Anda di halaman 1dari 20

HASIL SURVEI KPPN BARRU/MARITENGNGAE, KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

A. DELINEASI
Delineasi KPPN Maritengngae berdasarkan kesepakatan Rapat Koordinasi yang dilakukan di
Kantor Kecamatan Maritengngae pada Hari Selasa, Tanggal 9 Mei 2017 adalah sbb.:
1. Desa Kanie, Luas 1.196,46 Ha;
2. Desa Sereang, Luas 1.053,25
3. Desa Alakkuang, Luas 345,86 Ha
4. Desa Takkalasi, Luas 230 Ha
5. Desa Tanete, Luas Ha 705,13 Ha
6. Kelurahan Wala, Luas 418,41 Ha, dan
7. Kelurahan Lautang Benteng, Luas 478 Ha

Lima desa di atas merupakan usulan dari Pemda Sidenreng Rappang untuk masuk dalam
delineasi KPPN Maritengngae. Sedangkan Kelurahan Wala dan Kelurahan Lautang Benteng,
kendati wilayahnya merupakan perkotaan, dimasukan dalam delineasi KPPN atas usulan
BPIW atas pertimbangan keutuhan kawasan KPPN agar berada dalam kesatuan hamparan.

Luas total KPPN Maritengngae adalah 4.427,11 Ha. Lihat Peta Delineasi KPPN Maritengngae
di bawah ini.

WALA

LAITANG
BENTENG

Gambar 1. Peta Delineasi KPPN MARITENGNGAE


Kesepakatan terhadap Delineasi KPPN Maritengngae tersebut di atas dituangkan dalam
Berita Acara Kesepakatan yang ditandatangani oleh Wakil Badan Perencanaan
Pembangunan, Pengembangan Dan Penelitian Daerah, Camat Maritengngae, Kepala-kepala
Desa dan Lurah terkait serta wakil Tim Penyusun Masterplan dan Pradesain KPPN
Maritengngae.

Gambar 2. Lembar Berita Acara Kesepakatan Delineasi KPPN Maritengngae

B. PELAKSANAAN REAL SURVEI DESA


Survei KPPN Maritengngae dilaksanakan pada tanggal 8 sd 13 Mei 2017. Agenda survei
adalah melakukan Rapat Koordinasi dengan Kepala Desa KPPN Maritengngae dan Dinas-
dinas terkait Pemda Kabupaten Sidendeng Rappang (Sidrap), dan Survei Sekunder, serta
Survei Primer (Survei Lapangan ke Desa yang menjadi KPPN)

1. Rapat Koordinasi dilaksanakan pada Hari Selasa, Tgl. 9 Mei 2017 di Kantor Kecamatan
Maritengngae dari Pkl. 9.00 sd 14.00 . Agenda Rapat Koordinasi terdiri dari:
a. Penjelasan tentang Masterplan dan Pradesain KPPN
b. Diskusi, dan
c. Pengisian Kuesioner oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa atau Sekretaris Desa).

Rapat Koordinasi dihadiri 19 orang peserta dari Desa/Kelurahan dan Dinas Pemda
Kabupaten Sidrap.
Pengisian Kuesioner membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga memakan alokasi
waktu terbesar pada Acara Rapat ini. Pihak Desa perlu didampingi saat pengisian
kuesioner karena beberapa materi kuesioner membutuhkan kejelasan dan penjelasan.
Oleh karena itu pula acara pengisian kuesioner peserta dibagi menjadi dua desk
(kelompok).

Gambar 3. Daftar Hadir Rapat Koordinasi KPPN Maritengngae

Gambar 4. Rapat Koordinasi KPPN Maritengngaer di Kantor Kecamatan

Gambar 5. Pengisian Kuesioner oleh Kepala Desa dibagi menjadi dua kelompok

2. Survei Lapangan
Survei Lapangan dilaksanakan selama 3 hari. Tepatnya 2 hari setengah. Penentuan
harinya disepakati bersama kelompok:
- Hari Selasa, 9 Mei, Pkl. 15.30 – 18.00 Survei ke Desa Kanie
- Hari Rabu, 10 Mei, Pkl 9.00 – 18.00 Survei ke Desa Sereang, Kel. Wala, dan Kel.
Lautang Benteng
- Hari Kamis, 11 Mei, Pkl 9.00 – 18.00 Survei ke Desa Alakkuang, Desa Takkalasi, dan
Desa Tanete.

