h2 Bab 5 Nodal H 2
h2 Bab 5 Nodal H 2
BAB V
ANALISA NODAL
6. Komponen separator
118
Gambar 5.1.
Sistem Sumur Produksi
Sesuai dengan Gambar 5.1. dalam sistem sumur produksi dapat ditemui 4
titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal didasar sumur ( Gambar 5.2)
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur
adalah open-hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komponen komplesi apabila sumur diperforasi atau dipasang gravel pack.
2. Titik nodal dikepala sumur (Gambar 8.3.)
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator (Gambar 8.4.)
Pertemuan komponen pipa salur dengan komponen separator merupakan
suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/downstream jepitan.
119
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen tubing dengan komponen jepitan, apabila jepitan di
pasang di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara
komponenn tubing dipermukaan dengan jepitan, apabila jepitan dipasang
di kepala sumur.
Gambar 5.2.
Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
Gambar 5.3.
Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Kepala Sumur
120
Gambar 5.4.
Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Separator
Gambar 5.5.
Sistem Kehilangan Tekanan Pada Sumur Produksi
121
9. Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis gradien
aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm, lakukan interpelosi.
10. Gunakan harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan downsteram) untuk
menentukan tekanan alir dasar sumur (Pwf=tekanan upstream).
11. Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju produksi yang lain.
Denagn demikian akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwf.
12. Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva IPR
(langkah 3).Kurva yang terbentuk disebut kurva tubing intake.
13. Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva IPR terdapat tiga
kemungkinan yaitu:
o Kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak dapat ditentukan
titik potongnya.Hal ini berarti bahwa sumur tersebut mati untuk sistem
pipa produksi yang digunakan.
o Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi perpanjangan
kurva tubing intake dapat memotong kurva IPR. Apabila hal ini
ditemui, ulangi langkah 4 smpai dengan 10 untuk harga laju produksi
lain sehingga kurva tubing intake dapat memotong kurva IPR.
Disarankan untuk tidak melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi yang diperlukan tidak tersedia di pressure traverse.
o Kurva tubing memotong kurva IPR dan perpotongan tersebut
memberikan laju produksi qt. Hal ini berarti bahwa untuk sistem
rangkaian tubing didalam sumur dan pipa salut dipermukaan, sumur
dapat berproduksi sebesar qt.
14. Dengan membuat variasi ukuran tubing dan pipa salur, maka
dapat diperoleh kondisi sistem optimum.
5.2.2. Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Kepala Sumur
1. Siapkan data penunjang yaitu :
o Kedalaman sumur (D)
o Panjang pipa salur (L)
o Diameter Tubing (dt)
o Diameter pipa salur (dp)
123
14. Ulangi langkah 9 sampai 13 untuk berbagai harga laju produksi lain.
Dengan demikain akan diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
15. Plot harga qt terhadap Pwh dari alngkah 14 pada kertas grafik dilangkah
2. Kurva yang diperoleh disebut kurva tubing.
o Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur,maka sumur akan
terproduksi dengan laju produksi (qt) yang ditentukan dari titk
perpotongan tersebut.
o Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur maka sumur
tidak dapat berproduksi untuk sistem rangkaian pipa tersebut.
o Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan tetapi
perpanjanjangan kedua kurva tersebut memberikan kemungkinan
untuk berpotongan maka ulangi langkah 3 sampai dengan 15 untuk
laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing dan kurva pipa salur
dapat diperpanjang dan kemudian tentukan titik potongnya.
o Titik potong ini memberikan laju produksi yang diperoleh.
o Tidak dibenarkan melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila laju
produksi tidak tersedia di grafik pressure traverse.
16. Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk berbagai
ukuran tubing dan ukuran pipa salur, maka dipilih pasangan ukuran
tubing dan pipa salur yang dapat menghasilkan laju produksi optimum.
5.2.3. Prosedur Analisis Sistim Nodal dengan Titik Nodal di Separator
1. Siapkan data penunjang, yaitu :
o Kedalaman sumur (D)
o Panjang pipa salur (L)
o Diameter tubing (dt)
o Kadar air (KA)
o Perbandingan gas-cairan (GLR)
o Tekanan separator (P sep)
o Kurva IPR
125
2. Pada kertas grafik kartesian buat sistim sumbu dengan tekanan pada
sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
3. Plot kurva IPR pada kertas grafik dilangkah 2.
4. Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran horizontal dan
vertical.
5. Pilih grafik pressure traverse aliran vertical sesuai dengan qt, dt, dan
KA . Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik,
pilih grafik pressure traverse dengan KA yang terdekat.
6. Pilih kurva gradien tekanan aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila
untuk harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya,
lakukan interpolasi.
7. Berdasarkan kurva IPR dilangkah 3, baca harga tekanan alir dasar
sumur (Pwf ) pada qt.
8. Gunakan grafik preassure traverse (langkah 5) dan kurva gradien aliran
(langkah 6) untuk menentukan tekanan kapala sumur Pwh berdasarkan
Pwf.
9. Catat harga Pwh yang diperoleh.
10. Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai dengan qt,
dp, dan KA. Apabila KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada
grafik, pilih grafik pressure traverse dengan harga KA yang terdekat.
11. Pilih kurva gradien yang sesuai dengan GLR yang diketahui. Apabila
harga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradien alirannya, lakukan
interpolasi.
12. Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva gradien aliran
(langkah 11) untuk menentukan tekanan masuk di separator, (Pin)
berdasarkan harga Pwh dari langkah 9.
13. Catat harga P in dan qt.
14. Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga laju produksi.
Dengan demikian akan diperoleh hubungan antara Pin terhadap qt.
