Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

BIDANG LINGKUNGAN KERJA

KELOMPOK V
Nama Anggota:

1. Yusan Yusuf (R0014087)

2. Fia Anjani (R0014031)

3. Mizan Abdul A (R0014047)

4. Nindia Dinda P (R0014051)

5. Prisca Danu P (R0014059)

6. Ratna Nur Santi (R0014063)

7. Sekar Santi O S (R0014073)

DALAM RUANG LINGKUP

UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970

TENTANG
KESELAMATAN KERJA

KATA PENGANTAR

Sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dimaksudkan agar tenaga kerja selalu sehat dan selamat
dalam melaksanakan pekerjaannya, orang lainnya yang memasuki tempat kerja juga terjamin
keselamatannya, sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, serta
dalam rangka produktivitas nasional.

Menyadari bahwa perlu dan pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
lingkungan dan tempat kerja sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah dan dihilangkan. Maka salah
satu penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerja yaitu dengan
melaksanakan inspeksi lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, mengingat berbagai penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat ditimbulkan dari
faktor lingkungan.

Inspeksi lingkungan merupakan suatu kegiatan pengamatan dan pemeriksaan terhadap


lingkungan. Maksud dan tujuan dilakukannya inspeksi lingkungan bukan untuk mencari kesalahan
tetapi untuk mengetahui mutu lingkungan serta memantau dan mengevaluasi terhadap pengelolaan
lingkungan. Sehingga laporan hasil inspeksi lingkungan dapat dipergunakan dalam upaya
peningkatan dalam pengelolaan lingkungan.

Dari uraian tersebut diatas maka penulis mencoba untuk memberikan gambaran tentang inspeksi
lingkungan yang dilaksanakan di kampus D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
IDENTITAS PERUSAHAAN

Nama Perusahaan : Kampus D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Alamat Perusahaaan : Jl. Kolonel Sutarto No. 150 K Surakarta

Lokasi Unit Perusahaan yang diperiksa : D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Jenis Usaha, KLUI : Pengajar

Jumlah pekerja laki-laki : 8 orang

Jumlah pekerja perempuan : 33 orang

Jumlah total pekerja : 41 orang

Shift kerja : 3 shift


Gbr. 1. Denah Perusahaan :
U

B T

S
R. Bagian KM R. Prodi D4 K3 R. Kuliah (3) R. Himakesja MF (1)
Pendidikan (6) (5) (4) (2)

R. IT (7)

Mushola (8)

KM (9)

R. KEMA
Hiperkes (10)

Laboratorium Keselamatan
Kerja (11) Kantor (31)

R. Rapat Dosen (12)

Ruang Ruang H. 01 (28) H. 02 (29) H. 03 (30)


(13) (14)
Aula (15) Aula (15) Laboratoriu Laboratorium
m Lingkungan
Keselamatan (26)
(27) Kantin (32)
R. Kuliah D4
Pos Satpam(33)
K3 (25)
R. Kuliah II D3
Hiperkes (16) Fotocopy (34)
R. Kuliah III
D3 Hiperkes
R. Kuliah I D3
(24)
Hiperkes (17) Garasi (23)

Kebidanan (22)
K KM KM
(18) (18)
M
R. Kuliah K3
Pintu
(19)
Kebidanan (22)
R. Kuliah K3
(20) Kebidanan (22)
Kebidanan (22)
Perpustakaan
(21)
Jl. Kolonel Sutarto No. 150 K Surakarta

Panggung Samping Halte Depan Toko Yuannie


Motor (37) BST (36) (35)

Gbr. 2. Diagram Alir Proses Produksi

Lulus dari SMA

Mendaftar di Perguruan
Tinggi

Tes Masuk Perguruan Tinggi

Diterima di D3 Hiperkes dan


Keselamatan Kerja UNS

Kuliah

Ujian

Lulus

Bekerja
BAGIAN PERTAMA (I)