3. Survei Sekunder
Berdasarkan arahan Bappelitda, survei sekunder dilakukan dengan metode forum
pertemuan dengan dinas-dinas terkait yang dilaksanakan pada Hari Jumat, Tgl. 12 Mei di
Ruang Rapat Bappelitda, Pkl. 9.00 – 11.30.
Pada forum pertemuan ini hadir Kepala Dinas atau yang mewakili Dinas terkait. Agenda
forum pertemuan adalah menyerahkan data yang checklistnya telah diserahkan
bersama undangan pertemuan, verifikasi data, dan diskusi tentang beberapa temuan
lapangan saat Survei Lapangan.

C. POTENSI

PADI
Kabupaten Sidenreng Rappang dikenal sebagai salah satu daerah pertanian di Provinsi
Sulawesi Selatan serta merupakan Lumbung Padi Nasional. Komoditas tanaman pangan
andalan yang dihasilkan di Kabupaten Sidenreng Rappang terutama adalah padi. Komoditi
jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang-kacangan produksinya tidak sebesar padi.

KPPN Maritengngae memberikan kontribusi 9,1% terhadap produksi padi Kabupaten


Sidenreng Rappang. Peoduksi padi KPPN Maritengngae mencapai 24.759 ton pada tahun
2016. Produksi padi Kab. Sidenreng Rappang pada tahun yang sama mencapai 536 012 ton.

Profil Komoditas Unggulan Padi di KPPN Maritengngae Tahun 2017


LUAS JUMLAH
PRODUK LOKASI LOKASI
NO KOMODITAS LOKASI LAHAN PRODUKSI
OLAHAN PENGOLAHAN PEMASARAN
(HA) (TON)
1 Padi D. Kanie 1.196,46 6.700 Beras Kanie Lokal, Regional,
Nasional
D. Sereang 1.053,25 5.898 Beras Sereang Lokal, Regional,
Nasional
D. Alakkuang 361,02 2.022 Beras Wala, Lautang Lokal, Regional,
Benteng Nasional
D. Takkalasi 223 1.249 Beras Wala, Lautang Lokal, Regional,
Benteng Nasional
D. Tanete 736 4.122 Beras Wala, Lautang Lokal, Regional,
Benteng Nasional
Kel. Wala 418,41 2.343 Beras Wala Lokal, Regional,
Nasional
Kel Lautang 433,15 2.426 Beras Lautang Lokal, Regional,
Benteng Benteng Nasional
TOTAL 4.421,29 24.759 9,1%***
Total Kec* 5.350,47 56.008,80
10.556,30
Total Kec** 9.820,00 67.591,06
Total Sidrap 48 603 536.012
Keterangan:
* Luas Sawah, Kec. Maritengngae Dalam Angka 2016, BPS (nilai produktivitas 56 Ku/ha)
**Luas Panen, Kab. Sidenreng Rappang Dalam Angka 2016, BPS (68,83 Ku/ha)
***dari Total Sidrap
Produktivitas Padi Sawah di Jabar 62,09 Ku/ha (Tahun 2015)

Gambar 6. Panorama Lahan Sawah di Desa Kanie

Pengolahan gabah kering giling (padi) dilakukan di unit penggilangan padi yang terdapat di
setiap desa, kecuali Desa Takkalasi. Unit Penggilingan Padi terbesar terdapat di Kelurahan
Lautang Benteng, selain PY. Pertani di Desa Sereang. Unit penggilingan ini melakukan
pemolesan terhadap beras dan melakukan pengemasan terhadap produknya. Pemasaran
produk dilakukan sampai tingkat nasional.

