Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN TEORI

SYOK NEUROGENIK

A. Syok
Syok atau renjatan adalah keadaan kesehatan yang
mengancam jiwa ditan-dai dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menyediakan oksigen untuk mencukupi kebutuhan jaringan.
Kebanyakan penyebab Syok adalah pengurangan pengeluaran
kardiak. Syok dapat dengan cepat menyebabkan kematian bila
tidak dilakukan pe-rawatan medis dengan segera. (Wikipedia,
2017)
Syok dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 29
(2015) memiliki dua pengertian, yang pertama adalah syok
merupakan gangguan mendadak pada keseimbangan mental,
dan yang kedua yaitu gangguan metabolik dan hemodina-mik
yang kstrem akibat kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat pada organ-organ vital.
Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak
dalam aliran darah yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem
peredaran darah untuk mempertahan-kan aliran darah yang
memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital
terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga
membatasi pembu-angan llimbah dari tubuh. (Kamus Kesehatan,
2017)
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi
darah ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme. Berikut jenis-jenis syok.
a Syok hemoragik (akibat perdarahan yang banyak)
b Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf)
c Syok kardiogenik (kontraksi otot jantung yang tidak efektif)
d Syok endotoksik/septik (berhubungan dengan infeksi)
e Syok anafilaktik (disebabkan oleh reaksi alergi atau
hipersensitif terhadap o-bat-obatan)

B. Syok Neurogenik
Syok neurogenik yaitu syok yang terjadi karena rasa sakit
yang berat dise-babkan oleh kehamilan ektopik yang terganggu,
solusio plasenta, persalinan de-ngan forsep atau persalinan letak
sungsang dimana pembukaan servik yang belum lengkap, versi
dalam yang kasar, firasat/ tindakan creday, rupture uteri,
inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat
(pecah ketuban pada po-lihidramion), dan penurunan tekanan
tiba-tiba daerah splanknik (spalnchic shok) seperti pengangkatan
tiba-tiba tumor ovarium yang sangat besar. (Sarwono, dkk, 2014)

C. Manifestasi Klinis Syok Neurogenik


Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat,
bradikardi, sesudah pa-sien menjadi tidak sadar, barulah nadi
bertambah cepat. Pengumpulan darah di da-lam arteriol, kapiler,
dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.

D. Langkah Pertolongan Pertama Dalam Menangani Syok


(Alexander RH, Proctor H J. Shock., 1993)
1) Posisi Tubuh
Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka.
Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan
tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang,
penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi
selesai, kecuali untuk menghindari terja-dinya luka yang lebih
parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti
pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah
muka, atau pen-derita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah
satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan
keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sum-batan jalan
nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting
adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk
menghindari terjadinya as-fiksia.
Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan
telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan
posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya
penderita diba-ringkan dengan posisi telentang datar.
Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan
penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga
aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar
bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan
kakinya kembali.

2) Pertahankan Respirasi
Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada
sekresi atau muntah. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu
pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/ oropharingeal airway).
Berikan oksigen 6 liter/menit, bila pernapasan/ventilasi ti-dak
adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag)
atau ETT.

3) Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus.
Pantau nadi, te-kanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin,
dan (CVP).
D. Penatalaksanaan Syok Neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan
pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk
mengurangi daerah vaskuler dengan penyem-pitan sfingter
prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah
yang berkumpul ditempat tersebut. Penatalaksanaannya
menurut Wilson R F, ed.. (1981) adalah Baringkan pasien dengan
posisi kepala lebih rendah dari kaki (po-sisi Trendelenburg).
Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, seba-iknya
dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress
respirasi dan hi-potensi yang berat, penggunaan endotracheal
tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini
untuk menghindari pemasangan endotracheal yang daru-rat jika
terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga
dapat me-nolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang
dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat sebaiknya dibe-rikan per infus secara cepat 250
500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan
darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon
terhadap terapi.
Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih,
berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi
kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien):
a) Dopamin: Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis >10
mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang
terjadi takikardi.
b) Norepinefrin: Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam
menaikkan tekanan darah.
c) Epinefrin: Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan
pengaruhnya terha-dap jantung Sebelum pemberian obat ini
harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebab-kan
vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok
neurogenik
d) Dobutamin: Berguna jika tekanan darah rendah yang
diakibatkan oleh menu-runnya cardiac output. Dobutamin
dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer.

E. Penanganan Syok dalam Kebidanan


Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medik
dalam kebidanan a-tau setiap kedaruratan adalah ABC, yang
terdiri atas menjaga fungsi saluran napas (Airway), pernapasan
(Breathing), dan sirkulasi darah (Circulation). Jika situasi tersebut
terjadi di luar ruamh sakit, pasien harus dikirim ke rumah sakit
dengan segera dan aman. (Sarwono, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander R H, Proctor H J. (1993) Shock Dalam Buku: Advanced


Trauma Life Support Course for Physicians. USA
Dorland. (2015). Kamus Saku Kedokteran Dorland: Edisi 29.
Elsevier Inc.
Kamus Kesehatan. (2017). Syok. Diakses 15 April 2017.
http://kamuskesehatan .com/arti/syok/
Prawirohardjo, S, Abdul BS, dkk. (2014) Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT Bina Pustaka
Wikipedia. (2017). Syok. Diakses 15 April 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/ Syok
Wilson R F, etc. (1981) Shock Dalam Buku: Critical Care Manual.
Philadelphia
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. X USIA 24 TAHUN P1000
1 JAM POST PARTUM DENGAN SYOK NEUROGENIK

Anamnesa tanggal : 14 April 2017 Jam


: 10.00 WIB
Tempat /ruang : BPM No. Register :-
A. Data Subyektif
1. Biodata (identitas)
Nama ibu/suami : Ny. X/ Tn. Z
Umur ibu/suami : 24 th / 26 th
Agama : Islam / Islam
Bangsa/suku : Indonesia/ Madura
Pendidikan : SMA / SMK
Pekerjaan : RT / Montir
Alamat : Gumarang Madura

2. Keluhan utama / alasan kunjungan


Ibu mengalami penurunan kesadaran setelah melahirkan
bayi pertamanya

3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 th
Siklus/lama : 2628 hari/ 69 hari
Banyaknya : biasa ganti pembalut 3x sehari, kira-kira sebagian
pem-
balut
Sifat darah : 3 hari pertama cukup kental, sisanya encer terkadang ha-
nya bercak.
Warna : awal haid merah tua, kemudian merah segar
Dismenorhoe : kadang mengalami
Flour albus : biasanya pertengahan siklus
HPHT :
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
Sua
No Hamil L/ Hidup/ KB
mi UK Jenis Tempat Penolong Penyulit BB/PB ASI Penyulit
ke P Mati Jenis Lama Keluhan

c. Riwayat persalinan sekarang


1) Kala I
Lamanya :
Ketuban :
Penyulit/kelainan :
2) Kala II
Lamanya :
Jenis persalinan :
Penolong :
Tempat :
Bayi :
Penyulit/kelainan :
3)Kala III
Plasenta lahir :
Perdarahan :
Kontraksi uterus :
TFU :
Penyulit/kelainan :
4) Kala IV
Perdarahan :
Kontraksi uterus :
TFU :
Luka perineum :
Penyulit/kelainan :

d. Riwayat nifas sekarang


Lochea :
TFU :
Kontraksi :
Kandung kencing :
Luka perineum :
Tanda infeksi :

4. Riwayat kesehatan ibu


a. Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita

b. Riwayat penyakit suami dan keluarga

5. Riwayat Sosial.

6. Riwayat Psikososial

7. Riwayat sosial budaya

8. Pola kebiasaan sehari-hari (setelah melahirkan sampai


dilakukan pengkajian)
a. Pola nutrisi

b. Pola eliminasi

c. Pola istirahat/tidur

d. Pola aktivitas

e. Pola hubungan seksual

f. Pola kebersihan diri (personal hygiene)

g. Spiritual
9. Perilaku kesehatan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum :
Kesadaran :
Postur tubuh :
Cara berjalan :

b. Tanda-tanda vital
Tensi : mmhg
Suhu : 0
C
Nadi : x/mnt
RR : x/mnt

2. Pemeriksaan fisik khusus


a. Kepala :
b. Muka :
c. Mata :
d. Hidung :
e. Telinga :
f. Mulut/gigi :
g. Leher :
h. Ketiak:
i. Dada :
j. Abdomen :
TFU :
Kontraksi uterus :
Kandung kencing :
k. Vulva :
l. Anus :
m. Ekstremitas atas :
Ekstremitas bawah :

3. Pemeriksaan Penunjang

C. ASSESMENT/DIAGNOSA
D. PLANING

Anda mungkin juga menyukai