15. Plot harga Pin terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
126
16. Plot Psep pada sumbu tekanan, dari titik ini tarik garis datar ke kanan
sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
17. Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan diperoleh.
5.3. PERHITUNGAN
5.3.1. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik Nodal di Dasar Sumur
Diketahui :
o Panjang pipa salur = 3000 ft
o Diameter = 2 in
o Kedalaman sumur = 5000 ft
o Diameter Tubing = 2 3/8 in
o Kadar Air = 0
o Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
o Tekanan Statik = 2200 psi
o Tekanan Separator = 100 psi
Tabel V-1
Harga Pwf Berdasarkan Qasumsi
Q anggapan Pwf
(BPD) (Psi)
200 2000
400 1800
600 1600
127
800 1400
1000 1200
1500 700
Gambar 5.6.
Kurva IPR
4. Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan kepala sumur pada
aliran mendatar.
Tabel V-2
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse
Gambar 5.7.
Kurva Tubing Intake
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake,
menghasilkan laju produksi sebesar 900 bbl / hari.
8. Laju produksi yang diperoleh 900 bbl / hari.
5.3.2. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik Nodal di Kepala Sumur
129
Diketahui :
o Panjang pipa salur = 3000 ft
o Diameter = 2 in
o Kedalaman sumur = 5000 ft
o Diameter Tubing = 2 3/8 in
o Kadar Air = 0
o Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
o Tekanan Statik = 2200 psi
o Tekanan Separator = 100 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar
sumur sebagai titik nodal.
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar.
2. Berdasrkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai
anggapan harga q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
Plot antara q terhadap Pwh pada gambar 3-5
Tabel V-4.
Harga Pwh dari Grafik Pressure Traverse
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi
3. Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan tekanan
sebagai sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar, seperti
pada gambar 3-7.
4. Dari perhitungan contoh soal 3.2.1.1. langkah 4, telah diperoleh
hubungan q terhadap P wh untuk perhitungan yang diawali dari dasar
sumur, yaitu sebagai berikut :
5. Berdasarkan Pwh di langkah 2 tentukan tekanan di separator untuk
beberapa anggapan laju produksi.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Tabel V-6
Pwh Untuk Aliran Tegak
Q anggapan Pwf Pwh
(BPD) (Psi) (Psi)
200 2000 610
400 1800 540
600 1600 450
800 1400 330
1000 1200 180
Tabel V-7
Psep Untuk Aliran Tegak
Q anggapan Pwh P Separator
(BPD) (Psi) (Psi)
200 610 595
400 540 525
600 450 410
800 330 255
1000 180
5.4. PEMBAHASAN
Tujuan di lakukannya analisa nodal ini yakni untuk mendapatkan laju yang
optimal. Dari data inflow performance dan outflow pereformance (vertical lift
performance,choke performance,horizontal flow performance, separator).
Adapun manfaat yang di dapat menentukan laju produksi yang dapat diperoleh
secara sembur alam,meramalkan kapan sumur akan mati,memeriksa setiap
komponen dalam sistem produksi untuk mementukan adanya hambatan
aliran,menentukan saat yang terbaik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi
sembur buatan atau metode produksi satu ke metode produksi lainnya. Ada empat
titik nodal yakni, di dasar sumur, di kepala sumur, di jepitan, dan di separator.
Konsep IPR (Inflow Performance Relationship) yakni, hubungan antara
laju alir dan tekanan ( Pwf ). IPR ada 3 jenis yakni, 1 fasa, 2 fasa, dan 3 fasa.
Untuk 1 fasa kondisi di mana Ps di atas Pb, jadi belum terbentuk gelembung-
gelembung gas. Untuk 3 fasa reservoirnya adalah open reservoir yakni,
berhubungan dengan aquifer. Kondisi Ps diatas Pb pada awal, namun pada selang
waktu beberapa lama kondisi Ps berada di bawah Pb sehingga, terbentuk gas.
Pada bab ini kita juga membahas mengenai pressure traverse. Kurva ini
memberikan kita kemudahan untuk menentukan harga-harga Pwf ataupun Pwh.
Untuk arah vertical kita dari data Pwh dapat menentukan harga dari Pwf.
Sedangkan untuk yang arah horizontal dari data separator dapat mencari harga
Pwh.
Dari hasil nodal analisis kita akan mendapatkan laju optimum untuk
produksi sumur kita sesuai dengan ukuran tubing dan GLR formasi. Open
reservoir yakni reservoir yang berhubungan dengan aquifer, biasanya reservoir
ini bertenaga pendorong water drive.
Sedangkan closed rervoir yakni, reservoir yang tidak berhubungan
dengan aquifer, biasanya bertenaga pendorong solution/ depletion gas drive.
133
5.4. KESIMPULAN
1. Dari analisa nodal bertujuan untuk memaksimumkan laju produksi dari
sumur produksi kita.
2. Adapun manfaat yang di peroleh yakni :
Optimasi laju produksi.
Mengetahui kapan mengubah ke metode produksi Artificial Lift.
Meramalkan kapan sumur mati .
Menentukan laju produksi dari metode sembur alam.
2. Kurva IPR ada 3 jenis :
IPR 1 Fasa
Kondisi Ps > Pb
IPR 2 Fasa
Kondisi Ps < Pb
Kondisi Ps > Pb
IPR 3 Fasa
Kondisi awal Ps > Pb, setelah beberapa waktu produksi Ps < Pb Open
Reservoir.
3. Dari grafik pressure traverse di dapat untuk mencari Pwh dari P sep
( Arah Horizontal ), dan Pwf dari Pwh ( Arah Vertikal ).
4. Closed reservoir adalah reservoir yang tidak berhubungan dengan
aquiver. Sedangkan open reservoir adalah reservoir yang berhubungan
dengan aquiver.