HASIL PEMERIKSAAN IMPLEMENTASI


SYARAT-SYARAT KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN
PENERANGAN DI TEMPAT KERJA

Dasar Hukum:
1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja.
1. KEBERSIHAN BANGUNAN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 14.00 s.d 15.00

No. Gedung/Ruang/Ba Nomor Kondisi Saluran air Pengelolaan


gian Titik bangunan di halaman yang telah
/Selokan (bersih (ada tutup dilakukan
/kotor)* pengaman/tidak)
*

1. Ruang Kuliah 16,17, Kotor Tidak Sapu, Pel


24
Ruang Praktek 26,27 Kotor Tidak Belum Ada
2. Ruang Dosen 31 Bersih Tidak Sapu, Pel,
kemucing
3. Laboratorium 27 Bersih Tidak Sapu, Pel
Ruang Administrasi 7 Bersih Tidak Sapu, Pel,
kemucing
4. Mushola 11 Kotor Tidak Belum Ada
Ruang KEMA 11 Kotor Tidak Sapu
5. Parkiran Kotor Tidak Sapu
.

6.
7.
8.

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.
Analisis: Lingkungan di Kampus D3 Hiperkes & KK , kebersihan dan perawatan kampusnya
masih kurang dan belum ada pengelolaan yang mumpuni untuk perawatannya. Perlu dilakukan
kegiatan perawatan yang lebih baik lagi
Kesimpulan: lingkungan masih kotor dan belum ada tindak lanjut yang lebih baik

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V

2. VOLUME RUANGAN/CUBIC SPACE

Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016


Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 14.00 s.d 15.00

No. Ruang Lokasi Volume Ruangan Jumlah Pekerja


kerja/Bagian Pemeriksaan (m3) Dalam
(Panjang x Lebar Ruang Kerja
x Tinggi) (orang)

1. Ruang Kuliah 24 6.5 x 14.5 x 3 42


3 = 42
282,7
= 42

=6,7 m3

Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.


Analisis: Volume Ruang pada RK3 kampus d3 Hiperkes & KK belum memenuhi standar seperti
yang di tetapkan pada Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja yang menyatakan volume ruang kerja
minimal 10 m3. Sebaliknya dari hasil pengukuran yang di lakukan di Ruang Kuliah 3 didapatkan
hasil sebesar 6,7 m3
Kesimpulan: Volume Ruang pada RK 3 belum memenuhi persyaratan yang di tetapkan pada
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja
Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V

3. RUANG GERAK PEKERJA

Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016


Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 14.00 s.d 15.00

No. Ruang Nomor Titik Jenis Panjang Lebar


Kerja/Bagian Pemeriksaan Pekerjaan Ruang Ruang
(adm/teknik/ gerak gerak
lain-lain)* (m) (m)

1. RK 3 (misal 24 Menulis 50 m 50 m
ruang gerak 90 Belajar
m)

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.
Analisis: menurut data yang di dapat ruang gerak yang ada di RK 3 hanya 90m sehingga
menyebabkan sulit untuk bergerak apalagi untuk kerja sehingga tidak ergonomis.
Kesimpulan: diperlukan perluasan lagi untuk ruang gerak sehingga dapat leluasa bergerak dan
ergonomis

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
4. KAKUS BAGI TENAGA KERJA LAKI-LAKI
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00

No. Kondisi Persediaan Mutu


No. Ruang titik Kebersihan Air bersih penerangan
kerja/Bagian lokasi (cukup/tida (baik/kurang
Kakus (Bersih/kotor)* k cukup)* baik)*

1. Ruang Kuliah 16,17, Kotor Air kadang Kurang baik


24 tidak
mengalir

Ruang Administrasi 11 Bersih Cukup air Baik


2.

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.
Analisis: Untuk Kakus mahasiswa harus dilakukan tindakan perbaikan dan untuk kakus staff
(ruang administrasi) sudah cukup bagus dan sebaiknya kakus mahasiswa harus sama seperti
kakus staff supaya mahasiswa nyaman.
Kesimpulan: kakus sebagian sudah bersih dan sebagian masih kotor, perlu dilakukan tindakan
perbaikan.

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
5. KAKUS BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00
No. Ruangan / Titik Kondisi Persediaan Mutu penerangan
Bagian Lokasi Kebersihan Air bersih (baik/kurang
kakus (bersih/kotor) (cukup/tdk baik)*
* cukup)*
1 Kakus 18 Kotor Tidak Kurang baik
cukup

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi pemeriksaan tergambar pada sketsa terlampir.
Analisis:
Dari hasil pemeriksaan visual diketahui bahwa jumlah kakus di D3 Hiperkes dan Keselamatan
Kerja berjumlah 2, namun dari jumlah tersebut tidak ada pemisah antara kakus laki- laki dan
perempuan. Kondisi kakus termasuk dalam kategori kotor, lantai dan dinding kakus tidak terlihat
bersih, dan berbau bahkan jarang dibersihkan oleh petugas kebersihan. Persediaan air bersihnya
tidak cukup atau bahkan airnya sering mati. Sedangkan mutu penerangannya kurang baik karena
hanya ada 1 lampu yang digunakan untuk 2 kakus.
Berdasarkan pemeriksaan visual diketahui bahwa jumlah kakus berjumlah 2 yang digunakan
untuk 31-45 pekerja. Hal tersebut tidak memenuhi ketentuan pada Peraturan Menteri Perburuhan
Nomor 7 Tahun 1964 pasal 6 ayat 6 bahwa jumlah kakus untuk 31 - 45 orang buruh adalah 3
kakus.
Berdasarkan pemeriksaan visual diketahui bahwa kakus pekerja laki-laki dan perempuan tidak
ada pemisah. Hal tersebut tidak memenuhi ketentuan pada Peraturan Menteri Perburuhan Nomor
7 Tahun 1964 pasal 6 ayat 2 bahwa kakus harus terpisah untuk laki- laki dan
perempuan,sehingga tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesusilaan.
Berdasarkan pemeriksaan visual didapatkan bahwa kakus termasuk dalam kategori kotor, lantai
dan dinding kakus tidak terlihat bersih, dan berbau bahkan jarang dibersihkan oleh petugas
kebersihan, persediaan air bersihnya tidak cukup atau bahkan airnya sering mati. Hal tersebut
tidak memenuhi ketentuan pada Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 pasal 6
ayat 9 dan pasal 6 ayat 10 bahwa lantai dan dinding harus selalu terlihat bersih, dan syarat kakus
yang bersih adalah tidak boleh berbau dan harus selalu tersedia air bersih yang cukup untuk
dipergunakan.
Berdasarkan pemeriksaan visual didapatkan bahwa kakus mempunyai mutu penerangan yang
kurang baik karena hanya ada 1 lampu yang digunakan untuk 2 kakus.Hal tersebut tidak
memenuhi ketentuan pada Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 pasal 6 ayat 5
bahwa kakus harus mendapat penerangan yang cukup.
Kesimpulan :
Kakus bagi pekerja perempuan belum memenuhi persyaratan kakus yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 pasal 6

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
6. KANTIN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00
No. No.Titik Panjang x Lebar Jumlah Jumlah Tenaga Mutu
Lokasi Ruan x Tinggi ruangan Locker Kerja Penerangan
ganti (m3) (buah) Perempuan yang dan Ventilasi
pakaian dan wajib disediakan (baik/kuran
Locker di Locker. g baik)*
tempat (orang)
Kerja.

1. Panjang : Tidakberhubungan Kebersiha Kurang baik Mudah


6,25 m langsung dengan n kantin dibersihkan
ruangan kerja baik
Lebar : 2,5 m

Tinggi : 2,5
m

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

Catatan:
1. Perusahaan Katering pengelola makanan bagi tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan:
*sudah/belum memiliki Rekomendasi dari Kepala Disnaker

