkungan, kebutuhan air
dan analisis sosial kemasyarakatan.

3. Aspek strategis
Dari hasil analisis di atas, selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan tata
ruang kota yang dibagi dalam strategi penataan kawasan, strategi pengendalian,
dan strategi untuk melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta.
a. Strategi penataan kawasan; dapat dijabarkan lebih lanjut dalam skala prioritas
pengembangan berdasarkan tipe kecenderungan perkembangan meliputi kawasan
yang dinamis tumbuh selaras rencana, kawasan yang lambat tumbuh yang harus
dipercepat/distimulir, kawasan yang diharapkan tumbuh karena berbagai
pertimbangan, kawasan yang harus diperlambat dan dibatasi perkembangannya
atau kawasan yang harus ditata kembali. Dalam pembangunan penataan ruang
akan dirumuskan strategi pengembangan dan pengendalian serta pengelolaan
setiap fungsi kawasan dengan aspek-aspek: strategi pengembangan dan
pengendalian kawasan budi daya, sarana prasarana, sistem transportasi,
kelembagaan dan pengelolaan kawasan lindung;
b. Strategi pengembangan dan pengendalian; dalam upaya menggiring dan
mengarahkan sesuai rencana struktur ruang yang diharapkan maka perlu upaya
pengendalian, monitoring dan pengelolaan dengan berbagai mekanisme faktor
insentif
(mendorong/menstimulir), faktor disinsentif (melarang bahkan menghukum)
dengan tujuan seluruh arah pembangunan ruang sesuai dengan yang diharapkan;
c. Strategi melibatkan partisipasi masyarakat dan swasta; dalam mewujudkan
pembangunan akan dilakukan berbagai pendekatan agar masyarakat memahami
dari hakekat dan tujuan rencana dan bersedia ikut terlibat dan berpartisipasi serta
mendukung rencana itu sendiri. Strategi pelibatan masyarakat adalah dengan
mengembangkan prinsip-prinsip keterbukaan dan trransparansi, melibatkan dalam
perumusan rencana sejak survai (menjadi responden, panel, nara sumber),
dilibatkan dalam perumusan rencana sampai tahap akhir.

4. Aspek implementasi rencana; rencana tata ruang akan dijabarkan lebih lanjut
agar operasional dengan dukungan rencana strategis (strategic plan) dan rencana-
rencana investasi (investment plan) pada beberapa kawasan prioritas dan akan
dilengkapi dengan indikasi program pembangunan dan petunjuk teknis
pembangunan. Untuk mendukung agar rencana dan program dapat disepakati dan
dapat direalisasikan, maka akan dirancang suatu mekanisme diseminasi, sosialisasi
rencana kepada seluruh pelaksana pembangunan, yang dalam hal ini adalah
masyarakat umum, pemerintah dan swasta.
a. Mekanisme pembiayaan; pada dasarnya merupakan rumusan dalam aspek
pendanaan pembangunan terkait dengan penataan ruang yang membutuhkan
keterlibatan bukan hanya pemerintah saja namun juga swasta dan masyarakat
yang akan bisa menarik minat untuk berinvestasi dalam pengembangan sarana dan
prasarana bagi swasta yang berminat;
b. Dukungan aspek legal; perlu dibuat legitimasi dari rencana dengan kekuatan
legal hukum yang dapat dijadikan pedoman pembangunan terkait aspek kepastian
hukum dalam program-program pembangunan dimana rencana yang dibuat
seyogyanya dapat diperdakan dan menjadi acuan seluruh komponen instansi
pemerintah, masyarakat dan swasta;
c. Mekanisme kelembagaan; pemanfaatan produk rencana dan implementasinya
harus didukung dengan kerja sama dan koordinasi berbagai instansi yang dapat
dirumuskan dalam bentuk suatu mekanisme kerja yang saling mendukung antara
pemerintah daerah;

d. Petunjuk teknis; produk rencana akan dilengkapi dengan petunjuk teknis agar
menjadi operasional dalam pelaksanaan di lapangan. Panduan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang secara teknis dapat menjadi acuan pembangunan pada
skala mikro. Petunjuk teknis akan dibuat dan merupakan pelengkap dan pendukung
teknis dalam setiap strategi dan arahan rencana yang dibuat.

Tahap Finalisasi Produk RTBL

Tahap ini merupakan proses akhir dari serangkaian kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari
pelaksanaan kegiatan seminar yang diselenggarakan pada tahap sebelumnya.
Fokus kegiatan pada tahap ini adalah lebih pada penyempurnaan hasil-hasil yang
telah disepakati pada pelaksanaan seminar. Keseluruhan hasil akhir akan
dituangkan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Merangin, Executive Summary, Dokumen DED, dan Media Sosialisasi
serta draft Surat Keputusan Bupati Merangin / RAPERDA yang nantinya menjadi
payung hukum bagi pelaksanaan dan evaluasi RTBL Kabupaten Merangin.
Rencananya tahap ini akan memakan waktu sekitar 1 bulan hingga akhir masa
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai