1. TEORI GENETIK
stimulus.
c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif
pada terbentuknya respons. Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan
memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang menolong orang lain
kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia akan cenderung mengulangi tingkah laku
menolongnya di kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika tidak
diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat terjadinya respons. Misalnya
seorang anak yang kegemukan dan gelalu diejek oleh temannya, tidak lagi diejek oleh
temannya manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia akan mengulangi
dan meningkatkan prestasi akademiknya tersebut.
Dorongan adalah suatu kekuatan dalam din seseorang yang jika telah mencapai kekuatan
yang maksimum akan menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard &
Miller (dalam Wibowo, 1988:1.27) terdapat 2 (dua) macam dorongan pada manusia yaitu
dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti
lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial dan
dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat upah, pujian, perhatian dan sebagainya.
3. TEORI KOGNITIF
Pokok pikiran dalam pendekatan kognitif adalah bahwa perilaku individu tergantung pada
caranya mengamati situasi sosial. Secara spontan dan otomatis orang akan
mengorganisasikan persepsi, pikiran dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk
yang sederhana dan bermakna., seperti yang mereka lakukan terhadap objek. Bagaimanapun
rancunya situasi orang akan mengadakan pengaturan dan pengorganisasian ini (persepsi dan
pengartian lingkungan) akan mempengaruhi perilaku individu dalam situasi sosial.
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam teori ini yaitu (Sears., 1985:17-18):
a. Individu cenderung mengelompokkan dan mengkategorikan objek secara spontan. Individu
tidak melihat objek secara tersendiri melainkan sebagai bagian dari sekelompok benda atau
hal-hal lain di sekitarnya. Oleh karenanya individu cenderung mengelompokkan objek ini
dengan beberapa prinsip sederhana misalnya karena kesamaan, kedekatan atau pengalaman
masa lalu.
b. Individu dapat memperhatikan objek dengan mengamati sesuatu sesuatu sebagai hal yang
menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground). Biasanya rangsangan yang
bergerak, berwama, bersuara, unik, dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang
lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh, merupakan ground.
Teori kognitif mempunyai tekanan yang berbeda dengan teori belajar yaitu:
a. Teori kognitif memusatkan din pada interpretasi dan organisasi perseptual mengenai
keadaan seseorang, bukan keadaan masa lalu.
b. Teori kognitif mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu
terhadap situasi dan tidak pada realita situasinya. Interpretasi individu terhadap situasi
merupakan hal yang lebih penting daripada bagaimana sebenarnya situasi itu.
4. TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)
Pokok pemikiran dalam pendekatan belajar adalah bahwa perilaku individu ditentukan oleh
apa yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam situasi tertentu seseorang mempelajari perilaku
tertentu sebagai kebiasaan dan bila menghadapi situasi itu kembali oarang tersebut akan
cenderung untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaannya itu. Pendekatan dengan belajar
populer di tahun 1920-an dan merupakan dasar Behaviorisme.
Dalam kehidupan manusia ada 2 (dua) pengertian belajar yaitu belajar secara fisik misalnya
belajar menari, naik sepeda dan lain-lain, dan belajar psikis yaitu mempelajari perannya dan
peran orang lain dalam konteks sosial. Menurut Dollard & Miller ada 4 (empat) prinsip dalam
belajar yaitu dorongan, isyarat, respons dan reward. Pengertian dorongan dan respons sudah
dijelaskan sebelumnya. Reward sebenarnya sama dengan reinforcement yaitu stimulus yang
menetapkan perlu diulangi atau tidak suatu respons pada kesempatan lain. Isyarat adalah
stimulus yang menentukan kapan dan dimana suatu respOns akan timbul dan respons apa
yang akan timbul. Isyarat bisa disamakan dengan stimulus diskriminatif. Mekanisme belajar
dapat dibagi dalam tiga mekanisme umum (Sears, dkk., 1985:13-14) yaitu:
a. Asosiasi (Classical Conditioning) yaitu kita belajar berperilaku dengan mengasosiasikan
kata-kata, suara-suara, warna-warna dan sebagainya atau fenomena yang terjadi disekitar
kita. Misalnya mengasosiasikan kata "Tsunami" dengan hal-hal atau bencana yang
mengerikan.
b. Reinforcement, yaitu orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu
disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka
belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan).
Misalnya seorang mahasiswa yang belajar untuk tidak menentang profesor pengajarnya di
kelas karena ketika hal tersebut dilakukan sang profesor selalu mengerutkan dahi, marah dan
membentaknya kembali.
5. TEORI PSIKOANALISA
Tokoh dan teori ini adalah Freud. Alasan teori ini dipakai untuk menelaah tingkah laku sosial
adalah adanya pendapat dan Freud bahwa terdapat pertentangan yang mendasar antara
pemuasan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan individual dengan kesiapan
masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan tersebut. Menurut teori ini pula
perkembangan individu menuju kedewasaan adalah melalui serangkaian tahapan yaitu tahap
oral, anal, phallic dan genital. (dalam Wibowo, 1.14-1.15) Secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap Oral: Bayi barn lahir s/d 1 atau 1,5 tahun. Pengalamannya hanya kenikmatan,
kesakitan dan perubahan-perubahan ketegangan.
b. Tahap Anal: Berlangsung dari usia 1 atau 1,5 tahun 4 tahun. Perkembangan ego ditandai
dengan kemampuan untuk menguasai obyek, mengantisipasi hal-hal yang terjadi dengan
imaginasi; sadar dan
toleransi terhadap kecemasan; perkembangan kemampuan berbicara dan berpikir; tumbuhnya
kemampuan untuk menunda respons.
c. Tahap Phallic: Mulai terjadi setelah usia 3 4 tahun. Perkembangan yang penting adalah
meningkatnya minat pada seks (dalam keluarga berupa kompleks oedipus, jika anak laki-laki
dengan ayahnya dan anak perempuan dengan ibunya; serta dalam dirinya berupa fantasi-
fantasi tertentu), proses pertunibuhan super ego, serta makin banyak menggunakan
mekanisme pertahanan diri. Ditandai dengan meningkatnya keinginan untuk bermasturbasi;
meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan anggota keluarga yang berlawanan
jenis; meningkatnya kecenderungan ekshibisionis (menunjukkan alat kelamin kepada orang
lain).
d. Tahap Laten: Merupakan masa konsolidasi dalam perkembangan, menyesuaikan did
dengan lingkungan di luar keluarga. Hasrat seksual kepada orang tua disublimasikan menjadi
rasa menghormati dan menghargai. Merupakan masa persiapan untuk remaja (pubertas).
e. Tahap Genital: Secara psikologis ditandai dengan ciri-ciri antara lain hasrat untuk mandiri,
lebih menghargai aturan-aturan dari teman sebaya, pemberontakan melawan orang tua,
pikiran-pikiran bingung dan lain-lain.
Menurut konsep Freud ada 3 (tiga) sistem yang membentuk struktur kepribadian:
6. TEORI PERAN
Pengertian Peran (Role) biasanya didefinisikan sebagai serangkaian tingkah laku atau fungsi-
fungsi yang dikaitkan dengan posisi khusus dalam hubungan tertentu. Menurut Bidle &
Thomas (Wibowo, 1988:1.21) ada 4 (empat) istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan
peran:
a. Harapan (expectation).
b. Norma (norm).
c. Wujud Perilaku (performance).
d. Penilaian (evaluation) dan Sanksi (sanction).
Dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Harapan tentang Peran, adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang
perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai
peran tertentu.
Contoh harapan dari masyarakat umum terhadap public servant yang bersih dan bebas KKN.
b. Norma, merupakan salah satu bentuk harapan. Menurut Secord & Backman (Wibowo,
1988:L21-L22) jenis jenisharapan adalah:
Harapan yang bersifat meramalkan (predicted role expectation) yaitu harapan tentang suatu
perilaku yang akan terjadi.
Harapan Normatif (prescribed role expectation) adalah keharusan-keharusan yang
menyertai suatu peran. Ada 2 jenis yaitu pertama harapan yang terselubung (covert) adalah
harapan-harapan yang ada tanpa harus diucapkan misalnya dokter hams menyembuhkan
pasiennya. Kedua yaitu harapan terbuka (overt) adalah harapan- harapan yang diucapkan
(role demand). Misalnya orang tua yang meminta agar anaknya rajin belajar dan bertanggung
jawab atas tugas-tugasnya.
c. Wujud Perilaku dalam Peran Peran diwujudkan dalam perilaku nyata, bukan sekedar
harapan. Misalnya peran ayah adalah mendisiplinkan anaknya, maka ada ayah yang
menggunakan hukuman-hukuman fisik sedangkan ayah lainnya hanya memberi nasehat raja.
Kapan peran perlu ditunjukkan/ menjadi penting? Perwujudan peran bisa bermacam-macam.
Misalnya pendapat Sarbin (dalam Wibowo, 1988:1.23) dimana perwujudan peran terdiri dan
tingkatan intensitas dan yang terendah sampai yang tertinggi. Contoh seorang pemain musik
di kafe yang menjadi tugasnya setiap malam maka karena terlalu biasa ia bisa bermusik
sambil mengobrol dengan temannya. Sementara ada seorang pianis yang hams menggelar
konser tunggalnya maka ia akan mempersiapkan din dan performanya dengan penuh
konsentrasi. Goffman (dalam Wibowo, 1988:1.23) meninjau dan sudut lain yaitu dari
permukaan (front), yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan
secara khusus agar orang mengetahui secara jelas peran si pelaku. Contoh seorang profesor
akan memajang rak penuh buku-buku ilmiah di ruang tamu, sehingga tamunya akan
mendapat kesan tentang apa dan bagaimana peran profesor tersebut. Inilah yang dimaksud
dengan "front". Namun ada juga hal yang disukai profesor misalnya tetapi tidak ditunjukkan
yaitu kegemarannya membaca komik dimana komik-komik tersebut disimpannya dengan rapi
di kamar pribadinya.