2. Petugas penjamah makanan belum memiliki Surat Keterangan Dokter yang menyatakan
bahwa tidak berpenyakit menular

3. Petugas penjamah makanan *telah/belum memakai tutup kepala dan clemek.

4. Perusahaan *telah/belum menyediakan air minum bagi pekerja.

5. Air minum bagi pekerja *telah/belum bersertifikat dari Lab/instansi yang berwenang.

6. Surat Keterangan dokter bagi petugas penjaman makanan *masih berlaku/tidak.


Analisis:
Dari hasil pemeriksaan visual diketahui bahwa terdapat sebuah kantin yang di dalamnya juga
terdapat dapur di kampus D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Kantin tidak berhubungan
langsung dengan tempat kerja. Kondisi kebersihan kantin termasuk dalam kategori bersih dan
rapi. Ventilasinya kurang baik sehingga tidak terjadi pertukaran udara yang cukup, dan suhu di
dalam kantin menjadi semakin panas karena dapur untuk memasak berdekatan dengan tempat
untuk makan. Penerangan dikantin kurang baik karena hanya ada 1 lampu yang berada di bagian
belakang kantin. Alat masak, alat makan, alat minum yang telah digunakan mudah dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan menggunakan sabun, namun air yang digunakan untuk
membersihkan alat masak dan makan masih menggunakan air dingin. Petugas penjamah
makanan sudah memakai clemek, namun belum memakai penutup kepala.
Berdasarkan pemeriksaan visual diketahui bahwa lokasi kantin tidak berhubungan langsung
dengan tempat kerja, maka hal ini telah memenuhi ketentuan pada Peraturan Menteri Perburuhan
Nomor 7 Tahun 1964 pasal 8 ayat 2 bahwa dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan
langsung dengan tempat kerja.
Berdasarkan pemeriksaan visual didapatkan hasil bahwa kantin dalam keadaan bersih dan rapi,
maka hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Pasal 8 ayat 1
bahwa dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapi.
Berdasarkan pemeriksaan visual didapatkan hasil bahwa penerangan dikantin kurang baik karena
hanya terdapat 1 lampu saja, ventilasinya kurang baik sehingga tidak terjadi pertukaran udara
yang cukup. Hal tersebut belum memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7
Tahun 1964 Pasal 8 ayat 3 bahwa dapur dan kamar makan harus mendapatkan penerangan yang
baik dan peredaran udara yang cukup.
Berdasarkan pemeriksaan visual diketahui bahwa alat-alat makan atau masak dikantin setelah
dipakai selalu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan sabun dan dikeringkan. Namun
pencucian alat makan atau masak masih menggunakan air dingin, bukan air panas. Hal tersebut
belum memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 pasal 8 ayat 5
bahwa alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air panas
dan dikeringkan.
Berdasarkan pemeriksaan visual diketahui bahwa pegawai kantin tidak menggunakan tutup
kepala namun sudah memakai clemek. Hal tersebut belum memenuhi ketentuan Peraturan
Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 pasal 8 ayat bahwa majikan harus menyediakan
pakaian atau schort dan tutp kepala yang bersih untuk pegawai pegawai Kesimpulan:
Kantin belum memenuhi persyaratan sebagai kantin yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Perburuhan No. 7 Tahun 1964 pasal 8.

Pemeriksa Lingkungan Kerja


Kelompok V

7. TEMPAT PENGUMPULAN/PEMBUANGAN SAMPAH ATAU BAHAN TERBUANG


LAINNYA
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu pemeriksaan visual : Pukul 13.30 s.d 13.50

No. No.Titik Sampah atau Sarana Jaraknya Dampak


tempat bahan Pengumpulan/ dengan negatif
pengumpulan/ terbuang Pembakaran tempat terhadap
Pembakaran Sampah dan kerja
lainnya mutu Lingk.
sampah Bahan terbuang
(Padat/cair) terdekat Kerja;
lainnya
(meter) Bau yang
(IPAL/Insenerator
/lain-lain) menggan
ggu
Menjadi
Sarang
Lalat/
Serangga
1 (MF) Padat Bak/ tempat 1,5 meter Bau yang
sampah mengganggu
saat sampah
diangkut oleh
petugas.

Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.