Gambar 7. Unit Penggilingan Padi Terbesar di Kelurahan Lautang Benteng


Gambar 8. Hasil Pengemasan Produk
Beras di Kelurahan Lautang Benteng

TELUR AYAM

KPPN Martengngae merupakan penghasil telur utama di Kabupaten Sidendeng Rappang.


Jumlah ternak ayam petelur ras petelur mencapai 1,2 juta ekor. Hampir 20% dari populasi
ayam petelur di Kab. Sidenreng Rappang berada di KPPN Maritengngae. Demikian juga
produksi telur ayam, 19,9% produksi telur ayam Sidenreng Rappang berasal dari kawasan
ini. Pada tahun 2016 mencapai 47 Ton.

Profil Komoditas Unggulan Telur Ayam Ras di KPPN Maritengngae Tahun 2017
JUMLAH LOKASI
JUMLAH PRODUK LOKASI
NO KOMODITAS LOKASI PRODUKSI
AYAM OLAHAN PENGOLAHAN PEMASARAN
TELUR (TON)

2 Telur Ayam D. Kanie 88.200 3,54 - - Lokal, Regional


D. Sereang 78.497 3,15 - - Lokal, Regional
D. Alakkuang 372.900 14,96 - - Lokal, Regional
D. Takkalasi 21.400 0,86 - - Lokal, Regional
D. Tanete 610.500 24,50 - - Lokal, Regional
Lautang 1.430 0,06 - - Lokal, Regional
Benteng
TOTAL 1.172.927 47,06 19,9%-* -
Total Sidrap 5.889.409 236,31
Catatan:
Standar Produktivitas di Sulawesi Selatan 64,20%
Standar berat telur/butir 62,5 gr/butir
*Dari Total Kab Sidrap
Gambar 9. Potensi Ayam Ras Petelur

KAWASAN WISATA BUDAYA

Salah satu kawasan di Desa Alakkuang memiliki potensi wisata budaya, alam, dan buatan.
Kawasan ini meliputi:
a. Mata air Bungnge Tjitta yang merupakan
legenda peninggalan Nene Mallino, seorang
tokoh cedekiawan Bugis yang
kepandaiannya dalam tata hukum negara
dan pemerintahan membuat namanya
cukup tersohor. Beliau hidup pada masa
Addatuang Sidenreng dan Addatuang
Rappang (Addatuang adalah semacam
pemerintahan distrik pada masa lalu yang
dipimpin oleh seorang perempuan).
b. Kawasan Masjid Kuno Jerrae dan Pemakaman Kuno beserta permukiman yang
tertata cukup rapi.
c. Kawasan pengrajin batu ukir Alakkuang
d. Bukit batu kapur yang menjadi bahan batu ukir bagi pengrajin

Unsur-unsur dalam kawasan ini dapat menjadikan kawasan ini sebuah Kawasan Wisata
Budaya yang menjadi ICON Kabupaten Sidenreng Rappang. Di sisi lain Kabupaten Sidenreng
Rappang tidak banyak memiliki tempat wisata.
Gambar 10. Kawasan Masjid Tua Jerrae dan Gunung/Bukit batu

