KELOMPOK V
Nama Anggota:
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
KATA PENGANTAR
Sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dimaksudkan agar tenaga kerja selalu sehat dan selamat
dalam melaksanakan pekerjaannya, orang lainnya yang memasuki tempat kerja juga terjamin
keselamatannya, sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, serta
dalam rangka produktivitas nasional.
Menyadari bahwa perlu dan pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
lingkungan dan tempat kerja sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah dan dihilangkan. Maka salah
satu penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerja yaitu dengan
melaksanakan inspeksi lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, mengingat berbagai penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat ditimbulkan dari
faktor lingkungan.
Dari uraian tersebut diatas maka penulis mencoba untuk memberikan gambaran tentang inspeksi
lingkungan yang dilaksanakan di kampus D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
IDENTITAS PERUSAHAAN
B T
S
R. Bagian KM R. Prodi D4 K3 R. Kuliah (3) R. Himakesja MF (1)
Pendidikan (6) (5) (4) (2)
R. IT (7)
Mushola (8)
KM (9)
R. KEMA
Hiperkes (10)
Laboratorium Keselamatan
Kerja (11) Kantor (31)
Kebidanan (22)
K KM KM
(18) (18)
M
R. Kuliah K3
Pintu
(19)
Kebidanan (22)
R. Kuliah K3
(20) Kebidanan (22)
Kebidanan (22)
Perpustakaan
(21)
Jl. Kolonel Sutarto No. 150 K Surakarta
Mendaftar di Perguruan
Tinggi
Kuliah
Ujian
Lulus
Bekerja
BAGIAN PERTAMA (I)
Dasar Hukum:
1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja.
1. KEBERSIHAN BANGUNAN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 14.00 s.d 15.00
6.
7.
8.
Kelompok V
=6,7 m3
Kelompok V
1. RK 3 (misal 24 Menulis 50 m 50 m
ruang gerak 90 Belajar
m)
Kelompok V
4. KAKUS BAGI TENAGA KERJA LAKI-LAKI
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00
Kelompok V
5. KAKUS BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00
No. Ruangan / Titik Kondisi Persediaan Mutu penerangan
Bagian Lokasi Kebersihan Air bersih (baik/kurang
kakus (bersih/kotor) (cukup/tdk baik)*
* cukup)*
1 Kakus 18 Kotor Tidak Kurang baik
cukup
Kelompok V
6. KANTIN
Tanggal Pemeriksaan Visual : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 13.00 s.d 14.00
No. No.Titik Panjang x Lebar Jumlah Jumlah Tenaga Mutu
Lokasi Ruan x Tinggi ruangan Locker Kerja Penerangan
ganti (m3) (buah) Perempuan yang dan Ventilasi
pakaian dan wajib disediakan (baik/kuran
Locker di Locker. g baik)*
tempat (orang)
Kerja.
Tinggi : 2,5
m
Catatan:
1. Perusahaan Katering pengelola makanan bagi tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan:
*sudah/belum memiliki Rekomendasi dari Kepala Disnaker
2. Petugas penjamah makanan belum memiliki Surat Keterangan Dokter yang menyatakan
bahwa tidak berpenyakit menular
5. Air minum bagi pekerja *telah/belum bersertifikat dari Lab/instansi yang berwenang.
Analisis:
Beberapa alasan perusahaan membuang limbah tanpa diolah terlebih dulu antara lain
biayanya mahal pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), biaya operasional, dan
perawatan IPAL yang rumit dan kompleks. Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air
buangan yang membentuk limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan agar
tidak berdampak pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan
pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan umum, sungai, danau, laut akan berdampak
pada lingkungan karena jumlah polutan di dalam air menjadi semakin tinggi.
Jika pada perusahaan tersebut belum memakai alat pembakar limbah padat (insenerator)
pastinya perusahaan itu melakukan penanganan sampah dengan cara pengumpulan atau
penimbunan, sedangkan cara ini bisa menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi
sementara lahan untuk penimbunan akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian
besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang
sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan
terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta
air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan
beresiko meledak.
Kesimpulan:
Pada dasarnya ada dua alternative penanganan yaitu membawa limbah cair ke pusat
pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah (IPAL) proses
pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu proses
pengolahan primer, sekunder, dan tersier. Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir
harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Lingkungan mempunyai daya tampung
limbah yang terbatas. Ketika limbah yang dibuang tidak melebihi ambang batas, lingkungan
masih dapat menguraikannya sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Namun jika ambang
batas tersebut terlampaui, maka lingkungan tidak dapat menetralisir semua limbah yang ada
sehingga timbul masalah pencemaran dan degradasi kondisi lingkungan.