Catatan:
1. Perusahaan belum memiliki IPAL untuk pengolahan limbah cair.
2. Perusahaan belum memakai alat pembakar limbah padat (insenerator)

Analisis:
Beberapa alasan perusahaan membuang limbah tanpa diolah terlebih dulu antara lain
biayanya mahal pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), biaya operasional, dan
perawatan IPAL yang rumit dan kompleks. Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air
buangan yang membentuk limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan agar
tidak berdampak pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan
pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan umum, sungai, danau, laut akan berdampak
pada lingkungan karena jumlah polutan di dalam air menjadi semakin tinggi.
Jika pada perusahaan tersebut belum memakai alat pembakar limbah padat (insenerator)
pastinya perusahaan itu melakukan penanganan sampah dengan cara pengumpulan atau
penimbunan, sedangkan cara ini bisa menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi
sementara lahan untuk penimbunan akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian
besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang
sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan
terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta
air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan
beresiko meledak.
Kesimpulan:
Pada dasarnya ada dua alternative penanganan yaitu membawa limbah cair ke pusat
pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah (IPAL) proses
pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu proses
pengolahan primer, sekunder, dan tersier. Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir
harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Lingkungan mempunyai daya tampung
limbah yang terbatas. Ketika limbah yang dibuang tidak melebihi ambang batas, lingkungan
masih dapat menguraikannya sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Namun jika ambang
batas tersebut terlampaui, maka lingkungan tidak dapat menetralisir semua limbah yang ada
sehingga timbul masalah pencemaran dan degradasi kondisi lingkungan.

Insinerasi adalah pembakaran sampah/Iimbah padat menggunakan suatu alat yang


disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat
banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan. Meski demikian, tidak
semua jenis limbah padat dapat dibakar dalaminsinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk
insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat
yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.

Pemeriksa Lingkungan Kerja


Kelompok V

BAGIAN KEDUA (II)


HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
FAKTOR FISIKA DAN PENERANGAN DI TEMPAT KERJA

Dasar Hukum:

1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja;
5. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
1. IKLIM KERJA
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Area Heatstress Monitor
Type, No. Seri :
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 14.30
Hasil pengukuran pada alat :
No WBGT / Out WBGT / In Globe Dry Bulb Wet Bulb
1. 27,2 27.3 30,9 30,5 25,8
2. 26,7 28,4 32,7 32,7 26,6

Hasil pengukuran ISBB :


No. Ruangan/ Nomor ISBB Durasi Paparan Beban Kerja NAB Metode
0
bagian Titik uji ( C) Terhadap Fisik pengendalian
Pekerja (Ringan/Sedang / yang telah
perJam Berat)* dilakukan

1. RK 2 16 27,87 8 Jam Ringan 300 C - Menurunkan


suhu
2. Aula 15 28,43 8 Jam Ringan 300 C ruangan
dengan
ventilasi /
AC

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.
Metode Pengukuran yang dipakai : Pengukuran visual
Analisis
Hasil pengukuran ISBB diperoleh dari perhitungan hasil pengukuran menggunakan alat.
Berdasarkan pengukuran yang kami lakukan, diperoleh hasil perhitungan iklim kerja di
RK 2 dan Aula kampus D3 Hiperkes & KK UNS yaitu sebesar 27,87 0 C dan 28,430 C.
Hasil tersebut dibawah NAB (29,0 . Menurut Sumamur (2009) suhu nyaman

bagi orang Indonesia adalah antara 24 26 .

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran ISBB di RK 2 dan aula tidak dibawah suhu 24

, sehingga aman untuk mahasiswa dalam melakukan aktivitasnya karena tidak

melebihi NAB ISBB dan masih dibawah suhu optimal yang aman berdasarkan
Sumamur (2009).