D. PERMASALAHAN

PERMASALAHAN
KANIE
1. Bidang peternakan
a. Sapi
 Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam upaya penyediaan dan
manfaatkan pekan ternak(rumput gajah)
 Kurangnya modal masyarakat dalam upaya penambahan populasi ternak
b. Ayam (ayam ras petelur dan ayam potong)
 Banyaknya penyakit ternak ayam yang menjangkit
 Mahalnya harga pakan ternak yang tidak sebanding dengan harga jual
telur yang masih rendah
c. Itik
 Kurangnya populasi itik untuk dijadikan itik petelur
 Kurangnya telur itik yang akan diteteskan (bibit telur itik)
 Masih rendahnya pengetahuaan masyarakaat dalam meningkatkan
teknologi peternak (penetas telur dan pembuana telur asin)
 Banyaknya permintaan telur asin lintas wilayah
2. Bidang koperasi
a. Belum terbentuknya kelembagaan koperasi untuk petani
b. Belum terbentukknya lembagaan BUMDES
3. Komunikasi dan informatika
a. Tidak berfungsinya alat internet desa
4. PU dan perumahan rakyat
a. Masih banyaknya rumah yang tidak layak huni
b. Kurangnya penerangan lampu jalan poros rappang
c. Kondisi jalan penghubung desa kanie-desa aka-akae (Jl.Maluku) rusak berat
d. Belum jelasnya batas wilayah administratif antara desa kanie dan desa
sereang
e. Masih terdapatnya kawasan kumuh
5. Lingkungan hidup
a. Masih kurangnya pepohonan disekitar jalan poros rappang
6. Agrarian
a. Masih terdapatnya tanah masyarakat yang belum bersertifikat
7. Ketahanan pangan (pertanian)
a. Kurang optimalnya penyaluran air pada pintu air Bula Timoreng
b. Sarana dan prasarana pertanian masih terbatas sehingga petani melakukan
pompanisasi untuk mengairi sawahnya

Isu Desa Kanie:


1. Bangunan dan Jaringan irigasi induk banyak yang rusak dan struktur jaringan
irigasi pembaginya masih tanah

2. Terbatasnya Infrastruktur jalan desa dan produksi/tani

3. Jalan produksi yang ada masih memiliki konstruksi tanah dan dalam kondisi
buruk

SEREANG
1. Dana Pengembangan untuk BUMDES masih kurang sehingga BUMDES tidak bisa
berkembang
2. Minimnya akses pendukung untuk peningkatan produksi pertanian
3. Banyak jalan produksi yang kondisinya masih buruk
4. Belum ada akses internet ke pedesaan, khususnya kantor desa

Isu Desa Sereang:


1. Terbatasnya Infrastruktur jalan desa

2. Jalan produksi yang ada masih memiliki konstruksi tanah dan dalam kondisi
buruk

DESA ALLAKUANG
1. Terdapat Potensi wisata budaya yang belum dikembangkan (mata air Nene
Mallamo dan Kawasan Majid Tua)
2. Kurangnya pemahaman masyarakat atau kesadaran tentang lingkungan
(sanitasi)
3. Kurangnya sarana/prasaraana olahraga (RTH) bagi masyarakat
4. Masih adanya warga yang menempati rumah yang tidak layak huni disebabkan
oleh kurangnya akses jalan dan sanitasi
5. Minimnya pendukung perekonomian masyarakat karena Pasar Rakyat yang
merupakan salah satu dari dua pasar rakyat yang berada di Kabupaten Sidrap
belum dimanfaatkan secara optimal
6. Minimnya akses pendukung peningkatan produksi peternakan karena kondisi
jalan produksi yang buruk

Isu Desa Alakkuang:


1. Kondisi wisata budaya yang ada belum dikembangkan secara optimal

2. Konstruksi jalan produksi masih tanah dan kondisi buruk

3. Pasar Rakyat belum dimanfaatkan secara optimal


4. Terdapat rumah yang tidak layak huni disebabkan oleh kurangnya akses jalan
dan sanitasi

TANETE
1. Tidak ada alternatif Jalan Poros antar Desa
2. Kondisi jalan-jalan produksi/tani masih buruk
3. Terjadi pengikisan terhadap jalan tani yang sudah ada, sepanjang 8 km, karena
tidak ada pengerasan
4. Jalan tani yang ada belum dihubungkan jembatan sehingga mengurangi akses
pencapaian ke lahan pertanian
5. Lahan sawah seluas 300 ha pengairannya masih menggunakan pompa, belum
ada saluran irigasi teknis
6. Jumlah anak didik perkelas di SD 2 Alakkuang mencapai 45 anak/kelas sementara
di SD negeri yang lain kekurangan anak didik.
7. Limbah bangkai ayam petelur dibuang ke saluran irigasi karena tidak ada sistem
pengolahan limbah
8. Lahan sawah dan peternakan banjir saat musim hujan akibat Luapan Sungai
Lamakeri

