Tinjauan Pustaka
1
Universitas Indonesia
Menurut PSDG terdapat manifestasi panas bumi di beberapa daerah di
pulau Pantar. Salah satunya yaitu air panas Beang Mata air panas yang berlokasi
di pinggir laut, pada lava basal, teluk Alitaki, sebelah tenggara daerah
penyelidikan, Desa Aramaba, Temperatur air panas 81,05 oC pada temperatur
udara 32,48 oC, debit 2 liter/detik, pH 6,03 dan daya hantar listrik 16500 S/cm.
Mata air panas muncul pada batuan lava basal, yang disekitarnya terdapat sinter
silika, air panas mengalir ke laut, setiap air laut pasang akan menutupi
pemunculan Air panasnya, air panas jernih, tidak berbau H2S, dan berasa sangat
asin.
2.2 Effisiensi
Hukum pertama termodinamika menyatan bahwa energy tidak dapat
diciptakan atau dihancurkan, tetapi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk
lainnya. Effisiensi pada hukum satu menyatakan effisiensi dalam bentuk termal.
Efisiensi hukum satu menyatakan efisiensi sebagai nilai kerja bersih yang
dihasilkan oleh sistem dibandingkan dengan kalor yang masuk ke sistem. Dengan
kata lain effisiensi merupakan rasio dari kuantitas energi. \
Hukum kedua efisiensi berbeda satu sama lain. Efisiensi hukum satu
berdasarkan pada prinsip kekekalan. Pada hukum kedua, terdapat adanya entropi
dan availability yang sifatnya tidak kekal. Dengan adanya irreversibility, entropi
dihasilkan dan availability dimusnahkan. Efek pembentukan diukur dengan
bertambahnya entropi , dan efek akhir diukur dengan irreversibility I. Oleh
karena itu, hukum kedua effisiensi mengukur adanya kerugian atau losses selama
proses berlangsung. Definisi dari effisiensi hukum kedua secara umum adalah:
Hukum kedua menekankan pada fakta bahwa bentuk dari kuantitas energi
yang sama bias saja memiliki nilai usefulness yang berbeda. Tidak seperti pada
hukum pertama efisiensi, effisiensi hukum kedua mengukur kerugian dalam kerja
selama proses berlangsung. Hukum kedua memerhatikan apa yang menjadi input
dana pa yang dihitung sebagai kehilangan. Sebagai contoh adalah analisis hukum-
2
Universitas Indonesia
kedua pada sebuah mesin kalor yang beroperasi di antara dua reservoir termal
pada TH dan TL. Untuk keadaan siklus aktual (reversibel) Wact =th,act.QH . jika
siklusnya adalah reversibel, maka:
[ ]
W rev =carnot .Q H = 1
TL
Q
TH H
Karena nilai kerja berguna dikaitkan dengan kerja shaft, dapat didefinisikan
effisiensi hukum kedua dari siklus adalah Wact/Wrev. Dengan begitu:
W act th ,act
II = = = th, act
W rev carnot
[ ]
1 L
T
TH
2.3 Eksergi
Eksergi merupakan energi yang dapat dimanfaatkan (available energy)
atau ukuran ketersediaan energi untuk melakukan kerja. Eksergi suatu sumber
daya memberikan indikasi seberapa besar kerja yang dapat dilakukan oleh sumber
daya tersebut pada suatu lingkungan tertentu. Konsep eksergi secara eksplisit
mermperlihatkan kegunaan (kualitas) suatu energi dan zat sebagai tambahan
selain apa yang dikonsumsi dalam tahapan-tahapan pengkonversiana tau transfer
energi. Salah satu kegunaan utama dair konsep eksegi adalah keseimbangan
eksergi dalam analisis sistem termal. Keseimbangan eksergi (analisis eksergi)
dapat dipandang sebagai pernyataan hukum energi degradasi. Analisis eksergi
adalah alat untuk identifikasi jenis, lokasi dan besarnya kerugian termal.
Identifikasi dan kualifikasi kerugian ini memungkinkan untuk evaluasi dan
perbaikan desain sistem termal.
Metode analisis eksergi dapat menunjukkan kualitas dan kuantitas
kerugian panas dan lokasi degradasi energi (mengukur dan mengidentifikasi
penyebab degradasi energi). Sebagian besar kasus ketidaksempurnaan
termodinamika tidak dapat dideteksi dengan analisis energi. Persamaan kerja
aktual dan kerja reversible sering diformulasikan dalam persamaan fungsi eksergi
untuk sebuah sistem terbuka dan sistem tertutup yang sampai saat ini dianggap
penting untuk menentukan kerja potensial dari sebuah sistem pada keadaan
3
Universitas Indonesia
tertentu menuju kesetimbangan dengan lingkungan sementara sejumlah kalor
yang dipindahkan merupakan satu-satunya interaksi dengan lingkungan.
Gambar 2.2. Skema Sederhana dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Sistem Biner
(Sumber: Yari, 2009)
Pada diagram di atas dapat dilihat proses fluida panas dialirkan ke alat penukar
kalor untuk mengalirkan kalor untuk dapat menguapkan fluida kerja atau pada hal
ini disebut proses evaporasi. Setelah keluar dari alat penukar kalor, fluida panas
akan dialirkan kembali ke dalam bumi. Fluida kerja yang keluar dari alat penukar
kalor akan berubah fasa menjadi fasa uap jenuh yang kemudian dialirkan ke turbin
untuk menghasilkan energi. Fluida kerja mengalami ekspansi di turbin sehingga
energinya terkonversi menjadi energy kinetik yang digunakan untuk memutar
4
Universitas Indonesia
turbin. Perputaran turbin ini akan dikoneksikan menggunakan shaft yang
digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan energy listrik. Fluida
yang keluar dari turbin akan dikondensasikan dan dipompakan kembali ke dalam
evaporator. Proses termodinamis yang dialami oleh fluida kerja ditampilkan
dalam diagram Tekanan-Entalpi (diagram P-h) di bawah.
5
Universitas Indonesia
merupakan maksimum effisiensi yang dimungkinkan dari siklus yang bekerja
pada dua rentang suhu. (DiPippo, 2008) Effisiensi Carnot sendiri didefinisikan
dengan:
[ ]
carnot = 1
TL
TH
6
Universitas Indonesia
2.4.1.2 Dual-pressure Binary Cycle
Pada siklus dual-pressure binary cycle, terdapat dua evaporator yaitu High
Pressure Evaporator dan Low Pressure Evaporator. Pada siklus ini, fluida
keluaran condenser dengan fasa saturated liquid pada tekanan terendah dalam
siklus melewati LPFP (Low Pressure Feed Pump) sehingga tekanannya meningkat
menjadi tekanan medium pada siklus. Setelah itu, fluida kerja melewati LPPH
(Low Pressure Pre-Heater) dan mendapatkan panas dari fluida panas bumi, fluida
kerja keluar dari LPPH dengan fasa saturated liquid dengan tekanan medium.
Fluida keluaran LPPH dibagi menjadi dua aliran yaitu satu aliran memasuki HPFP
(High Pressure Feed Pump) dan satu lagi memasuki LPE (Low Pressure
Evaporator) dan keluar dari LPE dengan fasa saturated vapour dan tekanan
medium. Bagian dari fluida kerja yang tekanannya telah mencapai tekanan tinggi
untuk siklus setelah melewati HPFP, memasuki HPPH (High Pressure Pre-
Heater) dan HPE (High Pressure Evaporator). Fluida kerja dalam fasa saturated
vapour setelah melewati HPE. Kemudian, fluida kerja dengan tekanan tinggi
memasuki HPT (High Pressure Turbine) dan mengalami ekspansi. Fluida kerja
yang melewati HPT, dengan tekanan medium, digabungkan fluida kerja dari LPE
untuk mengalami ekspansi pada LPT (Low Pressure Turbine) ke tekanan
condenser. Berikut ini adalah skema untuk dual-pressure binary cycle
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
2.4.1.3 Dual-fluid Binary Cycle
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
2.4.1.4 Kalina Binary Cycles
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
Untuk sumber panas dengan suhu di bawah 150OCSebelum perkembangannya di
abad ke-20, fluida geothermal hanya digunakan untuk penggunaan secara
13
Universitas Indonesia
langsung (direct use) seperti untuk mandi, mencuci dan memasak. Dewasa ini
pemanfaatan geothermal sangat beragam, baik untuk penggunaan secara tidak
langsung (indirect use) yakni pembangkitan listrik, dan keperluan lainnya di
sektor non-listrik seperti pemanasan ruangan, rumah kaca, tanah pertanian, dan
pengerngan hasil pertanian dan peternakan dan lainnya. (Nenny, 2011)
Pada awal mula perkembangannya, hanya fluida geothermal dengan suhu
tinggi (>225oC) yang digunakan untuk pembangkitan listrik, namun beberapa
dekade terakhir ini pemanfaatan fluida geothermal untuk membangkitakan listrik
dapat digunakan dengan fluida ber temperatur sedang (150-225oC) akibat
perkembangan teknologi. (Nenny, 2011)
Faktor-faktor yang ditinjau sebagai aspek kelayakan pembangkitan listrik
adalah sebagai berikut:
a) Memiliki sumberdaya kandungan panas atau cadangan yang besar
sehingga dapat memproduksi uap dalam jangka wktu yang lama, yakni
sekitar 25-30 tahun.
b) Fluida memiliki pH yang setidaknya mendekati netral agar fasilitas
produksi dapat berlangsung dengan baik tanpa terganggu akibat korosi.
Selain itu laju scaling akibat fluida geothermal relatif rendah.
c) Letak ke reservoir tidak terlalu dalam, tidak lebih dari 3 km.
d) Sumber daya panas bumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai.
e) Sumber daya panas bumi terletak pada daerah dengan kemungkinan terjadi
erupsi hidrotermal relatif rendah. Produksi fluida panas bumi dapat
memacu kemungkinan terjadinya erupsi hidrotermal.
Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) sama dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hanya saja pada PLTU uap dibuat dengan
menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap dihasilkan langsung berasal dari
reservoir panas bumi. Fluida yang dapat dialirkan ke turbin ialah fluida dengan
fasa uap. Sedangkan apabila fluida yang keluar dari kepala sumur merupakan
fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu harus dilakukan
proses pemisahan pada fluida yang biasa digunakan ialah separator, sehngga fasa
uap dapat masuk langsung ke turbin dan fasa cair akan diinjeksikan kembali ke
dalam reservoir melalui sumur reinjeksi.
Adapun jenis-jenis sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi
yang telah diterapkan sejauh ini ialah:
a) Direct dry steam
b) Single Flash Steam
14
Universitas Indonesia
c) Double Flash Steam
d) Binary Cycle
15
Universitas Indonesia
Gambar 3. Skema Termodinamik dalam Dry-Steam Plant. (DiPippo, 2011)
16
Universitas Indonesia
Proses yang terjadi pada fluida geothermal paling baik dilihat dari kondisi
termodinamiknya yang digambarkan dengan diagram temperature sebagai ordinat
dan entrophy sebagai absisnya. Gambar di bawah adalah skema termodinamik
dalam diagram TS untuk kondisi-kondisi yang terjadi pada proses single flash.
17
Universitas Indonesia
Gambar 3. Skema Sederhana Pembangkit Listrik Double Flash (DiPippo,2011)
Berikut ini adalah skema termodinamik pada diagram TS dalam sistem double
flash.