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
2. KEBISINGAN
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Sound Level Meter
Type, No. Seri :
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 13.50
No Ruang No. Titik Kebisingan NAB Jumlah Jam Metode
kerja/bagian Pengukuran/ (dBA) pemaparan pengendalian
Pengujian kebisingan per yang telah
hari dilakukan

1. Depan 22 70 dB 85 Db 8 jam/ hari Tidak ada


Kebidanan 72 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
68 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
70 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
65 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
62 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada

2. Depan RK 1 17 68 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada


66 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
78 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
72 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
70 dB 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada
74 Db 85 dB 8 jam/ hari Tidak ada

Keterangan: Titik lokasi pengukuran tergambar pada sketsa terlampir


Metode Pengukuran yang dipakai: metode visual
Analisis:
Sesuai dengan Permenakertrans No. Per 13/MEN/X/2011 yang menyatakan bahwa NAB
kebisingan sebesar 85 dB dan pada pengukuran kebisingan dengan metode visual ini
didapatkan hasil rata-rata dari keenam titik pada pengukuran pertama di Depan Kebidanan
sebesar 68.9 dBA dan pada pengukuran kedua di Depan RK 1 Hiperkes & KK dari keenam
titik tersebut sebesar 73.2 dBA. Diketahui bahwa ruang- ruang kerja yang ada di D3 Hiperkes
& KK tidak melebihi nilai batas ambang sehingga tidak ada pengendalian yang dilakukan.
Kesimpulan:
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran kebisingan di Lingkungan
Kerja D3 Hiperkes & KK sudah sesuai dengan Nilai Batas Ambang Kebisingan yaitu tidak
melebihi 85 dB.

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
3. INTENSITAS PENERANGAN

Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Lux Meter Type, No. Seri : ANA 999
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran :23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 13.45
No. Ruangan/ No. Titik Sumber Luas Intensitas (Lux) Jenis
Bagian Pengukuran Penerangan Jendela Pengukuran
(Alami/Buatan) Ruangan
(m2) Hasil Standar (Umum /
Ukur Lokal)

1. RK 2 16 1. Lampu + 100 67 300 Umum


alami
2. Lampu + 100 114 300 Umum
alami
3. Lampu + 100 64 300 Umum
alami

* Coret yang tidak perlu


Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa terlampir.

Metode Pengukuran yang dipakai: Pengukuran visual


Catatan :
Setiap ruangan yang wajib dilengkapi dengan lampu penerangan daruratdan belum terpasang
lampu penerangan darurat yang memiliki intensitas penerangan minimal 5 Lux.

Analisis :
Dari pengukuran yang kami lakukan diperoleh hasil pengukuran pencahayaan di Ruang
Kuliah 2 kampus D3 Hiperkes & KK UNS di tiga titik sebesar 67 lux, 114 lux, dan 64 lux.
Dari hasil tersebut pencahayaan di 2 titik yaitu titik 1 dan 3 lebih rendah pencahayaannya
dibanding titik 2 karena titik 1 dan 2 berada di pojok ruangan sedangkan titik 2 berada di
tengah-tengah ruangan dibawah lampu. Menurut Peraturan Menteri Perburuhan (PMP)
Nomor 7 Tahun 1964 tentang penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang berganti-ganti
menulis dan membaca harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux sehingga
pencahayaan di RK 2 masih kurang dari standar.
Kesimpulan
Dari hasil tersebut berarti pencahayaan di RK 2 tidak melebihi standar yaitu 300 lux,
melainkan masih kurang dari standar. Sebaiknya penerangan di RK 2 diperbaiki agar tidak
menyebabkan kerusakan fungsi organ mata jika dibiarkan terlalu lama.

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V
BAGIAN KETIGA (III)
HASIL PEMERIKSAAN/PENGUKURAN/PENGUJIAN
FAKTOR KIMIA DI UDARA
LINGKUNGAN KERJA

Dasar Hukum :
1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi
Perburuhan Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor
Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.