Isu Desa Tanete


1. Konstruksi jalan tani masih tanah dan kondisi buruk sehingga terjadi pengikisan
terhadap jalan yang sudah ada, sepanjang 8 km
2. Terbatasnya saluran irigasi sehingga Lahan sawah seluas 300 ha pengairannya
masih menggunakan pompa

3. Sarana pendidikan dasar (SD) kekurangan unit kelas

4. Tidak ada sistem pengolahan limbah bangkai ayam


5. Banjir akibat Luapan Sungai Lamakeri setiap musim hujan

TAKKALASI
1. Terjadi perdangkalan saluran irigasi sehingga debit air berkurang
2. Bendungan Takkalasi jebol akibat sampah yang menumpuk dan belum ada upaya
perbaikan, sementara itu sirkulasi air pada bendungan ini pengaruhnya sangat
besar terhadap daerah yang lebih rendah seperti Kelurahan Lautang Benteng
dan Desa Tanete
3. Distribusi hasil panen padi terhambat karena minimnya jalan tani
4. Jalan tani yang ada kondisinya buruk
5. Jalan lingkungan/dusun kurang layak dan becek ketika hujan
6. Persawahan tadah hujan kering diakibatkan tidak adanya sumber air yang dapat
mengairi persawahan
7. Badan jalan tergerus akibat belum ditalud
8. Penggunaan pupuk kandang/kompos meningkat tetapi tidak ada produksi
kompos yang khusus
9. Masih rendahnya tingkat keterampilan dan teknologi untuk pengolahan hasil
penen jagung
Isu Desa Takkalasi

1. Bendungan Takkalasi jebol akibat sampah yang menumpuk dan belum ada upaya
perbaikan

2. Terbatasnya Infrastruktur jalan produksi/tani

3. Jalan produksi yang ada masih memiliki konstruksi tanah dan dalam kondisi
buruk
KELURAHAN LAUTANG BENTENG
1. Kelurahan Lautang Benteng selalu mengalami bajir pada saat musim hujan
karena kondisi topografinya rendah dan sistem drainase yang buruk, terutama
saluran drainase primer (S. Bilabilae).
2. Belum ada sistem pengolahan sampah terpadu disertai budaya masyarakat yang
membuang sampah di pinggir sungai
3. Aksesibilitas Lahan sawah (pertanian) masih rendah karena minimnya jalan
produksi/tani
4. Lapangan Hameli terbengkalai, belum dimanfaatkan sebagai RTH
5. Infrastruktur pendukung pertanian masih buruk
a. Kondisi Jalan tani yang buruk
b. Saluran irigasi sekunder dan tersier yang mengalami pendangkalan
6. Kondisi kantor lurah tidak memadai
7. Pelayanan Penyediaan sarana air bersih masih kurang
8. Buruknya Pelayanan telekomunikasi (Internet)

Isu Kelurahan Lautang Benteng

1. Kondisi Jaringan drainase buruk, terutama S. Bilabilae sehingga sering


mengalami banjir pada musim hujan

2. Sistem pengolahan sampah belum tersedia

3. Pendangkalan saluran drainase dan irigasi akibat sampah dan sedimentasi


4. Terbatasnya jaringan jalan produksi/tani

5. Struktur jalan produksi yang ada masih tanah dan kondisi buruk
KELUTAHAN WALA
1. Lambatnya pengangkutan hasil pasca panen padi (terutama dimusim hujan) yang
mengakibatkan rusaknya hasil panen akibat minimnya jalan produksi/tani
2. Debit air dalam saluran irigasi makin terbatas (sedikit) akibat pendangkalan
3. Meskipun termasuk sawah teknis, tetapi masih terdapat sejumlah areal
persawahan yang belum terairi sesuai kebutuhan
4. Mayoritas petani adalah petani penggarap yang bekerja sesuai dengan perintah
pemilik lahan yang berorientasi kuantitas (hasil yang banyak) belum pada kualias
5. Ketersediaan bibit berkualitas yang disediakaan oleh PT Sang Hyang Seri masih
sangat terbatas dan belum mampu memenuhi kebutuhan petani termasuk
kurang inovasi petani terhadap jenis vaarietas tertentu karena kekhawatiran
tidak cocok dengan lahan pertaniannya.
6. Sebagian wilayah permukiman masih rawan banjir akibat drainase yang buruk
7. Kebersihan lingkungan belum terjaga akibat masih minimnya penanganan sampah
8. Maraknya kasus-kasus tanah akibat tidak adanya kepastian hukum atas status
kepemilikan lahan
9. Terdapat sekolah yang sarana dan prasarananya baik dari kualitas maupun
kuantitas masih buruk
10. Harga pembelian gabah yang ditetapkan oleh pemerintah dinilai masih rendah
11. Masyarakat penghasil produk-produk rumah tangga kurang memiliki akses
terhadap pasar
12. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang perkoperasian