18
Universitas Indonesia
saja yang diekstraksi. Fluida yang telah diekstrak panasnya akan diinjeksikan
kembali ke reservoir agar tercapai sistem yang sustainable. Fluida kerja yang
telah berubah fasa menjadi uap kemudian digunakan untuk menggerakan turbin.
Lapangan Lahendong terdapat pembangkit dengan siklus ini yang berkapasitas 2.5
MW.
Siklus binary biasa digunakan pada fluida dengan temperatur sedang
untuk membangkitkan listrik. Siklus ini merupakan siklus alternative dari sistem
flash biasa ketika fluida geothermal yang digunakan mempunyai temperature di
bawah 150oC. Hal ini dilakukan karena pada range temperature ini, sistem
pembangkit flash biasa tidak dapat bekerja dengan effisien dan ekonomis. Sistem
siklus binary biasanya bentuknya beraneka ragam dan cukup rumit. Pada
prinsipnya, siklus binary memiliki skema seperti gambar di bawah ini.
19
Universitas Indonesia
Gambar 3. Diagram pressure-entalphy untuk binary plant basic (DiPippo, 2011)
20
Universitas Indonesia
3.6. Kehilangan Tekanan di Lubang Sumur dan di Jalur Perpipaan
3.6.1. Aliran di Dalam Sumur dan Pipa Alir Permukaan
Aliran fluida di lapangan panas bumi meliputi beberapa aliran. Beberapa di antaranya
yaitu aliran fluida di dalam sumur, aliran fluida (dua-fasa) dari sumur hingga ke
separator, aliran uap dari separator hingga ke turbin dan aliran air panas (kondensat)
dari separator ke sumur injeksi ataupun aliran kondensat dari cooling tower ke sumur
injeksi.
Tekanan, suhu, entalpi, fraksi uap dan pola aliran yang terjadi di dalam sumur
sangat penting untuk diketahui, tetapi pengukuran kondisi di dalam sumur sulit
dilakukan karena sulit menjaga alat ukur pada posisi yang tetap saat laju alir flida
tinggi. Sehingga, biasanya pengukuran di sumur terbatas pada pengukuran-
pengukuran untuk mengetahui besarnya laju alir massa, entalphy, kandungan gas
pengotor dan kandungan ion. Oleh karena itu, perubahan tekanan alir di dlaam sumur
biasanya hanya dapat diestimasikan (tidak dapat diukur secara pasti).
Estimasi tekanan alir, fraksi air dan pola aliran pada kedalaman sumur sangat berguna
untuk berbagai hal. Hal pertama adalah untuk memperkirakan terjadinya flashing
zone yaitu zona dimana fasa uap mulai terbentuk. Gelembung-gelembung kecil yang
terdistribusi pada fasa kontinu air mulai terbentuk bila tekanan telah mencapai
21
Universitas Indonesia
tekanan saturasinya. Kedalaman di mana gelembung-gelembung uap mulai terbentuk
perlu diketahui karena pada kedalaman tersebut air mengendapkan Calcium
Carbonate di sumur yang dapat menyebabkan penyumbatan.
22
Universitas Indonesia
Terjadinya slug flow baik di dalam sumur maupun di pipa alir tidak
dikehendaki karena akan menyebabkan aliran fluida dari sumur produksi menjadi
berubah-ubah secara tidak beraturan (intermittent).
Pola aliran berikutnya adalah transisi atau churn, disebut juga sebagai annular
mist yaitu merupakan kondisi transisi antara slug dan pola aliran mist. Pada pola
aliran churn ini terjadi penggabungan gelembung-gelembung besar membentuk pola
acak seperti riak. Pada pola aliran yang terakhir fraksi uap bertambah banyak, dan
fraksi cair terdistribusi sebagai butiran-butiran kecil pada fasa kontinu uap, dan
sebagian berupa lapisan tipis cairan yang berkumpul pada permukaan dinding pipa.