Dasar Hukum:
1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja;
5. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
1. IKLIM KERJA
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Area Heatstress Monitor
Type, No. Seri :
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 14.30
Hasil pengukuran pada alat :
No WBGT / Out WBGT / In Globe Dry Bulb Wet Bulb
1. 27,2 27.3 30,9 30,5 25,8
2. 26,7 28,4 32,7 32,7 26,6
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengukuran ISBB di RK 2 dan aula tidak dibawah suhu 24
melebihi NAB ISBB dan masih dibawah suhu optimal yang aman berdasarkan
Sumamur (2009).
Kelompok V
2. KEBISINGAN
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Sound Level Meter
Type, No. Seri :
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 13.50
No Ruang No. Titik Kebisingan NAB Jumlah Jam Metode
kerja/bagian Pengukuran/ (dBA) pemaparan pengendalian
Pengujian kebisingan per yang telah
hari dilakukan
Kelompok V
3. INTENSITAS PENERANGAN
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : Lux Meter Type, No. Seri : ANA 999
Negara Pembuat :
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir :
Instansi Pengkalibrasi :
Tanggal Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran :23 September 2016
Waktu Pemeriksaan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.30 s.d 13.45
No. Ruangan/ No. Titik Sumber Luas Intensitas (Lux) Jenis
Bagian Pengukuran Penerangan Jendela Pengukuran
(Alami/Buatan) Ruangan
(m2) Hasil Standar (Umum /
Ukur Lokal)
Analisis :
Dari pengukuran yang kami lakukan diperoleh hasil pengukuran pencahayaan di Ruang
Kuliah 2 kampus D3 Hiperkes & KK UNS di tiga titik sebesar 67 lux, 114 lux, dan 64 lux.
Dari hasil tersebut pencahayaan di 2 titik yaitu titik 1 dan 3 lebih rendah pencahayaannya
dibanding titik 2 karena titik 1 dan 2 berada di pojok ruangan sedangkan titik 2 berada di
tengah-tengah ruangan dibawah lampu. Menurut Peraturan Menteri Perburuhan (PMP)
Nomor 7 Tahun 1964 tentang penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang berganti-ganti
menulis dan membaca harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux sehingga
pencahayaan di RK 2 masih kurang dari standar.
Kesimpulan
Dari hasil tersebut berarti pencahayaan di RK 2 tidak melebihi standar yaitu 300 lux,
melainkan masih kurang dari standar. Sebaiknya penerangan di RK 2 diperbaiki agar tidak
menyebabkan kerusakan fungsi organ mata jika dibiarkan terlalu lama.
Kelompok V
BAGIAN KETIGA (III)
HASIL PEMERIKSAAN/PENGUKURAN/PENGUJIAN
FAKTOR KIMIA DI UDARA
LINGKUNGAN KERJA
Dasar Hukum :
1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi
Perburuhan Internasional Nomor 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor
Kantor;
2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
4. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja.
1. PENGUKURAN/PENGUJIAN DEBU
Nama Alat Ukur Yang Digunakan : PDS (Personal dust sampler)
Type, No. Seri : MP-2CFN, No. 1160286
Negara Pembuat : Jepang
Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir : 23 September 2016
Instansi Pengkalibrasi : D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Tanggal Pemeriksaan /Pengujian/Pengukuran : 23 September 2016
Waktu Pemeriksan/Pengujian/Pengukuran : Pukul 13.00 s.d 14.00
1 2 55, 1 55, 3 10
2 2 55, 3 55, 8 10
Perhitungan Titik 1 :
= 10 mg/m3
Perhitungan Titik 2 :
55, 8 55, 3
= x 1000
2 x 10
= 25 mg/m3
Kesimpulan
Hasil pengukuran debu yang dilakukan di 2 titik yaitu di area WIFI dan tempat parkir
sepeda motor didapatkan hasil yaitu 10 mg/m 3dan 25 mg/m3. Salah satu nilai tersebut
berada pada batas NAB dan salah satu nilainya berada di atas NAB kadar debu menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, sebesar 10
mg/m3. Namun karena pengukuran hanya dilakukan selama 10 menit sehingga nilai
tersebut belum valid karena sebaiknya pengukuran dilakukan selama 8 jam sesuai
dengan jam kerja.
Kelompok V
Kelompok V
23 September 2016