1. PENGUKURAN/PENGUJIAN DEBU
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : PDS (Personal dust sampler)
Type, No. Seri : MP-2CFN, No. 1160286
Negara Pembuat : Jepang
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir : 23 September 2016
Instansi Pengkalibrasi : D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Tanggal Pemeriksaan /Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.00 s.d 14.00

No. Ruangan/Bagian No.Titik Jenis Pengukuran Metode


Pengukuran Debu (mg/m3) Pengendalian
Hasil NAB yang telah
Ukur dilaksanakan
1. Area WIFI 38 Debu 10 10 Pemasangan
Organik mg/m3 mg/m3 ubin dan
pengecoran
2. Tempat Parkir 39 Debu 25 10 lantai.
Organik mg/m3 mg/m3

Keterangan: Titik lokasi pengukuran tergambar pada sketsa terlampir

Metode yang digunakan : Pengukuran Langsung


Analisis :
Hasil pengukuran debu dengan PDS
Titik Flow rate Filter kosong Filter terisi Waktu (menit)
Pengukura (lt/menit) (mg) (mg)
n

1 2 55, 1 55, 3 10

2 2 55, 3 55, 8 10

Perhitungan Titik 1 :

Filter terisi - Filter kosong


Kadar =
Flow rate x waktu
55, 3 55, 1
= x 1000
2 x 10

= 10 mg/m3

Perhitungan Titik 2 :

Filter terisi - Filter kosong


Kadar =
Flow rate x waktu

55, 8 55, 3
= x 1000
2 x 10

= 25 mg/m3
Kesimpulan
Hasil pengukuran debu yang dilakukan di 2 titik yaitu di area WIFI dan tempat parkir
sepeda motor didapatkan hasil yaitu 10 mg/m 3dan 25 mg/m3. Salah satu nilai tersebut
berada pada batas NAB dan salah satu nilainya berada di atas NAB kadar debu menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, sebesar 10
mg/m3. Namun karena pengukuran hanya dilakukan selama 10 menit sehingga nilai
tersebut belum valid karena sebaiknya pengukuran dilakukan selama 8 jam sesuai
dengan jam kerja.

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V

2. PENGUJIAN/PENGUKURAN GAS/UAP BERBAHAYA


Nama Alat Ukur Yang Digunakan : CO Meter
Type, No. Seri : Leutron GCO 2008 CO Meter
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir : 23 September 2016
Instansi Pengkalibrasi : D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Tanggal Pemeriksaan /Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.15 s.d 13.45
No. Ruangan/ No. Titik Jenis Pengukuran Metode
Bagian Pengukuran Gas/Uap (bds atau mg/m3) Pengendalian
Hasil Uji NAB yang telah
dilakukan
1. Samping 35 CO Min : 5 mg/m3 29 1. Penanaman
Toko Max : 8 mg/m3 mg/m3 pohon
Yuannie Suhu : 36,7 oC
Collection
2. Pengujian
3
2. Samping 36 CO Min : 4 mg/m 29 emisi pada
Halte Max : 5 mg/m3 mg/m3 kendaraan
Panggung Suhu : 37,6 oC bermotor
secara
29 berkala
mg/m3
3. Pemasangan
3
3. Depan 37 CO Min : 5 mg/m filter pada
Panggung Max : 6 mg/m3 knalpot
Motor Suhu : 38,3 oC kendaraan