Isu Kelurahan Wala

1. Terbatasnya jaringan jalan produksi/tani dan jembatan sehingga menghambat


produksi padi

2. Struktur jaringan jalan produksi yang ada masih tanah dan kondisi buruk
3. Terbatasnya jaringan irigasi teknis mengakibatkan produktivitas panen rendah

E. ISU STRATEGIS KPPN MARITENGNGAE


Dari permasalahan-permasalahan setiap desa dalam KPPN Maritengngae terdapat permasalahan
yang sama. Sebuah masalah menjadi sebab bagi timbulnya masalah lain sehingga menjadi sebuah
pohon masalah. Isu strategis dapat berupa masalah yang sama tersebut dan menjadi sebab dari
masalah lainnya.
1. Bangunan dan Jaringan irigasi yang terbatas dan kondisi rusak disertai struktur jaringan
irigasi tanah menyebabkan sumber daya air tidak mampu mengairi lahan sawah di KPPN
Maritengngae secara merata. Untuk itu dibutuhkan pengembangan jaringan irigasi disertai
pemeliharaan rutin.
2. Jaringan jalan antar desa dan jalan produksi/tani yang terbatas dan kondisi buruk
menyebabkan hasil pasca panen menurun kualitasnya dan meningkatkan biaya angkut.
Untuk itu dibutuhkan pengembangan jalan antar desa dan jembatan agar akses antar desa
meningkat dan pengembangan jalan produksi tani/ternak agar akses tempat produksi
(sawah/kandang) ke unit penggilingan padi atau pasar meningkat. Dengan pengembangan
jalan-jalan tersebut diharapkan kualitas pasca panen lebih baik dan biaya angkut lebih
murah.
3. Kawasan belum memiliki sistem pengelolaan limbah dan sampah, baik limbah/sampah
usaha maupun rumah tangga. Tidak adanya sistem pengolahan limbah/sampah ini
menyebabkan buruknya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Untuk itu dibutuhkan
pengembangan sistem pengelolaan limbah/sampah. Pengolahan limbah ternak, seperti
bangkai ayam dapat menumbuhkan aktifitas ekonomi baru tetapi masih membutuhkan
penelitian.
4. Belum ada Aktifitas ekonomi (industri) hulu dan hilir dari komoditas padi dan ayam baik
untuk menciptakan nilai tambah maupun zero waste di kawasan. Seperti pembuatan tepung
telur, tepung terigu, pakan ternak, pupuk kompos dll.
5. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sidrap terus mengalami
penurunan. Hal ini tercermin dari trend kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Sidrap yang terus menurun yaitu dari 35,27 persen pada tahun 2012 menjadi
33,38 persen pada tahun 2015. Kendatipun demikian, kontribusi sektor pertanian masih
tetap paling besar dan nilainya meningkat. Sementara peranan sektor industri pengolahan
terus mengalami kenaikan dari 3,3% pada tahun 2012 menjadi 14,46 pada tahun 2015.
Kondisi ini perlu dianalisis apakah ada kaitan dengan kondisi infrastruktur perdesaan atau
perkembangan alamiah dari sebuah pergeseren berlahan dari sektor primer ke sektor
sekunder.

Anda mungkin juga menyukai