Ketiga, estimasi aliran sumur dapat berguna untuk memperkirakan
kemampuan produksi sumur pada berbagai tekanan kepala sumur, karena uji produksi
hanya dapat dilakukan dalam waktu singkat.
Gambar xx. Contoh Hasil Simulasi Sumur dari Data Uji Tegak atau Uji Lain yang
Dilakukan Dalam Waktu Singkat
23
Universitas Indonesia
Gambar xx. Contoh Hasil Simulasi Sumur untuk Memerkirakan Kemapuan Produksi
Sumur Berdiameter Besar
Kelima, meramalkan penurunan kemapuan produksi sumur karena penurunan
tekanan reservoir.
Gambar xx. Contoh Hasil Simulasi Sumur untuk Memerkirakan Pengaruh Penurunan
Tekanan Reservoir Terhadap Kemampuan Produksi Sumur
Selain aliran pada sumur, aliran fluida pada pipa permukaan perlu juga
dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kehilangan tekanan dan kehilangan panas
secara berlebihan. Dalam merencanakan pipa alir uap, misalnya, kehilangan tekanan
dan temperatur di sepanjang pipa alir, adanya kehilangan massa karena keluar melalui
steam trap atau condensate pots, adanya loops, kecepatan angin, curah hujan dan
berbagai faktor lain harus diperhitungkan. Hal ini karena kehilangan tekanan pada
pipa akan menentukan besarnya tekanan fluida geothermal pada titik masuk turbin.
24
Universitas Indonesia
Gambar xx. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Merancangan Pipa Alir
Permukaan.
Selain perubahan tekanan, perubahan temperatur, fraksi uap dan pola aliran di
sepanjang pipa alir juga perlu diperkirakan. Terjadinya slug flow di pipa alir dua fasa
sedapat mungkin dihindarkan, dengan mengatur sistim pemipaan, khususnya di
tempat-tempat dengan perubahan elevasi yang cukup besar. Contohnya adalah seperti
yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
Gambar xx. Beberapa Contoh Pengaruh Kemiringan Pipa Terhadap Aliran Fluida di
Pipa Alir Permukaan
3.6.2. Perhitungan Pressure Drop
25
Universitas Indonesia
Sangat banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
kehilangan tekanan pada aliran pipa permukaan maupun sumur. Pada bidang panas
bumi, umumnya metode yang digunakan adalah identik dengan metode yang
digunakan pada bidang perminyakan. Metode yang sangat sering digunakan dalam
perhitungan nilai kehilangan tekanan di dalam sumur di antaranya adalah metode
Hagedorn & Brown, Beggs & Brill, Orkiszeski dan Metode Duns and Ros. Pada
software Hysys digunakan unit operasi pipe segment untuk menghitung nilai pressure
drop pada aliran. Pada pipe segment, digunakan metode Beggs & Brill untuk
menghitung nilai kehilangan tekanan fluida. Persamaan dasar yang digunakan untuk
perhitungan kehilangan tekanan adalah:
dimana
26
Universitas Indonesia
Gambar xx. Pola Aliran di Pipa Horizontal
3.6.3. Kehilangan Tekanan di Fitting
Pada jalur pemipaan di permukan terdapat berbagai macam belokan, elevasi,
pembesaran ataupun pengecilan pipa. Adanya hal-hal ini menyebabkan terjadinya
pressure drop pada fluida yang mengalir. Pada software Hysys nilai-nilai fitting
tersebut diwakilkan dengan suatu panjang ekuivalen. Panjang ekuivalen
merepresentasikan panjang yang setara untuk nilai pressure drop yang sama pada
fitting dengan pipa lurus. Sehingga, seolah-olah pipa menjadi lebih panjang akibat
adanya fitting ini namun bentuk dari pipa diasumsikan tetap lurus. Pada aliran pipa
permukaan terdapat berbagai macam fitting yaitu elbow 90, elbow 45, expansion,
contraction, ataupun orifice plates.
27
Universitas Indonesia