* Coret yang tidak perlu


Keterangan : Titik lokasi pengukuran tergambar pada sketsa terlampir
Metode yang digunakan : Pengukuran Langsung
Analisis
Kadar NAB normal gas karbon monoksida (CO) yang diperbolehkan sesuai isi atau NAB
menurut Permenakertrans No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor
Kimia adalah 29 mg/m3. Sedangkan dalam pengukuran yang telah dilaksanakan di 3 titik
diperoleh kadar CO sebesar 5 mg/m3 di samping toko Yuannie Collection, 4 mg/m3 di
samping Halte Panggung dan 5 mg/m3 di depan Panggung Motor. Jadi dapat diketahui
kadar CO di ketiga titik tersebut masih dalam ambang batas aman atau dibawah NAB.
Kesimpulan
1. Karbon Monoksida merupakan gas berbahaya dan beracun yang berasal dari hasil
pembakara tidak sempurna.
2. Pengukuran kadar CO di 3 titik diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 5 - 8
mg/m3, 4 - 5 mg/m3, 5 - 6 mg/m3 dan hasil tersebut masih berada dibawah NAB.
3. Pengendalian untuk mengurangi kadar gas CO diudara antara lain :
a. Penanaman pohon di sepanjang jalan raya.
b. Merawat mesin kendaraan bermotor seperti servis secara teratur.
c. Pengujian emisi pada mobil dan kendaraan bermotor secara berkala.
d. Lakukan pemasangan filter pada knalpot.
e. Menggunakan Catalytic Exhaust Reaktors untuk menurunkan emisi CO dengan
sistim kerja ketika kelebihan udara, dipompakan kedalam tempat pembuangan
gas dan campuran tersebut dilewatkan melalui ruang katalitik dalam sistem
pembuangan dimana akan terjadi oksidasi dari CO menjadi CO2.
f. Melakukan perawatan pada mesin industri, pengujian secara berkala dan dapat
dilakukan pemasangan scruber pada cerobong asap serta penggunaan bahan
bakar yang memiliki kadar CO rendah seperti minyak atau batu bara.

Pemeriksa Lingkungan Kerja

Kelompok V

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM


Pengukutan Kontruksi, Pemeriksaan, Pengujian Hidro Test & Steam Test
Tanggal : Jumat, 23 September 2016
Tempat: Laboratorium Hiperkes& KK
Kelompok :5
Ketua : Yusan Yusuf Perdana
Anggota : 1. Fia Anjani 4. Prisca Danu P
2. Mizan Abdul Aziz 5. Ratna Nur S
3. Nindia Dinda P 6. Sekar Santi O S
DATA UMUM
1. Nama Perusahaan : D3 Hiperkes & KK
2. Alamat Perusahaan : Jl. Kolonel Sutarto No. 150 K, Surakarta
DATA UMUM
1. Jenis Ketel Uap : KDB ( Ketel Darat Berpindah )
2. Bentuk Ketel Uap : Silindris mendatar dengan lorong rata & sejumlah
pipa-pipa api dan ruang nyala
3. Nama Pembuat : UD Dinar, SKa
4. Tempat dan Tahun Pembuatan :Jerman Barat & 2016
5. Nomor Pabrik : 014/DIINAR/III/96
6. Luas Panas/ VO :
7. Tekanan Kerja Operasional : 10 kg/cm2
8. Isi : air dan api
9. Guna Ketel Uap : memberi uap pada mesin-mesin produksi
DATA KONTRUKSI KETEL UAP (Terlampir/ Tidak Terlampir)

No. Penjelasan Simbol Ukuran Satuan


1. Ukuran Ketel Uap :
Panjang Ketel Uap L mm
Tinggi Ketel Uap Do mm
Garis Tengah Ketel Uap Di mm
Tebal Plat Badan t mm
Penguat mm
Dll
2. Lorong Api :
Panjang Lorong Api L mm
Tinggi Lorong Api Do mm
Garis Tengah Lorong Api Di mm
Tebal Plat Lorong t mm
Penguat mm
Dll
No. Penjelasan Simbol Ukuran Satuan
3. Pipa-pipa Api :
Panjang L mm
Tinggi
Do mm
Tebal
t mm
4. Alat-alat Perlengkapan
1. Pompa Air 8. Batas tertinggi air ketel
2. Safety Valve 9. Batas terendah air ketel
3. Gelas Duga 10. Ventilating
4. Peluit Bahaya 11. Manometer (10 kg/cm2 )
5. Pressure Control 12. Burner Tungku Pembakaran
6. Exhaust Stack 13. Shell
7. Pipa Api 14. Batu Tahan Api( 2-3 tahun )
Timah Leleh Cerobong ( 3 fase )

23 September 2016

Pengampu Praktikum Koordinator Praktikum

(Sadakhir Muryito, SKM., PGDip.Sc.,M.Si) ( Yusan Yusuf Perdana)

Anda mungkin juga menyukai